Ayat
Terjemahan Per Kata
بَلۡ
bahkan
عَجِبُوٓاْ
mereka heran
أَن
bahwa
جَآءَهُم
telah datang pada mereka
مُّنذِرٞ
seorang pemberi peringatan
مِّنۡهُمۡ
dari mereka
فَقَالَ
maka berkata
ٱلۡكَٰفِرُونَ
orang-orang kafir
هَٰذَا
ini
شَيۡءٌ
sesuatu
عَجِيبٌ
sangat aneh
بَلۡ
bahkan
عَجِبُوٓاْ
mereka heran
أَن
bahwa
جَآءَهُم
telah datang pada mereka
مُّنذِرٞ
seorang pemberi peringatan
مِّنۡهُمۡ
dari mereka
فَقَالَ
maka berkata
ٱلۡكَٰفِرُونَ
orang-orang kafir
هَٰذَا
ini
شَيۡءٌ
sesuatu
عَجِيبٌ
sangat aneh
Terjemahan
(Mereka menolaknya,) bahkan mereka heran karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri. Berkatalah orang-orang kafir, “Ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan.
Tafsir
(Bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka sendiri) yakni seorang rasul yang memperingatkan mereka tentang adanya azab neraka sesudah hari berbangkit, bila mereka tidak beriman (maka berkatalah orang-orang kafir, "Ini) tentang peringatan itu (adalah suatu hal yang amat ajaib.).
Tafsir Surat Qaf: 1-5
Qaf. Demi Al-Qur'an yang sangat mulia. (Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, "Ini adalah suatu yang amat ajaib. Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat). Sebenarnya mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.
Qaf adalah salah satu dari huruf Hijaiah yang telah disebutkan pada permulaan surat-surat Al-Qur'an, sama halnya dengan Shad, Nun, Alif Lam Mim, Ha Mim, Ta Sin, dan lain sebagainya, menurut Qatadah dan lain-lainnya yang keterangannya telah kami kemukakan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah sehingga tidak perlu diulangi lagi. Menurut apa yang diriwayatkan dari sebagian ulama Salaf, Qaf adalah nama sebuah gunung.
Seakan-akan hanya Allah Yang Maha Mengetahui riwayat ini bersumber dari dongengan-dongengan kaum Bani Israil, lalu diambil oleh sebagian orang karena adanya pembolehan mengambil riwayat dari mereka menyangkut hal-hal yang tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat pula didustakan. Menurut hemat saya, hal ini dan yang semisal dengannya termasuk salah satu dari buatan kaum zindiq mereka (Bani Israil) yang sengaja mereka sisipkan dalam agama mereka untuk mengelabul urusan agama mereka.
Sebagaimana telah dilakukan buatan-buatan seperti ini di kalangan umat ini, padahal banyak memiliki ulama yang agung, para ahli hafal hadis, dan para Imam mujtahidin, yaitu hadis-hadis buatan yang disandarkan kepada Nabi ﷺ Padahal masa umat ini dengan nabinya masih belum begitu jauh. Maka terlebih lagi dengan umat Bani Israil yang masanya begitu jauh, sedangkan para ahli hafal kitab yang kritis sangat minim di kalangan mereka. Dan lagi kebiasaan mereka dalam meminum Khamr dan para ulamanya yang berani mengubah kalimat-kalimat Al-Kitab dari tempat-tempat yang sebenarnya serta berani pula mengganti kitab Allah dan ayat-ayat-Nya.
Sesungguhnya syariat kita memperbolehkan pengambilan riwayat dari mereka (Ahli Kitab) hanyalah sebatas apa yang telah digariskan oleh Nabi ﷺ melalui sabdanya: Berceritalah dari Bani Israil tidak ada dosa. Yaitu sebatas apa yang diperbolehkan oleh kaidah rasio. Adapun mengenai hal-hal yang irasional dan jelas batil serta dicurigai dusta, maka hal tersebut bukanlah termasuk ke dalam apa yang diperbolehkan oleh hadis di atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Banyak dari kalangan ahli tafsir ulama Salaf dan juga sejumlah besar ulama Khalaf yang meriwayatkan kisah-kisah dari kitab-kitab Ahli Kitab dalam jumlah yang boleh dikata cukup banyak sehubungan dengan tafsir Al-Qur'anul Karim, padahal yang sebenarnya mereka tidak memerlukan berita-berita dari mereka.
