Ayat

Terjemahan Per Kata
مَّا
bukanlah
ٱلۡمَسِيحُ
Al Masih
ٱبۡنُ
putera
مَرۡيَمَ
Maryam
إِلَّا
melainkan
رَسُولٞ
seorang Rasul
قَدۡ
sungguh
خَلَتۡ
telah berlalu
مِن
dari
قَبۡلِهِ
sebelumnya
ٱلرُّسُلُ
beberapa Rasul
وَأُمُّهُۥ
dan ibunya
صِدِّيقَةٞۖ
seorang wanita yang sangat benar
كَانَا
adalah keduanya
يَأۡكُلَانِ
keduanya memakan
ٱلطَّعَامَۗ
makanan
ٱنظُرۡ
perhatikanlah
كَيۡفَ
bagaimana
نُبَيِّنُ
Kami menjelaskan
لَهُمُ
bagi/kepada mereka
ٱلۡأٓيَٰتِ
keterangan-keterangan
ثُمَّ
kemudian
ٱنظُرۡ
perhatikanlah
أَنَّىٰ
kemana
يُؤۡفَكُونَ
mereka berpaling
مَّا
bukanlah
ٱلۡمَسِيحُ
Al Masih
ٱبۡنُ
putera
مَرۡيَمَ
Maryam
إِلَّا
melainkan
رَسُولٞ
seorang Rasul
قَدۡ
sungguh
خَلَتۡ
telah berlalu
مِن
dari
قَبۡلِهِ
sebelumnya
ٱلرُّسُلُ
beberapa Rasul
وَأُمُّهُۥ
dan ibunya
صِدِّيقَةٞۖ
seorang wanita yang sangat benar
كَانَا
adalah keduanya
يَأۡكُلَانِ
keduanya memakan
ٱلطَّعَامَۗ
makanan
ٱنظُرۡ
perhatikanlah
كَيۡفَ
bagaimana
نُبَيِّنُ
Kami menjelaskan
لَهُمُ
bagi/kepada mereka
ٱلۡأٓيَٰتِ
keterangan-keterangan
ثُمَّ
kemudian
ٱنظُرۡ
perhatikanlah
أَنَّىٰ
kemana
يُؤۡفَكُونَ
mereka berpaling
Terjemahan

Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Ibunya adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya makan (seperti halnya manusia biasa). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahlulkitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran).
Tafsir

(Almasih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu) telah lewat (sebelumnya beberapa rasul) maka dia pun akan berlalu/mati seperti mereka; dia bukanlah Tuhan seperti apa yang telah mereka sangkakan, jika memang demikian maka niscaya ia pun tidak akan berlalu/mati (dan ibunya seorang yang amat benar) seorang wanita yang teramat benar (keduanya biasa memakan makanan) sama seperti makhluk-makhluk hidup lainnya, maka siapa pun yang keadaannya demikian berarti dia bukanlah Tuhan karena ia masih membutuhkan makanan, lemah dan masih mengeluarkan kencing dan kotoran sebagai akibat dari makanan itu. (Perhatikanlah) dengan penuh rasa ketakjuban (bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka, ahli kitab, tanda-tanda kekuasaan Kami) yang menunjukkan keesaan Kami (kemudian perhatikanlah bagaimana) lafal annaa adalah kata tanya (mendustakannya) mereka berpaling dari perkara hak yang disertai dengan bukti yang jelas.
Tafsir Surat Al-Ma'idah: 72-75
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam," padahal Al-Masih (sendiri) berkata, "Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwa Allah salah seorang dari yang tiga "padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.
Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). Allah subhanahu wa ta’ala Berfirman menjatuhkan keputusan kafir terhadap beberapa golongan dari kaum Nasrani yaitu golongan Malakiyah, Ya'qubiyah, dan Nusturiyah karena sebagian dari mereka mengatakan bahwa Al-Masih adalah tuhan. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Mahasuci dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Dalam keterangan sebelumnya telah disebutkan, mereka telah diberi tahu bahwa Al-Masih itu adalah hamba dan utusan Allah. Kalimat yang mula-mula diucapkannya selagi ia masih berada dalam buaian ialah, "Sesungguhnya aku adalah hamba Allah!' Dan ia tidak mengatakan bahwa dirinya adalah Allah, tidak pula sebagai anak Allah, melainkan dia mengatakan: Sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) Sampai dengan beberapa ayat berikutnya, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian.
Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36) Demikian pula di saat masa dewasanya dan telah diangkat menjadi nabi, dia mengatakan kepada mereka seraya memerintahkan agar mereka menyembah Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya: padahal Al-Masih (sendiri) berkata, "Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. (Al-Maidah: 72) yaitu menyembah selain Allah bersama Dia. maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka (Al Maidah 72) Yakni Allah memastikannya menjadi penghuni neraka dan mengharamkan surga atasnya.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman lainnya, yaitu: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48) Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman: Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian." Mereka (penghuni surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.(Al-A'raf: 50) Di dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Nabi ﷺpernah memerintahkan seorang juru penyeru untuk menyerukan di kalangan khalayak ramai, bahwa sesungguhnya surga itu tiada yang dapat masuk ke dalamnya kecuali jiwa yang muslim.
Menurut lafal yang lain disebutkan jiwa yang mukmin. Dalam pembahasan sebelumnya, yaitu pada permulaan tafsir surat An-Nisa, tepatnya pada pembahasan firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (An-Nisa: 48) Disebutkan sebuah hadits melalui Yazid ibnu Babnus, dari Siti Aisyah, bahwa diwan (catatan amal) itu ada tiga macam. Lalu disebutkan salah satunya, yaitu suatu diwan yang Allah tidak mau memberikan ampunan padanya, yaitu dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan selain-Nya). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga. (Al-Maidah: 72) Hadits ini terdapat di dalam kitab Musnad Imam Ahmad.
Karena itu, dalam surat ini disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala,, menceritakan keadaan Al-Masih, bahwa dia telah mengatakan kepada kaum Bani Israil: Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (Al-Maidah: 72) Yakni di hadapan Allah dia tidak memperoleh seorang penolong pun, tiada yang membantunya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan dia dari apa yang dialaminya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahw Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah: 73) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Hakam ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah; 73).
Hat itu seperti perkataan orang-orang Yahudi, bahwa Uzair adalah anak Allah; dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih adalah putra Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga (yakni ada tuhan ayah, tuhan ibu, dan tuhan anak). Tetapi pendapat ini bila dikaitkan dengan tafsir ayat ini berpredikat gharib, mengingat pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Nasrani saja secara khusus. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenainya. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah orang-orang yang kafir dari kalangan mereka (kaum Ahli Kitab), yaitu mereka yang mengatakan ajaran trinitas, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan tuhan ibu yang melahirkan tuhan anak.
Mahatinggi Allah dari perkataan mereka dengan ketinggian yang Setinggi-tingginya. Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengatakan, ketiga sekte itu yakni sekte Malakiyah, sekte Ya'qubiyah, dan sekte Nusturiyah semuanya mengatakan ajaran trinitas ini, sekalipun mereka berbeda pendapat mengenainya dengan perbedaan yang sangat mencolok; pembahasan mengenainya bukan dalam kitab ini. Setiap golongan dari mereka mengafirkan golongan yang lain, tetapi pada prinsipnya ketiga golongan itu semuanya kafir.
As-Suddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap mereka yang menjadikan Al-Masih dan ibunya sebagai dua tuhan selain Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga itu. As-Suddi mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah'? Isa menjawab, "Mahasuci Engkau. (Al-Maidah: 116), hingga akhir ayat.
Pendapat inilah yang terkuat. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. (Al-Maidah: 73) Dengan kata lain, Tuhan itu tidak berbilang, melainkan Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya, Tuhan semua yang ada, dan Tuhan semua makhluk. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman seraya mengancam dan menekan mereka: Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu. (Al-Maidah: 73) Yakni tidak mau berhenti dari kebohongan dan kedustaan itu. pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73) Yaitu kelak di hari kemudian, berupa belenggu-belenggu dan berbagai macam siksaan.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Maidah 74) Demikianlah kemurahan, kedermawanan, kelapangan, kelembutan, dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala kepada makhluk-Nya. Sekalipun mereka melakukan dosa yang paling besar melalui kebohongan dan kedustaan yang mereka buat-buat terhadap Allah, Allah tetap menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun; karena setiap orang yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. (Al-Maidah: 75) Yakni sama halnya seperti semua rasul yang mendahuluinya.
