Ayat
Terjemahan Per Kata
فَقَرَّبَهُۥٓ
lalu dihidangkannya
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
قَالَ
(Ibrahim)berkata
أَلَا
mengapa tidak
تَأۡكُلُونَ
kamu makan
فَقَرَّبَهُۥٓ
lalu dihidangkannya
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
قَالَ
(Ibrahim)berkata
أَلَا
mengapa tidak
تَأۡكُلُونَ
kamu makan
Terjemahan
Dia lalu menghidangkannya kepada mereka, (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim berkata, “Mengapa kamu tidak makan?”
Tafsir
(Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata, "Silakan kalian makan") Nabi Ibrahim mempersilakan mereka untuk makan, tetapi mereka tidak mau memakannya.
Tafsir Surat Adz-Dzariyat: 24-30
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mengucapkan, "Salaman. Ibrahim menjawab, "Salamun, " (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata, "Silakan kamu makan. (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, "Janganlah kamu takut," dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq). Kemudian istrinya datang memekik (tercengang), lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata, "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul.
Mereka menjawab, "Demikianlah Tuhanmu memfirmankan. Sesungguhnya Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Kisah ini telah disebutkan di dalam surat Hud dan juga surat Al-Hijr. Maka firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Adz-Dzariyat: 24) Yakni tamu-tamu yang kedatangannya harus dihormati. Imam Ahmad dan sejumlah ulama mengatakan bahwa wajib menjamu tamu. Sunnah pun menganjurkan hal yang sama, semakna dengan makna lahiriah ayat Firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu mereka mengucapkan, "Salaman." Ibrahim menjawab, "Saldmun. (Adz-Dzariyat: 25) Rafa' lebih kuat dan lebih kukuh daripada nasab, maka menjawab dengan memakai rafa' lebih utama daripada memulainya.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman-Nya: Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). (An-Nisa: 86) Ternyata Al-Khalil (Nabi Ibrahim) memilih yang terbaik. Firman Allah subhanahu wa ta’ala menyitir kata-kata Nabi Ibrahim a.s.: (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. (Adz-Dzariyat: 25) Demikian itu karena Malaikat Jibril, Malaikat Mikail, dan Malaikat Israfil datang menemui Nabi Ibrahim dalam rupa para pemuda yang tampan-tampan disertai dengan wibawa yang sangat kuat. Karena itulah maka Ibrahim berkata: (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. (Adz-Dzariyat: 25) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya. (Adz-Dzariyat: 26) Yakni surut mundur dengan diam-diam secara cepat. kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar). (Adz-Dzariyat: 26) Yaitu dari ternak pilihannya yang merupakan hartanya (di masa itu).
Sedangkan di dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya dengan ungkapan berikut: maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. (Hud: 69) Yakni yang dibakar di atas bara api, alias sapi muda guling. lalu dihidangkannya kepada mereka. (Adz-Dzariyat: 27) Maksudnya, disuguhkan kepada mereka untuk disantap. Ibrahim berkata.Silakan kamu makan. (Adz-Dzariyat: 27) Ungkapan mempersilakan dan menawarkan dengan cara yang baik. Ayat ini mengandung etika menjamu tamu. Ibrahim menyuguhkan makanan tanpa sepengetahuan tamu-tamunya itu dengan cepat dan tidak menawarkannya lebih dahulu kepada mereka, misalnya, "Mau makan apa?" Melainkan Ibrahim a.s.
datang dengan cepat dan tersembunyi menyuguhkan makanannya yang paling enak dari hartanya yang paling berharga, yaitu sapi muda yang gemuk empuk dagingnya dalam keadaan telah dipanggang, lalu Ibrahim tidak meletakkannya terlebih dahulu, lalu baru mengatakan, "Kemarilah menyantap suguhan ini," melainkan ia meletakkannya langsung ke hadapan tamu-tamunya, dan tidak memberatkan tamu-tamunya itu, melainkan mengatakan kepada mereka: Silakan kamu makan. (Adz-Dzariyat: 27) Yakni dengan ungkapan tawaran dan memohon dengan lemah lembut, semisal dengan perkataan orang-orang di masa kini, "Sudilah kiranya engkau berbuat baik dan bersedekah." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. (Adz-Dzariyat: 28) Karena hal tersebut tidak mungkin dengan adanya makanan yang terenak dan paling lezat, para tetamunya itu tidak mau menyantapnya, bahkan memegangnya pun tidak.
