Ayat
Terjemahan Per Kata
أَمۡ
atau/bahkan
يَقُولُونَ
mereka mengatakan
ٱفۡتَرَىٰهُۖ
dia mengada-adakannya
قُلۡ
katakanlah
إِنِ
jika
ٱفۡتَرَيۡتُهُۥ
aku mengada-adakannya
فَلَا
maka tidaklah
تَمۡلِكُونَ
kamu memiliki/kuasa
لِي
bagi aku
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
شَيۡـًٔاۖ
sesuatupun
هُوَ
Dia
أَعۡلَمُ
lebih mengetahui
بِمَا
dengan apa-apa
تُفِيضُونَ
kamu percakapkan
فِيهِۚ
padanya
كَفَىٰ
cukuplah
بِهِۦ
dengan dia
شَهِيدَۢا
menjadi saksi
بَيۡنِي
antaraku
وَبَيۡنَكُمۡۖ
dan antara kamu
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡغَفُورُ
Maha Pengampun
ٱلرَّحِيمُ
Maha Penyayang
أَمۡ
atau/bahkan
يَقُولُونَ
mereka mengatakan
ٱفۡتَرَىٰهُۖ
dia mengada-adakannya
قُلۡ
katakanlah
إِنِ
jika
ٱفۡتَرَيۡتُهُۥ
aku mengada-adakannya
فَلَا
maka tidaklah
تَمۡلِكُونَ
kamu memiliki/kuasa
لِي
bagi aku
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
شَيۡـًٔاۖ
sesuatupun
هُوَ
Dia
أَعۡلَمُ
lebih mengetahui
بِمَا
dengan apa-apa
تُفِيضُونَ
kamu percakapkan
فِيهِۚ
padanya
كَفَىٰ
cukuplah
بِهِۦ
dengan dia
شَهِيدَۢا
menjadi saksi
بَيۡنِي
antaraku
وَبَيۡنَكُمۡۖ
dan antara kamu
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡغَفُورُ
Maha Pengampun
ٱلرَّحِيمُ
Maha Penyayang
Terjemahan
Bahkan, mereka berkata, “Dia (Nabi Muhammad) telah mengada-adakannya (Al-Qur’an).” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika aku mengada-adakannya, tentu kamu tidak mampu sedikit pun menghindarkan aku dari (azab) Allah. Dia lebih tahu apa yang kamu percakapkan tentang itu (Al-Qur’an). Cukuplah Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Tafsir
(Bahkan) lafal Am di sini mempunyai makna sama dengan lafal Bal dan Hamzah yang menunjukkan makna ingkar (mereka mengatakan, "Dia telah mengada-adakannya") maksudnya, Al-Qur'an itu. (Katakanlah, "Jika aku mengada-adakannya) umpamanya (maka kalian tiada mempunyai kuasa mempertahankan aku dari Allah) dari azab-Nya (barang sedikit pun) artinya, kalian tidak akan mampu menolak azab-Nya daripada diriku, jika Dia mengazab aku (Dia lebih mengetahui apa-apa yang kalian percakapkan tentangnya) tentang Al-Qur'an itu. (Cukuplah Dia) Yang Maha Tinggi (menjadi saksi antaraku dan antara kalian dan Dialah Yang Maha Pengampun) kepada orang yang bertobat (lagi Maha Penyayang") kepada orang yang bertobat kepada-Nya; karena itu Dia tidak menyegerakan azab-Nya kepada mereka.
Tafsir Surat Al-Ahqaf: 7-9
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka, "Ini adalah sihir yang nyata. Bahkan mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya," Katakanlah jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikit pun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al-Qur'an itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang telah diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan. Allah ﷻ menceritakan perihal orang-orang musyrik dalam kekafiran dan keingkaran mereka, bahwa apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang menerangkan -yakni yang jelas, terang, dan gamblang-mereka mengatakan: Ini adalah sihir yang nyata. (Al-Ahqaf: 7) Yakni sihir yang jelas, padahal mereka dusta dan mengada-ada, dan mereka sesat lagi kafir.
Bahkan mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al-Qur'an). (Al-Ahqaf: 8) Yang mereka maksudkan dengan dia adalah Muhammad ﷺ, bahwa Al-Qur'an itu adalah buatan Muhammad. Maka Allah ﷻ berfirman: Katakanlah, "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikit pun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. (Al-Ahqaf: 8) Yakni seandainya aku berdusta terhadap-Nya dan mengaku-aku bahwa Dia telah mengutusku, padahal kenyataannya tidaklah demikian, tentulah Dia menghukumku dengan hukuman yang amat keras. Dan tiada seorang penduduk bumi pun, tidak pula kalian atau selain kalian yang dapat melindungiku dari azab-Nya. Semakna dengan apa yang telah disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: Katakanlah, Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.
Akan tetapi, (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. (Al-Jin: 22-23) Dan firman Allah ﷻ: Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 44-47) Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya dalam surat ini: Katakanlah, "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikit pun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al-Qur'an itu.
Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu. (Al-Ahqaf: 8) Ini merupakan ancaman yang ditujukan kepada mereka dan peringatan yang amat keras lagi menakutkan. Firman Allah ﷻ: Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Ahqaf:8) Makna ayat ini mengandung anjuran bagi mereka untuk segera bertobat dan kembali ke jalan-Nya. Yakni sekalipun dengan sikap kalian yang demikian itu, jika kalian kembali kejalan-Nya dan bertobat kepada-Nya niscaya Dia menerima tobat kalian dan memaafkan, mengampuni kalian serta merahmati kalian.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu diminta supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang. Katakanlah "Al-Qur'an itu diturunkan oleh (Allah) Yang Mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan: 5-6) Adapun firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. (Al-Ahqaf: 9) Yakni aku ini bukanlah rasul yang pertama yang diutus di bumi ini bahkan telah datang rasul-rasul sebelumku, dan bukanlah perkara yang kusampaikan ini merupakan perkara yang asing hingga berhak mendapat protes dari kalian dan kalian anggap mustahil aku diutus kepada kalian Karena sesungguhnya Allah ﷻ telah mengutus rasul-rasul sebelumku kepada umat-umat yang sebelumku.
Ibnu Abbas r.a., Mujahid dan Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. (Al-Ahqaf: 9) Artinya, aku ini bukanlah rasul Allah yang pertama; baik Ibnu Jarir maupun Ibnu Abu Hatim tidak mengetengahkan pendapat selain pendapat ini. Firman Allah ﷻ: dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. (Al-Ahqaf: 9) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan ayat ini, bahwa ayat ini diturunkan sebelum firman-Nya: supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. (Al-Fath: 2) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Al-Hasan, dan Qatadah, bahwa ayat surat Al-Ahqaf ini di-mansukh oleh firman-Nya: supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. (Al-Fath: 2) Mereka mengatakan bahwa ketika ayat surat Al-Fath diturunkan, seseorang dari kalangan kaum muslim berkata, "Wahai Rasulullah, ini merupakan penjelasan dari Allah ﷻ tentang apa yang akan Dia lakukan terhadapmu, lalu apakah yang akan Dia lakukan terhadap kami?" Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Al-Fath: 5) Demikianlah menurut riwayat ini, tetapi yang telah ditetapkan di dalam kitab sahih menyebutkan bahwa orang-orang mukmin mengatakan, "Selamat untukmu, wahai Rasulullah, lalu apakah yang untuk kami?" Maka Allah ﷻ menurunkan surat Al-Fath ini (ayat 5).
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. (A!-Ahqaf: 9) Yakni aku tidak mengetahui apakah yang diperintahkan kepadaku dan apakah yang dilarang kepadaku sesudah ini? Abu Bakar Al-Huzali telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. (Al-Ahqaf: 9) Adapun di akhirat, maka mendapat pemaafan dari Allah, dan telah diketahui bahwa hal itu berarti dimasukkan ke dalam surga.
Tetapi Nabi ﷺ mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah yang akan dilakukan terhadap dirinya dan tidak (pula) terhadap diri mereka di dunia ini. Apakah beliau ﷺ akan diusir sebagaimana para nabi sebelumnya diusir dari negerinya? Ataukah beliau akan di bunuh sebagaimana para nabi terdahulu banyak yang dibunuh? Nabi ﷺ bersabda, "Aku tidak mengetahui apakah kalian akan dibenamkan ke dalam bumi ataukah dilempari batu-batuan dari langit?" Pendapat inilah yang dijadikan pegangan oleh Ibnu Jarir, dan bahwa tiada takwiI lain selain ini. Dan memang tidak diragukan lagi pendapat inilah yang sesuai dengan takwil ayat, karena sesungguhnya mengenai nasib di akhirat sudah dapat dipastikan tempat kembali beliau ﷺ adalah surga, begitu pula orang-orang yang mengikutinya. Adapaun apa yang dilakukan terhadap dirinya (Nabi ﷺ) di dunia ini, maka beliau tidak mengetahui apakah akibat dari urusannya dan urusan orang-orang musyrik Quraisy, bagaimanakah kesudahannya nanti, apakah mereka akan beriman ataukah mereka tetap pada kekafirannya yang akibatnya mereka akan diazab dan dimusnahkan.
Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yaitu bahwa: -: ". telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Ibnu Syihab, dari Kharijah ibnu Zaid ibnu Sabit, dari Ummul Ala salah seorang istri sahabat yang telah menceritakan hadis berikut; dia adalah salah seorang wanita yang ikut berbaiat kepada Rasulullah ﷺ Ia menceritakan bahwa ketika dilakukan undian di kalangan orang-orang Ansar untuk memberikan perumahan kepada kaum Muhajirin, maka Usman ibnu Marun segera bergabung bersama mereka.
