Ayat
Terjemahan Per Kata
بَلۡ
bahkan/tetapi
ظَنَنتُمۡ
kamu telah menyangka
أَن
bahwa
لَّن
tidak akan
يَنقَلِبَ
berbalik/kembali
ٱلرَّسُولُ
rasul
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ
dan orang-orang mukmin
إِلَىٰٓ
kepada
أَهۡلِيهِمۡ
keluarga mereka
أَبَدٗا
selama-lamanya
وَزُيِّنَ
dan menjadikan memandang baik
ذَٰلِكَ
demikian itu
فِي
dalam
قُلُوبِكُمۡ
hatimu
وَظَنَنتُمۡ
dan kamu telah menyangka
ظَنَّ
sangkaan
ٱلسَّوۡءِ
buruk
وَكُنتُمۡ
dan kalian
قَوۡمَۢا
kaum
بُورٗا
binasa
بَلۡ
bahkan/tetapi
ظَنَنتُمۡ
kamu telah menyangka
أَن
bahwa
لَّن
tidak akan
يَنقَلِبَ
berbalik/kembali
ٱلرَّسُولُ
rasul
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ
dan orang-orang mukmin
إِلَىٰٓ
kepada
أَهۡلِيهِمۡ
keluarga mereka
أَبَدٗا
selama-lamanya
وَزُيِّنَ
dan menjadikan memandang baik
ذَٰلِكَ
demikian itu
فِي
dalam
قُلُوبِكُمۡ
hatimu
وَظَنَنتُمۡ
dan kamu telah menyangka
ظَنَّ
sangkaan
ٱلسَّوۡءِ
buruk
وَكُنتُمۡ
dan kalian
قَوۡمَۢا
kaum
بُورٗا
binasa
Terjemahan
Bahkan, (semula) kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin sama sekali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka selama-lamanya dan dijadikan terasa indah yang demikian itu di dalam hatimu. Kamu telah berprasangka buruk. Oleh sebab itu, kamu menjadi kaum yang binasa.
Tafsir
(Tetapi) lafal Bal pada kedua tempat, yakni pada ayat ini dan ayat sebelumnya, menunjukkan makna Intiqal atau perpindahan dari suatu pembahasan kepada pembahasan yang lain (kalian menyangka bahwa rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarganya untuk selama-lamanya dan hal tersebut dipandang baik menurut hati kalian) yakni bahwa mereka mengharapkan supaya rasul dan orang-orang mukmin tertumpas habis sehingga mereka tidak kembali lagi ke Madinah (dan kalian telah menyangka dengan sangkaan-sangkaan yang buruk) yakni sangkaan seperti ini dan sangkaan-sangkaan yang buruk lainnya (dan kalian menjadi kaum yang binasa) lafal Buura adalah bentuk jamak dari lafal Baairun, yakni binasa menurut Allah dengan berprasangka seperti itu.
Tafsir Surat Al-Fath: 11-14
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan, "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami, mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu? Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan setan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu prasangka itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.
Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang menyala-nyala. Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal alasan yang dikemukakan oleh orang-orang yang tertinggal dari kalangan orang-orang Badui. Mereka adalah orang-orang yang lebih memilih tetap tinggal di tempat kediaman mereka bersama keluarga dan kesibukan mereka, dan mereka menolak berjalan bersama Rasulullah ﷺ menuju ke Hudaibiyah.
Untuk itu mereka beralasan bahwa diri mereka disibukkan dengan urusan tersebut dan meminta kepada Rasulullah ﷺ agar sudi memohonkan ampunan kepada Allah bagi mereka. Itulah ucapan mereka yang bukan timbul dari ketulusan hati, melainkan hanya sekedar basa-basi dan diplomasi. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: mereka mengucapkan dengan lisannya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu?" (Al-Fath: 11) Yakni tiada seorang pun yang dapat menolak apa yang dikehendaki oleh Allah terhadap diri kalian.