Dan ironisnya Imam Abu Muhammad Abdur Rahman ibnu Abu Hatim Ar-Razi sendiri rahimahullah sehubungan dengan tafsir ayat ini telah mengetengahkan sebuah atsar yang garib. yang sanadnya tidak sahih sampai pada Ibnu Abbas r.a. Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku yang mengatakan bahwa ia pernah mendapat cerita dari Muhammad ibnu Ismail Al-Makhzumi, bahwa telah menceritakan kepada kami Lais ibnu Abu Salim, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Allah ﷻ telah menciptakan lautan di balik bumi ini yang mengelilinginya, kemudian di balik lautan itu Allah menciptakan sebuah gunung yang diberi nama Gunung Qaf; langit yang terdekat mengatapinya. Kemudian di balik gunung itu Allah ﷻ menciptakan pula bumi sebesar tujuh kali lipat bumi ini.
Kemudian Allah ﷻ di balik itu menciptakan lautan yang mengelilinginya, lalu Dia di balik itu menciptakan sebuah gunung yang dinamakan Gunung Qaf, langit yang kedua mengatapinya, hingga hal yang sama diciptakan pada tujuh bumi dan tujuh laut, dan tujuh gunung, serta tujuh langit. Kemudian Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa itulah yang dimaksud oleh firman Allah ﷻ yang mengatakan: dan laut itu ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudahnya. (Luqman: 27) Sanad atsar ini munqati (ada mata rantai yang terputus). Yang jelas menurut apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dan Ibnu Abbas ra sehubungan dengan Qaf ini, ia adalah salah satu dan Asma Allah ﷻ Dan menurut riwayat dari Mujahid, Qaf adalah salah satu dan huruf Hijaiah sama halnya dengan firman Allah ﷻ lainnya yang mengawal, banyak surat, seperti Shad, Nun, Ha Mim, Ta Sin, Alif Lam Mim dan lain sebagainya. Ini Jelas berbeda jauh sekali dari apa yang dikatakan bersumber dari Ibnu Abbas r.a. di atas. Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan Qaf ialah Qudiyal Amru Wallahi, yakni 'Demi Allah, urusan itu telah diputuskan .
Dan bahwa firman Allah ﷻ ini menunjukkan adanya kalimat yang terbuang yang berkaitan dengannya, semisal dengan apa yang dikatakan oleh seorang penyair: ... Kukatakan kepadanya.Berhentilah!" Maka dia berkata.Stop!" Tetapi tafsir seperti ini masih diragukan, karena adanya kalimat yang terbuang hanya dapat ditunjukkan melalui konteks yang menunjuk ke arahnya. Lalu darimanakah pengertian seperti itu dalam huruf Qaf ini? Firman Allah ﷻ: Demi Al-Qur'an yang sangat mulia. (Qaf: 1) Yakni Al-Qur'an yang sangat mulia lagi sangat agung.
yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42) Para ulama berbeda pendapat sehubungan dengan jawaban dari sumpah yang disebutkan dalam ayat ini. Menurut Ibnu Jarir dan sebagian ulama Nahwu, jawab qasam-nya adalah firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat). (Qaf: 4) Tetapi pendapat ini masih diragukan, bahkan sebenarnya jawab qasam-nya telah terkandung di dalam kalimat sesudahnya, yaitu menetapkan kenabian dan hari kemudian, yakni mengukuhkan dan meyakinkan keberadaannya, sekalipun hal tersebut tidak disebutkan secara teks; hal seperti ini banyak didapati dalam qasam-qasam yang ada dalam Al-Qur'an, seperti pada pembahasan yang terdahulu dalam firman-Nya: Shad, demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan.
Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shad: 1-2) Hal yang sama disebutkan di dalam surat ini melalui firman-Nya: Qaf. Demi Al-Qur'an yang sangat mulia. (Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, "Ini adalah suatu yang amat ajaib. (Qaf: 1-2) Yakni mereka merasa heran dengan adanya seorang rasul dari kalangan manusia yang diutus kepada mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia. (Yunus: 2) Yaitu hal ini bukanlah merupakan peristiwa yang mengherankan, karena sesungguhnya Allah memilih dari kalangan malaikat dan manusia menjadi utusan-Nya.
Kemudian Allah ﷻ berfirman, menceritakan keheranan mereka tentang adanya hari kembali yang mereka anggap sebagai hal yang mustahil: Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (Qaf: 3) Mereka mengatakan, "Apakah bila kita telah mati dan menjadi tulang belulang serta semua sendi tulang-tulang kita bercerai-berai, dan kita menjadi tanah, apakah mungkin sesudah itu kita akan dihidupkan kembali seperti semua alam bentuk dan susunan yang sekarang ini seutuhnya?" Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (Qaf: 3) Yakni mustahil bisa terjadi.
Makna yang dimaksud ialah mereka tidak meyakini adanya hari berbangkit dan beranggapan bahwa itu mustahil. Maka dalam firman selanjutnya Allah ﷻ menjawab mereka: Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka. (Qaf: 4) Artinya, Kami mengetahui apa yang dimakan oleh bumi dari tubuh-tubuh mereka yang telah hancur, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Kami dimanakah tubuh mereka dan menjadi apakah tubuh mereka. dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat) (Qaf: 4) Yakni yang mencatat semuanya itu; ilmu Allah meliputi semuanya dan segala sesuatu telah dicatat di dalam Kitab di sisi-Nya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka. (Qaf: 4) Yaitu bumi yang memakan daging, kulit dan tulang serta rambut mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Kemudian Allah ﷻ menjelaskan penyebab kekafiran mereka, keingkaran dan anggapan mustahil mereka terhadap hal yang tidak mustahil. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Sebenarnya mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau. (Qaf: 5) Demikianlah keadaan setiap orang yang menyimpang dari kebenaran, apa pun alasan yang dikatakannya adalah batil belaka sesudah ia menyimpang dari kebenaran. Al-marij artinya pertentangan, kekacauan, kepalsuan, dan kemungkaran, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya (Rasul dan Al-Qur'an) orang yang dipalingkan. (Adz-Dzariyat: 8-9)"
Sesungguhnya Kami mengutus engkau wahai Nabi Muhammad sebagai rasul untuk menyampaikan wahyu-wahyu Kami, tetapi kaum musyrik Mekah mengingkarinya, bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka sendiri yang mempunyai kebiasaan makan, minum dan berkeluarga sebagaimana manusia pada umumnya. Maka berkatalah orang-orang kafir, 'Ini adalah suatu yang sangat ajaib. ' 3. Setelah menyaksikan bahwa kehadiran Rasul itu membawa peringatan tentang hari Kebangkitan, dengan penuh rasa keingkaran dan cemoohan, orang-orang kafir itu berkata, "Apakah apabila kami telah mati dan sudah menjadi tanah akan kembali lagi' Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin, dan sangat jauh dari penerimaan akal. Karena bagaimana mungkin jasmani yang sudah bercampur dengan tanah dapat kembali seperti semula. ".
Mereka mengingkari kerasulan Nabi Muhammad, bahkan mereka itu bukan saja ragu-ragu dan mengingkari kerasulannya, malahan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang manusia yang memberi peringatan dari kalangan mereka sendiri. Mereka memandang sungguh aneh bahwa Allah mengutus seorang manusia seperti mereka sendiri, yang biasa makan-minum dan berkeluarga, yang biasa tidur dan kadang-kadang kena penyakit.
Mereka membayangkan bahwa seorang utusan Allah itu mesti malaikat seperti diterangkan dalam firman Allah:
Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita? (al-Qamar/54: 24)
Dan firman-Nya
Mereka berkata, "Kamu hanyalah manusia seperti kami juga." (Ibrahim/14: 10)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH QAAF
(ROMBONGAN-ROMBONGAN)
SURAH KE-50, 45 AYAT, DITURUNKAN DI MADINAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
Ayat 1
“Qaaf."