Kemudian dia sakit di rumah kami, maka kami merawatnya. Dan ketika dia meninggal dunia, kami kafani dengan kain bajunya. Lalu Rasulullah ﷺ masuk ke dalam rumah kami, bertepatan dengan ucapap kami, "Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, hai Abus Sa'ib (nama panggilan Usman ibnu Maz'un r.a.), aku bersaksi untukmu, bahwa sesungguhnya Allah ﷻ telah memuliakanmu." Maka Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah yang memberitahukanmu bahwa Allah telah memuliakannya?" Aku menjawab, "Saya tidak tahu, demi ayahku dan ibuku yang menjadi tebusanmu." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Adapun dia, maka sesungguhnya telah datang kepadanya perkara yang meyakinkan dari Tuhannya, dan sesungguhnya aku mengharapkan kebaikan baginya. Demi Allah, aku sendiri sebagai utusan Allah tidak mengetahui apa yang bakal dilakukan terhadap diriku. Maka aku berkata, "Demi Allah, aku tidak akan menyucikan seorang pun sesudahnya buat selama-lamanya," dan peristiwa itu membuatku bersedih hati, lalu aku tidur dan dalam mimpiku aku melihat Usman mempunyai mata air yang mengalir.
Lalu aku menghadap kepada Rasulullah ﷺ dan kuceritakan mimpiku itu kepadanya. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Itu adalah berkat amal perbuatannya. Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini secara tunggal tanpa Imam Muslim. Dan menurut lafaz yang lain dari Imam Bukhari disebutkan: Aku tidak mengetahui, padahal aku adalah utusan Allah apakah yang bakal dilakukan terhadap diriku. Hadis ini lebih meyakinkan bila dikatakan bahwa memang inilah yang terkenal, sebagai buktinya ialah adanya ucapan Ummul Ala yang mengatakan, Peristiwa itu membuatku sangat bersedih hati. Dan dengan adanya hadis ini dan yang semisal dengannya, menunjukkan bahwa tidak boleh dipastikan terhadap seseorang yang tertentu yang masuk surga kecuali dengan adanya nas dari Pentasyri' yang menentukannya, seperti sepuluh orang sahabat yang telah mendapat berita gembira masuk surga tanpa hisab, dan juga seperti Ibnu Salam, Al-Umaisa, Bilal, Suraqah Abdullah ibnu Amr ibnu Haram (orang tua Jabir) dan para ahli qurra yang berjumlah tujuh puluh orang yang gugur di sumur Ma'unah dan Zaid ibnu Harisah, Ja'far, dan Abdullah ibnu Rawwahah serta para sahabat lainnya; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka Firman Allah ﷻ: Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. (Al-Ahqaf: 9) Yakni sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diturunkan oleh Allah kepadaku, berupa wahyu.
dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan. (Al-Ahqaf: 9)"
Bahkan mereka orang-orang musyrik itu menuduh Nabi Muhammad seraya berkata, 'Dia, Nabi Muhammad telah mengada-adakannya yakni Al-Qur'an. ' Allah memerintahkan Nabi agar menjawab tuduhan itu dengan firman-Nya. Katakanlah, 'Jika aku mengada-adakannya, jika aku berdusta dalam apa yang aku nyatakan bahwa Al-Qur'an itu wahyu Allah maka kamu wahai orang-orang musyrik tidak kuasa sedikit pun menghindarkan aku dari azab Allah yang sangat dahsyat yang akan ditimpakan kepadaku. Tetapi Allah tidak akan menimpakan azab kepadaku karena sedikitpun aku tidak menyatakan kebohongan terhadap Al-Qur'an. Dia lebih tahu dari siapa pun apa yang kamu per-cakapkan tentang Al-Qur'an itu, yakni kedengkian kamu terhadap Al-Qur'an dan tuduhan kamu bahwa aku telah mengada-adakannya. Cukuplah Dia menjadi saksi antara aku dengan kamu. Dia menjadi saksi bahwa apa yang aku nyatakan adalah benar dan apa yang kamu tuduhkan terhadap Al-Qur'an adalah kebohongan. Dia Maha Pengampun, terhadap hamba-Nya yang mau bertobat, lagi Maha Penyayang kepada hamba-Nya yang taat kepadaNya . '9. Terhadap tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik itu Allah memerintahkan kepada Nabi agar memberikan jawaban kepada mereka. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, 'Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul yang diutus untuk menjelaskan wahyu Allah kepada umat manusia, dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku di dunia dan apa yang akan diperbuat terhadapmu, apakah akan menimpakan azab kepadamu atau menunda sampai datangnya hari Kiamat. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, yakni Al-Qur'an, dan aku hanyalah pemberi peringatan kepada umat manusia dari azab Allah dan yang menjelaskan ajaran-ajaran-Nya yang harus dipatuhi agar mereka selamat dari azab itu.
