Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَلَمۡ
maka apakah tidak
يَنظُرُوٓاْ
kamu melihat
إِلَى
kepada
ٱلسَّمَآءِ
langit
فَوۡقَهُمۡ
di atas mereka
كَيۡفَ
bagaimana
بَنَيۡنَٰهَا
diantaranya
وَزَيَّنَّـٰهَا
dan Kami menghiasinya
وَمَا
dan tidaklah
لَهَا
baginya
مِن
dari
فُرُوجٖ
retak-retak
أَفَلَمۡ
maka apakah tidak
يَنظُرُوٓاْ
kamu melihat
إِلَى
kepada
ٱلسَّمَآءِ
langit
فَوۡقَهُمۡ
di atas mereka
كَيۡفَ
bagaimana
بَنَيۡنَٰهَا
diantaranya
وَزَيَّنَّـٰهَا
dan Kami menghiasinya
وَمَا
dan tidaklah
لَهَا
baginya
مِن
dari
فُرُوجٖ
retak-retak
Terjemahan
Apakah mereka tidak memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya tanpa ada retak-retak padanya sedikit pun?
Tafsir
(Maka apakah mereka tidak melihat) dengan mata mereka. Padahal mata itu, dipasang untuk mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, yaitu sewaktu mereka ingkar kepada adanya hari berbangkit (akan langit) yang ada (di atas mereka bagaimana Kami telah membangunnya) tanpa tiang penyangga (dan Kami hiasi dia) dengan bintang-bintang (dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?) yakni tidak ada celah-celah yang membuatnya cacat.
Tafsir Surat Qaf: 6-11
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering).
Seperti itulah terjadinya kebangkitan. Allah ﷻ mengingatkan hamba-hamba-Nya akan kekuasaan-Nya yang Mahabesar melalui ciptaan-ciptaan-Nya yang lebih besar daripada apa yang mereka herankan dan mereka anggap mustahil terjadi. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya. (Qaf: 6) Yakni dengan bintang-bintang yang gemerlapan cahayanya bagaikan pelita-pelita. dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaf: 6) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah retak-retak, menurut pendapat yang lain belah-belah, dan pendapat yang lainnya lagi menyebutkan pecah-pecah; semuanya berdekatan. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. (Al-Mulk: 3-4) Yakni pandangan matamu akan kelelahan dalam mencari aib atau kekurangan karena hal tersebut tidak didapat dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah.
Firman Allah ﷻ: Dan Kami hamparkan bumi itu. (Qaf: 7) Artinya, Kami menjadikannya luas terhampar. dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh. (Qaf 7) agar bumi tidak berguncang mengombang-ambingkan penduduknya, karena sesungguhnya bumi itu menetap di atas aliran air yang mengelilinginya dari segala penjuru. dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. (Qaf: 7) Yaitu berupa tanam-tanaman dan pepohonan yang beraneka ragam jenis dan macamnya. Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat (akan kebesaran Allah). (Adz-Dzariyat: 49) Firman Allah ﷻ, "Bahij artinya indah dipandang mata.
untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). (Qaf: 8) Melalui penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang diciptakan Allah ﷻ pada keduanya berupa tanda-tanda yang besar yang membuktikan kekuasaan Allah. Semuanya itu dijadikan sebagai pelajaran, bukti, dan peringatan bagi setiap hamba yang tunduk, patuh, dan takut kepada Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon. (Qaf: 9) Yakni taman-taman, kebun-kebun, dan lain sebagainya. dan biji-biji tanaman yang diketam. (Qaf: 9) Maksudnya, tanaman yang menghasilkan biji-bijian yang dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. dan pohon kurma yang tinggi-tinggi. (Qaf: 10) Yaitu yang batangnya tinggi-tinggi.
Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya mengatakan bahwa basiqat artinya tinggi-tinggi. yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. (Qaf: 10) Yakni bertingkat-tingkat. untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati. (Qaf: 11) Yang dimaksud dengan tanah yang mati ialah tanah yang tandus; setelah Allah menurunkan air hujan padanya, maka suburlah tanah itu dan menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang subur lagi berbunga dan lain sebagainya yang memukaukan pandangan mata keindahannya, padahal sebelum itu tanah tersebut tidak ada tetumbuhannya.
