Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَعَيِينَا
maka apakah Kami lemah
بِٱلۡخَلۡقِ
dengan penciptaan
ٱلۡأَوَّلِۚ
pertama
بَلۡ
bahkan
هُمۡ
mereka
فِي
dalam
لَبۡسٖ
keragu-raguan
مِّنۡ
tentang
خَلۡقٖ
penciptaan
جَدِيدٖ
yang baru
أَفَعَيِينَا
maka apakah Kami lemah
بِٱلۡخَلۡقِ
dengan penciptaan
ٱلۡأَوَّلِۚ
pertama
بَلۡ
bahkan
هُمۡ
mereka
فِي
dalam
لَبۡسٖ
keragu-raguan
مِّنۡ
tentang
خَلۡقٖ
penciptaan
جَدِيدٖ
yang baru
Terjemahan
Apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? (Sama sekali tidak,) bahkan mereka dalam keadaan ragu tentang penciptaan yang baru.
Tafsir
(Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama?) maksudnya, Kami tidak merasa letih dengan penciptaan yang pertama itu, demikian pula Kami tidak merasa letih untuk mengembalikan mereka. (Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu) yakni berada dalam keragu-raguan (tentang penciptaan yang baru) yaitu membangkitkan mereka menjadi hidup kembali pada hari berbangkit nanti.
Tafsir Surat Qaf: 12-15
Sebelumnya mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Samud, dan kaum Ad, kaum Fir'aun dan kaum Lut, dan penduduk Aikah serta kaum Tubba', semuanya telah mendustakan rasul-rasul, maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru. Allah ﷻ mengancam orang-orang kafir Quraisy melalui apa yang telah Dia timpakan kepada orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang yang mendustakan para rasul sebelum mereka, bahwa Dia telah menimpakan azab yang pedih di dunia atas mereka seperti kaum Nuh.
Bukan hanya mereka saja yang tertimpa azab Allah, bahkan seluruh penduduk bumi terkena ulah mereka, karena Allah menenggelamkan semuanya. Juga azab yang ditimpakan oleh Allah atas penduduk Rass yang kisahnya telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Furqan. dan kaum Samud, kaum 'Ad, kaum Fir'aun dan kaum Lut. (Qaf: 12-13) Yang dimaksud dengan ikhwan lut ialah umat Nabi Lut yang dia diutus kepada mereka dari kalangan penduduk Sodom dan Al-Gur (Gomorah), bagaimanakah Allah membenamkan mereka ke dalam bumi dan mengubah tempat tinggal mereka menjadi laut mati yang berbau disebabkan kekafiran dan perbuatan mereka yang melampaui batas serta selalu menentang perkara yang hak.
dan penduduk Aikah. (Qaf: 14) mereka adalah kaumnya Nabi Syu'aib a.s. serta kaum Tubba'. (Qaf: 14) Yaitu di negeri Yaman, yang kisahnya telah kami sebutkan di dalam surat Ad-Dukhan sehingga tidak perlu diulangi lagi. semuanya telah mendustakan rasul-rasul. (Qaf: 14) Yakni semua umat yang telah disebutkan di atas adalah generasi-generasi yang mendustakan rasul mereka masing-masing; dan barang siapa yang mendustakan seorang rasul, maka seakan-akan sama saja dengan mendustakan semua rasul, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 105) Padahal sesungguhnya yang datang kepada mereka hanyalah seorang rasul.
Tetapi seandainya datang semua rasul kepada mereka, maka mereka akan bersikap sama, yaitu mendustakan semuanya. maka sudah semestinya mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (Qaf: 14) Yakni sudah seharusnya mereka tertimpa apa yang telah diancamkan oleh Allah kepada mereka akibat kedustaan mereka, yaitu berupa azab dan pembalasan-Nya. Karena itu, berhati-hatilah orang-orang yang diajak bicara oleh ayat ini, janganlah mereka sampai tertimpa azab yang telah menimpa kaum-kaum terdahulu; sebab mereka sama dengan umat-umat terdahulu, yakni mendustakan rasul-rasul mereka.
Firman Allah ﷻ: Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? (Qaf:15) Yaitu apakah Kami mereka anggap tidak mampu untuk memulai penciptaan hingga mereka meragukannya. Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru. (Qaf: 15) Makna yang dimaksud ialah permulaan penciptaan tidaklah membuat Kami letih, sedangkan mengembalikannya seperti semula adalah hal yang jauh lebih mudah daripada penciptaan yang pertama kali. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah. (Ar-Rum: 27) Dan firman Allah ﷻ: Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh? Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya yang pertama kali.
Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin: 78-79) Dalam hadis sahih telah disebutkan: Allah ﷻ berfirman, "Anak Adam menyakiti-Ku, dia mengatakan bahwa Aku tidak akan dapat mengembalikannya (hidup lagi) seperti pada permulaan Aku menciptakannya, padahal permulaan penciptaan itu tidaklah lebih mudah daripada mengembalikannya."