Mahatinggi lagi Mahasuci Allah, Dia Maha Mengetahui semua rahasia dan apa yang tersimpan di dalam hati kalian, sekalipun kalian menutup-nutupinya dan berbasa-basi dengan melahirkan apa yang bertentangan dengan isi hatimu. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Fath: 11) Dalam firman selanjutnya disebutkan: Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya. (Al-Fath: 12) Yakni keabsenan kalian bukanlah keabsenan yang beralasan, bukan pula sikap menentang, melainkan sikap munafik.
Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya. (Al-Fath: 12) Yaitu kalian mengira bahwa mereka akan terbunuh dan binasa semuanya tanpa ada yang selamat barang seorang pun. dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa. (Al-Fath: 12) Yakni kaum yang binasa dan celaka, menurut Ibnu Abbas r.a., Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Menurut Qatadah artinya rusak, dan menurut pendapat yang lainnya buran adalah dari dialek orang-orang Amman. Firman Allah ﷻ: Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan RasulNya. (Al-Fath: 13) Barang siapa yang tidak ikhlas dalam beramal lahir dan batinnya, maka sesungguhnya Allah ﷻ akan mengazabnya di dalam neraka yang menyala-nyala, sekalipun mereka secara lahiriah menampakkan kepada orang lain hal yang bertentangan dengan apa yang tersimpan di dalam hati mereka (yakni tidak ikhlas dan bukan karena Allah ﷻ). Selanjutnya Allah ﷻ menerangkan bahwa Dia adalah Hakim, Pemilik, dan Yang Mengatur semua penduduk bumi dan langit: Dia memberi ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Fath: 14) Yakni bagi siapa yang bertobat kepada-Nya dan kembali ke jalan-Nya serta tunduk patuh kepada-Nya."
Sebenarnya tidak ikut sertanya kamu pergi ke Mekah bukan karena sebab yang kamu nyatakan. Sesungguhnya kamu menyangka akan terjadi peperangan, bahkan semula kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin sekali-kali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka di Madinah selama-lamanya, karena terbunuh dalam peperang-an dengan orang-orang musyrik di Mekah. Sangkaan itu keliru dan dijadikan oleh setan terasa indah yang demikian itu di dalam hatimu, sehingga kamu memandangnya benar. Kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin akan terbunuh dalam peperangan dengan orang-orang musyrik dan kamu, dengan sangkaan yang demikian itu, telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa, bejat hatinya dan tidak pantas untuk memperoleh kebaikan. 13. Dan barang siapa tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak membenarkan perkataan Allah dan Rasul-Nya dan tidak beramal se-suai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu neraka yang menyala-nyala sebagai balasan atas kekafirannya. Dan barang siapa yang beriman secara benar kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Allah menyediakan untuknya pahala yang besar.
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang Arab padang pasir telah termakan oleh tipu daya setan. Anggapan bahwa Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya akan hancur, benar-benar telah ditanamkan setan dalam hatinya, sehingga telah menjadi pendapat dan keyakinan mereka. Oleh karena itu, mereka sangat takut pergi bersama Rasulullah ke Mekah. Padahal jika mereka memikirkannya secara mendalam, maka keengganan mereka itu sebenarnya akan menjadi sebab kebinasaan mereka di dunia, apalagi di akhirat. Tempat yang disediakan bagi mereka adalah neraka yang menyala-nyala.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 8
“Sesungguhnya Kami telah mengutus engkau akan menjadi saksi."
Disebutlah tugas yang pertama daripada Nabi ﷺ yaitu menjadi saksi, menyaksikan segala perbuatan baik yang dikerjakan oleh umat yang telah mendengar dakwahnya. Dalam ayat 41 pada surah an-Nisaa' dituliskanlah firman Allah sebagai pertanyaan kepada Rasulullah ﷺ,
“Bagaimanakah keadaannya (nanti) jika Kami bawakan bagi tiap-tiap umat seorang saksi dan Kami bawakan pula kamu atas mereka itu sebagai saksi (pula)?"(an-Nisaa'; 41)
Menurut suatu hadits yang shahih, Nabi senang sekali mendengar bilamana sahabat-sahabat beliau membawa ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada beliau. Maka pada suatu hari disuruhnyalah Abdullah bin Mas'ud membaca ayat Al-Qur'an mana yang dia hafal.
