Ayat
Terjemahan Per Kata
لَّقَدۡ
sesungguhnya
كَفَرَ
telah kafir
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
قَالُوٓاْ
(mereka) mengatakan
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
ثَالِثُ
tiga
ثَلَٰثَةٖۘ
dari tiga
وَمَا
dan tidak
مِنۡ
dari
إِلَٰهٍ
Tuhan
إِلَّآ
selain
إِلَٰهٞ
Tuhan
وَٰحِدٞۚ
satu/esa
وَإِن
dan jika
لَّمۡ
tidak
يَنتَهُواْ
mereka berhenti
عَمَّا
dari apa
يَقُولُونَ
mereka katakan
لَيَمَسَّنَّ
tentu akan menyentuh
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
مِنۡهُمۡ
diantara mereka
عَذَابٌ
siksa
أَلِيمٌ
pedih
لَّقَدۡ
sesungguhnya
كَفَرَ
telah kafir
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
قَالُوٓاْ
(mereka) mengatakan
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
ثَالِثُ
tiga
ثَلَٰثَةٖۘ
dari tiga
وَمَا
dan tidak
مِنۡ
dari
إِلَٰهٍ
Tuhan
إِلَّآ
selain
إِلَٰهٞ
Tuhan
وَٰحِدٞۚ
satu/esa
وَإِن
dan jika
لَّمۡ
tidak
يَنتَهُواْ
mereka berhenti
عَمَّا
dari apa
يَقُولُونَ
mereka katakan
لَيَمَسَّنَّ
tentu akan menyentuh
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
مِنۡهُمۡ
diantara mereka
عَذَابٌ
siksa
أَلِيمٌ
pedih
Terjemahan
Sungguh, telah kufur orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kufur di antara mereka akan ditimpa azab yang sangat pedih.
Tafsir
(Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwasanya Allah salah seorang) dari tuhan (yang tiga) artinya salah seorang dari tuhan-tuhan yang jumlahnya tiga dan dua orang lainnya yang dianggap tuhan ialah Nabi Isa beserta ibunya. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan dari orang-orang Nasrani (padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Dan jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu) berhenti dari menigakan Allah, kemudian kembali mengesakan-Nya (pasti akan menimpa kepada orang-orang yang kafir) artinya mereka yang menetapi kekafirannya (di antara mereka siksaan yang pedih") siksaan yang sungguh amat memedihkan, yaitu siksaan neraka.
Tafsir Surat Al-Ma'idah: 72-75
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam," padahal Al-Masih (sendiri) berkata, "Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya, dan tempatnya adalah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah seorang dari yang tiga; padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.
Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul. Sungguh sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).
Ayat 72
Allah ﷻ berfirman menjatuhkan vonis kafir terhadap beberapa golongan dari kaum Nasrani yaitu golongan Malakiyah, Ya'qubiyah, dan Nusturiyah karena sebagian dari mereka mengatakan bahwa Al-Masih adalah Tuhan. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Maha Suci Allah dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Dalam keterangan sebelumnya telah disebutkan, mereka telah diberi tahu bahwa Al-Masih itu adalah hamba dan utusan Allah. Kalimat yang mula-mula diucapkannya selagi ia masih berada dalam buaian ialah, "Sesungguhnya aku adalah hamba Allah.” Dan ia tidak mengatakan bahwa dirinya adalah Allah, tidak pula sebagai anak Allah, melainkan dia mengatakan: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (Maryam: 30) sampai dengan beberapa ayat berikutnya, yaitu firman-Nya: “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kalian semua. Ini adalah jalan yang lurus.” (Maryam: 36)
Demikian pula di saat masa dewasanya dan telah diangkat menjadi nabi, dia mengatakan kepada mereka seraya memerintahkan agar mereka menyembah Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
“Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, ‘Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian.’ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah.” (Al-Maidah: 72)
Yaitu menyembah selain Allah bersama Dia.
“Maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya, dan tempatnya adalah neraka.” (Al Maidah 72)
Yakni Allah memastikannya menjadi penghuni neraka dan mengharamkan surga atasnya.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman lainnya, yaitu:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa: 48)
Dan Allah ﷻ telah berfirman: “Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, ‘Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian.’ Mereka (penghuni surga) menjawab, ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir’.” (Al-A'raf: 50)
Di dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah memerintahkan seorang juru penyeru untuk menyerukan di kalangan khalayak ramai, bahwa sesungguhnya surga itu tiada yang dapat masuk ke dalamnya kecuali jiwa yang muslim. Menurut lafal yang lain disebutkan jiwa yang mukmin.