Seperti kisah yang disebutkan dalam surat lain melalui firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut terhadap mereka. Malaikat itu berkata, "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. Dan istrinya berdiri (di balik tirai), lalu dia tersenyum. (Hud: 70-71) Yaitu merasa gembira dengan akan dibinasakannya mereka (kaum Luth) karena mereka membangkang dan bersikap ingkar terhadap Allah subhanahu wa ta’ala Maka pada saat itu juga para malaikat tersebut menyampaikan berita gembira kepada istri Ibrahim akan kelahiran Ishaq dan di belakang Ishaq akan lahir Ya'qub (sebagai cucunya).
Istrinya berkata, "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata, "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, wahai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. (Hud: 72-73) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq). (Adz-Dzariyat: 28) Kabar gembira buat Ibrahim berarti sama juga kabar gembira bagi istrinya, karena anak tersebut adalah milik keduanya dan lahir akibat hubungan keduanya.
Maka keduanya mendapat berita gembira ini. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kemudian istrinya datang memekik (tercengang). (Adz-Dzariyat: 29) Yaitu memekik tercengang bercampur gembira. Ibnu Abbas . Mujahid, Ikrimah, Abu Saleh, Adh-Dhahhak, Zaid ibnu Aslam, Ats-Tsauri, dan As-Suddi mengatakan bahwa pekikan tersebut adalah ucapannya: Sungguh mengherankan. (Hud: 72) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu menepuk mukanya sendiri. (Adz-Dzariyat: 29) Yakni memukulkan telapak tangannya ke keningnya, menurut Mujahid dan Ibnu Sabit. Menurut Ibnu Abbas , istri Ibrahim setelah mendengar berita gembira itu menamparkan tangannya ke mukanya karena merasa heran sebagaimana wanita merasa heran terhadap suatu peristiwa yang aneh.
seraya berkata, "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul. (Adz-Dzariyat: 29) Maksudnya, mana mungkin aku dapat melahirkan anak, sedangkan aku adalah seorang perempuan tua; terlebih lagi di waktu muda aku pun mandul, tidak punya anak? Mereka berkata, "Demikianlah Tuhanmu menfirmankan. Sesungguhnya Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Adz-Dzariyat: 30) Yakni Dia Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat kemuliaan dari-Nya lagi Mahabijaksana dalam semua firman dan perbuatan-Nya. [Ini adalah akhir dari juz yang ke-26]"
26-27. Sesudah Nabi Ibrahim mempersilakan tamunya, maka kemudian dengan diam-diam dia pergi menemui keluarganya, yaitu istrinya untuk menyiapkan jamuan untuk mereka. Kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk yang sudah dibakar, lalu dihidangkannya hidangan itu kepada mereka, tetapi ternyata mereka tidak mau makan jamuan itu. Segera saja Nabi Ibrahim berkata, 'Mengapa tidak kamu makan hidangan ini'. 28. Ketika Nabi Ibrahim melihat tamunya tidak mau menyentuh makanan yang dihidangkan, maka dia kemudian merasa takut terhadap mereka. Melihat ketakutannya, mereka, yaitu para tamu itu berkata, 'Janganlah kamu takut wahai Nabi Ibrahim,' Dan, selanjutnya mereka memberi kabar gembira kepadanya, yaitu dengan akan lahirnya seorang anak yang cerdas dan kelak akan menjadi seorang yang alim yang mendalam pengetahuannya yaitu Ishak.
Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Ibrahim dengan diamdiam pergi menemui keluarganya yaitu Sarah, lalu menyembelih seekor anak sapi yang gemuk dan setelah dibakar, hidangan itu dibawanya sendiri ke hadapan tamu-tamunya seraya berkata dengan hormat, lalu mempersilakan mereka makan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TENTANG NABI IBRAHIM
Ayat 24
“Adakah sampai kepada engkau?"
Pertanyaan ini dihadapkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, pertanyaan yang berisi maksud bahwa Allah akan menjelaskannya.
“Berita tetamu Ibrahim yang dimuliakan."
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa pada suatu hari Nabi Ibrahim telah kedatangan te-tamu-tetamu yang dimuliakan. Ayat ini telah meninggalkan kesan kepada kita bahwa tetamu-tetamu Nabi Ibrahim itu adalah orang-orang yang dimuliakan, atau orang-orang yang patut dihormati.
Ayat 25
“Seketika mereka masuk kepadanya."
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa tetamu itu lebih dua orang. Ibnu Katsir menyebut dalam tafsirnya bahwa mereka itu adalah Jibril, Mikail dan israfil. Ketiganya datang menyerupai orang muda-muda yang mempunyai wibawa hebat.
“Mereka itu mengucapkan salam." Memberi hormat kepada Nabi Ibrahim yang mereka temui, “,Dia pun menjawab: salam!" Artinya bahwa ucapan salam dari tetamu-tetamu yang mulia itu telah dijawab oleh Nabi Ibrahim dengan salam pula. Tetapi di ujung ayat disebutkan,
“Mereka itu kaum yang tidak dikenal."
Pada ayat 24 dijelaskan bahwa orang-orang yang datang itu ialah orang-orang yang mulia. Tetapi, di ayat 25 dikatakan bahwa tidak dikenal. Hanya dari hebat sikapnya saja, meskipun belum diketahui siapa orangnya. Nabi Ibrahim sudah terkesan bahwa orang-orang ini patut dihormati. Meskipun baru sekali berjumpa dan belum berkenalan, orang yang bijak sudah tahu bahwa orang ini patut dihormati. Apatah lagi karena kedatangannya langsung memberi salam. Dan, Nabi Ibrahim pun segera menyambut salam itu dengan salam pula.
Ayat 26
“Maka dengan diam-diam dia pergi kepada keluanganya."
Ayat ini telah dapat menggambarkan kepada kita bagaimana sifat hormat Nabi Ibrahim kepada tetamu-tetamu itu. Disambutnya tetamu, dipersilakannya duduk di tempat penerimaan tetamu. Setelah itu beliau pun pergi dengan secara diam-diam memberitahu keluarganya bahwa ada tetamu. Lalu, segeralah seisi rumah sibuk menyambut tetamu dengan sepantasnya. Ditangkaplah seekor anak sapi yang masih muda, disembelih dan dibumbui baik-baik, setelah itu dibakar sampai masak.
"Maka datanglah dia dengan anak sapi yang gemuk"
Dibawanyalah hidangan anak sapi gemuk itu ke hadapan tetamu-tetamu itu, tanda menghormati.
Ayat 27
“Lalu dia pun menghidangkannya kepada mereka senaya berkata. Talakkah kamu akan makan."
Dalam ayat ini dia bertanya, “Tidakkah kamu akan makan?"Tidak dia berkata, “Silakan makan!" Pertanyaan yang demikian menunjukkan bahwa dari semula makanan itu telah dihidangkan dan mereka telah dipersilakan tetapi mereka tidak mau makan. Karena tidak mau itu barulah Ibrahim bertanya, “Tidakkah kamu akan makan?"
Ayat 28
Kanena mereka tidak juga mau makan, “Maka menasalah dia ketakutan dari mereka."
