Ayat
Terjemahan Per Kata
فَٱصۡبِرۡ
maka bersabarlah kamu
كَمَا
sebagaimana
صَبَرَ
bersabar
أُوْلُواْ
orang-orang yang mempunyai
ٱلۡعَزۡمِ
keteguhan hati
مِنَ
dari
ٱلرُّسُلِ
rasul-rasul
وَلَا
dan jangan
تَسۡتَعۡجِل
kamu minta disegerakan
لَّهُمۡۚ
bagi mereka
كَأَنَّهُمۡ
seakan-akan mereka
يَوۡمَ
pada hari
يَرَوۡنَ
mereka melihat
مَا
apa yang
يُوعَدُونَ
mereka diancam
لَمۡ
tidak
يَلۡبَثُوٓاْ
mereka tinggal
إِلَّا
kecuali
سَاعَةٗ
sesaat
مِّن
dari
نَّهَارِۚ
siang hari
بَلَٰغٞۚ
penjelasan
فَهَلۡ
maka tidaklah
يُهۡلَكُ
dibinasakan
إِلَّا
kecuali
ٱلۡقَوۡمُ
kaum
ٱلۡفَٰسِقُونَ
orang-orang yang fasik
فَٱصۡبِرۡ
maka bersabarlah kamu
كَمَا
sebagaimana
صَبَرَ
bersabar
أُوْلُواْ
orang-orang yang mempunyai
ٱلۡعَزۡمِ
keteguhan hati
مِنَ
dari
ٱلرُّسُلِ
rasul-rasul
وَلَا
dan jangan
تَسۡتَعۡجِل
kamu minta disegerakan
لَّهُمۡۚ
bagi mereka
كَأَنَّهُمۡ
seakan-akan mereka
يَوۡمَ
pada hari
يَرَوۡنَ
mereka melihat
مَا
apa yang
يُوعَدُونَ
mereka diancam
لَمۡ
tidak
يَلۡبَثُوٓاْ
mereka tinggal
إِلَّا
kecuali
سَاعَةٗ
sesaat
مِّن
dari
نَّهَارِۚ
siang hari
بَلَٰغٞۚ
penjelasan
فَهَلۡ
maka tidaklah
يُهۡلَكُ
dibinasakan
إِلَّا
kecuali
ٱلۡقَوۡمُ
kaum
ٱلۡفَٰسِقُونَ
orang-orang yang fasik
Terjemahan
Maka, bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) sebagaimana ululazmi (orang-orang yang memiliki keteguhan hati) dari kalangan para rasul telah bersabar dan janganlah meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari ketika melihat azab yang dijanjikan, seolah-olah mereka hanya tinggal (di dunia) sesaat saja pada siang hari. (Nasihatmu itu) merupakan peringatan (dari Allah). Maka, tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik.
Tafsir
(Maka bersabarlah kamu) di dalam menghadapi perlakuan kaummu yang menyakitkan itu (sebagaimana orang-orang yang mempunyai keteguhan hati) yaitu orang-orang yang teguh dan sabar di dalam menghadapi cobaan dan tantangan (dari rasul-rasul) sebelummu, karena itu kamu akan termasuk orang yang mempunyai keteguhan hati. Lafal Min di sini menunjukkan makna Bayan, sehingga pengertiannya menunjukkan, bahwa semua rasul-rasul itu mempunyai keteguhan hati. Tetapi menurut pendapat yang lain itu menunjukkan makna Lit Tab'idh, karena Nabi Adam bukanlah termasuk di antara mereka yang memiliki keteguhan hati, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lain yaitu firman-Nya: ".. dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat." (Q.S. Thaha, 115) demikian pula Nabi Yunus tidak termasuk di antara mereka yang Ulil 'Azmi, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya, ".. dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan (Yunus)." (Q.S. Al-Qalam, 48) (dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka) bagi kaummu yaitu disegerakan turunnya azab bagi mereka. Menurut pendapat lain, bahwa hal ini timbul sebagai reaksi dari sikap mereka terhadapnya, maka Nabi suka jika azab diturunkan kepada mereka, tetapi selanjutnya Nabi diperintahkan supaya bersabar dan jangan meminta supaya disegerakan azab bagi mereka. Karena sesungguhnya azab itu pasti akan menimpa mereka. (Pada hari mereka melihat apa yang diancamkan kepada mereka, mereka merasa seolah-olah) yang dimaksud adalah azab di akhirat mengingat lamanya masa di akhirat mereka merasa seolah-olah (tidak tinggal) di dunia menurut dugaan mereka (melainkan sesaat pada siang hari) Al-Qur'an ini adalah (suatu peringatan) peringatan dari Allah buat kalian (maka tidaklah) tiadalah (dibinasakan) sewaktu azab sudah di ambang pintu (melainkan orang-orang yang fasik) yaitu orang-orang yang kafir.
Tafsir Surat Al-Ahqaf: 33-35
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, (dikatakan kepada mereka), "Bukankah (azab) ini benar?" Mereka menjawab, "Ya benar, demi Tuhan kami. Allah berfirman, "Maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu ingkar. Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar, dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.
Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (mereka) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. Allah ﷻ berfirman, bahwa tidakkah mereka yang ingkar kepada adanya hari berbangkitdi hari kiamat lagi menganggap mustahil tubuh-tubuh ini akan dihidupkan kembali di hari kemudian melihat. bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya. (Al-Ahqaf: 33) Yakni tidak susah payah dalam menciptakannya, bahkan hanya tinggal mengatakan terhadapnya, "Jadilah kamu!" Maka jadilah ia tanpa dapat dicegah atau ditolak, melainkan tunduk patuh memenuhi perintah-Nya dengan rasa takut.