Maka apakah Kami letih yakni tidak mampu lagi melakukan penciptaan dengan sebab telah melakukan penciptaan yang pertama' Sama sekali Kami tidak letih! Kami mampu untuk menciptakan yang baru dan itu lebih mudah bagi Kami. Sesungguhnya bahkan mereka, orang kafir itu, dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru, yakni membangkitkan manusia setelah kematiannya. 16. Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah mengetahui apa yang dibisikkan oleh manusia dan tidak ada sesuatu pun yang samar atau tersembunyi bagi-Nya. Dan sungguh, Kami, yakni Allah dengan kuasa-Nya bersama ibu bapak yang dijadikannya sebagai perantara telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, baik kebaikan maupun kejahatan, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Yakni Allah Maha Mengetahui keadaan manusia walau yang paling tersembunyi sekali pun.
Dalam ayat ini, Allah dengan cara yang halus dan mendalam memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dengan mengatakan, "Kami yang telah menciptakan sekalian makhluk dari permulaannya tanpa bantuan siapa pun, apakah Kami lelah dan letih untuk menciptakan makhluk-makhluk itu kedua kalinya, yang menurut pengalaman membuat kedua kalinya itu lebih mudah daripada menciptakannya yang pertama?" Dinyatakan dalam firman-Nya sebagai berikut:
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. (ar-Rum/30: 27)
Demikian pula firman-Nya:
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah (Muhammad), "Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 78-79)
Berbicara mengenai penciptaan, Allah membuat pernyataan bahwa proses penciptaan masih terus berlanjut, baik untuk makhluk hidup maupun benda mati. Indikasinya dapat dilihat juga pada beberapa ayat di bawah ini:
Dan kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan sebagai perhiasan. Dan Dia menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (an-Nahl/16: 8) Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (an-Nur/24: 45)
Dua ayat di atas, dan dari sekian banyak ayat lainnya, memperlihatkan bahwa Allah "belum selesai" melakukan kerja penciptaan-Nya. Penciptaan diindikasikan sebagai suatu proses yang terus berjalan. Dari sudut ilmu pengetahuan, keadaan demikian ini terlihat jelas. Secara perlahan, para peneliti mulai menyadari dan mengerti bahwa banyak fenomena alam yang berada pada posisi sedang berkembang. Salah satu bukti adalah terjadinya evolusi jenis yang terus berkembang. Ditemukan banyak bukti dalam bentuk fosil yang memperlihatkan adanya jenis-jenis yang mempunyai "bentuk antara" dari dua jenis yang eksis pada saat ini. Beberapa contoh di atas hanyalah sedikit dari sekian banyak bukti. Masih banyak yang belum terungkap. Apa yang kita ketahui saat ini hanyalah bagian kecil dari puncak gunung es yang muncul di atas air. Sedangkan bagian besar dari gunung es, yang berada di bawah permukaan air, sama sekali belum diketahui. Banyak peneliti menyadari bahwa kemampuan alam untuk mengatur dirinya didasarkan pada kemampuan fundamental dan misterius dari alam semesta. Bukti bahwa alam memiliki kekuatan yang kreatif, dan mampu menciptakan berbagai variasi-variasi struktur dan bentuk yang kompleks, seringkali membatalkan hukumhukum alam yang sebelumnya dibuat manusia. Dengan demikian, tidaklah berlebihan apabila beberapa ahli filosofi menyatakan bahwa alam semesta, yang sementara ini dianggap sebagai benda mati, adalah sesuatu yang sangat kreatif. Apabila penciptaan itu belum selesai, tentunya banyak "barang baru", yang sebelumnya belum pernah ada, yang muncul di alam semesta. Banyak ilmuwan percaya bahwa alam semesta ini masih terus berkembang. Ini dikenal di antara para ilmuwan dengan nama teori ekspansi.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 12
“Telah mendustakan sebelum mereka kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud."
Di dalam surah-surah yang lain telah banyak dijelaskan bagaimana kaum Nuh itu mendustakan firman Allah dan menolak keterangan rasul-rasul. Surah Huud sejak dari ayat2S sampai kepada ayat 48 (23 ayat) lengkap menceritakan kisah Nabi Nuh dengan kekafiran kaumnya. Kemudian disebutkan lagi dalam surah al-Mu'minuun, dari ayat 23 sampai ayat 40. Demikian juga di sana sini diselipkan Allah kisah Nuh, sampai di surah al-'Ankabuut dijelaskan usia beliau 950 tahun (surah al-'Ankabuut ayat 14). Setelah itu disebut pula penduduk negeri Rass, yaitu sebuah negeri yang terkenal karena terdapat di sana sumur tua bekas peninggalan orang dulu-dulu, yang mengingkari seruan Ilahi. Kemudian tersebut pula kaum Tsamud yang diutus ke sana Nabi Allah yang bernama Shalih, membawa tanda kebesaran Allah seekor unta betina yang sangat besar,
Ayat 13
“Dan ‘Ad dan Fir'aun dan saudara-saudara Luth."
