Ayat
Terjemahan Per Kata
فَأَخۡرَجۡنَا
maka Kami keluarkan
مَن
orang yang
كَانَ
adalah
فِيهَا
didalamnya
مِنَ
dari
ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
orang-orang yang beriman
فَأَخۡرَجۡنَا
maka Kami keluarkan
مَن
orang yang
كَانَ
adalah
فِيهَا
didalamnya
مِنَ
dari
ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
orang-orang yang beriman
Terjemahan
Kami mengeluarkan orang-orang mukmin yang berada di dalamnya (negeri kaum Lut).
Tafsir
(Lalu Kami keluarkan orang-orang yang berada di negeri itu) kampung-kampung Nabi Luth (yakni orang-orang yang beriman) karena orang-orang kafirnya akan dibinasakan.
Tafsir Surat Adz-Dzariyat: 31-37
Ibrahim bertanya, "Apakah urusanmu, wahai para utusan?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras), yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas. Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menceritakan perihal Nabi Ibrahim a.s.: Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suka kembali kepada Allah. Wahai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak. (Hud: 74-76) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Ibrahim bertanya, 'Apakah urusanmu, wahai para utusan? (Adz-Dzariyat: 31) Yakni apakah urusanmu dan tugas apakah yang menyebabkan kamu datang kemari? Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa. (Adz-Dzariyat: 32) Yakni Kaum Luth.
agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah (yang keras), yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas. (Adz-Dzariyat: 33-34) Musawwamatan yang diberi tanda masing-masing orang yang dikenainya; pada setiap batu terdapat nama orang yang akan dikenainya. Di dalam surat Al-'Ankabut disebutkan melalui firman-Nya: Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya di kota itu ada Luth. Para malaikat berkata, "Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya.
Dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)." (Al-'Ankabut: 32) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. (Adz-Dzariyat: 35) Mereka adalah Luth dan ahli baitnya (keluarganya) terkecuali istrinya. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. (Adz-Dzariyat: 36) Ayat ini dijadikan sebagai hujah oleh sebagian orang yang berpendapat senada dengan pendapat Mu'tazilah, yaitu mereka yang tidak membedakan antara orang yang menyandang iman dan orang yang menyandang Islam, dengan alasan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat ini menyebut mereka orang-orang mukmin dan juga orang-orang muslim.
Tetapi penyimpulan dalil seperti ini lemah, mengingat mereka (Luth dan keluarganya kecuali istrinya) adalah orang-orang mukmin. Dan menurut kita setiap orang mukmin itu pasti muslim, tetapi tidak sebaliknya. Adapun keterpaduan kedua nama (predikat) tersebut dalam ayat ini karena dalam kondisi yang tertentu, tetapi tidak dapat dijadikan sebagai kesimpulan bagi semua keadaan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih. (Adz-Dzariyat: 37) Yakni Kami jadikan negeri itu sebagai pelajaran bagi yang lainnya tentang azab, pembalasan, dan batu dari tanah yang keras yang Kami timpakan kepada mereka; dan Kami jadikan bekas tempat mereka danau yang airnya berbau busuk lagi kotor.
Hal ini akan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih. (Adz-Dzariyat: 37)"
35-36. Allah mengkhususkan azabnya kepada mereka yang melampaui batas, sehingga orang-orang yang telah beriman tidak akan merasakan azab tersebut. Sebelum azab Allah datang, para malaikat memperingatkan mereka, lalu Kami, yakni Allah dan subjek lain yang berperan dalam penyelamatan ini, keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di dalamnya, yakni di negeri kaum Lut, itu agar mereka selamat dari bencana yang segera tiba. Maka para malaikat yang Kami utus tidak mendapati di dalamnya, yaitu di negeri tersebut, kecuali sebuah rumah saja dari orang-orang muslim yang beriman dan mengikuti ajaran Nabi Lut. 35-36. Allah mengkhususkan azabnya kepada mereka yang melampaui batas, sehingga orang-orang yang telah beriman tidak akan merasakan azab tersebut. Sebelum azab Allah datang, para malaikat memperingatkan mereka, lalu Kami, yakni Allah dan subjek lain yang berperan dalam penyelamatan ini, keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di dalamnya, yakni di negeri kaum Lut, itu agar mereka selamat dari bencana yang segera tiba. Maka para malaikat yang Kami utus tidak mendapati di dalamnya, yaitu di negeri tersebut, kecuali sebuah rumah saja dari orang-orang muslim yang beriman dan mengikuti ajaran Nabi Lut.