Maka dengan segala kerendahan hati Abdullah bin Mas'ud menjawab,"Bagaimanakah saya akan membacanya di hadapan engkau, ya Rasulullah, padahal kepada engkau Al-Qur'an itu diturunkan?"
Nabi menjawab bahwa beliau senang sekali bila mendengar orang lain yang membaca. Maka dibacalah ayat-ayat dari surah an-Nisaa' itu oleh Abdullah bin Mas'ud, sejak ayat yang pertama dan Nabi ﷺ mendengarkan dengan tafakur memahamkan isinya. Tetapi setelah sampai pada ayat 41 yang telah kita salinkan di atas, beliau menangis dan karena tangis beliau itu, Abdullah bin Mas'ud pun tidak meneruskan lagi.
“Dan buat menarik," yaitu perkataan yang penuh dengan tarikan dengan bujukan dan janji-janji yang mulia. Yaitu bagi barangsiapa yang patuh menuruti apa yang beliau perintahkan yang beliau gariskan bagi mereka itu telah disediakan surga, tempat yang mulia dan akan kekal mereka di dalamnya di akhirat besok.
“Dan buat mengancam."
Dan sebaliknya buat barangsiapa yang
tidak memedulikan akan seruan itu, masa bodoh, menentang, tidak percaya atau menyatakan permusuhan, pendeknya segala sikap yang menyatakan tantangan yang disebut kafir, disampaikan pulalah kepada mereka sikap ancaman bahwa mereka akan dikutuk dan dilaknat, diadzab dan dihukum dengan adzab dan siksa api neraka.
Maka bolehlah kita perhatikan Al-Qur'an sejak dari pangkalnya sampai kepada ujungnya, segala penarik dan pembujuk selalu diiringi dengan ancaman akan hukuman atau sebaliknya kalau terlebih dahulu ada ancaman akan siksaan dan adzab, di belakangnya diiringi dengan harapan akan bujukan dan tarikan Allah bahwa amal yang baik akan mendapat balasan dan ganjaran yang baik.
Ayat 9
“Supaya kamu semua betiman kepada Allah dan Rasul-Nya."
Percaya dengan sungguh-sungguh kepada apa saja yang diturunkan Allah dan dijalankan oleh Rasul dan disampaikan kepada kita, umat pengikut Muhammad."Dan supaya kamu teguhkan (agama-Nya)," kamu kuatkan. Meneguh dan menguatkan agama tidak dapat diserahkan kepada orang lain, mesti bergantung kepada kemauan dan tenaga sendiri yang didorongkan oleh rasa iman tadi. Di dalam surah al-Baqarah ayat 63, di dalam surah al-Baqarah ayat 93 dan di dalam surah al-A'raaf ayat 171 ada persamaan bunyi ayat,
“Ambillah olehmu apa yang Kami berikan kepada kamu itu dengan segenap kekuatan." (al-A'raaf; 171)
Artinya, dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, tidak seenaknya hendaklah dengan teguh hati."Dan muliakan Dia," yaitu muliakan Allah dengan memuliakan Nabi Muhammad yang membawa perintah itu, hormati dia, keterangan jabir bln Abdullah.
Tetapi kalau kita selidiki dengan saksama keterangan jabir bin Abdullah itu pun tidak ada pertentangannya dengan keterangan orang-orang yang menyatakan bersedia buat mati itu. Karena bersedia berperang dengan sedianya menghadapi maut dan tidak mau lari atau meninggalkan barisan (desseteur), Semua orang yang telah menyatakan diri atau telah berbaiat hendak berperang, sudah nyata sedia menghadapi maut! Tidak akan ada orang yang akan berbaiat bahwa saya mau ikut berperang asal jangan mati.