Sebab kian lama Ibrahim kian melihat dan merasakan orang-orang atau tetamu-tetamu yang datang ini, hanya dilihat sepintas yang menyerupai manusia. Namun apabila diperhatikan dengan saksama, timbul detak hati bahwa orang-orang ini bukan manusia.
Bertambah lama mereka bertambah hebat, bertambah menakutkan, “Lalu, mereka berkata, janganlah takut!"‘ Peringatan mereka mengatakan tidak usah takut kepada mereka, menambah yakin Ibrahim bahwa mereka ini bukan manusia, melainkan malaikat,
“Lalu mereka memberi berita gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang berpengetahuan “
Sebagaimana telah dijelaskan di dalam surah Huud ayat 71, berita gembira itu ialah bahwa istri Ibrahim yang tua, bernama Sarah akan diberi putra oleh Allah. Dahulu dari itu karena tidak juga mendapat putra, sedang usia Ibrahim sudah lebih dari delapan puluh tahun, Sarah mengizinkan Ibrahim kawin dengan Hajar. Dan, memang Ibrahim dapat putra dengan istrinya, Hajar itu, seorang anak laki-laki diberi nama Ismail. Sekarang setelah Isma'il berusia sepuluh tahun lebih, malaikat ini datang memberi berita gembira bahwa Sarah pun akan diberi putra pula. Sungguh berita yang menggembirakan, tetapi juga berita yang sangat mengejutkan. Keterkejutan itu terbayang pada ayat selanjutnya,
Ayat 29
“Maka tibalah istrinya dalam keadaan terpekik."
Si istri ini sedang berada di bagian lain. Lalu suaminya datang menyampaikan berita gembira itu. Dia tergesa keluar, terpekik bercampur gembira."Maka ditamparnya mukanya." Dan terkejut, gembira bercampur rasa takjub. Dalam lain tafsir disebutkan bahwa dia terpekik itu, dia merasa bahwa dia telah mengeluarkan darah haid. Sesudah itu terasa permulaan hamil dan darah haid itu mulai tertahan. Ditamparnya mukanya,
“Dan dia berkata,'Perempuan tua mandul.
Jelaslah bahwa pekiknya ini keluar karena hal ini sangat tiba-tiba. Dalam surah Huud ayat 72, sampai dia menyatakan,
“Sesungguhnya hal ini adalah hal yang sangat ajaib" (Huud: 72)
Tetapi malaikat itu menjawab,
“Mereka berkata, ‘Apakah akan merasa ajaib dengan apa yang ditentukan oleh Allah?"‘ (Huud: 73)
orang disebut Bani lsrail, artinya keturunan Israil, berkembang biak sampai kepada zaman kita sekarang ini. Dan, sejarah tahu bahwa dia adalah keturunan dari Sarah, perempuan yang nyaris putus asa. Adapun dari saudaranya lain ibu, yaitu anak Hajar, lahirlah Isma'il. Mereka berpindah ke Tanah Arab, yaitu,
“Lembah yang tidak mempunyai tumbuh-tumbuhan." (Ibraahiim: 37)
Suatu hal yang ajaiblah baginya dan bagi siapa saja bahwa perempuan tua yang usianya sudah hampir seratus tahun dan suaminya lebih dari seratus tahun akan berputra. Itulah yang menyebabkan Sarah terpekik.
Ayat 30
“Mereka heikata."
Yaitu bahwa malaikat itu menjawab keterkejutan perempuan itu,"Demikianlah firman Tuhan engkau." Demikianlah kehendak Ilahi. Segala sesuatu yang dianggap sukar dan mencengangkan bagi manusia, kalau Allah menghendaki, bisa saja terjadi."Sesungguhnya Dia adalah Mahabijaksana," sehingga karena Kemahabijaksanaannya Allah itu, harapan perempuan tua yang telah nyaris putus itu, ditimbulkan kembali,
“Maha Mengetahui “