Di samping menuduh Muhammad ﷺ sebagai tukang sihir, orang-orang musyrik itu juga menuduh beliau sebagai orang yang suka mengada-ada dan mengatakan yang bukan-bukan tentang Allah. Karena itu, Allah memerintahkan kepada Muhammad ﷺ untuk membantah tuduhan itu dengan mengatakan, "Seandainya aku berdusta dengan mengada-ada atau mengatakan yang bukan-bukan tentang Allah, seperti jika aku bukanlah seorang rasul, tetapi aku mengatakan bahwa aku adalah seorang rasul Allah yang diutus-Nya kepadamu untuk menyampaikan agama-Nya, tentulah Allah menimpakan azab yang sangat berat kepadaku, dan tidak seorang pun di bumi ini yang sanggup menghindarkan aku dari azab itu. Mungkinkah aku mengada-adakan sesuatu dan mengatakan yang bukan-bukan tentang Allah dan Al-Qur'an, dan menjadikan diriku sebagai sasaran azab Allah, padahal tidak seorang pun yang dapat menolongku daripadanya?" Allah berfirman:
Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya. Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya). (al-haqqah/69: 44-47).
Pada akhir ayat ini, Rasulullah ﷺ menegaskan kepada orang-orang musyrik bahwa Allah Maha Mengetahui segala tindakan, perkataan, dan celaan mereka terhadap Al-Qur'an, misalnya mengatakan Al-Qur'an itu sihir, syair, suatu kebohongan, dan sebagainya; karena itu Dia akan memberi pembalasan yang setimpal. Nabi Muhammad mengatakan bahwa cukup Allah yang menjadi saksi tentang kebenaran dirinya menyampaikan agama Allah kepada mereka. Allah pula yang akan menjadi saksi tentang keingkaran serta sikap mereka yang menolak kebenaran.
Selanjutnya Allah memerintahkan agar Nabi Muhammad mengatakan kepada orang-orang musyrik bahwa meskipun mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya, serta terhadap Al-Qur'an, namun pintu tobat tetap terbuka bagi mereka. Allah akan menerima tobat mereka asalkan mereka benar-benar bertobat kepada-Nya dengan tekad tidak akan durhaka lagi kepada-Nya, dan tidak akan melakukan perbuatan dosa yang lain. Allah mau menerima tobat mereka karena Ia Maha Pengampun dan tetap memberi rahmat kepada orang-orang yang bertobat dan kembali kepada-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-AHQAAF
(BUKIT PASIR)
SURAH KE-46, 35 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -35)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
KEBENARAN ALLAH
Ayat 1
“Haa Miim."
Adalah bilangan yang ketujuh di dalam surah-surah yang berturut-turut dimulai dengan ayat ini, yang artinya pun telah berulang-ulang kita nyatakan.
Ayat 2
“Diturunkan al-Kitab dari Allah."
Sudah terang bahwasanya yang dimaksud dengan Al-Kitab itu ialah Al-Qur'an. Yang menurunkannya ialah Allah Ta'aala sendiri, kalam Allah, sebagai bimbingan kepada umat manusia, dan sifat Allah itu sendiri. ‘Yang Mahaperkasa." yang kehendaknya tetap berlaku, tidak dapat dihalangi dan tidak ada yang kuasa merintangi, menunjukkan kegagahan dan kekuasaan yang mutlak.
“Mahabijaksana."
Artinya meskipun Allah itu bersifat Gagah Perkasa, terbujur lalu terbelintang patah, namun laku jalannya ialah Mahabijaksana. Artinya, semuanya itu berjalan menurut wajarnya, menurut patutnya, tidak ada yang dapat dicela.
Umpamanya keseimbangan antara kega-gahperkasaan Allah disertai kebijaksanaan-Nya itu ialah dari hal hidup manusia sendiri. Dari mulai badannya lahir ke dunia, kelihatanlah lemahnya, kedunguannya, kekurangan pikirannya dan tidak mengetahui barang sesuatu pun. Kemudian bilamana berangsur dia berumur, berangsur kedewasaannya, berangsur pula perkembangan pikirannya, dan badannya ter-tambah tegap. Tetapi apabila bertambah lama hidupnya, mencapai masa tua renta, enam atau tujuh puluh tahun, tidaklah dapat dia bertahan pada kemudaan. Bagaimanapun dia berusaha hendak memudakan dirinya, tidaklah dia sanggup. Dia mesti menuruti kegagahperkasaan Allah di atas dirinya. Maka dapatlah kita bandingkan diri anak berumur satu tahun dengan orang tua umur tujuh puluh tahun. Tidaklah orang yang telah berumur tujuh puluh tahun itu dapat mempertahankan diri sehingga berituk badannya serupa juga dengan anak umur satu tahun. Mau atau tidak mau, dia mesti tua. Mau atau tidak mau, ketuaannya menjadikan kelemahannya sampai kepada ardzalil umur, umur tua yang telah sangat lemah dan kuyu. Di situ dia dapat memahamkan bahwa kehendak Allah itu gagah perkasa, tidak dapat diubah. Tetapi cobalah perhatikan dengan saksama, ketuaan itu berjalan dengan bijaksana sekali! Tidak ada orang yang sadar, tidak ada orangyang insaf bagaimana tua itu datang menyerang.
Maka demikianlah halnya segala peraturan yang diturunkan Allah ke dalam alam ini, penuh dengan keperkasaan, tetapi disertai dengan kebijaksanaan. Peraturan Allah amat perkasa, tetapi jalannya halus sekali, dan kitab suci yang diturunkan Allah, penuh dengan peraturan yang wajib dijalani oleh manusia. Dia pun perkasa, tetapi Dia pun bijaksana.
Untuk kejelasan pertemuan di antara keperkasaan dan kebijaksanaan Allah, datang lagi ayat sesudahnya.
Ayat 3
“Tidaklah Kami menciptakan semua langit dan bumi dan banang apa yang ada di antana keduanya, melainkan dengan kebenaran."
Ini adalah penegasan dari Allah sendiri bahwasanya seluruh alam yang didptakan Allah, baik seluruh langit yang melindungi kita ataupun bumi yang terhampar di bawah kaki kita, tidaklah dijadikan Allah di luar dari garis kebenaran. Kebenaran inilah keperkasaan dengan kebijaksanaan. Kebenarannya itu adalah dalam keteraturannya. Kebenarannya itu adalah dalam kesempurnaan buatan-Nya
Untuk mendekatkannya ke dalam pikiran kita di zaman modern ini ialah perumpamaan yang kecil saja, yaitu penerbangan kapal udara yang sangat kencang dan laju. Makanya dia begitu kencang dan laju sehingga dapat dijamin pukul sekian terbang dan pukul sekian berhenti ialah karena teratur mesin-mesinnya, sekrupnya, dan putarannya, persesuaiannya di antara satu alat dengan alat yang lain.
Demikian juga sebuah mobil yang berjalan kencang dan laju ialah karena mesinnya jua, mesin yang bagus dan teratur, berisin yang penuh dan selesa, ban yang tidak kempis, dan keahlian supir yang mengendalikan. Kalau salah satu dari syarat-syarat itu ada yang kurang, pastilah mobil tadi tidak benar lagi dan tidak beres. Oleh sebab itu, baik pemilik kapal udara atau supir mobil yang berjalan di jalan raya selalu memeriksa syarat-syarat yang wajib dipenuhi itu, adakah kekurangannya. Jika ada kekurangan, pastilah jalan tidak benar lagi dan kendaraan itu mogok.
Maka kepada segala kendaraan buatan manusia, usaha manusia dapatlah kita membandingkan kebesaran dan kebenaran Allah.
Berkali-kali manusia mengatur agar jalan kereta api di seluruh tanah Jawa berjalan dengan teratur, tepat waktu berangkat dan tepat waktu berhenti menurut jam yang telah ditentukan. Jakarta-Bandung tiga jam. Jakarta-Cirebon tiga jam. Jika berangkat pukul lima pagi, hendaklah pasti sampainya di Bandung atau Cirebon itu pukul 8. Tetapi janji ketepatan ini hanya berjalan sekian bulan atau selambat-lambatnya satu tahun. Setelah satu tahun berangkatnya tidak tepat lagi pukul lima, berhentinya di salah satu stasiun di tengah jalan yang tadinya diatur paling lambat 3 menit, mulailah berubah jadi lima menit. Akhirnya yang mestinya sampai pukul 8 sudah menjadi pukul 9, bahkan setahun sesudah itu pula sudah menjadi pukul 10! Artinya tidak ada yang beres lagi dan tidak ada yang benar! Mungkin sebabnya ialah karena mesin telah tua, alat telah banyak yang usang, atau alat-alat pembakar tidak mencukupi lagi atau gerbong-gerbong itu sendiri sudah mesti ditukar dengan yang baru, atau besar sekali kemungkinan orang-orang yang membawa atau yang menguasai tidak benar lagi karena karcis dicatut karena berlebih muatan dan lain-lain.
Setelah itu bacalah kembali ayat yang tengah kita tafsirkan ini, bahwasanya edaran semua langit dan bumi dan apa yang ada di antara langit dan bumi, semuanya tidak dapat tidak, tegasnya sudah pasti, semuanya berjalan dengan kebenaran.
Pernahkah terjadi perselisihan perhitungan waktu? Pernahkah malam terlambat dari waktu yang telah tertentu menurut bulannya, menurut musim panasnya dan dinginnya? Pernahkah matahari terlambat terbit, atau siang terlalu lama? Bukankah ahli-ahli falak telah dapat menentukan, memastikan bahwasanya pada tiap-tiap hari bulan Februari 1977 waktu Shubuh di Jakarta akan masuk pada jam 5.46 menit? Sehingga kalau tidak cocok dengan hasil penyelidikan itu bukanlah waktu yang salah, melainkan jam yang melingkar lengan tangan kita yang tidak akur!