Dari semula tidak ada niat orang ini hendak pergi berperang. Tetapi setelah terdengar bahwa Utsman telah mati dibunuh, mereka semua mengadakan baiat, sedia berperang dan sedia mati! Apa yang akan terjadi sedia menghadapi. Itulah maksud sabda Nabi setelah mendengar berita Utsman terbunuh itu, beliau berkata,
“Tempat ini tidak akan kita tinggalkan sebelum kita berhitung dengan kaum itu."
Oleh sebab itu maka iman yang kuat kepada Allah Ta'aala bukanlah menyebabkan orang menjadi mundur atau patah semangat, bahkan menyebabkan orang menyusun kekuatan sampai terjadi baiat, sampai terjadi Nabi ﷺ bersabda, kita tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum kita adakan perhitungan yang tepat dengan kaum itu. Maka berita yang demikian telah menyebabkan semangat menjadi bulat dan hati menjadi teguh, bukan panik dan bukan gugup. Dan semuanya ini bergantung kepada adanya bijaksana dan tanggung jawab pada Nabi ﷺ sendiri sebagai pemimpin. Sehingga pujian terbesar datang dari Allah bahwa orang yang berbaiat sesamanya sendiri, sama artinya dengan berbaiat dengan Allah dan tangan Allah adalah di atas tangan mereka. Artinya ialah bahwa tangan mereka semuanya menjadi kuat dan teguh, Sebab semuanya ditating dan direstui
oleh tangan Allah atau oleh kekuatan Allah."Dan barangsiapa yang mungkir adalah memungkiri dirinya sendiri." Artinya kalau ada orang yang kemudian dan perjanjian atau baiat itu berbelok dari tujuan, tidak tahan menderita sehingga berubah pendirian maka samalah artinya dengan memungkiri diri sendiri, merusakkan sejarah yang tadinya telah disusun dengan baik.
Maka dalam agama Islam pada perjuangan-perjuangan yang penting itu, dicatat dan dihargai tinggi di zaman permulaan Islam yang utama sekali ialah orang-orang yang turut dalam Peperangan Badar. Sesudah itu ialah orang-orang yang turut menyaksikan baiat di Hudaibiyah itu.
Dalam sejarah bangsa-bangsa yang mencapai kemenangan dalam perjuangan maka zaman-zaman penting itu dijadikan penilaian penting pula bagi sejarah perjuangan seseorang. Misalnya dalam mencapai kemerdekaan Indonesia, diingat dan dihargai tinggi orang-orang yang turut aktif dalam Gerakan 1945, setelah itu dalam catatan lagi pepe-rangan-peperangan dalam memberantas pemberontakan-pemberontakan atau Peringatan Sewindu sama sekali itu ada bintangnya sendiri. Tetapi sebagai juga peringatan di zaman Nabi, kalau ada kesalahan tindakan di belakang maka peringatan jasa yang terdahulu itu, bisa saja menjadi hapus licin. Alhamdulillah kita tidak mendapati cara yang demikian dalam Islam. Karena sahabat-sahabat Rasulullah berperang buat kemenangan Islam ada dalam kebersihan semuanya.
“Dan barangsiapa yang memenuhi apa yang telah dijanjikannya kepada Allah maka Dia akan memberi kepadanya ganjaran yang besar."
Ujung ayat ini menegaskan bahwa seorang yang iman telah memenuhi hatinya, tidaklah akan berhenti berjuang sampai nyawanya bercerai dengan badannya, jasanya karena Perang Badar, disambungnya dengan jasa karena kehadiran damai Hudaibiyah, kemudian mengikuti lagi yang lain. Bahkan setelah terjadi pertikaian politik yang begitu hebatnya di antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan beberapa puluh tahun kemudian, ada sahabat Rasulullah yang tidak mau menyatakan berpihak ke mana-mana dan kedua belah pihak pun tidak pula mau mengganggu dan memaksa pihak-pihak yang tidak memasuki salah satu golongan itu. Di antara mereka ialah Sa'ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Umar.