Bukankah Tuhan yang demikian dapat menghidupkan orang-orang yang telah mati? Semakna dengan apa yang telah disebutkan oleh firman Allah ﷻ dalam ayat lain: Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mumin: 57) Karena itulah dalam ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya: Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Kemudian Allah ﷻ berfirman, mengancam dan memperingatkan orang-orang yang kafir kepada-Nya: Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, (dikatakan kepada mereka), "Bukankah (azab) ini benar? (Al-Ahqaf: 34) Dikatakan hal ini kepada mereka dengan nada kecaman, "Bukankah azab ini benar, apakah ini sihir ataukah kalian tidak melihat?' Mereka menjawab, "Ya benar, demi Tuhan kami. (Al-Ahqaf: 34) Yakni tiada jalan lain bagi mereka kecuali mengakui kebenarannya. Allah berfirman, "Maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu ingkar. (Al-Ahqaf: 34) Kemudian Allah ﷻ berfirman seraya memerintahkan kepada rasulNya untuk bersabar dalam menghadapi kedustaan sebagian dari kaumnya yang mendustakannya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar. (Al-Ahqaf: 35) Yaitu bersabar dan berteguh hati dalam menghadapi kaum masing-masing yang mendustakan mereka.
Para ulama berbeda pendapat sehubungan dengan jumlah ulul 'azmi ini dengan perbedaan yang cukup banyak. Tetapi menurut pendapat yang paling terkenal, mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan penutup semua para nabi (yaitu Nabi Muhammad ﷺ). Allah ﷻ telah mewahkan nama-nama mereka di antara nabi-nabi lainnya dalam dua ayat yang terdapat di dalam surat Al-Ahzab dan surat Asy-Syura. Dapat pula ditakwilkan bahwa yang dimaksud dengan ulul 'azmi adalah semua rasul. Berdasarkan pengertian ini, berarti kata min yang terdapat dalam ayat ini adalah untuk menerangkan jenis.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. ]: [] -- Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hajjaj Al-Hadrami, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Hayyan, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad, telah menceritakan kepada kami Mujalid ibnu Sa'id, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq yang mengatakan bahwa Aisyah r.a. pernah menceritakan kepadanya hadis berikut: Bahwa Rasulullah ﷺ melakukan puasanya terus-menerus, lalu berbuka. Kemudian berpuasa lagi terus-menerus, lalu berbuka. Kemudian berpuasa lagi terus-menerus, lalu bersabda: Hai Aisyah, sesungguhnya dunia itu tidak layak bagi Muhammad dan juga bagi keluarga Muhammad.
Hai Aisyah, sesungguhnya Allah tidak rela terhadap ulul 'azmi dari para rasul kecuali menghendaki dari mereka sabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak disukai dan teguh hati dalam menghadapi kesenangan dunia. Kemudian Dia tidak rela dariku kecuali Dia membebankan kepadaku apa yang telah Dia bebankan kepada mereka. Untuk itu Allah ﷻ berfirman, "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar. (Al-Ahqaf: 35). Dan sesungguhnya aku, demi Allah, benar-benar bersabar sebagaimana para rasul ulul 'azmi bersabar dengan sekuat kemampuanku, dan tiada kekuatan (dalam mengerjakan ketaatan) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah.
Firman Allah ﷻ: dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. (Al-Ahqaf: 35) Yakni janganlah kamu meminta agar azab ditimpakan kepada mereka dengan segera. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. (Al-Muzzammil: 11) Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (At-Tariq: 17) Adapun firman Allah ﷻ: Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Al-Ahqaf: 35) Semakna dengan firman-Nya: Pada hari mereka melihat hari berbangku itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46) Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) melainkan hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. (Yunus: 45) Adapun firman Allah ﷻ: (Inilah) suatu pelajaran yang cukup. (Al-Ahqaf: 35) Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini mengandung dua takwil, salah satunya ialah mengandung makna bahwa masa tinggal itu adalah masa yang cukup.
Makna yang lain ialah bahwa Al-Qur'an ini adalah pelajaran yang cukup. Firman Allah ﷻ: maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Al-Ahqaf:35) Artinya, tiada yang dibinasakan oleh Allah kecuali hanyalah orang yang binasa. Ini merupakan keadilan dari-Nya, yaitu bahwa Dia tidak mengazab kecuali hanya orang-orang yang berhak mendapat azab. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Akhir dari surah ini memberikan nasihat kepada Nabi Muhammad agar bersabar dalam berdakwah kepada kaumnya dan jangan meminta agar disegerakan azab kepada oran-orang yang tidak menyambut seru-annya. Maka bersabarlah engkau, wahai Nabi Muhammad, sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dalam menghadapi setiap kesulitan dalam menyampaikan tuntunan Allah kepada umatnya. Dan janganlah engkau meminta kepada Allah dengan berdoa agar azab disegerakan untuk mereka sebab azab itu pasti datang pada waktu yang ditentukan-Nya. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, sesaat sebelum kematian mereka atau kelak pada hari Kiamat mereka merasa disebabkan oleh dahsyatnya azab itu seolah-olah tinggal di dunia hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan apa yang diwahyukan Allah kepada mereka, bukan untuk menjadikannya ber-iman ataupun menimpakan azab atasnya. Azab adalah urusan Allah yang dijatuhkan dengan seadil-adilnya. Maka tidak ada yang dibinasakan, kecuali kaum yang fasik yakni orang-orang yang tidak taat kepada Allah. 