Dalam pembahasan sebelumnya, yaitu pada permulaan tafsir surat An-Nisa, tepatnya pada pembahasan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (An-Nisa: 48) disebutkan sebuah hadits melalui Yazid ibnu Babnus, dari Siti Aisyah, bahwa diwan (catatan amal) itu ada tiga macam. Lalu disebutkan salah satunya, yaitu suatu diwan yang Allah tidak mau memberikan ampunan padanya, yaitu dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan selain-Nya). Allah ﷻ berfirman: “Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya.” (Al-Maidah: 72) Hadits ini terdapat di dalam kitab Musnad Imam Ahmad.
Karena itu dalam surat ini disebutkan oleh Allah ﷻ, menceritakan keadaan Al-Masih, bahwa dia telah mengatakan kepada kaum Bani Israil: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.” (Al-Maidah: 72) Yakni di hadapan Allah dia tidak memperoleh seorang penolong pun, tiada yang membantunya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan dia dari apa yang dialaminya.
Ayat 73
Firman Allah ﷻ: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga.” (Al-Maidah: 73)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Hakam ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr sehubungan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga.” (Al-Maidah; 73) Hal itu seperti perkataan orang-orang Yahudi, bahwa Uzair adalah anak Allah; dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih adalah putra Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga (yakni ada tuhan ayah, tuhan ibu, dan tuhan anak).
Tetapi pendapat ini bila dikaitkan dengan tafsir ayat ini berpredikat gharib, mengingat pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Nasrani saja secara khusus. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang tidak hanya seorang. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenainya. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah orang-orang yang kafir dari kalangan mereka (kaum Ahli Kitab), yaitu mereka yang mengajarkan ajaran trinitas, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan tuhan ibu yang melahirkan tuhan anak. Maha Tinggi Allah dari perkataan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengatakan, ketiga sekte itu yakni sekte Malakiyah, sekte Ya'qubiyah, dan sekte Nusturiyah semuanya mengajarkan ajaran trinitas ini, sekalipun mereka berbeda pendapat mengenainya dengan perbedaan yang sangat mencolok; pembahasan mengenainya bukan dalam kitab ini. Setiap golongan dari mereka mengkafirkan golongan yang lain, tetapi pada prinsipnya ketiga golongan itu semuanya kafir.
As-Suddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap mereka yang menjadikan Al-Masih dan ibunya sebagai dua tuhan selain Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga itu. As-Suddi mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah’?” Isa menjawab, "Maha Suci Engkau.” (Al-Maidah: 116) hingga akhir ayat. Pendapat inilah yang terkuat.
Firman Allah ﷻ: “Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.” (Al-Maidah: 73)
Dengan kata lain, Tuhan itu tidak berbilang, melainkan Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya, Tuhan semua yang ada, dan Tuhan semua makhluk.
Kemudian Allah ﷻ berfirman seraya mengancam dan menekan mereka: “Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu.” (Al-Maidah: 73)
Yakni tidak mau berhenti dari kebohongan dan kedustaan itu.
“Pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.” (Al-Maidah: 73)
Yaitu kelak di hari kemudian, berupa belenggu-belenggu dan berbagai macam azab.
Ayat 74
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah 74)
Demikianlah kemurahan, kedermawanan, kelapangan, kelembutan, dan rahmat Allah ﷻ kepada makhluk-Nya. Sekalipun mereka melakukan dosa yang paling besar melalui kebohongan dan kedustaan yang mereka buat-buat terhadap Allah, Allah tetap menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun; karena setiap orang yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya.
Ayat 75
Firman Allah ﷻ: “Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul. Sungguh sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.” (Al-Maidah: 75)
Yakni sama halnya seperti semua rasul yang mendahuluinya.