Permulaan dengan huruf, sebagaimana surah-surah yang lain banyak pula yang dimulai dengan huruf-huruf sebagaimana telah kita uraikan pada pendahuluan. Dan huruf-huruf yang telah ada dalam surah-surah itu pun telah banyak pula kita tafsirkan dan uraikan pada surah-surah yang telah terdahulu, ada yang dengan keterangan panjang, ada yang secara pendek, satu keterangan melengkapkan keterangan yang lain. Maka huruf Qaaf d i sini, bolehlah kita tafsirkan dengan nama Allah yang dimulai dengan huruf tersebut; seumpama Qawiyyun, yang berarti Mahakuat; atau Qadiirun, yang berarti Mahakuasa; atau Qaa'imun, yang berarti berdiri sendirinya, dan lain-lain yang dapat kita lihat di dalam al-Asmaul Husna. Yang semua nama-nama itu sesuailah jika kita pasangkan dengan ayat-ayat akan datang sesudahnya. Misalnya dengan memaknakan Qawiyyun, yang bermakna kuat, akan jelaslah bahwa Allah itu Mahakuat, tidak dapat dihalangi kekuatannya oleh siapa saja. Seumpama sebuah negeri yang dibangun oleh manusia dengan segala kekuatan ilmu pengetahuan dan barang-barang yang kukuh, sehingga kita lihat sukar sekali buat digaduh dan dibongkar oleh manusia maka kelak suatu waktu dalam sekejap mata saja dapat hancur oleh kekuatan Allah.
“Demi Al-Qur'an yang sangat mulia."
Dalam ayat yang pertama ini, Allah telah menyatakan sumpah peringatannya, untuk menjamin kesucian dan kemuliaan AL-Qur'an bahwasanya isinya tidaklah kata-kata yang sia-sia dan kata terbuang yang tidak berfaedah. Dia adalah peringatan, pengajaran dan pedoman hidup. Maka dapatlah disesuaikan kembali di antara permulaan surah yang ditandai dengan huruf Qaaf, yang dapat diartikan dengan qu-drat iradah Allah Yang Mahatinggi, depgan menurunkan Al-Qur'an yang amat mulia.
Ayat 2
“Bahkan memeka merasa tercengang bahwa datang kepada mereka seorang pemberi ingat dari kalangan mereka sendiri."
Dikatakan dalam ayat ini bahwasanya mereka merasa tercengang mendengar berita daripada Nabi Allah itu, yang kepadanya Allah menurunkan wahyu-Nya, menurunkan Al-Qur'an yang sangat mulai itu. Setelah dari isi yang termaktub dalam Al-Qur'an itu ialah bahwa manusia ini setelah dia meninggal dunia, tidaklah mati sehingga begitu saja. Bahkan kelakkemudian hari mereka akan dibangkitkan kembali. Mereka akan hidup kembali pada suatu alam yang bernama alam akhirat. Di sana akan diadakan perhitungan dosa dan pahala, kebajikan dan kejahatan, berat dan ringannya amaian. Nabi yang menyampaikan wahyu yang dia terima itu adalah dari kalangan mereka sendiri, bukan dia orang lain dan bukan dia makhluk lain. Semua orang tercengang mendengarkannya. Tetapi oleh karena Nabi itu adalah orang yang dipercayai, orang yang tidak berkata dengan dusta, meskipun tercengang mendengarkannya, namun mereka percaya juga sehingga mereka mengakui akan kenabiannya dan kerasulannya, mengucapkan syahadat,"Tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah."
“Maka berkatalah orang-orang yang tidak pencaya, Ini adalah sesuatu yang ajaib."