1. Ayat yang terakhir dari Surah Al-Ahq'f menyebutkan ancaman kepada orang-orang fasik bahwa mereka akan dibinasakan oleh Allah. Ayat pertama dari surah ini menjelaskan ciri-ciri dari orang-orang fasik tersebut. Allah menjelaskan bahwasanya mereka ialah orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-Nya dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, yakni menghalang-halangi mereka memeluk Islam atau menghalang-halangi mereka beribadah di Masjidil Haram. Allah menghapus segala amal mereka, maka tidak ada pahala bagi amalnya itu dan tidak menyelamatkan dari api neraka disebabkan kekafirannya.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar selalu tetap tabah dalam menghadapi sikap dan tindakan orang-orang kafir yang mengingkari dan mendustakan risalah yang disampaikan kepada mereka seperti ketabahan dan kesabaran yang telah dilakukan rasul-rasul ulul 'azmi terdahulu. Rasulullah ﷺ melaksanakan dengan baik perintah Allah ini. Beliau selalu bersabar dan tabah menghadapi segala macam cobaan yang datang kepada beliau. Mengenai kesabaran beliau ini diterangkan dalam hadis sebagai berikut:
Dari 'Aisyah, ia berkata, "Rasulullah ﷺ senantiasa berpuasa, lalu perutnya jadi kempis, kemudian ia tetap berpuasa, lalu perutnya jadi kempis, kemudian ia berpuasa. Beliau berkata, 'Ya Aisyah, sesungguhnya kesenangan di dunia tidak patut bagi Muhammad dan keluarganya. Ya Aisyah, sesungguhnya Allah tidak menyukai para rasul ulul 'azmi (Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad), kecuali bersabar atas segala cobaannya dan bersabar atas yang dicintainya, kemudian Allah tidak menyukai aku, kecuali Dia membebankan kepadaku seperti yang telah dibebankannya kepada para rasul itu. Maka Dia berkata, 'Bersabarlah seperti para rasul 'ulul 'azmi telah bersabar. Dan sesungguhnya aku, demi Allah, benar-benar akan bersabar seperti para rasul itu, dan tidak ada sesuatu pun kekuatan kecuali kekuatan Allah." (Riwayat Ibnu Abi hatim dan ad-Dailami)
Sabar adalah sifat utama dan kunci menuju kesuksesan. Berbahagialah orang yang mempunyai sifat itu. Lawan dari sabar ialah tergesa-gesa. Dalam ayat ini, Allah mencela sifat tergesa-gesa, dan memperingatkan Nabi Muhammad agar jangan mempunyai sifat tersebut seperti memohon kepada Allah agar segera ditimpakan azab kepada orang-orang musyrik yang mengingkari seruan beliau karena azab itu pasti menimpa mereka, dan waktu kedatangannya hanya Allah yang mengetahui.
Allah berfirman:
Dan biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar. (al-Muzzammil/73: 11)
Dan firman Allah:
Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir itu. Berilah mereka itu kesempatan untuk sementara waktu. (ath-thariq/86: 17)
Berikutnya Allah menerangkan keadaan orang-orang kafir di akhirat ketika melihat azab yang akan menimpa mereka. Mereka merasa seakan-akan hidup di dunia ini hanya sesaat saja, di siang hari. Perasaan ini timbul karena dosa dan ketakutan yang timbul di hati mereka ketika melihat azab yang akan menimpa mereka. Keadaan mereka diterangkan Allah pada ayat yang lain ketika kepada mereka ditanyakan berapa lama mereka hidup di dunia.
Dia (Allah) berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung." (al-Mu'minun/23: 112-113)
Dan firman Allah:
Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (an-Nazi'at/79: 46)
Dalam ayat ini terdapat perkataan "balag" yang dalam ayat ini berarti "cukup". Maksudnya ialah: Allah menyatakan bahwa ayat ini merupakan penjelasan yang cukup bagi manusia, terutama orang-orang kafir yang mau berpikir dan merenungkan kejadian alam semesta ini. Seandainya mereka tidak mau mengindahkan penjelasan ini, mereka pasti akan menanggung akibatnya. Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim/14: 52)
Dan firman Allah:
Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al-Qur'an) ini, benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah). (al-Anbiya'/21: 106)
Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa betapapun besar dan dahsyatnya azab Allah itu, tidak akan menimpa orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Hanya orang-orang kafir yang tidak mengindahkan perintah-perintah Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya saja yang akan ditimpa azab yang mengerikan itu. Ayat ini juga menggambarkan betapa besarnya rahmat dan karunia Allah yang dilimpahkan kepada orang-orang yang taat kepada-Nya. Sehubungan dengan rahmat dan karunia, azab dan malapetaka ini, Rasulullah ﷺ sering berdoa kepada Allah, seperti yang tersebut dalam hadis di bawah ini:
"Diriwayatkan dari Anas, Nabi ﷺ berdoa, "Wahai Tuhan, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau penyebab rahmat-Mu, kepastian ampunan-Mu, dan keberuntungan dari segala kebaikan, dan keselamatan dari setiap perbuatan dosa. Wahai Tuhan, janganlah Engkau biarkan satu dosa pun bagiku, kecuali Engkau mengampuninya, dan kesempitan kecuali Engkau melapangkannya, dan hutang kecuali Engkau membayarnya, demikian pula segala keperluan dari keperluan-keperluan duniawi dan ukhrawi, kecuali Engkau menyelesaikannya dengan rahmat Engkau, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah. (Riwayat ath-thabrani)
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
JIN MENDENGAR AL-QURAN
Ayat 29
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepada engkau sekumpulan daripada jin akan mendengarkan Al-Qur'an."
Permulaan ini telah menyatakan dengan tegas, daripada Allah kepada Rasui-Nya, Muhammad ﷺ bahwasanya jin itu terang ada. Sampai ada di antara mereka, itu yang datang menghadiri majelis Rasul dan mendengarkan ayat At-Qur'an dibaca Nabi atau diulangkan oleh sahabat-sahabat Nabi yang turut hadir di waktu itu. Dan Al-Qur'an dengan sendirinya pula telah menjelaskan bahwa jin itu mengerti bahasa yang dipakai oleh Rasulullah ﷺ, yaitu bahasa Arab.