Maka setelah hujan diturunkan kepadanya, menjadi subur dan hijaulah karena tumbuh-tumbuhannya. Demikianlah perumpamaan hari berbangkit sesudah mati, dan demikianlah perumpamaan Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati di hari kemudian nanti. Pemandangan serta bukti yang nyata ini merupakan sebagian dari kekuasaan Allah ﷻ Yang Mahabesar, bahkan lebih besar daripada apa yang diingkari oleh orang-orang yang tidak percaya dengan adanya hari berbangkit. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mumin: 57) Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Dan firman Allah ﷻ: Dan sebagian dari tanda-tanda-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur.
Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39)"
Setelah Allah menyebutkan bahwa orang-orang kafir itu menganggap tidak mungkin terjadinya kebangkitan setelah mati, maka dilanjutkan pada ayat ini dengan menyebutkan dalil-dalil yang membantah perkataan mereka. Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya, menciptakan dan meninggikannya, dan menghiasinya dengan bintang-bintang, dan tidak terdapat pada langit itu retak-retak sedikit pun yang menjadikannya cacat'7. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi yang Kami hamparkan dengan mantap untuk kediaman bagi manusia dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kokoh yang berfungsi sebagai pasak bumi agar bumi tidak goyah dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah dipandang mata'.
Allah memerintahkan kepada orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan supaya mereka memandang ke langit yang ada di atas mereka untuk dijadikan bahan pemikiran, bagaimana Allah telah meninggikan langit itu tanpa tiang dan menghiasnya dengan berbagai bintang yang gemerlapan, sedangkan langit itu tidak retak sedikit pun. Dari segi ilmu pengetahuan, menurut penemuan terakhir dinyatakan bahwa langit itu merupakan benda kolosal yang homogen yang tidak dilapisi dengan benda-benda yang retak dan kosong, akan tetapi padat diisi dengan sejenis benda halus yang bernama ether (al-atsir) dan benda yang halus ini diketahui karena menjadi tempat lalu lintasnya nur atau cahaya. Di antara bintang-bintang itu, ada yang jauhnya dari bumi dengan jarak kecepatan cahaya dalam masa lebih dari sejuta setengah tahun, sedangkan matahari kita sendiri jauhnya dari bumi hanya dengan jarak kecepatan cahaya selama delapan menit dan delapan belas detik. Silakan membayangkan betapa jauhnya sebagian bintang yang ada di cakrawala itu. Cahaya yang dipancarkan oleh bintang itu ke bumi melalui ether itu dan seandainya benda halus itu tidak ada, tentu cahayanya akan terputus. Oleh karena itu, dalam ayat ini dinyatakan bahwa langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TUNTUTAN UNTUK MEMERHATIKAN
Untuk menyuruh manusia berpikir dan mendekatkan diri mereka kepada kekuasaan dan kebesaran Allah, diajaklah mereka memerhatikan keindahan yang ada dalam alam di kelilingnya.
Ayat 6
“Apakah tidak mereka lihat kepada langit yang ada di atas mereka."
Dia berupa pertanyaan tetapi mengandung ajakan dan seruan. Menengadahlah ke atas dan lihatlah langit yang tinggi itu dengan warnanya yang biru jernih di siang hari dan bintang berkelap-kelip di waktu malam. Apabila kepala telah ditengadahkan ke sana, cobalah renungkan;"Betapa Kami membangunkannya dan Kami perhiasi dia" alangkah indah bangunan itu dan alangkah cantik warnanya, baik pada birunya di siang hari ataupun pada ramainya bintang-bintang di malam hari. Apabila manusia berperasaan halus, tidaklah dia akan pernah merasakan bosan melihat kehebatan bangunan langit lazuardi itu; alangkah kecilnya kita manusia, bahkan alangkah kecil isi bumi ini jika dibandingkan dengan luas maha luasnya. Keindahan yang tidak tepermanai di seluruh ruang angkasa langit itu, yang setiap pagi, setiap tengah hari dan setiap senja kala bertukar-tukar saja keindahannya dan tidak sekali juga kelihatan yang serupa; alangkah kayanya Maha Pencipta dengan keindahan itu.
“Dan tidak ada padanya keretakan."