Itulah pula sebabnya maka ahli falak mengetahui bahwa beberapa bulan lagi, pada tanggal sekian bulan sekian, tepat jam sekian dan detik sekian akan terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan. Bukan saja pada
beberapa bulan bahkan pada beberapa tahun lagi, pada beberapa puluh tahun lagi, bahkan dapat diketahui pada berapa ratus tahun lagi. Kalau hitungan itu tidak tepat, bukanlah perjalanan alam yang tidak beres dan tidak benar, melainkan manusia tadilah yang alpa atau khilaf menghitung.
Pada lanjutan ayat disebutkan,"Dan pada janji yang telah ditentukan" yaitu bahwasanya perjalanan falak, matahari dan bulan, semua langit dan bumi diatur dengan kebenaran dan jitu dan tepat dengan aturan yang sempurna dan tidak berubah-ubah ialah menurut ukuran waktu yang telah ditentukan. Sama juga dengan mesin-mesin daripada besi buatan manusia. Ketika menjadikannya dan menyusun konsepnya telah diketahui berapa tahun tahannya barang yang dibuat itu. Demikian jugalah Allah dengan alam-Nya. Bagaimana sangat teratur dan besarnya alam yang diciptakan Allah. Namun awal pasti berakhir, pangkal pasti berujung Yang tidak berujung ialah Allah itu sendin. Adapun alam ciptaan Allah pasti berujung pasti berubah-ubah. Sebab dia barang yang baru, barang yang diciptakan. Namun berapa lamanya dan sampai apabila janji yang telah ditentukan itu, entah sejuta, dua juta atau sejuta-juta tahun, tidaklah manusia dapat mengetahuinya. Otak yang begini kecil tersimpan dalam kepala yang begini kecil, dalam masa atau waktu yang begini singkatnya kita pakai dalam dunia ini tidaklah sanggup menentukan bila semuanya ini akan sampai janjinya.
“Dan orang-orang yang kafir terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka adalah tidak peduli"
Begitu gamblang, begitu nyata bahwa alam selalu menempuh perubahan, daripada tidak ada menjadi ada, berjalan dengan teratur dan benar menurut ukuran ruang dan waktu, sesudah itu habislah temponya dan musnah.
Manusia mulanya tidak ada kemudian diadakan, dari kecil menjadi besar, jadi dewasa dan akhirnya mati lalu lenyap dari permukaan bumi dan bumi sendiri pun demikian pula halnya, namun bukan sedikit manusia yang tidak memedulikan itu. Bukan sedikit manusia yang menyangka panas akan sampai petang, padahal hujan pun turun juga tengah hari.
Ayat 4
“Katakanlah, ‘Adakah kamu perhatikan apa yang kamu sembah selain daripada Allah itu."
Pangkal ayat ini membuktikan bahwa banyak sekali manusia yang tidak memedulikan apa yang kejadian sekelilingnya. Langit terberitang, bumi terhampar tempat manusia berdiam, makanan dan minuman disediakan buat manusia selengkapnya. Tanah subur dan tanam-tanaman, buah-buahan, sayur-mayur tumbuh dengan suburnya. Manusia hanya tinggal memakan yang telah tersedia, jarang manusia yang memikir merenungkan segala sesuatu itu. Bahkan mereka pergi menyembah kepada yang selain Allah karena hendak berterima kasih. Mereka tidak berpikir, apakah pantas kepada yang selain Allah mengucapkan terima kasih? Siapakah yang memberikan segala nikmat dan rahmat?"Perlihatkanlah kepada-Ku, apakah yang mereka ciptakan dari bumi?" Jika matahari memberikan cahaya lalu kamu puja matahari, dapatkah matahari itu bergerak kalau bukan izin Allah? Kalau air mengalir lalu kamu sembah dan kamu adakan sajian persembahan (sesajen) buat air itu karena dia mengalir, dapatkah dia mengalir kalau Allah tidak mengizinkan? Adakah semua yang kamu sembah dan kamu puja selain dan Allah yang berkuasa membikin sesuatu untuk kamu? Apakah yang mereka ciptakan dari bumi ini? Adakah alam membuat alam?"Atau adakah mereka bersekutu di semua langit?" Adakah matahari membuat ikan? Adakah bulan menciptakan malam? Adakah makhluk menjadikan makhluk?"Bawakanlah kepadaku dengan suatu kitab sebelum ini." Kalau ada sesuatu kitab sebelum kitab yang ini, yaitu Al-Qur'an, yang kitab itu ada menerangkan bahwa sebagian dari alam ini, yang ada di bumi, ataupun yang ada di langit, ada yang sanggup dan ada yang berhak buat dijadikan Allah selain Allah, cobalah bawa ke hadapanku."Atau bukti-bukti ilmu pengetahuan," sebagai hasil penyelidikan orang terdahulu lalu ditulis dan dicatatkan orang, hitam di atas putih, bahwa ada semacam alam yang berkuasa menciptakan alam, bawalah kemari,
“Jika adalah kamu dalam kebenaran!"