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa semua orang tercengang, heran, mendengarkan berita Al-Qur'an bahwasanya manusia akan dibangkitkan kembali daripada mautnya setelah beberapa lama kemudian. Yang tercengang itu bukan saja orang yang kafir, bahkan juga ada orang yang beriman. Tetapi orang yang beriman, meskipun mereka tercengang, mereka tetap percaya, tetap iman bahwasanya hal itu bisa kejadian. Pertama karena yang menyampaikan berita itu adalah Rasulullah sendiri; mustahil beliau akan menyampaikan berita dusta kepada umat manusia. Dan segala rasul yang telah diutus Allah ke atas permukaan bumi ini, semuanya membawa berita tentang hidup yang kedua kali itu, tentang manusia akan dihidupkan kembali daripada matinya, sebagaimana tanah-tanah yang telah gersang beribu tahun lamanya, apabila diatur buminya dengan baik dia bisa subur kembali dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan kembali. Tetapi orang-orang yang kafir, orang-orang yang telah sengaja tidak mau percaya akan hidup yang kedua kali itu, yang tidak percaya akan hari berbangkit, hari berhisab, hari berhitung, hari menerima surah keputusan Allah dari kanan atau dari kiri, mereka akan berkata saja bahwa,"Ini adalah
suatu yang ajaib," sesuatu yang tidak mungkin kejadian. Bagi mereka, kalau orang sudah mati, ya matilah! Habis perkara! Tidak ada bangkit-bangkit lagi, tidak ada hitungan hidup lagi.
Ayat 3
“Apakah apabila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah?"
Apakah apabila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah, kita akan hidup pula kembali?
“itu adalah suatu pengembalian yang jauh sekali."
Yaitu yang jauh dari akal atau tidak masuk di akal! Yang mustahil! Sebab orang-orang yang kafir itu telah terlebih dahulu mendinding jiwanya daripada percaya, karena suntuk akalnya. Padahal kalau tubuh yang telah hancur jadi tanah itu akan dikembalikan Allah hidup sebagai sediakala, tidaklah mustahil bagi orang yang menundukkan akalnya kepada kekuasaan Yang Mahabesar! Sebab hal-hal yang terjadi sekarang saja pun tidak juga masuk dalam akal dan tidak juga dapat akal memutuskan mengapa jadi demikian. Misalnya dari hal ter-pasangnya nyawa kepada yang tadinya tidak bernyawa, tidak jugalah habis manusia memikirkan mengapa jadi demikian.
Mengapa sebuah telur ayam, gabungan di antara kuning telur dengan putih telur, apabila dia dieramkan oleh induknya dengan panas udara tertentu, menurut hari yang tertentu, menjadi kenyataan bahwa anak ayam itu akhirnya hidup? Dari mana datangnya hidup itu?
Mengapa mani manusia, seorang laki-laki dan seorang perempuan apabila kedua macam mani itu telah tergabung jadi satu di dalam rahim seorang perempuan, lalu dalam melalui masa empat puluh hari dia pun menjadi nuthfah, dan melalui masa empat puluh hari pula dia pun menjadi ‘alaqah (darah segumpal], kemudian setelah melalui empat puluh hari pula dia menjelma menjadi mudhghah (daging segumpal), kemudian dia menjadi tulang dan tulang diliputi oleh daging lain, lalu dia diberi nyawa. Dan setelah sembilan bulan lebih beberapa hari, dia pun lahir ke dunia sebagai seorang manusia, padahal tadinya nyata-nyata bahwa dia adalah jipratan mani yang meloncat dari tubuh kelamin dua suami istri? Bagaimana maka terjadi bahwa segumpal pertemuan mani bisa menjadi filsuf, menjadi doktor honoris causa, menjadi advokat, menjadi ahli pikir, bahkan menjadi nabi juga? Mengapa maka segum-palan mani tadi, setelah dia berupa menjadi orang maka wajah cucu menyerupai neneknya yang telah mati bertahun-tahun yang lalu?