Iman kepada yang gaib pada kita kaum Muslimin adalah pokok utama daripada iman. Ayat 2 dari surah al-Baqarah, langsung sekali menyebut"yu'minuna bil ghaibi" percaya akan adanya yang gaib. Setelah ilmu pengetahuan manusia bertambah mendalam, sampailah orang kepada kepercayaan bahwasanya dunia ini memanglah penuh dengan rahasia. Penuh dengan kekuatan-kekuatan dari makhluk yang tersembunyi. Baik sifat atau bekasnya. Kita ini pun hidup dalam pangkuan rahasia itu. Hanya sedikit yang kita ketahui dan lebih banyak yang kita tidak tahu. Hari berganti, malam berkisar dan sedikit demi sedikit rahasia itu dibukakan kepada kita. Kadang-kadang terbukti karena bekasnya, kadang-kadang terbukti karena jejaknya. Kemajuan manusia pada abad-abad dan masa lalu dalam penyelidikan barang berida maka di zaman kemudian ini manusia mulai pula tertarik menyelidiki tentang rahasia kegaiban itu. Kita misalkan saja betapa sampai manusia kepada kesimpulan mempertemukan hasil penyelidikan ilmiah terhadap atom, zat yang sekecil-kecilnya maka sampailah manusia sebagian kepada mengaji bahwa pangkal sesuatu adalah al-jauharul fard atau kesatuan halus yang tidak mungkin dibagi lagi. Lalu timbul pertanyaan apakah yang tidak dapat dibagi lagi itu bersifat berida atau semata-mata tenaga? Al-Qur'an sendiri menyebutkan asal kejadian jin, yaitu nyala api. (Surah ar-Rahmaan ayat 1S) Kalau menilik bunyi ayat ini tegas sekali bahwa asal kejadian jin bukanlah semata-mata dari batang gaib melainkan dari barang (materi) yang nyata, sebagaimana di ayat sebelumnya dikatakan bahwa asal kejadian manusia adalah daripada tanah liat bagai tembikar. Dengan demikian, kalau kita pikirkan batas berpikir manusia 500 atau 600 tahun yang lampau jika dikatakan pada masa itu tentang tenaga atom tentu orang pun akan menolak mentah-mentah dan mengatakan mustahil. Padahal di zaman sekarang abad kedua puluh, kedahsyatan tenaga atom yang menyebabkan timbulnya senjata nuklir, bom atom bom hidrogen, kalau misalnya soal tenaga atom ini hanya jadi pembicaraan saja, belum bertemu dengan kenyataan 500 atau 600 tahun yang lalu, niscaya akan dikatakan orang bahwa yang mengatakan itu orang gila. Masakan satu negeri bisa hancur dengan penduduk beratus ribu, hanya karena satu tenaga atom yang begitu kecil!
Sekarang dengan jelas Allah mengatakan bahwa ada satu makhluk bernama jin. Dalam Al-Qur'an banyak disebutkan tentang jin itu.
Iblis pernah mengatakan kepada Allah apa sebab dia tidak mau sujud kepada Adam, ‘Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah."
Dan Iblis itu adalah dari jin seperti tersebut dalam firman Allah,"Kecuali Ibiis, adalah Iblis dari jin maka mendurhakalah dia dari perintah Tuhannya." Dan dikatakan pula bahwa jin itu bisa melihat manusia, tetapi manusia tidak bisa melihat mereka.
Dan mereka pun bisa hidup di muka bumi ini, sebagai kita manusia, meskipun kita manusia tidak dapat melihat di mana dia berada di muka bumi itu. Sebab Allah berfirman,"Turunlah kamu semuanya,yang setengah kamu memusuhi akan yang setengah. Dan bagi kamu di atas bumi itu ada tempat tinggal dan kesenangan sampai waktu tertentu."
Dalam Al-Qur'an juga tersebut bahwasanya Nabi Sulaiman dapat mempekerjakan jin itu membantu dia terutama ketika membangun masjid Sulaiman yang terkenal.
Di luar bumi ini pun, di ruang angkasa luas mereka pun dapat hidup. Allah berfirman tentang itu, dari perkataan jin,"Dan sesungguhnya kami telah menyentuh langit maka kami dapati langit itu penuh dengan pengawal dan bintang berekor."
Dan jin itu pun dapat pula menanamkan pengaruhnya ke atas manusia yang lemah sehingga dapat disesatkannya kecuali orang-orang yang teguh imannya kepada Allah.