Ayat-ayat beginilah yang banyak bertemu di dalam Al-Qur'an, bahwasanya jika kita ingin hendak mengetahui dan merasakan adanya Allah, renungkanlah dan lihatlah alam. Di sana kita akan melihat dengan jelas pergabungan di antara tiga sifat, yaitu Jamaal (keindahan),
Kamaal (kesempurnaan), danjalaal (kemuliaan). Ketiga sifat itu akan menimbulkan gerak rasa dalam diri, tentang adanya Yang indah, Yang sempurna dan Yang mulia, yang semuanya itu tergabung menjadi al-Haq (kebenaran) dan (keadilan). Akhirnya akan sampailah kita kepada penghabisan kata, yaitu sumber daripada segala sifat kesempurnaan itu. Itulah Allah, itulah Maha Pencipta seluruh alam ini. Dan dengan demikian pula dapatlah kita mengerti bahwa untuk mencapai kesimpulan tentang adanya Maha Pencipta, bukanlah semata-mata dengan akal melainkan didapat juga dengan perasaan. Tentu saja dengan perasaan yang halus. Dan dengan demikian pula dapat kita simpulkan bahwa dengan rasa kesenian, dengan itu pun kita dapat mengimani tentang ujud-Nya Allah.
Oleh sebab itu di dalam Al-Qur'an sendiri di samping terdapat kalimat,
“Apakah tidak kamu pergunakan akal?"
Demikian juga perkataan,
“Apakah kamu tidak berpikir?" Terdapat juga
“Tetapi kamu tidak merasakan." Atau
“Dan kamu tidaklah merasakan." Atau
“Dan mereka tidaklah merasakan."
Sebab itu maka nilai mempergunakan akal, mempergunakan kegiatan berpikir dan perasaan yang halus, sama saja nilainya dan anjurannya dalam Al-Qur'an.
Oleh sebab itu dianjurkanlah kita menengadah ke langit untuk merasakan betapa hebat
dan dahsyatnya kebesaran Allah, langit yang melingkupi seluruh isi bumi ini, bahkan bumi hanya menjadi pasir kecil saja bila dia dilihat dari bintang-bintang yang lain sebagaimana bintang-bintang lain itu pun hanya sebesar pasir saja bila kita lihat dari bumi. Kekuatan manusia yang mana dan di musim pabila yang akan sanggup mempunyai kekuatan demikian besar buat menciptanya? Dikatakan pula dalam ayat bahwa langit itu senantiasa dihiasi. Perhiasannya tentulah bintang-bintang yang berkelap-kelip itu, yang mata kita tidak akan merasa bosan melihatnya, walau ketika bulan gelap dan hanya bintang saja yang bercahaya, sehingga lebih banyak bintang yang kelihatan. Maka orang-orang yang memandangnya dengan penyelidikan perasaan disertai oleh perjalanan akal dan pikiran timbullah ilmu astronomi dan tahulah manusia pergiliran empat musim; musim dingin, musim kembang, musim gugur dan musim panas, yang semuanya itu bertali dengan penetapan bintang yang tampak, yang tidak berubah-ubah sejak mulai manusia mendiami permukaan bumi. Dan diketahuilah akhirnya bahwasanya matahari dikitari oleh bumi 365 kali dalam setahun, sedang bulan mengitari bumi 354 hari; sehingga bertikai sebelas hari kecepatan bulan mengitari bumi dalam setahun, tidak berubah-ubah, sampai dapat dijadikan ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Di ujung ayat dikatakan,"Tidak ada padanya keretakan/'tidak ada padanya kebocoran, sehingga walaupun bagaimana lebatnya hujan, bukanlah langit yang tiris. Dari kapal terbang yang tinggi terbangnya sampai 30.000 kaki, jelas sekali bahwa hujan turun bukan dari langit yang di atas dari kapal terbang melainkan di bawahnya! Sehingga tidak ada keretakan itu dapatlah diartikan yang lebih luas, yaitu kebesaran Ilahi yang manusia tidak dapat mencapainya karena terlalu tingginya, sehingga bila manusia terbang terlalu tinggi bisa saja kehabisan zat asam dan tidak dapat bernapas lagi.
Ayat 7
“Dan bumi pun Kami hampaikan dia dan Kami letakkan padanya gunung-gunung."