Sudah demikian maju kepandaian manusia pada abad kedua puluh ini, sehingga manusia pun telah dapat mengirimkan sperma (mani) sapi jantan dari Australia untuk dicampuradukkan dengan sperma sapi betina di Moskow, sudah dapat sapi betina itu mengandung dan kandungan itu diberi nyawa? Jawablah dengan terus terang, siapakah yang memberikan nyawa itu? Dari manakah datangnya nyawa itu? Apakah nyawa dikirimkan orang pasti dari Australia? Atau adakah bertemu dua kepingan nyawa, satu keping dari Australia dan satu keping lagi telah menunggu di Moskow? Kemajuan ilmu pengetahuan atau teknologi abad kedua puluh hanya mendapati bahwa keadaan demikianlah adanya, namun dia tidak dapat memberikan jawab yang pasti tentang sebab timbul nyawa dan apa yang bernama nyawa!
Maka kalau dalam kejadianyangsehari-hari kita lihat, kita alami, kita dapati dan buktikan sekarang ini, kita hanya dapat membuktikan, namun kita akan tetap heran mengapa jadi demikian, demikian jualah halnya dengan akan berbangkitnya kembali manusia sesudah mati beribu-ribu, bahkan berjuta tahun di belakang. Hidup itu bisa terjadi kembali, yaitu manusia yang telah mati hidup kembali menurut kondisi dan situasi yang ada pada masa itu kelak, dengan kenyataan yang telah dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur'an, dan manusia akan tetap heran, sebagaimana herannya tentang adanya hidup yang sekarang ini! Kalau kiranya orang berkata bahwa itu adalah"pengembalian yang jauh sekali", seperti tersebut di ujung ayat, tidak lain adalah karena keras kepala menolak kebenaran belaka, sebab ilmu pengetahuan sejati ilmu pengetahuan yang akan membawa manusia kepada iman tidak mereka dapat. Dan itulah yang disebut dalam ayat ini"orang-orangyang tidak percaya", artinya orang-orang yang kafir.
Ayat 4
“Sesungguhnya Kami telah tahu apa yang telah disusuli oleh bumi dari mereka."
Ayat ini sangat mengharukan kita bila kita pikirkan dan renungkan. Yaitu bahwasanya manusia apabila telah meninggal dunia, mereka pun dikuburkan. Sejak dia mulai dikuburkan tubuh itu mulailah susut; daging kembali hancur remuk jadi tanah, sehingga yang tinggal hanya tulang belulang. Tulang belulang itu ada yang tahan lama karena menurut keadaan bumi. Di bumi yang kering, tulang dapat dilihat bekasnya. Di bumi yang lembab, tulang itu sendiri pun rapuh. Kita dapat melihat pada kubur-kubur yang runtuh, kalau kubur bekas digali, tulang-tulang berserakan. Dan ada juga pemeluk suatu agama yang membakar mayat sampai hancur, sehingga hanya abunya yang bertemu. Bertemu bilamana abu itu dipelihara. Namun kalau tidak dipelihara tidak pula bertemu lagi di mana gerangan jenazah itu telah hilang. Maka dalam pangkal ayat 4 ini Allah menjelaskan kepada kita bahwa meskipun tulang telah hancur ataupun hanya tinggal tulang saja, ataupun tinggal abu saja, namun Allah tetap tahu apa yang telah disusuti oleh bumi dari mereka, yaitu dari jenazah orang-orang yang telah mati itu.
Kita teringat seorang pahlawan Filipina yaitu Jose Rizal yang dihukum bunuh oleh pemerintah Spanyol karena cita-citanya hendak merdeka. Ketika akan menjalani hukumannya, dia bersyair yang amat terkenal dalam sejarah negeri itu:"Adios Patria, Adoa Rada" (Selamat tinggal tanah airku sayang). Dalam syair itu digambarkannya bahwa jika dia meninggal karena menjalani hukuman bunuh sampai mati itu, hanya nyawanya yang akan bercerai dengan badannya. Adapun sari dari badan itu akan bersatu dengan bumi tanah airnya dan akan tumbuh menjadi rumput di pekuburan tanah airnya yang ketinggian, lalu rumput-rumput itu melihat kaum dan bangsanya meneruskan perjuangannya sepeninggal dia pergi, angin sepoi-sepoi basa akan mengembuskan rindu dendam dalam dirinya mendengar keluhan dari bangsanya yang malang karena dijajah.