Pada ayat ini Allah menerangkan, bahwa setelah para malaikat pergi kepada kaum Lut untuk menurunkan azab, timbullah tanya jawab di antara mereka tentang caranya menghancurkan orang-orang durhaka, maka Allah memerintahkan agar mereka lebih dahulu mengeluarkan orang-orang yang beriman dari kampung halaman mereka, supaya terhindar dari azab. Para malaikat itu hanya menjumpai sebuah rumah saja yaitu rumah Nabi Lut dengan penghuninya yang muslim sekitar tiga belas orang saja. Mereka yang selamat pada ayat ini disebut sebagai orang Islam yang berserah diri dan tekun melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Pada kedua ayat ini diterangkan bahwa di antara kaum Lut hidup orang-orang Mukminin dan Muslimin. Menurut Muhammad Ali asshabuni, mereka disebut Mukminin (ayat 35) karena mereka mengimani dengan hati, dan mereka disebut sebagai Muslimin (ayat 36) karena mereka mengamalkan ajaran-ajaran Allah dengan anggota tubuh mereka dengan ketaatan. Hal ini sejalan dengan hadis al-Bukhari dan Muslim yaitu ketika Rasulullah ﷺ ditanya tentang Islam dan Iman: Apakah Islam? beliau menjawab, "Engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat (yang lima waktu), mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadan dan naik haji ke Baitullah. Dan apakah iman itu? beliau menjawab, Engkau Beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab Nya, para utusan-Nya, hari akhir dan kepada takdir yang baik dan yang buruk dari Allah. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim) Perlu dijelaskan di sini apabila kata Islam disebut secara sendiri, maka berarti tercakup pengertian iman. Demikian pula dengan kata iman bila disebut sendiri berarti tercakup kata Islam. Tetapi kalau keduanya disebutkan bersamaan, maka keduanya berbeda satu sama lain, masing-masing memiliki artinya sendiri-sendiri, iman berbeda dari Islam. (.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Rupanya malaikat bertiga itu hanya singgah di tempat Ibrahim buat menyampaikan kabar gembira kepadanya, suami-istri bahwa mereka akan dianugerahi putra. Sesudah selesai menyampaikan berita gembira itu, bertanyalah Ibrahim ke mana lagi maksud perjalanan mereka.
Ayat 31
“Berkata dia (yaitu ibnahim),'Apakah kesulitanmu wahai orang-orang yang diutus?"
Yang kita ambil pengajaran dari cara pertanyaan Nabi Ibrahim ini ialah apabila tetamu telah disambut dengan baik dan telah dimuliakan, kemudiannya barulah boleh ditanyakan oleh yang empunya rumah, apakah kesulitan yang tengah dia hadapi, hendak ke mana dia meneruskan perjalanan. Dalam agama Islam tentang menghormati tetamu itu, ditentukan tiga hari lamanya. Setelah tiga hari, barulah yang empunya rumah menanyakan ke mana maksud si tetamu itu selanjutnya, apa kesulitannya, supaya dapat ditolong.
Ayat 32
“Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang bendosa."
Kaum ini adalah kaum Nabi Luth. Di dalam sejarah disebutkan bahwa Nabi Luth itu adalah anak dari saudara perempuan Nabi Ibrahim. Penduduk negeri yang didatanginya sudah membuat dosa yang sangat keji, yaitu laki-laki
lebih suka bersetubuh dengan sesama laki-laki, tidak tertarik lagi kepada perempuan. Di zaman modern disebut homoseks.