Dan mereka pun dapat menerima petunjuk Allah dan dapat juga berjalan sesat (surah, al-finn ayat 14 dan 15). Yang Islam menempuh jalan yang benar, yang menyeleweng dan sesat menjadi penyala api neraka. Dengan mengambil alasan dari bunyi ayat bahwa mereka mendengar Al-Qur'an diturunkan lalu yang mendengar itu datang kepada kaumnya sendiri memberi ingat maka jelaslah bahwa yang memberi ingat itu telah terlebih dahulu mendapat petunjuk
Itulah beberapa uraian yang kita pilih inti sarinya daripada 22 ayat yang menyebutkan tentang adanya jin itu di dalam Al-Qur'an. Maka dalil-dalil dari dalam Al-Qur'an itu sudahlah sangat cukup. Ada juga keterangan yang lain-lain tentang cerita-cerita dan pengalaman manusia bertemu dengan jin, bersahabat dengan jin, kawin dengan jin dan sebagainya. Maka yang demikian itu tidaklah kuat dasarnya akan kita jadikan inti tafsir dalam Tafsir al-Azhar ini. Ada pula bantuan daripada riwayat-riwayat hadits terutama sebuah hadits yang dirawikan oleh al-Bukhari dengan isnad sendinya dari Musaddad dan sebuah hadits pula yang dirawikan oleh Muslim dari Syaiban bin Farukh dari Abu Uwanah dan dirawikan pula oleh al-imam Ahmad bin Hambal dalam masnad beliau. Berkata dia: Menceritakan kepada kami Affan, menceritakan kepada kami Abu Uwanah: Berkata Imam Hafizh al-Baihaqi di dalam kitab beliau Dalaailun Nubuwwah: Mengabarkan kepada kami Abui Masan Ali bin Ahmad bin Abdan, mengabarkan kepada kami Ahmad bin Ubaid ash-Shaffaar, menceritakan kepada kami Abu Uwanah dari Abu Basyar dari Sa'id bin jubair dari ibnu Abbas —semoga Allah meridhai keduanya— berkata dia; Tidaklah membaca Rasulullah akan hal-ihwal jin dan tidaklah Rasulullah melihat akan mereka. Suatu waktu Rasulullah telah berlepas diiringkan oleh sekelompok dari sahabat-sahabat beliau menuju kepada Pasar Ukadz. Di waktu itu berita dari langit telah tertutup terhadap setan-setan sebab telah dikirim kepada mereka bintang penikam (meteor). Maka kembalilah setan-setan itu kepada kaum mereka lalu berkatalah kaum itu,"Mengapa kamu?" Mereka menjawab, “Di antara kami telah dibatas dengan berita langit dan telah dikirim bintang (meteor) untuk memanah kami." Lalu berkatalah mereka,"Pastilah telah ada suatu kejadian yang membatasi kamu dengan langit sehingga telah tertutup berita langit kepada kamu. Sebab itu periksalah ke timur dan ke barat dan selidikilah apa gerangan sebabnya berita langit tidak sampai lagi." Maka mereka pun pergilah menyelidiki ke sebelah timur bumi dan ke sebelah baratnya mencari sebab-sebab berita langit itu terhambat. Beberapa orang dari mereka yang telah pergi ke jurusan Tihamah akhirnya meneruskan perjalanan pergi menemui Rasulullah ﷺ yang ketika itu beliau ﷺ sedang menuju ke Pasar Ukadz. Beliau sedang berhenti di tengah jalan melakukan shalat Shubuh. Maka tatkala jin yang berjalan menyelidik itu sampai ke tempat Rasulullah shalat itu terdengarlah oleh mereka Rasulullah sedang shalat membaca Al-Qur'an. Setelah mereka dengarkan bacaan Nabi itu baik-baik, berkatalah mereka,"Inilah rupanya yang membatasi antara kamu sekalian dengan berita langit sehingga tidak pernah terdengar lagi." Pada waktu setelah jin itu kembali kepada teman-teman mereka yang tengah menunggu, berkatalah mereka,"Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar Al-Qur'an yang menakjubkan itu, memberi petunjuk kepada jalan yang benar maka kami pun telah percaya kepadanya dan sekali-kali tidaklah kami akan mempersekutukan Allah kami dengan yang lain." Dan Allah pun menurunkan pula kepada nabi-Nya ﷺ,"Katakanlah: telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengar sekelompok dari jin," maka tafsir ayat ini ialah bahwa telah diwahyukan kepadanya perkataan daripada jin.
Dan dikeluarkan pula oleh Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi dengan sanadnya dari Alqamah, berkata dia,"Berkata aku kepada Ibnu Mas'ud (semoga ridha Allah atasnya), ‘Adalah Nabi telah berteman dengan salah seorang kamu pada malam bertemu jin itu?' Abdullah bin Mas'ud menjawab, Tidak ada di antara kami seorang pun yang menemaninya, tetapi yang ada ialah bahwa kami menemani beliau pada suatu malam, lalu kami kehilangan beliau lalu kami cari beliau di lembah-lembah dan di rimba-rimba. Lalu kami berkata, ‘Beliau telah hilang atau beliau telah dibunuh orang.' Karena persangkaan yang demikian bemalamlah kami dalam yang seseram-seram malam yang kami tunggui. Setelah hari Shubuh, tiba-tiba datanglah beliau dari jurusan Hira' Lalu kami berkata, ‘Kami kehilangan engkau, ya Rasul Allah! Kami cari-cari engkau, namun tidak bertemu sehingga kami menunggu engkau dalam semalam seram.' Lalu beliau ﷺ menjawab, ‘Datang jin kepadaku lalu aku pergi menurutkan mereka, lalu aku bacakan Al-Qur'an kepada mereka.' Kami pun dibawanya ikut serta maka kami lihatlah bekas mereka dan bekas perapian mereka dan mereka pun menanyakan dari hal perbekalan makanan maka beliau jawab bahwa segala tulang yang mereka makan dengan membaca nama Allah, adalah tulang itu lebih gemuk buat kamu daripada daging sendiri dan segala sampah dan tahi binatang kamu, dapat pula dimakan oleh binatang-binatang kamu.'"
Ibnu Ishaq menuliskan di dalam sirah Ibnu Hisyam yang terkenal bahwa beberapa daripada jin itu ketika Rasulullah keluar ke negeri Thaif hendak mencari pertolongan menangkis penderitaan-penderitaan yang ditim-pakan orang Thaif dari kaum Tsaqiif, sesudah meninggal paman beliau Abu Thalib dan ketika sangat hebat pukulan kepadanya dan kepada kaum Muslimin di Mekah dan ketika Tsaqiif telah menolaknya dengan sangat kasar, sampai anak-anak pun mereka kerahkan menyakiti Nabi ﷺ sampai berdarah kaki beliau, maka pada waktu itu beliau berdoa kepada Allah, bermunajat, mengadukan halnya.