Ini adalah tantangan daripada Allah sendiri terhadap manusia lama, penyembah berida kaum musyrikin yang membuat dongeng-dongeng tentang Allah. Seperti ajaran agama Hindu yang mengatakan bahwa Tuhan itu ada tiga, yaitu Brahma, Wishnu, dan Shiwa, lalu mereka bagi kekuasaan ketiga tuhan itu kepada tiga macam pula: yang men cipta, yang memelihara, dan yang merusak. Mana yang mencipta, tidak kuasa memelihara, yang memelihara tidak kuasa menghancurkan, dan yang menghancurkan tidak kuasa menciptakan. Ketiga tuhan terbatas kuasanya.
Orang-orang Yunani kuno pun membuat dongeng-dongeng lagi tentang Tuhan; ada tuhan yang mencipta, ada tuhan yang memelihara, ada tuhan yang merusak, lalu tuhan sesama tuhan berperang dan berebut gundik dan gendak, tuhan bercinta-cintaan, tuhan berebut kekasih dan tuhan berperang antara tuhan sesama tuhan, seperti cerita-cerita tuhan yang dikarang seperti syair oleh penyair buta Humerus.
Maka datanglah pertanyaan Allah,
Ayat 5
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru kepada yang selain Allah?!"
Karena yang selain Allah itu tidaklah mempunyai kuasa apa-apa. Manusia yang membuatkan patung dan berhalanya dengan khayatnya sendiri; kejam dan menakutkan, seperti patung dan berhala dari dewa-dewa dan hantu-hantu yang mereka jadikan penjaga istana atau rumah-rumah berhala yang diangkerkan dan diagungkan. Mukanya seram dan kejam, giginya besar, saingnya keluar, matanya mendelik, saing atau siung tertonjol keluar, padahal semuanya itu tidak ada. Semuanya itu hanya khayat manusia tentang kekejaman perasaan sendiri."Yang tidak akan dapat memperkenankan seruannya sampai kepada hari Kiamat pun." Sebab semua patung dan berhala itu dibuat dari kayu, lak, atau dari barang yang lain, yang manusia itu sendiri yang membikinnya. Telinganya itu selamanya pekak, sebab yang membuatkannya telinga ialah manusia yang akan meminta itu sendiri. Maka walaupun dia duduk bertahun-tahun memuja, membakar kemenyan, meminta ini dan itu di hadapan berhala yang dibuatnya dengan tangannya seridiri itu. Tidaklah permintaannya itu akan dikabulkan oleh berhala-berhala.
“Dan mereka itu dari seruan-seruan mereka adalah tengah."
Mereka menjadi lengah, sebab dalam hati kecil mereka sendiri sudah ada kata yang benar berbunyi di dalam, terdengar oleh jiwa meskipun tidak ada suara keluar bahwa perbuatan mereka itu adalah bodoh, sia-sia, dan bebal. Akhirnya patung-patung dan berhala itu tidak sebagai tempat meminta lagi, melainkan jadi perhiasan saja.
Ayat 6
“Dan apabila telah dikumpulkan manusia."
Yaitu setelah hari Kiamat kelak, di mana seluruh manusia akan dikumpulkan dan akal manusia akan jernih kembali bebas daripada pengaruh gelombang pikiran orang banyak atau paksaan ajaran kekuasaan yang memaksakan pendapat yang dia tentukan dengan bayonet dan pedang. Apabila manusia semuanya telah kembali kepada Allah, kekuasaan dunia itu tidak ada lagi. Orang sudah bebas menurutkan kata hatinya."Adalah mereka itu semuanya menjadi bermusuh-musuhan." Adalah mereka itu semuanya salah menyalahkan. Yang satu mengatakan dia tahu bahwa semua itu hanya paksaan, tetapi orang lain itu yang salah mengapa mau dipaksa.
“Dan jadilah semuanya itu terhadap apa yang telah mereka sembah itu menjadi kafir."
Ternyatalah pada hari itu bahwasanya suatu pikiran keberhalaan, paksaan yang dipaksakan dengan penindasan manusia atas manusia. Doktrinasi yang tidak ada hakikat kebenarannya, umurnya tidaklah cukup setahun jagung karena dia tidak berurat dalam jiwa manusia. Dia adalah laksana bayangan air di padang yang jauh. Apa bila manusia sampai ke tempat itu yang akan didapati hanya kekosongan belaka.
Ayat 7
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami dengan jelas nyata."
Jelas nyata karena dengan alasan-alasan yang kuat, bukti-bukti menurut akal yang waras dan wajar, memakai logi (manthik), dan cara berpikir teratur sehingga dapat diterima oleh akal yang sehat pula.