Dapatlah kita rasakan pengaruh dari ayat ini apabila kita berdiri di lereng gunung yang agak tinggi. Maka terhamparlah bumi di bawah kita. Keindahan membaca ayat ini akan lebih terasa lagi bilamana kita sedang terbang di atas kapal terbang Boeing 747 dalam perjalanan yang jauh, yang jarak kita dan bumi sampai beribu-ribu kaki. Benar-benarlah kita rasakan pada waktu itu bagaimana “datarnya" bumi sebagai hamparan sehingga bukit-bukit kecil kelihatan rata saja dengan bumi, kayu-kayuan di hutan pun datar dengan yang lain, dan gunung-gunung besar jelas kelihatan sebagai pasak bumi dalam kedatarannya itu.
“Dan Kami tumbuhkan padanya tanam-tanaman yang indah."
Ini pun dapat kita rasakan bila kita perhatikan perbedaan padang pasir yang kering gersang dengan bumi yang subur dengan tumbuh-tumbuhan. Bagaimana Allah Ta'aala mengatur keindahan alam dengan adanya ta-nam-tanaman, tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan, rumput-rumputan, yang semuanya itu membawa pengaruh besar ke dalam jiwa kita membawa kedamaian.
Ayat 8
Kemudian itu datanglah ayat 8 menjadi kunci dan ayat-ayat yang sebelumnya itu, “Untuk menjadi pelayanan dan peningatan bagi tiap-tiap hamba yang ingin kembali."
Dalam ayat ini dijelaskanlah apa gunanya Allah menganjurkan kita melihat alam, melihat gunung dan dataran jauh, padang yang luas, lautan yang terbentang, langit yang membiru, bintang-gemintang. Apa gunanya? ialah agar kita menjadikannya peringatan bahwasanya itu berdiri adalah atas kehendak Mahakuasa Allah. Yang biasa hujan turun dengan teratur dan menurut musim. Tetapi musim bisa terlambat, untuk memperlihatkan bahwa Allah
pun Mahakuasa menahan hujan. Maka jika hujan itu tertahan, bagaimanalah nasib bumi? Kalau angin tidak berembus, bagaimanakah nasib segala tumbuh-tumbuhan? Kalau udara menjadi pengap, bagaimana nasib manusia? Kalau kemarau panjang terjadi, berlebih daripada yang biasa, bagaimana nasib tumbuh-tumbuhan?
Pada suatu hari yangtenang berkumpullah beribu-ribu anak sekolah di Istana Presiden di Bogor, belum lama setelah pemerintahan yang lama jatuh. Sedang orang beriang gembira di bawah pohon-pohon rindang, tiba-tiba, dengan tidak disangka sama sekali, mulanya datanglah hujan yang tidak begitu lebat, setelah itu diikuti oleh halilintar (petir) yang keras sekali bunyinya, sesudah itu datanglah angin yang sangat besar, sehingga pohon kayu yang besar-besar di sekeliling istana itu, dan juga kayu-kayu besar yang tumbuh dalam Kebun Raya yang terkenal itu bergoyang-goyang laksana gempa bumi dan beberapa batang di antaranya rubuh ke bumi dan anak-anak sekolah yang tadinya berteduh di bawah pohon-pohon yang rindang itu turut ditimpa kayu rubuh dan mati seketika.
Kejadian ini tidaklah sampai sepuluh menit, angin pun tenang kembali dan hujan pun teduh, sehingga mengangkat jenazah anak-anak sekolah tadi dari tempat kematiannya, lebih lama daripada masa datangnya angin hebat itu sendiri.
Itu adalah suatu peringatan, bahwasanya hal seperti itu pun bisa kejadian pula di tempat yang lain dalam ukuran yang lebih besar. Di dalam surah an-Nahl ayat 77 Allah berfirman,
“Dan tidaklah urusan Sa'at (Kiamat) itu melainkan laksana sekejap mata atau dia lebih dekat lagi." (an-Nahl: 77)
Di ujung ayat diberi peringatan kepada kita agar ingat bahwa sejauh apa pun perjalanan dalam hidup ini, namun akhirnya pasti kembali. Tidak ada yang kekal, tidak ada yang tetap. Semuanya mesti kembali kepada asalnya dan kita manusia sendiri pun haruslah ingat bahwa kita pun dalam perjalanan kembali. Kalau kita telah ingat bahwasanya hakikat dari perjalanan kita dalam hidup ini, tidak lain daripada kembali maka selalulah kita bersiap dalam kekembalian itu, apa yang akan kita bawa dan jangan beruntung kita dibawa pulang dengan kosong. Setelah itu Allah pun berfirman lagi,
Ayat 9
“Dan Kami turunkan air dari langit yang banyak mengandung berkah."