Dengan kata lain, dia adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah seorang dari rasul-rasul-Nya yang mulia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain: Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan ibunya seorang yang sangat benar. (Al-Maidah: 75) Yaitu beriman kepada Isa dan membenarkannya. Hal ini merupakan kedudukan yang paling tinggi baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa Maryam bukanlah seorang nabi perempuan; tidak seperti apa yang diduga oleh Ibnu Hazm dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa ibu Nabi Ishaq (Sarah), ibu Nabi Musa, dan ibu Nabi Isa semuanya adalah nabi wanita.
Ibnu Hazm mengatakan demikian dengan berdalilkan bahwa para malaikat berbicara dengan Sarah dan Maryam, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susukanlah dia. (Al-Qashash: 7) Pengertian lafal wa auhaina ini menunjukkan derajat kenabian. Tetapi menurut pendapat jumhur ulama, Allah belum pernah mengutus seorang nabi melainkan dari kalangan kaum laki-laki. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109) Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari telah meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama akan ketetapan ini.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al-Maidah: 75) Yakni mereka memerlukan makanan dan mengeluarkan kotorannya, dan merupakan dua orang hamba, sama dengan manusia lainnya, sama sekali bukan tuhan, tidak seperti apa yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani yang bodoh; semoga laknat Allah terus-menerus menimpa mereka sampai hari kiamat. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami. Al-Maidah: 75) Yaitu ayat-ayat yang telah Kami jelaskan dan kami tampakkan kepada mereka. Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-Maidah: 75) Yakni kemudian perhatikanlah sesudah penjelasan dan keterangan itu, ke manakah mereka akan pergi, pendapat apakah yang mereka pegang, serta aliran sesat manakah yang mereka tempuh?"
Ketahuilah, wahai umat Nasrani, sesungguhnya Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang diutus Allah. Selain itu, perlu diketahui bahwa sesungguhnya telah berlalu pula sebelumnya beberapa rasul yang juga merupakan utusan-Nya, dan ibunya yang merupakan wanita pilihan adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Kedua-duanya sebagaimana layaknya manusia biasa juga memakan makanan, meminum minuman, merasakan sakit, gembira, sedih, dan lainnya. Oleh karena itu, perhatikan bagaimana Kami telah menurunkan wahyu dan mengutus rasul untuk menjelaskan kepada mereka, yaitu para Ahli Kitab, tentang tanda-tanda kekuasaan Kami, kemudian sesudah itu perhatikan pula bagaimana mereka berpaling dari memperhatikan ayatayat Kami yang merupakan tanda-tanda Keesaan Tuhan. Sebagai peringatan kepada umat Nasrani tersebut, Allah memerintahkan kepada Rasulullah sebagai berikut. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Mengapa kamu mengimani dan menyembah kepada tuhan yang selain Allah, padahal yang kamu yakini itu hanya sesuatu yang tidak akan dapat menimbulkan bencana apa pun kepadamu dan ia tidak pula dapat memberi manfaat apa-apa' Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar semua yang kamu ucapkan lagi Maha Mengetahui semua yang kamu lakukan.
Ayat ini menerangkan keistimewaan kedudukan Almasih (Isa) dan keistimewaan kedudukan ibunya (Maryam) kemudian ayat ini menerangkan pula tentang hakikat kepribadian mereka berdua. Keistimewaan Almasih ialah dia adalah utusan Allah, tidak ada perbedaannya dengan rasul-rasul yang datang pada masa sebelumnya, karena masing-masing membawa tanda kerasulan dari Allah. Jika Allah memberi kepada Nabi Isa kemampuan menyembuhkan sakit sopak dan menghidupkan orang mati sebagai mukjizat bagi Almasih, maka Allah menjadikan tongkatnya berupa seekor ular (al-A'raf/7:107) dan membelah laut (al-Baqarah/2:50) sebagai mukjizat bagi Nabi Musa. Jika Almasih dijadikan tanpa bapak, maka Nabi Adam dijadikan tanpa ibu dan bapak. Ibu Almasih adalah orang yang sangat mulia dan bertakwa kepada Allah.