Ayat 33
“Agar kami timpakan kepada mereka batu dari tanah."
Artinya ialah bahwa malaikat-malaikat itu diperintahkan oleh Allah buat mendatangkan adzab Allah kepada mereka. Di sini telah dijelaskan apa macam adzab itu. Malaikat itu membawa batu dari tanah. Yaitu, batu yang telah dimasak sehingga dia sudah sangat panas. Menjadi terbakar kelak barangsiapa yang terkena oleh batu itu.
Di dalam surah Huud ayat 82, dijelaskan bahwa adzab yang menimpa negeri itu ialah ditunggangbalikkan oleh Allah, yang di atas dibalikkan ke bawah, lalu ditimpakan kepada mereka tanah yang dibakar sehingga mana yang kena jadi hangus.
Ayat 34
“Yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk mereka yang melampaui batas."
Ayat 35
Disebutkan di dalam beberapa kitab tafsir bahwasanya batu itu berasal dari tanah, lalu dibakar, laksana batu tembok merah yang asalnya memang dari tanah. Lalu ditentukan dengan masing-masing batu itu orang yang akan diadzab. Ar-Razi mengatakan dalam tafsirnya bahwa pada tiap-tiap batu itu telah dituliskan nama orang yang akan diadzab."Maka kami ketuankan daripadanya barangsiapa yang ada padanya dari orang-orang yang beniman."
Maksudnya ialah orang-orang yang telah mengaku beriman kepada Allah diselamatkan lebih dahulu sebab nama-nama mereka tidak ada tertulis di dalam batu-batu yang dijadikan tembikar yang dibakar itu.
Ayat 36
“Maka tidaklah kami dapati padanya, selain sebuah numah dari orang-orang yang Islam."
Hanya sedikit bertemu orang-orang yang benar-benar telah mengakui beriman kepada Allah. Siapa orang-orang yang sedikit itu? Yaitu, orang-orang yang telah mengaku dirinya berserah diri kepada Allah, yaitu orang Islam. Karena arti Islam itu ialah orang-orang yang telah menyerahkan diri kepada Allah. Itu pun cuma sedikit pula, hanya isi dan sebuah rumah saja. Mungkin rumah Nabi Luth sendiri. Tidak pula seluruh isi rumah, sebab istri Nabi Luth sendiri termasuk orang yang durhaka itu. Maka, hancurlah seluruh kaum itu dalam adzab siksaan Allah. Dan, keadaan atau situasi di sana sudah diketahui oleh malaikat-malaikat itu sebelum mereka datang ke tempat, ketika Nabi Ibrahim bertanya.
Ayat 37
“Dan, kami tinggalkan padanya suatu tanda untuk orang-orang yang takut akan adzab yang pedih."
Ayat ini menjelaskan bahwa sampai kepada zaman Nabi kita ﷺ masih didapati tanda dan bekas dari negeri umat Nabi Luth itu, di dekat Laut Mati. Bahkan ahli-ahli purbakala zaman kita ini pun telah menyelidiki pula ke sana. Semuanya akan menjadi peringatan kesalahan dan kecabulan yang menjijikkan itu jangan terulang kembali.
Tetapi, jika dilihat bagaimana dahsyatnya keruntuhan akhlak manusia zaman sekarang, termenunglah kita memikirkannya. Di negeri-negeri Barat penyakit homoseks, yaitu laki-laki bersetubuh dengan laki-laki, dan penyakit lesbian, yaitu perempuan bermain laki-bini dengan sesama perempuan, semuanya sudah sangat memuncak. Di beberapa negeri mereka meminta supaya pemerintah mengakui orang laki-laki “hidup bersama dengan sesama laki-laki". Seorang laki-laki yang lebih tua dengan tidak malu-malu memperkenalkan teman laki-lakinya yang lebih muda. Mereka meminta agar hak demokrasi juga meliputi jurusan itu.
Adapun dalam pemerintahan Islam, kalau seorang laki-laki telah ditimpa penyakit
homoseks itu, hukumnya ialah dibakar sampai mati.