“Ya Tuhanku, kepada Engkaulah aku mengadukan kelemahan kekuatanku dan sedikitnya daya upayaku dan tidak ada dayaku di hadapan manusia. Wahai yang lebih pengasih dari segala yang pengasih, Engkaulah Tuhan dari segala yang lemah dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah aku akan Engkau serahkan kepada orang yang jauh yang membericiku atau kepada musuh yang menguasai urusanku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, tidaklah aku peduli, tetapi maaf daripada Engkau adalah lebih lapang buatku. Aku berlindung de-ngan wajah Engkau menyinari tempat yang gelap dan selamat lantarannya segala urusan dan akhirat, janganlah sampai murka Engkau menimpa diriku atau meliputi kepadaku kemarahan Engkau! Kepada Engkau aku akan selalu mengeluh sampai Engkau meridhai aku. Tidak ada daya dan tidak ada upaya, kecuali dengan Engkau"
Setelah itu maka Rasulullah pun meninggalkan Thaif lalu menuju Mekah karena sudah putus harapan beliau akan disambut baik oleh orang Tsaqiif sehingga bilamana beliau sampai di suatu tempat bernama Nakhlah, berhentilah beliau lalu shalat di tengah malam pada waktu itulah melintas di sana beberapa jin yang disebutkan oleh Allah Ta'aala itu; mereka itu adalah tujuh, yaitu jin dari negeri Nashibiin, Ketujuh jin itu mendengar ketika Rasulullah ﷺ shalat. Setelah Rasulullah selesai shalat maka ketujuh jin itu berpaling lalu pergi kepada kaumnya dan semuanya dalam keadaan beriman. Kedatangan ketujuh jin itulah yang dijelaskan Allah kepada Rasulullah ﷺ di dalam ayat 29 ini bahwa mereka mendengar Al-Qur'an dan setelah itu mereka pun berpaling lalu datang kepada kaum mereka memberikan apa-apa yang mereka dengar di dalam shalat Rasulullah ﷺ.
Maka di dalam ayat ini dengan jelas kita baca bahwa Allah Ta'aala sendirilah yang memberitahukan kepada Rasulullah bahwa jin melihat beliau dan jin mendengar bacaan beliau ketika shalat. Allah pula yang menerangkan pada hadits pertama riwayat al-Bukhari tadi bahwa kalangan jin menjadi ribut dan tercengang karena berita langit telah terputus mereka terima, tidak mereka dengar sebagai dahulu lagi, sehingga sudah sukar bagi jin atau Iblis memberikan ramalan atau tenung bagi orang yang ingin mengetahui nasib zaman yang akan datang. Rupanya setelah mendengar Al-Qur'an dan dibaca oleh Rasul barulah mereka tahu apa sebabnya, maka percayatah kepada Allah, siapa yang diberi petunjuk oleh Allah sehingga mereka pun menjadi jin-jin yang Muslim.
“Maka setelah mereka menghadirinya, berkatalah mereka, ‘Berdiam dirilah kamu semua!'" Tengah-tengah ayat ini menunjukkan bahwasanya jin yang tujuh atau berlebih itu telah mendengarkan Nabi Muhammad ﷺ membaca Al-Qur'an dalam shalat dengan saksama dan khusyu sekali. Lalu setengah dari mereka memberi ingat kepada setengah kawannya yang lain, yang mungkin masih berbisik-bisik atau kurang hening, kurang patuh, supaya mendengarkan dengan diam-diam supaya dapat menyimakkan Al-Qur'an yang indah itu yang dibaca Nabi ﷺ dengan khusyunya."Maka tatkala sudah selesai," yaitu setelah Nabi Muhammad ﷺ selesai mengerjakan shalat itu,
“berpalinglah mereka kepada kaumnya," yang sama-sama jin,"membelikan peringatan."
Ujung ayat ini membuktikan bahwasanya jin yang mendengar itu tertarik oleh bacaan itu dan terpesona oleh shalat Nabi ﷺ lalu semuanya menyatakan diri masuk Islam kemudian semuanya pulang ke kampung ha-lamannya, memberi ingat kaumnya pula supaya patuh dan taat kepada apa yang tersebut dalam bunyi ayat-ayat yang dibaca oleh Nabi saw, itu. Ayat selanjutnya lebih menjelaskan lagi,
Ayat 30
“Mereka berikata,"Wahai kaum kami! Sesungguhnya kami telah mendengari sebuah kitab yang diturunkan sesudah Musa.'"
Kitab yang diturunkan kepada Musa, sebagaimana kita ketahui ialah Taurat dan rupanya jin-jin itu dahulunya pun telah mendengar Taurat itu pula. Kitab yang datang sesudah Musa ialah Al-Qur'an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ bernama Al-Qur'an,"membenarkan akan apa yang diturunkan di hadapannyayaitu yang terdahulu dari dia. Sebab memang kitab-kitab Allah itu samalah isi semuanya, memberi petunjuk manusia kepada jalan yang benar, petunjuk dan hidayah.
“Memberi petunjuk kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus."
Seruan jin-jin itu lebih jelas lagi sesudah yang demikian.
Ayat 31
“Wahai kaum kami! Turutilah panggilan Allah dan pencayatah kepadanya."
Ayat ini menambah jelas lagi bahwa perhatian mereka sementara mendengar beberapa ayat yang dibaca oleh Nabi, benar-benar masuk ke dalam diri jin-jin itu, yang menyebabkan mereka percaya dan hati mereka belum puas jika kaum mereka belum percaya sebagai mereka pula. Maka mereka memberikan harapan ke-selamatan bagi barangsiapa yang mau percaya dengan sambungan ucapan dakwah mereka."Niscaya akan diberi ampunlah bagi kamu akan dosa kamu." Inilah harapan yang pertama, yaitu kalau kiranya selama ini banyak dosa yang diperbuat maka dengan tobat dan kembali kepada jalan yang benar, dosa akan diampuni, dada menjadi lapang dan pikiran terbuka.
“Dan dibebaskan kamu daripada adzad yang pedih."