Meskipun jose Rizal bukan seorang islam namun perjuangannya adalah perjuangan dari tiap-tiap manusia yang tidak rela menerima penjajahan. Namun perjuangannya ialah menghendaki pengorbanan dengan jiwa dan raga, sebagaimana terdapat di mana jua pun di dalam dunia ini. Tetapi dari syair yang dia tuliskan satu malam sebelum dia menjalani hukuman adalah pula kenyataan dari perubahan yang ditempuh oleh alam maddi ini; dahulunya menjadi tubuh. Setelah napas putus, tubuh akan dikuburkan. Setelah dikuburkan tubuh itu menjadi tanah, menimbulkan rumput dan tanaman yang subur. Rupa yang berubah, namun hakikat tetap. Maka Allah Yang Mahakuasa, sanggup mengubah tubuh manusia dalam beberapa waktu saja menjadi rumput yang tumbuh digoyang angin di atas kuburan, padahal zat (substansi)nya itu juga, tentu Allah itu jua yang Mahakuasa menjelmakannya menjadi insan kembali kepada waktunya kelak. Sebab itu di ujung ayat ada tertulis dengan jelas,
“Dan di sisi Kami ada kitab yang terpelihara."
Artinya ialah bahwa meskipun suatu jenazah yang telah hancur dan telah beribu tahun tersimpan dalam bumi sehingga dagingnya telah jadi tanah, tulangnya telah hancur lebur, kadang-kadang telah berubah keadaannya dari tubuh manusia menjadi tumbuh-tumbuhan
berbagai warna, namun semuanya itu di sisi Allah terpelihara dengan saksama sekali, tidak ada yang hilang, tidak ada yang habis. Sifat dan berituknya mungkin berubah, namun barang aslinya tidak berubah dan"administrasfnya tetap terpelihara di sisi Allah.
Ayat 5
“Bahkan mereka mendustakan kepada keberanian ketika datang kepada mereka."
Berbagai macam kenyataan dari kebenaran yang didatangkan oleh Allah, namun mereka masih tetap mendustakan. Ada yang mendustakan tidak mau percaya kepada Al-Qur'an itu sendiri. Mereka tidak mau per-caya bahwa Al-Qur'an itu wahyu dari Allah, melainkan mereka katakan bahwa Al-Qur'an itu hanya karangan Muhammad saja. Dan mereka pun tidak mau percaya bahwa Nabi Muhammad ﷺ itu adalah nabi dan rasul penutup daripada nabi dan rasul yang terdahulu dari dia. Dan mereka pun mendustakan keseluruhan dari agama Islam itu sendiri, sampai mereka katakan bahwa agama Islam itu hanyalah agama yang plagiat, atau dicuri-curi oleh Muhammad dari pengajaran nabi-nabi yang telah datang lebih dahulu, lalu diubahnya sedikit-sedikit di sana dan di sini, dikatakannya agama pula. Muhammad itu sendiri mereka katakan nabi palsu bahwa agama islam ini disebarkan dengan pedang, orang dipaksa memeluk agama Islam.
“Maka mereka pun beriada dalam keadaan kacau balau."
Mereka mendustakan kebenaran ketika datang kepada mereka, ketika Rasul menyampaikan kebenaran itu. Akhirnya apakah yang mereka dapati? Ialah hidup yang kacau balau, sebab yang mereka dustakan itu adalah kenyataan sejati, kebenaran yang tidak bisa diubah.
Kacau balau bagaimana? ialah karena men-dusta kebenaran itu mereka sendiri tidak dapat memutuskan siapa Nabi Muhammad itu sebenarnya. Kadang-kadang mereka mengatakan beliau itu tukang sihir, kadang-kadaug mereka katakan bahwa beliau itu seorang tukang syair, seorang sastrawan, kadang-kadang mereka katakan bahwa beliau itu adalah seorang kahin, yaitu tukang tenung, dukun! Mereka yang kacau berpikir tentang Rasul, namun Rasul itu sendiri yang mereka bantah dan dustakan.
***