Ayat ini menegaskan bahwa Almasih adalah seperti rasul-rasul yang lain, manusia biasa yang mempunyai kebutuhan jasmani, antara lain makan-makanan untuk menghindari lapar dan menjaga kesehatan untuk kelanjutan hidup. Tiap-tiap orang memerlukan sesuatu, dia adalah makhluk biasa yang karenanya tidak dapat dikatakan sebagai Tuhan pencipta dan tidak wajar disembah. Jadi yang wajar dan yang berhak disembah hanyalah Allah Yang Mahakuasa karena Allah diperlukan pertolongan-Nya. Tiap-tiap yang diperlukan, tentulah dipandang mulia oleh yang memerlukan. Tegasnya penyembah adalah orang yang memandang dirinya sendiri rendah dan hina dari yang disembah. Almasih sangat terkenal kuat ibadahnya kepada Allah, jadi Almasih menyembah Allah, ini menunjukkan bahwa Almasih itu "bukan Allah" karena Allah adalah yang disembah. Adalah suatu kebodohan apabila seseorang menyembah kepada orang yang sederajat dengannya baik dalam hakikat kejadian maupun dalam memerlukan pertolongan.
Selanjutnya pada akhir ayat ini, Allah menerangkan kepada Muhammad saw, bagaimana cara-cara Allah menjelaskan kepada Ahli Kitab tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya yang menunjukkan kesesatan pendirian mereka tentang Almasih. Kemudian Allah meminta perhatian Nabi Muhammad bagaimana cara-cara Ahli Kitab menolak penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan Allah itu, yang menunjukkan bahwa mereka memang tidak mempergunakan akal pikiran yang sehat karena mereka terbelenggu oleh taklid buta.
Tafsir Surat Al-Ma'idah: 72-75
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, `Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam,` padahal Al-Masih (sendiri) berkata, `Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, `Bahwa Allah salah seorang dari yang tiga `padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.
Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). Allah subhanahu wa ta'ala Berfirman menjatuhkan keputusan kafir terhadap beberapa golongan dari kaum Nasrani yaitu golongan Malakiyah, Ya'qubiyah, dan Nusturiyah karena sebagian dari mereka mengatakan bahwa Al-Masih adalah tuhan. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Mahasuci dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Dalam keterangan sebelumnya telah disebutkan, mereka telah diberi tahu bahwa Al-Masih itu adalah hamba dan utusan Allah. Kalimat yang mula-mula diucapkannya selagi ia masih berada dalam buaian ialah, `Sesungguhnya aku adalah hamba Allah!' Dan ia tidak mengatakan bahwa dirinya adalah Allah, tidak pula sebagai anak Allah, melainkan dia mengatakan: Sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) Sampai dengan beberapa ayat berikutnya, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian.
Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36) Demikian pula di saat masa dewasanya dan telah diangkat menjadi nabi, dia mengatakan kepada mereka seraya memerintahkan agar mereka menyembah Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya: padahal Al-Masih (sendiri) berkata, `Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. (Al-Maidah: 72) yaitu menyembah selain Allah bersama Dia. maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka (Al Maidah 72) Yakni Allah memastikannya menjadi penghuni neraka dan mengharamkan surga atasnya.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman lainnya, yaitu: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48) Dan Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman: Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, `Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian.` Mereka (penghuni surga) menjawab, `Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.(Al-A'raf: 50) Di dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Nabi ﷺpernah memerintahkan seorang juru penyeru untuk menyerukan di kalangan khalayak ramai, bahwa sesungguhnya surga itu tiada yang dapat masuk ke dalamnya kecuali jiwa yang muslim.
Menurut lafal yang lain disebutkan jiwa yang mukmin. Dalam pembahasan sebelumnya, yaitu pada permulaan tafsir surat An-Nisa, tepatnya pada pembahasan firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (An-Nisa: 48) Disebutkan sebuah hadits melalui Yazid ibnu Babnus, dari Siti Aisyah, bahwa diwan (catatan amal) itu ada tiga macam. Lalu disebutkan salah satunya, yaitu suatu diwan yang Allah tidak mau memberikan ampunan padanya, yaitu dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan selain-Nya). Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga. (Al-Maidah: 72) Hadits ini terdapat di dalam kitab Musnad Imam Ahmad.
Karena itu, dalam surat ini disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala,, menceritakan keadaan Al-Masih, bahwa dia telah mengatakan kepada kaum Bani Israil: Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (Al-Maidah: 72) Yakni di hadapan Allah dia tidak memperoleh seorang penolong pun, tiada yang membantunya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan dia dari apa yang dialaminya.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahw Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah: 73) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Hakam ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah; 73).