Diturunkan air dari langit; air itu ialah air hujan dan langit itu ialah tampak yang tinggi. Air itu membawa berkah ke atas bumi ini. Di dalam ayat yang lain, yaitu dalam surah al-Anbiyaa' ayat 30,
“Dan telah Kami jadikan daripada air tiap-tiap sesuatu hidup." (al-Anbiyaa: 30)
Berdasarkan kepada ayat ini maka dalam zaman modern abad kedua puluh ini di beberapa padang pasir yang kering di Libya, di Saudi Arabia, di Kuwait dan lain-lain, orang mempergunakan alat-alat berat buat menggali tanah mengeluarkan air dari bumi yang kering, sehingga timbullah air dan padang pasir yang beribu tahun lamanya kering kersang sudah mulai dapat ditanami, sebab air adalah jadi per-gantungan hidup. Itu sebabnya maka lanjutan ayat menjelaskan bahwa air itu “banyak mengandung berkah,"sehingga karena air tanaman hidup dan karena tanaman hidup manusia pun dapat pula melanjutkan hidup di tempat itu.
“Maka Kami tumbuhkan dengan dia kebun-kebun dan biji tanaman yang dikelam."
Ayat ini pun memperluas pikiran manusia untuk bertani, yang memberikan hasil berlipat ganda bagi penghidupan. Di dalam ayat dikelaskan bahwa turun air hujan dari langit itu penuhlah dengan berkah, membawa kesuburan dan kekayaan bagi hidup manusia. Sejak dari gandum, jagung, dan beras, padi. Semuanya itu membawa hasil sehingga dengan jelas diterangkan pula dalam Al-Qur'an sendiri tentang mana yang perlu dizakatkan, yaitu makanan yang memberi rasa kenyang bagi manusia seperti beras pada bagi bangsa kita dan gandum bagi bangsa-bangsa yang lain dijadikan roti. Dikatakan dalam Al-Qur'an,
“Berikanlah zakat pada hari memetiknya." (al-An'aam: 141)
Kagumlah kita dengan susunan ayat Al-Qur'an yang sampai menyebut kepada hari mengetam segala. Karena Allah Maha Mengetahui betapa rasa bahagia petani bila datang masa mengetam yang pada orang bersawah disebut musim menuai atau musim menyabit. Orang di waktu itu hidup gembira karena padi cukup akan dimakan, sawah memberikan hasil yang menyenangkan dan hujan turun dengan teratur. Sampai bagi perantau sendiri menjadi angan-angan jika dapat pulang ke kampung dari perantauaanya yang tidak begitu jauh pada waktu musim menyabit padi.
Ayat 10
“Dan pohon kmmayang menjulang tinggi, baginya ada mayang yang bensusun-susun."
Ayat ini pun membayangkan keindahan yang akan dapat kita lihat bilamana kita mengembara di negara-negara yang subur padanya pertumbuhan kurma. Hal ini dapat kita lihat dalam perjalanan jauh, berkilo-kilo me-ter di sebelah Iraq, dari Baghdad menuja Najaf atau Karbala. Ataupun di daerah-daerah yang lain di Aljazair menuju Marokko, tinggi-tinggi menjulang dan kelihatan mayangnya bersusun-susun, dalam tiap-tiap susunan itu kelihatan buahnya. Bilamana datang musim shaif (summer, musim panas), ketika sangat panasnya itulah buah kurma menjadi masak karena kerasnya tekanan panas. Maka buah kurma itu pun menjadi salah satu makanan yang memberi kenyang, yang sama kuasa membuat kita menjadi kenyang seperti nasi sehingga bagi tentara Arab di padang pasir, kadang-kadang buah kurma itu saja pun sudah cukup menjadi perbekalan perang, ringan di-bawa ke mana-mana.
Ayat 11
“Rezeki bagi hamba-hamba."
Yaitu hamba Allah."Dan Kami hidupkan dengan dia negeri yang telah mati." Artinya ialah dengan datangnya hujan, negeri-negeri yang telah mati dapat hidup kembali, yang lesu dapat menjadi segar,
“Seperti itu jualah kebangkitan."