Sedang terlepas daripada siksaan yang pedih itu saja pun adalah satu nikmat dari Allah yang menyebabkan dunia ini jadi lapang tempat kita berdiri dan alam jadi luas tempat kita meninjau, inspirasi atau ilham tumbuh buat meneruskan amal.
Kemudian itu berkata pula mereka selanjutnya tentang bahaya bagi orang yang lengah dari petunjuk Allah.
perjalanan hidup, hanya memperturutkan kehendak hati sendiri dengan tidak menenggang ke kiri dan ke kanan,"maka tidaklah dia ada kesanggupan di muka bumi" karena dosa menutup pintu hati dan menyebabkan apa saja pekerjaan yang dikerjakan jarang sungguh-sungguh maka timbullah kemunafikan (hipokrit)."Dan ti-daklah ada baginya selain Dia yang akan jadi pemimpin." Ada juga pimpinan dari yang lain namun pimpinan yang lain itu tidaklah akan membawa kepada jalan yang lurus melainkan membawa jauh tersesat.
“Itulah orang-orang yang dalam kesesatan yang nyala."
Berjalan menempuh arena hidup sudah pasti mesti ada pimpinan yang nyata dan yang jujur. Karena kita baru sekali ini datang ke dunia dan dunia berubah terus sehingga tidaklah cukup kalau dengan umur usia kita saja kita hendak mencari pengalaman. Di samping pengalaman mesti ada pengajaran. Jalan yang ditempuh orang lain, yang membawa dia bahagia harus dijadikan teladan oleh orang yang datang kemudian dan jalan tersesat yang membawa mereka yang terdahulu itu terperosok ke dalam kecelakaan harus kita elakkan.
Ayat 32
“Dan barangsiapa yang tidak menyambut seruan Allah."
Hidup di dunia sesuka hati, tidak mengenal perayuan,'tidak berbatas yang tertentu dalam
Ayat 33
“Apakah tidak mereka lihat bahwasanya Allah-lah Yang Menciptakan semua langit dan bumi dan tidak pennahlah Dia letih dalam menciptakannya."
Bolehlah kita pahamkan bahwasanya ayat 33 ini masih seruan peringatan jin kepada kaumnya sesama jin. Dia memberi peringatan bahwasanya pencipta semua langit yang berlapis-lapis itu ditambah lagi dengan pencipta bumi adalah semata-mata Allah dan tidaklah ikut serta yang lain menciptakannya. Tidaklah akan sanggup yang lain menciptakan itu. Dan tidaklah Allah merasa letih, merasa penat dalam menciptakan."Yang berkuasa menghidupkan yang telah mati." Dengan ayat-ayat ini dapatlah kita manusia memahamkan bahwasanya jin sebagai makhluk yang gaib itu tidaklah mempunyai kekuasaan dan kebesaran sama dengan Allah. Jin itu pun makhluk yang lemah sebagai manusia juga. Jangankan jin, sedangkan malaikat pun demikian halnya. Ketika Allah hendak mengangkat khalifahnya di muka bumi. Malaikat telah mengemukakan pertanyaan, bagaimana boleh manusia sebagai perusak bumi penumpah darah diberi jabatan sebesar itu maka Allah pun telah menjawab bahwa Allah lebih mengetahui daripada malaikat itu tentang keadaan yang sebenarnya. Dan kemudian sekali ternyata bahwasanya banyaklah Allah memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia sedang kepada malaikat tidak sehingga apabila ditanyakan Allah berapa persoalan, malaikat tidak dapat menjawab. Hanya manusia yang bisa.
Sedangkan malaikat kekasih Allah, makhluk setiawan lagi serba kekurangan dalam hal ilmu, apatah lagi jin. Maka jin yang telah Islam mengakui sendiri bahwa mereka pun lemah membuat langit bertingkat mereka tak sanggup, mencipta bumi mereka tidak kuat. Apatah lagi kalau akan menghidupkan orang yang telah mati. Itu pun manusia tidak sanggup, jin pun tidak sanggup, malaikat pun tidak. Itu hanya ketentuan pada Allah semata-mata.
“Sungguh! Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu."
Semiang pun tidak ada kekuasaan pada makhluk. Kekuasaan hanya pada Allah!
Ayat 34
“Dan (ingatlah) akan hariyang akan dibawa orang-orang yang tidak pencaya ke neraka."
Sedang manusia termenung memikirkan cerita-cerita jin dan seruan atau dakwah jin yang telah mendengarkan sendiri butir-butir Al-Qur'an yang dibaca Nabi ﷺ sedang mengerjakan shalat, dan ingat betapa besar kekuasaan Allah sampai kepada tiap-tiap sesuatu dari yang sangat besar kepada yang sangat kecil, tidak ada yang terlepas dari kekuasaan Allah, tibalah ayat terakhir akan dekat penutup menyuruh manusia ingat akan hari itu. yaitu di masa manusia dan jin yang tidak mau percaya selama di dunia ini akan kekuasaan Allah, tidak mau percaya akan hari pembalasan, bahwa semua yang tidak percaya itu akan dibawa ke neraka. Di sanalah mereka akan ditanya,"Bukankah ini suatu kebenaran?"
Apa jawaban mereka atas pertanyaan itu? Apa jawaban mereka setelah berhadapan bermuka-muka dengan kenyataan itu?
Apa lagi yang akan mereka jawabkan, lain daripada merunduk dan mengaku."Semua berkata, ‘Benar sekali! Ya Tuhan kami!"‘ Dengan khusyu di waktu itu mereka merundukkan diri, tidak lagi menyombong mengangkat diri, sebagai yang pernah mereka lakukan tatkala di dunia dahulu. Benar sekali, ya Tuhan kami!