Dengan kata lain, dia adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah seorang dari rasul-rasul-Nya yang mulia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Az-Zukhruf: 59)
Firman Allah ﷻ: “Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran.” (Al-Maidah: 75)
Yaitu beriman kepada Isa dan membenarkannya. Hal ini merupakan kedudukan yang paling tinggi baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa Maryam bukanlah seorang nabi perempuan; tidak seperti apa yang diduga oleh Ibnu Hazm dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa ibu Nabi Ishaq (Sarah), ibu Nabi Musa, dan ibu Nabi Isa semuanya adalah nabi wanita.
Ibnu Hazm mengatakan demikian dengan berdalilkan bahwa para malaikat berbicara dengan Sarah dan Maryam, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, ‘Susukanlah dia’.” (Al-Qashash: 7) Pengertian lafal wa auhaina ini menunjukkan derajat kenabian.
Tetapi menurut pendapat jumhur ulama, Allah belum pernah mengutus seorang nabi melainkan dari kalangan kaum laki-laki. Allah ﷻ berfirman: “Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (Yusuf: 109) Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari telah meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama akan ketetapan ini.
Firman Allah ﷻ: “Kedua-duanya biasa memakan makanan.” (Al-Maidah: 75)
Yakni mereka memerlukan makanan dan mengeluarkan kotorannya, dan merupakan dua orang hamba, sama dengan manusia lainnya, sama sekali bukan tuhan, tidak seperti apa yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani yang bodoh; semoga laknat Allah terus-menerus menimpa mereka sampai hari kiamat.
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Al-Maidah: 75)
Yaitu ayat-ayat yang telah Kami jelaskan dan kami tampakkan kepada mereka.
“Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Maidah: 75)
Yakni kemudian perhatikanlah sesudah penjelasan dan keterangan itu, ke manakah mereka akan pergi, pendapat apakah yang mereka pegang, serta aliran sesat manakah yang mereka tempuh?
Selain menganggap Isa al-Masih sebagai Tuhan, mereka juga menuhankan yang lainnya. Karena itu sungguh, telah kafir orang-orang yang dengan sadar mengatakan bahwa Allah itu adalah salah satu dari tuhan yang tiga. Padahal sesungguhnya sekali-kali tidak ada tuhan yang berhak disembah selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tetap pada keyakinan salah itu dan tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orangorang yang kafir yang tetap mempersekutukan Tuhan di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih, sebagai akibat dari penyimpangan ituSetelah mendapatkan penjelasan tentang keesaan Tuhan, maka mengapa mereka, orang-orang yang menganggap Isa putra Maryam sebagai Tuhan itu, tidak bertobat kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan memohon ampun kepada-Nya' Ketahuilah bahwa Allah itu Maha Pengampun atas semua dosa dari mereka yang mau bertobat dan Maha Penyayang terhadap semua makhluk-Nya.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menegaskan dengan sesungguhnya akan kekafiran orang Nasrani yang berkata bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah salah satu dari tiga oknum, yaitu Bapak, Putra dan Rohulkudus. Jadi ayat ini menggambarkan pendirian mayoritas orang Nasrani zaman dahulu. Segolongan kecil dari mereka ada yang berpendirian bahwa Allah adalah Isa Putra Maryam sedangkan segologan kecil yang lain berpendirian bahwa Isa itu adalah Putra Allah, dan dia bukan Allah.
Pendirian mereka ini tidak mempunyai dasar yang kuat karena Tuhan yang sebenarnya ialah zat yang tidak terbilang. Allah Maha Esa. Karena itu Allah adalah Mahakuasa. Jika Tuhan berbilang maka artinya Yang Mahakuasa itu lebih dari satu, dan jika mereka berdua atau lebih tentulah akan berebut kekuasaan yang akibatnya hancurlah alam ini. Andaikata tuhan-tuhan itu berdamai yakni ada yang berkuasa di langit dan ada yang berkuasa di bumi maka hal itu berarti Tuhan itu lemah, karena sifat damai adalah sifat orang yang lemah yang tidak sanggup menaklukkan alam sendirian. Dengan demikian Yang Mahakuasa itu harus tunggal.
Selanjutnya jika Tuhan itu terbilang, umpama terdiri atas tiga oknum dan ketiga-tiganya dianggap satu karena kesatuannya. maka artinya jika terjadi kehilangan salah satu daripadanya maka berarti hilanglah kesatuannya. dengan demikian hilanglah ketuhanannya karena matinya Yesus (salah satu oknum Tuhan) ditiang salib. Jika tidak demikian maka artinya Tuhan itu berbilang. Jadi ada Tuhan yang telah mati disalib dan dua yang masih hidup.