‘Ad ialah kaum yang diutus Allah kepada mereka Nabi Hud, Fir'aun ialah raja dirajayang sombong dan merasa besar sendiri sampai dia mendakwakan dirinya menjadi tuhan yang maha tinggi, saudara-saudara Nabi Luth ialah penduduk negeri Sadum (dalam bahasa orang Barat disebut Sodom) dan Gamurrah, yang penduduknya sudah sangat rusak akhlaknya karena laki-laki lebih suka bersetubuh dengan sesamanya laki-laki, tidak ada syahwatnya kepada perempuan lagi, yang di zaman sekarang biasa disebut orang homoseks.
Ayat 14
“Dan penduduk negeni Aikah dan kaum Tubba'."
Negeri Aikah bertetangga dengan negeri Madyan; penyakit masyarakat negeri ini sama saja, yaitu sama-sama berpenduduk yang umum orang saudagar, tetapi persaudagar-annya tidak lagi memedulikan kejujuran; gantang dan katiannya sudah dicurangi, lain gantang pembeli yang lebih besar, dengan gantang penjual yang lebih kecil, supaya dari kedua macam gantang itu dia mendapat laba. Ini yang ditegur oleh Nabi Syu'aib, tetapi mereka menyanggah dan melawan kepada Syu'aib, mereka marah kepada Nabi Syu'aib mau campur urusan harta benda mereka, Tubba' adalah nama suatu keluarga kerajaan (dinasti) yang dinamai Tubba' dan jamaknya disebut tababi'ah. Mereka menjadi raja di zaman purbakala di sebelah Yaman, sesudah kerajaan Ratu Balqis."Semuanya telah mendustakan rasul-rasul." Dikatakan dalam ayat bahwa semuanya telah mendustakan rasul-rasul, padahal kalau dipandang sepintas lalu satu kaum hanya mendustakan satu rasul, umat Tsamud hanya mendustakan Nabi Shalih, umat ‘Ad hanya mendustakan Nabi Hud, mengapa agaknya dikatakan bahwa semuanya mendustakan rasul-rasul? Padahal umat Nabi Nuh hanya mendustakan satu rasul, yaitu Nuh sendiri? Kaum Tsamud hanya mendustakan
“Dan yang demikian bagi Allah tidaklah sukar." (Ibraahiim: 20)
Nama Allah sendirilah yang di antara disebut ‘Aziz, yaitu sukar, Adapun pada perbuatan Allah tidaklah ada yang ‘Aziz, yang sukar.
Ayat 15
“Apakah Kami letih dengan penciptaan pertama?"
Tegasnya ialah seperti pertanyaan,"Apakah kalian menyangka bahwa Kami, Allah, akan merasa letih karena menciptakan alam yang besar ini? Dengan ketujuh petala langit dan buminya? Dengan bintang-bintangnya, bulannya dan mataharinya? Apakah disangka bahwa keputusan Kami terbatas sebagai kekuatan manusia pula? Yang merasakan penat dan letih?
“Bahkan merekalah yang ragu-ragu dari hal penciptaan yang baru."
Artinya bahwa dalam rangkaian pertama Allah bersikap bertanya, apakah kalian menyangka bahwa Kami akan letih mencipta alam ini yang pertama kali? Dan dalam rangkaian yang kedua, kalian pun masih juga ragu-ragu bahwa Kami sanggup menghidupkan kembali yang sudah mati. Padahal sedangkan menciptakan sesuatu daripada tidak ada kepada ada, Kami tidak merasa letih, apatah lagi akan mengadakan kembali barang yang tadinya memang telah ada.
Kita pun telah mengetahui bahwasanya segala sesuatunya ini tadinya adalah dalam bahasa Arab disebut ‘Adam, artinya tidak ada sama sekali. Kemudian itu dijadikan sifat segala sesuatu itu berubah-ubah. Manusia ta-dinya tidak ada kemudian diciptakan Allah yang tidak ada itu (‘Adam) menjadi ada, yaitu mani (sperma), kemudian menjadi manusia yang berdarah berdaging. Kemudian mati lalu dikuburkan. Maka yang berdarah daging itu, bertukar jadi tanah namun dia masih ada. Kemudian itu tanah tadi subur sebab kena hujan lalu hujan itu menyebabkan tanah tadi menjelma menjadi rumput atau jadi pohon kayu! Sedang zat (substansi) dari barang itu masih tetap ada. Sebab itu bagi Allah tidaklah menyebabkan letih atau penat menjadikan dari ‘Adam kepada ada dan lebih tidak ragu-ragu lagi, kalau barang yang telah ada itu cuma menukar sifatnya saja dari mani, jadi darah daging, jadi tanah dan jadi pohon! Sebagaimana tersebut dalam surah Ibraahiim ayat 20, ayat kita diberi peringatan bahwa segala berita mengenai diri kita lebih diketahui oleh Allah. Kita sendiri sebagai manusia harus mengakui bahwa kita pasti bersalah. Puji dan caci maki manusia dapatkah kita hadapi? Cercaan dan celaan yang tidak mengenai kesalahan kita, berhak kita membela diri. Tetapi ujung ayat mengatakan bahwa berita tentang diri kita lebih diteliti oleh Allah. Maka datanglah pertanyaan,"Dapatkah kita membela diri di hadapan Allah kalau kita memang bersalah?"