Seakan-akan mereka berkata sambil merundukkan kepala, sebab tidak dapat menyombong lagi, sebab sudah menghadapi kenyataan bahwa apa yang dikatakan oleh Allah itu adalah benar belaka, sudah mereka alami sekarang betapa pahitnya. Dengan rendah dan hina mereka sekarang mengucapkan ‘Tuhan kami!" di waktu gelanggang telah usai, perjuangan tidak diperlukan lagi walaupun mereka menyebut,"Tuhan kami," siapa yang akan memungkiri lagi pada waktu itu, bahwa Allah itu memang Tuhannya? Dan tidak ada Tuhan selain Dia? Mengapa ucapan demikian tidak mereka katakan ketika masih hidup?
Keputusan Allah tetap. Yang berjuang dengan yakin dan gigih karena membela kebenaran menerimalah pengharapan tertinggi atas gagah perkasanya mempertahankan keyakinan dan keimanan itu. Sedangorangyang di waktu hidup mencongkak menyombong dan baru hari itu dia mengucapkan,"Ya Tuhan kami," tetaplah menerima firman Allah.
“Maka berkatalah Dia, ‘Maka rasakantah adzab dari sebab yang kamu telah menyangkal.'"
Walaupun di hari hukuman akan jatuh mereka menyebut"Tuhan kami" namun harga perkataan itu tidak ada lagi, percuma. Karena, dia harus menyelesaikan terlebih dahulu kekerasan kepalanya tatkala di dunia.
Begitulah yang bernama kebenaran dan begitulah yang bernama keadilan! Akhirnya berfirman Allah kepada Rasul-Nya,
Ayat 35
“Oleh sebab itu bersabarlah! Sebagaimana telah berisabarnya rasul-rasul yang terutama dan janganlah hendak terburu-buru kepada mereka."
Hendak menyadarkan manusia-manusia yang tengah terlena oleh buaian kemewahan dan kemegahan hidup yang sebenarnya menipu mereka dan di tengah-tengah manusia yang telah menyumbat telinganya sendiri agar jangan mendengarkan seruan kebenaran, bahkan mau bersikap nista terhadap orang yang menyerunya kepada kebajikan maka senjata yang paling ampuh tidak lain adalah sabar! Maka sabarlah, Muhammad! Karena pekerjaan ini berat dan besar. Dahulu dari engkau rasul-rasul yang utama atau ulul ‘azmi orang-orang terkemuka di antara nabi-nabi dan rasul-rasul Allah yang membawa syari'at dan jalan baru, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa telah melalui pula sebagaimana yang engkau lalui sekarang:
halangan, rintangan, makian, dan nista. Namun senjata mereka yang ampuh ialah sabar, tabah, tahan hati, tak bergoyang walau bagaimana besarnya bahaya yang mereka hadapi."Dan jangan hendak terburu-buru kepada mereka." Yaitu bahwasanya rasul-rasul itu bila berdoa berAllahon kepada Allah, niscaya doa mereka akan terkabul. Tetapi mereka itu berdoa bukanlah hendak menuntut dan meAllahon kepada Allah agar umat yang menentang kebenaran itu dikutuk dilaknat oleh Allah. Karena tempo untuk mereka menentang ketentuan Allah itu sangatlah pendek. Dunia ini beredar tahun demi tahun, 100 dan 100 tahun, 100.000 tahun atau 100 juta tahun namun manusia sendiri hanya seberitar saja di dunia ini. Kadang-kadang seangkatan manusia menentang kebenaran Ilahi namun si ayah segera meninggal lalu naik si anak dan si anak itu pun telah menyatakan percaya. Sebab itu maka sambungan firman Allah berbunyi,"Seakan-akan hari mereka melihat apa yang telah dijanjikan kepada mereka itu tidaklah mereka berdiam di dunia kecuali sesaat seketika di siang hari!"
Sabarlah Muhammad menghadapi sikap mereka itu! Sebab waktu itu tidaklah panjang bahkan sangat pendek, hanya seakan-akan satu saat atau sejenak saja di siang hari, hidup yang melintas sejenak sebelum akhirat datang dan harganya pun sangat sedikit, sedikit sekali sehingga tidak ada meninggalkan jejak dan bekas dalam diri, melainkan laksana sesaat dalam satu hari yang pernah dilalui, di antara zaman sebelum kita lahir yang berjuta tahun dari zaman setelah kita tinggalkan yang beribu tahun pula."Balaagh, sudah sampai! Kewajiban yang dipikulkan Allah ke atas pundak Rasul telah disampaikan, tugas telah dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Sesudah tugas itu disampaikan maka Rasul pun telah dipanggil oleh Allah kembali ke hadirat-Nya. Di ujung ayat datanglah pertanyaan yang amat mendalam.
“Maka tiadalah yang dibinasakan melainkan orang-orang yang fasik?"
Meskipun waktu yang dilalui di dunia terlalu pendek, namun Rasul telah mengisi dengan tugas suci, yaitu Balaagh, menyampaikan. Orang yang patuh menjalani menurut tugas yang disampaikan Rasul itu walaupun hidupnya terlalu pendek dibanding dengan usia alam, namun yang jujur tidaklah teraniaya dan yang fasik dan durhaka tidaklah lepas dari hukuman."Yang bungkuk jua yang dimakan sarung" dan Allah tidak pernah melakukan aniaya kepada orang yang memperhambakan diri dengan tulus kepada-Nya: yang ada cuma cobaan sebagaimana yang diderita oleh Nabi maka obatnya yang paling manjur hanyalah sabar. Dan tiap-tiap dai, penyeru kepada jalan kebajikan hendaklah sabar pula sebagaimana sabarnya rasul-rasul, sebagaimana sabarnya Ulul ‘Azmi, rasui-rasul utama. Sebab, perjuangan ini tidak lama, hanya satu saat saja daripada siang hari. Kemudian itu akan terjadilah apa yang akan terjadi Selesai tafsir surah al-Ahqaaf.