Jika dibenarkan adanya Tuhan Bapak dan adanya Tuhan Putra maka yang dinamakan Tuhan Bapak tentulah diketahui adanya lebih dahulu dan yang dinamakan Tuhan Putra tentulah diketahui adanya terkemudian. Sedangkan Tuhan itu bersifat Qadim yakni "adanya tidak didahului oleh tiada" dan Tuhan itu bersifat Baqa (kekal) yakni "adanya tidak diakhiri tiada." Isa adalah didahului oleh "tiada", karena itu dia tidak bersifat Qadim, karena dia tidak ada pada waktu sebelum dilahirkan oleh Maryam dan Isa tidak bersifat baqa (kekal) karena dia telah menjadi tiada, dia telah mati.
Demikianlah sesatnya pendirian orang Nasrani, jika ditinjau dari segi logika. Karenanya pada ayat ini Allah memperingatkan orang Nasrani supaya meninggalkan kepercayaan yang salah, dan hendaklah mereka kembali kepada ajaran-ajaran Tauhid. Jika mereka masih tetap pada kekafiran, yaitu mempersekutukan Allah maka mereka akan dimasukkan ke dalam azab api neraka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tafsir Surat Al-Ma'idah: 72-75
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, `Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam,` padahal Al-Masih (sendiri) berkata, `Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, `Bahwa Allah salah seorang dari yang tiga `padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.
Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). Allah subhanahu wa ta'ala Berfirman menjatuhkan keputusan kafir terhadap beberapa golongan dari kaum Nasrani yaitu golongan Malakiyah, Ya'qubiyah, dan Nusturiyah karena sebagian dari mereka mengatakan bahwa Al-Masih adalah tuhan. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Mahasuci dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Dalam keterangan sebelumnya telah disebutkan, mereka telah diberi tahu bahwa Al-Masih itu adalah hamba dan utusan Allah. Kalimat yang mula-mula diucapkannya selagi ia masih berada dalam buaian ialah, `Sesungguhnya aku adalah hamba Allah!' Dan ia tidak mengatakan bahwa dirinya adalah Allah, tidak pula sebagai anak Allah, melainkan dia mengatakan: Sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) Sampai dengan beberapa ayat berikutnya, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian.
Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36) Demikian pula di saat masa dewasanya dan telah diangkat menjadi nabi, dia mengatakan kepada mereka seraya memerintahkan agar mereka menyembah Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya: padahal Al-Masih (sendiri) berkata, `Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. (Al-Maidah: 72) yaitu menyembah selain Allah bersama Dia. maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka (Al Maidah 72) Yakni Allah memastikannya menjadi penghuni neraka dan mengharamkan surga atasnya.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman lainnya, yaitu: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48) Dan Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman: Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, `Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian.` Mereka (penghuni surga) menjawab, `Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.(Al-A'raf: 50) Di dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Nabi ﷺpernah memerintahkan seorang juru penyeru untuk menyerukan di kalangan khalayak ramai, bahwa sesungguhnya surga itu tiada yang dapat masuk ke dalamnya kecuali jiwa yang muslim.
Menurut lafal yang lain disebutkan jiwa yang mukmin. Dalam pembahasan sebelumnya, yaitu pada permulaan tafsir surat An-Nisa, tepatnya pada pembahasan firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (An-Nisa: 48) Disebutkan sebuah hadits melalui Yazid ibnu Babnus, dari Siti Aisyah, bahwa diwan (catatan amal) itu ada tiga macam. Lalu disebutkan salah satunya, yaitu suatu diwan yang Allah tidak mau memberikan ampunan padanya, yaitu dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan selain-Nya). Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga. (Al-Maidah: 72) Hadits ini terdapat di dalam kitab Musnad Imam Ahmad.
Karena itu, dalam surat ini disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala,, menceritakan keadaan Al-Masih, bahwa dia telah mengatakan kepada kaum Bani Israil: Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (Al-Maidah: 72) Yakni di hadapan Allah dia tidak memperoleh seorang penolong pun, tiada yang membantunya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan dia dari apa yang dialaminya.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahw Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah: 73) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Hakam ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah; 73).