Hat itu seperti perkataan orang-orang Yahudi, bahwa Uzair adalah anak Allah; dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih adalah putra Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga (yakni ada tuhan ayah, tuhan ibu, dan tuhan anak). Tetapi pendapat ini bila dikaitkan dengan tafsir ayat ini berpredikat gharib, mengingat pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Nasrani saja secara khusus. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenainya. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah orang-orang yang kafir dari kalangan mereka (kaum Ahli Kitab), yaitu mereka yang mengatakan ajaran trinitas, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan tuhan ibu yang melahirkan tuhan anak.
Mahatinggi Allah dari perkataan mereka dengan ketinggian yang Setinggi-tingginya. Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengatakan, ketiga sekte itu yakni sekte Malakiyah, sekte Ya'qubiyah, dan sekte Nusturiyah semuanya mengatakan ajaran trinitas ini, sekalipun mereka berbeda pendapat mengenainya dengan perbedaan yang sangat mencolok; pembahasan mengenainya bukan dalam kitab ini. Setiap golongan dari mereka mengafirkan golongan yang lain, tetapi pada prinsipnya ketiga golongan itu semuanya kafir.
As-Suddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap mereka yang menjadikan Al-Masih dan ibunya sebagai dua tuhan selain Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga itu. As-Suddi mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, `Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah'? Isa menjawab, `Mahasuci Engkau. (Al-Maidah: 116), hingga akhir ayat.
Pendapat inilah yang terkuat. Firman Allah subhanahu wa ta'ala: padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. (Al-Maidah: 73) Dengan kata lain, Tuhan itu tidak berbilang, melainkan Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya, Tuhan semua yang ada, dan Tuhan semua makhluk. Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman seraya mengancam dan menekan mereka: Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu. (Al-Maidah: 73) Yakni tidak mau berhenti dari kebohongan dan kedustaan itu. pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73) Yaitu kelak di hari kemudian, berupa belenggu-belenggu dan berbagai macam siksaan.
Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Maidah 74) Demikianlah kemurahan, kedermawanan, kelapangan, kelembutan, dan rahmat Allah subhanahu wa ta'ala kepada makhluk-Nya. Sekalipun mereka melakukan dosa yang paling besar melalui kebohongan dan kedustaan yang mereka buat-buat terhadap Allah, Allah tetap menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun; karena setiap orang yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya. Firman Allah subhanahu wa ta'ala: Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. (Al-Maidah: 75) Yakni sama halnya seperti semua rasul yang mendahuluinya.
Dengan kata lain, dia adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah seorang dari rasul-rasul-Nya yang mulia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain: Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59) Firman Allah subhanahu wa ta'ala: dan ibunya seorang yang sangat benar. (Al-Maidah: 75) Yaitu beriman kepada Isa dan membenarkannya. Hal ini merupakan kedudukan yang paling tinggi baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa Maryam bukanlah seorang nabi perempuan; tidak seperti apa yang diduga oleh Ibnu Hazm dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa ibu Nabi Ishaq (Sarah), ibu Nabi Musa, dan ibu Nabi Isa semuanya adalah nabi wanita.
Ibnu Hazm mengatakan demikian dengan berdalilkan bahwa para malaikat berbicara dengan Sarah dan Maryam, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, `Susukanlah dia. (Al-Qashash: 7) Pengertian lafal wa auhaina ini menunjukkan derajat kenabian. Tetapi menurut pendapat jumhur ulama, Allah belum pernah mengutus seorang nabi melainkan dari kalangan kaum laki-laki. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109) Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari telah meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama akan ketetapan ini.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala: kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al-Maidah: 75) Yakni mereka memerlukan makanan dan mengeluarkan kotorannya, dan merupakan dua orang hamba, sama dengan manusia lainnya, sama sekali bukan tuhan, tidak seperti apa yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani yang bodoh; semoga laknat Allah terus-menerus menimpa mereka sampai hari kiamat. Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami. Al-Maidah: 75) Yaitu ayat-ayat yang telah Kami jelaskan dan kami tampakkan kepada mereka. Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-Maidah: 75) Yakni kemudian perhatikanlah sesudah penjelasan dan keterangan itu, ke manakah mereka akan pergi, pendapat apakah yang mereka pegang, serta aliran sesat manakah yang mereka tempuh?