Di samping orang-orang yang gagah berani karena telah sangat teguh imannya niscaya akan ada lagi orang-orang yang sangat takut menghadapi bahaya yang sangat mempertahankan hidup, sebab itu mereka pun tidak keberatan hidup dalam kehinaan. Orang-orang yang seperti inilah yang berkata,
Ayat 11
“Akan berkata kepada engkau orang-orang dusun yang tidak ikut."
Kita sebutkan al-A'raab dengan arti dusun. Arti dusun itu kita ambil yang terdekat saja. Biasa juga di negeri kita disebut orang kampungan yaitu orang-orang yang belum mempunyai pengertian yang mendalam tentang agama. Yang penting bagi mereka barulah sekadar makan dan minum. Mereka belum mengenal atau ideal maka mereka suka ikut berperang kalau akan mendapat untung dan tidak akan mati. Yaitu kalau besar harapannya bahwa perang itu akan menang! Tetapi kalau dia merasa ragu-ragu karena bilangan musuh lebih banyak dan musuh itu lebih kuat, mereka akan mencari berbagai macam dalih untuk mengelakkan diri."Telah melalaikan kepada kami harta berida kami dan keluarga kami, sebab itu mintakanlah ampun untuk kami."
Inilah jawaban untuk membersihkan diri daripada orang yang penakut dan tidak bertanggung jawab. Dia telah terasa takut dan cemas melihat besarnya musuh, sebab itu dia telah takut akan kena getahnya. Tetapi
kemudian setelah kelihatan olehnya bahwa pihak kaum Muslimin sesudah baiat itu telah bulat hati mereka menghadapi maut dan pihak musuh telah suka pula mengadakan permusyawaratan sehingga memberi izin naik haji pada tahun berikutnya. Barulah mereka datang meminta maaf, sebab tidak turut datang ketika panggilan tiba.
Menurut keterangan yang umum, terutama riwayat yang dibawakan oleh Jabir bin Abdullah, seorang pemuka Anshar yang turut dalam rombongan Hudaibiyah itu, banyaknya kaum Muslimin yang pergi mengikut Rasulullah ketika itu ialah sekitar 1.400 orang.
Dikatakan pada lanjutan ayat bahwasanya pengakuan mereka itu bukanlah sejujurnya."Mereka katakan dengan lidahnya apa yang tidak dari hatinya." Tegasnya bahwa mereka itu telah berdusta. Mereka katakan bahwa harta berida dan anak-anak mereka telah menghalangi sehingga mereka tidak dapat berjalan dan turut serta dengan Nabi ﷺ pergi berjuang. Padahal orang-orang yang turut dengan Nabi yang lain-lain itu pun mempunyai harta berida dan anak-anak juga. Sebab itu maka Nabi ﷺ disuruh menjawab ucapan keuzuran mereka yang mencari helah mengelakkan diri itu dengan tegas,"Katakanlah: siapakahyang berkuasa atas kamu lain daripada Allah jika Allah itu hendak mencelakakan kamu ataupun hendak memberi manfaat kepada kamu?" Pertanyaan yang disuruh Allah kepada Nabi-Nya menanyakan kepada kaum-kaum orang dusun itu telah membukakan rahasia sebenarnya mengapa mereka tidak mau membawa harta berida atau keluarga mereka kalau patut dibawa atau meninggalkan kalau patut ditinggalkan. Sebabnya ialah karena dalam hati mereka ada keraguan akan dibawakah atau tidak! Akan dibawa, mereka masih ragu-ragu apakah mereka akan selamat dalam perjalanan itu atau akan dapat celaka. Kalau jelas akan mendapat manfaat, tidak akan berbahaya, pastilah me-reka telah membawa mereka. Maka kalau mereka mempunyai iman yang tebal kepada Allah, mereka akan pergi dengan tidak ada rasa ragu! Keselamatan ataupun bahaya yang akan menimpa, semuanya itu datang dari Allah dan tidak ada orang yang sanggup menahannya atau menolaknya.