Hat itu seperti perkataan orang-orang Yahudi, bahwa Uzair adalah anak Allah; dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih adalah putra Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga (yakni ada tuhan ayah, tuhan ibu, dan tuhan anak). Tetapi pendapat ini bila dikaitkan dengan tafsir ayat ini berpredikat gharib, mengingat pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Nasrani saja secara khusus. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenainya. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah orang-orang yang kafir dari kalangan mereka (kaum Ahli Kitab), yaitu mereka yang mengatakan ajaran trinitas, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan tuhan ibu yang melahirkan tuhan anak.
Mahatinggi Allah dari perkataan mereka dengan ketinggian yang Setinggi-tingginya. Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengatakan, ketiga sekte itu yakni sekte Malakiyah, sekte Ya'qubiyah, dan sekte Nusturiyah semuanya mengatakan ajaran trinitas ini, sekalipun mereka berbeda pendapat mengenainya dengan perbedaan yang sangat mencolok; pembahasan mengenainya bukan dalam kitab ini. Setiap golongan dari mereka mengafirkan golongan yang lain, tetapi pada prinsipnya ketiga golongan itu semuanya kafir.
As-Suddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap mereka yang menjadikan Al-Masih dan ibunya sebagai dua tuhan selain Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga itu. As-Suddi mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, `Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah'? Isa menjawab, `Mahasuci Engkau. (Al-Maidah: 116), hingga akhir ayat.
Pendapat inilah yang terkuat. Firman Allah subhanahu wa ta'ala: padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. (Al-Maidah: 73) Dengan kata lain, Tuhan itu tidak berbilang, melainkan Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya, Tuhan semua yang ada, dan Tuhan semua makhluk. Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman seraya mengancam dan menekan mereka: Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu. (Al-Maidah: 73) Yakni tidak mau berhenti dari kebohongan dan kedustaan itu. pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73) Yaitu kelak di hari kemudian, berupa belenggu-belenggu dan berbagai macam siksaan.
Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Maidah 74) Demikianlah kemurahan, kedermawanan, kelapangan, kelembutan, dan rahmat Allah subhanahu wa ta'ala kepada makhluk-Nya. Sekalipun mereka melakukan dosa yang paling besar melalui kebohongan dan kedustaan yang mereka buat-buat terhadap Allah, Allah tetap menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun; karena setiap orang yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya. Firman Allah subhanahu wa ta'ala: Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. (Al-Maidah: 75) Yakni sama halnya seperti semua rasul yang mendahuluinya.
Dengan kata lain, dia adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah seorang dari rasul-rasul-Nya yang mulia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain: Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59) Firman Allah subhanahu wa ta'ala: dan ibunya seorang yang sangat benar. (Al-Maidah: 75) Yaitu beriman kepada Isa dan membenarkannya. Hal ini merupakan kedudukan yang paling tinggi baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa Maryam bukanlah seorang nabi perempuan; tidak seperti apa yang diduga oleh Ibnu Hazm dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa ibu Nabi Ishaq (Sarah), ibu Nabi Musa, dan ibu Nabi Isa semuanya adalah nabi wanita.
Ibnu Hazm mengatakan demikian dengan berdalilkan bahwa para malaikat berbicara dengan Sarah dan Maryam, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, `Susukanlah dia. (Al-Qashash: 7) Pengertian lafal wa auhaina ini menunjukkan derajat kenabian. Tetapi menurut pendapat jumhur ulama, Allah belum pernah mengutus seorang nabi melainkan dari kalangan kaum laki-laki. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109) Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari telah meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama akan ketetapan ini.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala: kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al-Maidah: 75) Yakni mereka memerlukan makanan dan mengeluarkan kotorannya, dan merupakan dua orang hamba, sama dengan manusia lainnya, sama sekali bukan tuhan, tidak seperti apa yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani yang bodoh; semoga laknat Allah terus-menerus menimpa mereka sampai hari kiamat. Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami. Al-Maidah: 75) Yaitu ayat-ayat yang telah Kami jelaskan dan kami tampakkan kepada mereka. Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-Maidah: 75) Yakni kemudian perhatikanlah sesudah penjelasan dan keterangan itu, ke manakah mereka akan pergi, pendapat apakah yang mereka pegang, serta aliran sesat manakah yang mereka tempuh?