“Berikanltah orang-orang yang tidak mau percaya akan Kebenaran tatkala datang kepada mereka: Ini adalah sihir yang nyata'"
Ayat ini menceritakan perangai orang banyak di segala zaman. Keterangan terperinci tentang kebenaran dengan bukti yang nyata dengan alasan yang cukup, yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmu penge-tahuan. Bagaimanapun diterangkan kepada mereka, namun sukarlah buat masuk ke dalam jiwa mereka. Sebab alat untuk berpikir yang teratur tidak ada. Oleh sebab itu, pemimpin-pemimpin mereka itu mencegah orang-orang yang bodoh di kalangan mereka supaya jangan mendekati kepada orang yang berpikir teratur. Oleh sebab itu, sampai kepada zaman kita ini, kaum komunis yang tidak mempercayai adanya Allah memandang bahwa musuhnya yang paling besar adalah kaum borjuis dan kaum sarjana yang pintar terpelajar, yang dapat membuktikan tentang pastinya ada Allah dengan dasar-dasar ilmiah.
Orang-orang yang hidup dalam jahiliyyah sangat tidak menyukai keterangan yang bay-yinaat, keterangan yang dikemukakan dengan bukti-bukti nyata dan tegas. Ditanamkan saja perasaan berici yang mendalam dan tidak mendalam. Lalu menuduh bahwa itu semuanya adalah kepalsuan atau secara lamanya sihir yang nyata. Karena kekacauan pikirannya sendiri karena kebenaran itu sukat buat masuk ke dalam hatinya. Lalu dengan serta merta dicapnya saja sihir. Habis perkara. Dan untuk itu ditutuplah telinganya buat selama-lamanya.
Ayat 8
“Atau apakah mereka mengatakan dibuat-buatnya saja!"
Mereka mengatakan atau menuduh bahwasanya seruan yang disampaikan oleh Nabi ﷺ itu hanya perkataan yang dibuat-buatnya saja, dikarang-karangnya, tidak asli didengarnya dari Allah dan itu yang dipaksakannya supaya orang lain menerima. Tuduhan yang seperti ini disuruh jawab dengan tegas kepada Nabi, “Katakanlah! Jika memang aku buat-buatkan saja." Aku karangkan dari khayat pikiranku sendiri bukan aku terima dari Allah."Maka tidaklah kamu mempunyai kesanggupan menolongku dari Allah sedikit pun." Jika memang demikian halnya bahwa Al-Qur'an hanya karanganku sendiri, bukan wahyu suci yang datang dari Allah, sangatlah besarnya kesalahanku. Aku mesti dihukum oleh Allah, mesti disiksa, dikutuk, diadzab sehingga kalau hukuman Allah datang kepadaku, walaupun bersama kamu hendak menolongku melepaskan dari adzab itu, tidaklah akan ada kemampuanmu menolongnya. Sebab itu adalah suatu perbuatan yang sangat nista, hina, dan jahat."Dia amat mengetahui apa yang kamu percakapkan itu." Tuduhan kamu itu sangatlah nista dan hina. Kalau memang yang aku katakan wahyu Ilahi itu hanya kata-kata yang aku buat-buat sendiri, kata dusta. Kalau memang demikian maka adzab Allah mesti datang! Sebab itu mari kita lihat, mari kita tunggu bersama bagaimana datangnya adzab itu kelak. Dengan jiwa besar Nabi Muhammad disuruh mengatakan, “Cukuplah Dia sebagai saksi di antara aku dengan kamu." Allah telah mendengar tuduhan kamu yang sangat berat itu. Ucapan ini tidak main-main. Allah yang jadi saksinya. Kalau memang aku yang membuat-buat dan mengarang-nga-rang, pasti adzab Allah datang. Dan kalau adzab itu datang walaupun beribu-ribu kamu hendak membelaku, kamu tidak akan bisa, aku mesti celaka. Tetapi kalau tuduhan itu ternyata semata tuduhan dan yang aku katakan itu benar-benar firman Ilahi, kamulah yang dalam bahaya. Aku tidak ingin kalian dapat celaka.
“Dan Dia adalah Maha Pengampun Maha Penyayang"
Di situlah Muhammad menunjukkan kebesaran jiwanya dan kelapangan dadanya. Karena beliau pun yakin bahwa yang dibawanya ialah kebenaran. Dia tidak ingin kaum yang beliau datangi ditimpa bericana. Beliau berharap mereka itu kemudian akan tobat juga dan menerima juga. Sebab kedatangannya diutus Allah ke dalam alam ini bukanlah akan membawa celaka dan bericana, melainkan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Di dalam kitab Injil disebutkan bahwa Nabi Isa telah menjelaskan bahwa kelak akan datang nabi-nabi palsu. Tanda nabi palsu itu ialah bahwa dia tidak akan tumbuh dan tidak memberikan buah yang subur. Dia akan hancur dan musnah sebelum berkembang. Sekarang, setelah 1.400 tahun berlalu nubuwwat Nabi Muhammad dan setelah berkali-kali pula, sampai sekarang, kian lama kian sengit dan hebat serangan kaum Nasrani mencoba hendak membunuh urat akar Islam itu sehingga mati, tetapi dia bertambah hidup, bertambah berkembang bahkan sampai menjalar kepada negeri-negeri yang 800 tahun yang telah lalu tujuh kali melakukan Perang Salib hendak menghancurkan Islam.