“Bahkan Allah adalah amat mengetahui apa pun yang hendak kamu kerjakan."
Lalu selanjutnya ditelanjangi oleh Allah perasaan munafik yang tersembunyi di dalam, apa sebab tidak ikut berperang sejak semula.
Ayat 12
“Bahkan kamu telah menyangka bahwa tidak akan kembali lagi Rasul dan orang-orang yang beriman itu kepada keluarganya selama-lamanya."
Artinya ialah bahwa orang-orang dusun yang penakut itu telah menaksir lebih dahulu bahwa kaum Muslimin tidak akan menang dalam peperangan ini. Berat sangka mereka bahwa Nabi dan orang-orang yang mengaku beriman sebagai pengikut beliau akan tewas dalam medan perang dan tidak akan ada harapan lagi buat kembali kepada keluarga mereka di rumah. Mereka telah takut bahwa pejuang-pejuang itu akan mati konyol semua: sebab itu lebih baik mengelak diri dari semula, jangan ikut, jangan campur dan jangan turut menyusahkan diri. Tetapi kemudian ternyata bahwa perjuangan itu tidak ada, bahkan perjanjianlah yang telah ditandatangani dan kemudian Muslimin beroleh kemenangan gemilang dalam bidang diplomatik. Di waktu itulah mereka datang meminta maaf sebab tidak hadir sejak semula, sebab harta berida dan anak istri mesti diurus lebih dahulu."Itulah yang terhias dalam hati mereka itu," sejak semula! Sebab mereka menyangka kaum Muslimin itu lemah tidak berdaya,"dan telah menyangka kamu persangkaan yang buruk,'' sebab menyangka kaum Muslimin lemah tidak berdaya, tidak mempunyai kesanggupan berdiplomasi dan kalau telah berhadapan dengan musuh akan kalah saja terus, sebab musuh itu banyak. Maka persangkaan yang buruk itu terbit ialah karena pergaulan mereka sendiri pun buruk. Mereka tidak dapat melihat betapa tingginya masyarakat yang telah diberituk Nabi ﷺ pada waktu itu.
“Dan adalah kamu jadi kaum yang telah rusak."
Timbul kerusakan dalam masyarakat seperti demikian karena tidak mencampuri masyarakat yang mempunyai ketinggian budi, yang mengerti bagaimana tebal dan teguhnya jiwa orang-orang perjuangan, yang telah mempunyai pendirian bahwasanya jika mereka mati dalam mempertahankan suatu pendirian yang benar, bukanlah mereka mati melainkan hidup terus dan di sisi Allah selalu mendapat rezeki.
Ayat 13
“Dan barangsiapa yang tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu neraka yang bernyala-nyala."
Ayat ini menjadi disiplin yang kuat, yang akan mengikat orang-orang yang beriman supaya jangan mundur. Karena kemunduran, lari meninggalkan medan perjuangan karena ragu-ragu, karena pengecut adalah tanda dari iman yang telah terbakat atau iman yang belum pernah tumbuh, yang hanya berkumpul kepada sorak-sorai saja selama ini. Muslim sejati disuruh teguh setia di saat suka dan duka, fi maa yasytahihi wa maa yakrahuhu, setia pada yang menimbulkan kegiatan ataupun pada yang pahit.
Ayat 14
“Dan kepunyaan Allah-lah kekuasaan di semua langit dan bumi."
Semua medan perjuangan itu Allah yang punya, sebab itu tak usah takut."Dan akan memberi ampun barangsiapa yang Dia kehendaki." Oleh sebab itu siapa yang pernah diserang ragu, berantaslah keraguan itu dan tobatlah!"Dan Dia pun akan menyiksa barangsiapa yang Dia kehendaki"yaitu orang yang tidak mengobat keraguan itu sehingga hanyut terus! Sungguh pun demikian,
“Dan adalah Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang."