Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱخۡتِلَٰفِ
dan pergantian
ٱلَّيۡلِ
malam
وَٱلنَّهَارِ
dan siang
وَمَآ
dan apa yang
أَنزَلَ
diturunkan
ٱللَّهُ
Allah
مِنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
مِن
dari
رِّزۡقٖ
rezeki
فَأَحۡيَا
lalu Dia menghidupkan
بِهِ
dengannya
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
بَعۡدَ
sesudah
مَوۡتِهَا
matinya
وَتَصۡرِيفِ
dan perkisaran
ٱلرِّيَٰحِ
angin
ءَايَٰتٞ
tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يَعۡقِلُونَ
mereka berakal
وَٱخۡتِلَٰفِ
dan pergantian
ٱلَّيۡلِ
malam
وَٱلنَّهَارِ
dan siang
وَمَآ
dan apa yang
أَنزَلَ
diturunkan
ٱللَّهُ
Allah
مِنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
مِن
dari
رِّزۡقٖ
rezeki
فَأَحۡيَا
lalu Dia menghidupkan
بِهِ
dengannya
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
بَعۡدَ
sesudah
مَوۡتِهَا
matinya
وَتَصۡرِيفِ
dan perkisaran
ٱلرِّيَٰحِ
angin
ءَايَٰتٞ
tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يَعۡقِلُونَ
mereka berakal
Terjemahan
(Pada) pergantian malam dan
Tafsir
(Dan) pada (pergantian malam dan siang) yaitu datang dan perginya kedua waktu itu (dan rezeki yang diturunkan Allah dari langit) berupa hujan, dikatakan rezeki karena hujan itu merupakan penyebab rezeki (lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya, dan pada pertukaran angin) atau pergantiannya, terkadang bertiup ke arah selatan, terkadang bertiup ke arah utara, terkadang datang membawa udara dingin, dan terkadang datang membawa udara panas (terdapat tanda-tanda pula bagi kaum yang berakal) yaitu tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan dan keesaan Allah, karenanya mereka beriman.
Tafsir Surat Al-Jatsiyah: 1-5
Ha mim. kitab (ini) di turunkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi maha bijaksana. Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.
Allah ﷻ memberi petunjuk kepada mahluk-Nya memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, nikmat-nikmat-Nya, dan kekusaan-Nya yang besar yang dengan kekuasaan-Nya dia menciptakan langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya yang beraneka ragam macam dan jenisnya. Yaitu para malaikat, jin, manusia, binatang-binatang melata, burung-burung, hewan-hewan pemangsa, hewan-hewan liar, berbagai jenis serangga, dan berbagai macam makhluk di dalam laut. Juga silih bergantinya siang dan malam hari yang terus bergantian tanpa hentinya; yang satu datang dengan membawa kegelapannya, dan yang lainnya datang dengan membawa sinarnya.
Demikian pula apa yang diturunkan oleh Allah ﷻ dari langit melalui awan berupa hujan ketika diperlukan, yang hal ini dinamakan rezeki mengingat dengan adanya hujan rezeki dapat dihasilkan. lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya. (Al-Jatsiyah: 5) Yakni pada sebelumnya bumi kering dan tandus, tiada tumbuh-tumbuhan padanya. Firman Allah ﷻ: dan pada perkisaran angin. (Al-Jatsiyah: 5.) Yaitu angin dari selatan, utara, angin dabur dan saba, angin laut dan darat, angin malam hari dan siang hari; yang antara lain ada yang membawa air hujan, dan ada yang menyemaikan benih, dan ada yang menjadi penyegar bagi arwah (jiwa), ada pula yang mandul tidak produktif, pada mulanya Allah menyebutkan dalam firman-Nya: benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. (Al-Jatsiyah: 2) Selanjutnya Allah menyebutkan, "Terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini," kemudian disebutkan pula, "Terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal" Hal ini merupakan ungkapan yang bertingkat-tingkat dari suatu keadaan yang mulia meningkat kepada keadaan lain yang lebih mulia dan lebih tinggi daripada sebelumnya, makna ayat ini mirip dengan apa yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah melalui firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah: 164) Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah mengetengahkan atsar yang cukup panjang lagi gharib dari Wahb ibnu Munabbih, yaitu menyangkut penciptaan manusia, bahwa manusia itu diciptakan dari empat unsur yang dicampur menjadi satu.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
4-5. Dan juga pada penciptaan dirimu, wahai manusia, dengan bentuk yang fungsi yang sempurna dan pada apa yang di tebarkan-Nya di permukaan bumi dari aneka jenis binatang melata, terdapat tanda-tanda keesaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah untuk kaum yang meyakini, dan pada perbedaan malam dan siang, yang datang silih berganti, malam datang lalu siang pergi, dan pada apa yang di turunkan Allah dari langit, seperti hujan sebagai rezeki lalu dengan air hujan itu di hidupkan-Nya bumi setelah matinya, yaitu kering, dan demikian pula pada perkisaran angin ke berbagai arah, perbedaan suhu dan kekuatannya serta manfaat dan bahayanya, terdapat pula tanda-tanda keesaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah bagi kaum yang mengerti. 6. Itulah ayat-ayat Allah yang dihamparkan di alam ini untuk menggambarkan keesaan, kekuasaan, dan kebesaran-Nya yang Kami bacakan melalui malaikat Jibril kepadamu, wahai Nabi Muhammad, dengan sebenarnya untuk engkau sampaikan kepada umatmu; maka dengan perkataan mana lagi mereka akan beriman setelah firman Allah dan ayat-ayat-Nya itu' Kalau ayat-ayat Al-Qur'an dan tanda-tanda kekuasaan Allah di muka bumi tidak mereka percayai, maka yang lain pun mereka lebih tidak percaya lagi.
Pada ayat ini, Allah mengingatkan manusia akan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya yang terdapat pada pergantian siang dan malam baik dari segi panjang dan pendeknya.
Dari segi pergantian, orang dapat menyaksikan sejak matahari terbit di kaki langit sebelah timur hingga terbenam di kaki langit sebelah barat. Di siang hari, orang tidak menyaksikan apa pun di langit, terkecuali matahari yang bersinar dengan terangnya. Pada waktu itu, kebanyakan manusia bekerja dan berusaha mencari nafkah, memenuhi kebutuhan hidupnya.
Matahari bergerak meninggalkan ufuk sebelah timur makin lama makin meninggi. Kemudian ia terlihat di meridian. Sesudah itu, makin menurun menuju ufuk langit sebelah barat. Akhirnya ia tenggelam di ufuk sebelah barat. Sejak itu, hari berangsur-angsur gelap, kadang-kadang terlihat awan kemerah-merahan, lalu mulailah bermunculan binatang-binatang satu demi satu, dari bintang yang paling terang cahayanya sampai kepada bintang yang bercahaya redup. Setelah gelap menyelubungi permukaan bumi seluruhnya, bertambah jelaslah nampak bintang-bintang bertaburan di angkasa raya, berbagai macam rasi dan aneka warna cahayanya. Pada penghujung malam, mulailah kelihatan fajar menyingsing di ufuk timur, sebagai tanda tidak lama lagi matahari akan terbit kembali. Sejak itulah, cahaya bintang mulai redup kembali karena cahayanya mulai dikalahkan oleh cahaya matahari.
Begitulah seterusnya orang dapat menyaksikan keadaan itu berulang-ulang. Suasana yang seperti itu terjadi di negeri-negeri yang berada di daerah khatulistiwa, sedangkan belahan bumi bahagian selatan dan utara akan mengalami keadaan siang lebih panjang atau lebih pendek dari malam, sesuai dengan lintang dan deklinasi matahari.
Dari segi panjang pendeknya malam dan siang, orang yang berada di khatulistiwa selamanya akan menyaksikan panjang pendeknya siang malam yang hampir sama. Daerah yang berada di selatan khatulistiwa akan mengalami siang lebih panjang apabila matahari berada di sebelah selatan, tetapi akan mengalami siang yang lebih pendek apabila matahari berada di sebelah utara khatulistiwa. Demikian pula orang yang berada di sebelah utara khatulistiwa akan mengalami siang yang lebih panjang apabila matahari berada di sebelah selatan. Makin jauh suatu tempat baik ke utara maupun selatan khatulistiwa, makin jauh pula perbedaan panjang pendek waktu antara malam dan siang. Bagi orang yang berada di kutub utara dan kutub selatan, dalam satu tahun ada masa malam yang terus menerus dan ada pula masa siang yang terus menerus. Pada masa siang terus menerus matahari selalu berada di atas cakrawala, selalu kelihatan tidak pernah masuk ke bawah kaki langit, sedangkan pada masa malam terus menerus, matahari selalu berada di bawah kaki langit, tidak pernah kelihatan dan tidak pernah melewati kaki langit ke atas.
Dengan memperhatikan pergantian siang dan malam, dan panjang pendeknya yang selalu berubah-ubah sepanjang tahun, akan terlihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, serta akan nampak adanya hukum-hukum yang mengaturnya dengan sangat rapi, tidak pernah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan.
Kemudian Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang terlihat pada turunnya hujan dari langit. Karena panas matahari, air pun menguap ke atas. Angin yang selalu bertiup mempercepat proses penguapan itu dan menghalaunya ke suatu tempat dan lama-kelamaan terkumpullah uap air itu di angkasa sebagai awan. Apabila awan yang berarak dihalau angin itu tertahan oleh gunung, maka terkumpullah ia di sana, semakin lama semakin tebal. Warnanya yang semula keputih-putihan berubah menjadi hitam. Dan apabila suhu udara telah mencapai kedinginan sedemikian rupa, turunlah uap air itu sebagai hujan yang menyirami permukaan bumi. Karena air hujan itu, tumbuhlah beraneka macam tumbuh-tumbuhan, dan karena air hujan itu pula, binatang dan manusia dapat hidup. Manusia dengan hasil pemikirannya dapat mengatur aliran air itu sehingga tidak mengalir seluruhnya ke laut. Sebahagian dimanfaatkan dan sebagian lagi dapat digunakan pada musim kemarau. Pada tiap daerah, di permukaan bumi, curah hujan tidak sama; bergantung kepada faktor-faktor yang menentukan. Ada daerah yang curah hujannya sangat lebat dan ada pula yang sangat tipis dan ada yang sedang. Dengan memperhatikan turunnya hujan itu dan manfaatnya bagi kehidupan makhluk, orang dapat mengetahui betapa luasnya kekuasaan penciptanya.
Sesudah itu Allah menunjukkan pula tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat pada perkisaran tiupan angin yaitu perkisaran angin darat dan angin laut yang selalu berhembus berganti arah. Telah menjadi hukum alam bahwa daratan lebih cepat menjadi panas bila ditimpa sinar matahari dibandingkan dengan lautan yang lambat menjadi panas bila ditimpa sinar matahari. Sebaliknya daratan lebih cepat pula melepaskan panas di malam hari, pada waktu panas matahari tidak ada lagi dibandingkan dengan lautan yang lambat melepasnya. Dengan demikian, terdapatlah daerah maksimum dan minimum udaranya. Pada siang hari daratan lebih panas dari lautan sehingga udaranya menjadi minimum, sedangkan lautan kurang panas udaranya dibandingkan dengan daratan sehingga udaranya menjadi maksimum. Udara mengalir dari daerah maksimum ke daerah minimum, maka bertiuplah pada siang hari angin laut menuju daratan. Akan tetapi, di waktu malam, terjadi kebalikannya; daratan menjadi maksimum dan lautan menjadi minimum karena daratan lebih cepat menjadi dingin daripada lautan sehingga bertiuplah angin dari daratan menuju lautan.
Keadaan yang demikian menguntungkan para nelayan. Mereka berangkat pada waktu malam, berlayar ke tengah lautan mengikuti arah hembusan angin laut. Di samping itu, perubahan letak matahari berada di lintang- balik -utara belahan bumi bagian selatan. Karena itu, udara maksimum di belahan bumi bahagiana selatan. Maka bertiuplah angin dari belahan bumi selatan ke belahan bumi bagian utara. Waktu itu di Indonesia mengalami musim kemarau. Akan tetapi, bila matahari berada pada lintang balik selatan, belahan bumi bagian selatan menerima panas lebih banyak dari bagian bumi sebelah utara. Karena itu, udara maksimum di bagian utara, maka bertiuplah angin dari utara ke selatan. Untuk Indonesia, angin bertiup dari padang pasir Gobi ke Tiongkok, menyusur Semenanjung Malaysia karena pengaruh perputaran bumi membelok ke timur, ke Indonesia, menuju Padang Pasir Victoria di Australia. Pada saat itu, di Indonesia mengalami musim hujan.
Di samping itu, terdapat angin yang bertiup dari kutub utara dan kutub selatan secara tetap, karena daerah kutub selalu mengalami udara yang lebih dingin daripada khatulistiwa maka daerah-daerah kutub, udaranya selalu maksimum. Akan tetapi karena perputaran bumi pada porosnya dari barat ke timur, maka angin yang bertiup dari kutub itu mengalami pembelokan ke barat. Itulah sebabnya angin itu di Indonesia bertiup dari tenggara. Untuk daerah-daerah kutub sendiri, bertiuplah selalu angin barat yang tetap sepanjang masa.
Dari perkisaran angin itu, orang akan mengetahui betapa Mahabijaksana dan Mahaperkasa-Nya Allah yang menciptakan alam semesta ini.
Itulah sebabnya pada bagian akhir surah ini, Allah menegaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat pada jagat raya, pada diri manusia, pada perkisaran angin, pada turunnya hujan, dan sebagainya menjadi bukti kekuasaan-Nya bagi orang yang mempergunakan akalnya dan bagi orang yang benar-benar mau mencari kebenaran.
Dengan bermacam-macam himbauan itulah, Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya agar manusia meyakini Kemahaesaan dan kemahakuasaan-Nya. Dengan mengetahui semuanya itu dengan benar, niscaya bertambah mantaplah iman mereka dan bertambah pulalah gairahnya untuk memanfaatkan pengetahuannya itu bagi kemaslahan umat manusia.
Dari keterangan di atas, dipahami pula amat banyak yang dapat dijadikan bukti adanya Allah, Mahakuasa dan Mahabijaksana, asal saja orang mau mengikuti cara berpikir yang digariskan Allah dalam Al-Qur'an, hal ini juga berarti bahwa sebenarnya, semakin tinggi ilmu seseorang semakin banyak ia mempunyai bukti-bukti itu. Jika ada seorang yang berilmu yang tidak mempercayai adanya Tuhan, berarti ia belum lagi mempergunakan ilmunya itu menurut yang semestinya.
Dalam ayat-ayat ini terdapat tiga kalimat berbeda, pertama yu'minun, kedua yuqinun, dan ketiga ya'qilun, hal ini dimaksudkan; jika kalian beriman maka pahamilah tanda-tanda keagungan Allah ini dan jika tidak beriman namun mencari kebenaran dan keyakinan maka pahamilah tanda-tanda ini, dan jika tidak beriman dan tidak mencari kenyataan maka jadilah kalian orang yang berakal dan pahamilah tanda-tanda ini.
Ayat ini dengan singkat menggambarkan adanya mekanisme-mekanisme perputaran dan peredaran bumi yang berkaitan dengan perubahan cuaca serta perkisaran angin. Ilmu pengetahuan saat ini menerangkan adanya siang dan malam di bumi disebabkan oleh perputaran (rotasi) bumi pada porosnya. Disamping berotasi, bumi juga beredar pada garis lintasannya (evolusi) yang berbentuk elips. Bumi memerlukan waktu satu tahun untuk beredar pada lintasan ini sampai berada kembali pada posisi yang sama. Proses rotasi dan evolusi bumi, di samping berkaitan dengan cuaca dan iklim di berbagai tempat di permukaan bumi, berkaitan pula dengan perubahan-perubahan arah angin. Hujan-hujan setempat umumnya terjadi setelah tengah hari, ketika suhu mulai mendingin, setelah pada pagi dan siang hari sebelumnya permukaan bumi mendapatkan panas matahari yang banyak dan cukup menghasilkan uap air untuk menghasilkan awan yang menurunkan hujan.
Poros perputaran bumi membuat sudut sebesar 23,5o terhadap garis lintasan peredarannya, sehingga jumlah intensitas cahaya matahari yang diterima belahan bumi utara dan selatan selalu berbeda, kecuali pada posisi bidang lintasan tegak lurus terhadap bidang penampang setengah bola bumi, ketika itu matahari berada persis di atas khatulistiwa. Adanya tempat-tempat yang mendapatkan intensitas cahaya yang berbeda menyebabkan panas permukaan bumi berbeda-beda pula. Dengan adanya perbedaan panas di permukaan bumi maka terjadilah aliran udara (angin) dari tempat yang dingin ke tempat yang lebih panas. Di daerah sekitar khatulistiwa (ekuatorial) terdapat angin yang berhembus sepanjang tahun ke arah khatulistiwa yang selalu panas yang dikenal dengan angin pasat. Di Indonesia yang terletak di antara dua samudera besar dan dua benua berhembus angin yang berganti arah setiap setengah tahun, dikenal dengan angin muson (moonsoon). Pada bulan Oktober sampai April, angin berhembus dari barat laut ke arah tenggara (angin barat) yang membawa serta kelembaban dan menyebabkan musim hujan. Pada bulan April sampai Oktober, angin yang berhembus dari tenggara ke arah barat laut, bersifat kering, menyebabkan musim kemarau.
Di permukaan laut, perbedaan panas cahaya matahari ini menyebabkan adanya arus laut dan perbedaan produksi uap air. Perpaduan dinamika arah angin dan produksi uap air di permukaan bumi menghasilkan siklus perubahan iklim, yang pada dasarnya akan berulang setiap tahun. Pada perioda perulangan tertentu biasa terjadi pula kasus-kasus ekstrim seperti misalnya fenomena El Nino dan La Nina.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-JAATSIYAH
(YANG BERLUTUT)
SURAH KE-45
37 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-37)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih,
Ayat 1
“HaaMiim"
Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu arti dan maknanya.
Ayat 2
“Penurunan Kitab itu adalah dari Allah Yang Makagagah, Mahabijaksana"
Ayat 3
“Sesungguhnya pada semua langit dan bumi adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman."
Ayat 2 dan 3 ini memberi ingat kita bahwa di hadapan kita terkembang dua kitab. Pertama kitab Al-Qur'an dan kedua kitab alam. Keduanya sama penuh dengan ayat-ayat, yaitu tanda-tanda dari ada-Nya dan kekuasaan-Nya. Keduanya wajiblah menjadi perhatian bagi orang-orang yang beriman. Sebab keduanya berjalin berkelindan. Al-Qur'an selalu menyuruh melihat alam dengan penuh perhatian. Dengan memerhatikan alam akan bertambah iman kepada kebesaran Allah. Dan bertambah lama diperhatikan kita pun bertambah yakin akan kebenaran Al-Qur'an. Sebab itu maka di antara Al-Qur'an dan alam, dan di antara alam dan Al-Qur'an adalah isi-mengisi. Oleh sebab itu pula sebabnya kalau anak-anak yang sedang dididik belajar ilmu pengetahuan alam diajarkan pula Al-Qur'an dan artinya, terutama ayat-ayat yang menyuruh memerhatikan alam itu. Sehingga setapak demi setapak dia maju ke padang ilmu, setapak demi setapak pula jiwanya berisi iman. Dan imannya itu pun bertumbuh, tidak membuta tuli karena kemajuan ilmunya. Dan dengan ayat-ayat seperti ini kita pun yakin bahwa ilmu yang kita tuntut adalah mempertebal iman dan iman yang kamil menyuruh bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Tetaplah apa yang pernah dikatakan oleh Einstein,"Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh."
Sesudah menyuruh memerhatikan tanda kebesaran Allah pada kejadian langit dan bumi, disuruh pula memerhatikan kejadian diri sendiri dan kejadian binatang-binatang yang melata di bumi.
Ayat 4
“Dan pada kejadian kamu dan apa yang ditebarkan-Nya daripada binatang adatah tanda-tanda bagi kaum yang yakin."
Alangkah luas ayat ini kalau dikembangkan dan direntangkan. Pertama ialah soal kejadian kamu, soal kejadian manusia. Atau soal kemanusiaan. Kedua soal kejadian segala daabbatin, yaitu sekalian yang melata, merayap, merangkak, dan menjalar di atas bumi ini. Coba perhatikan ayat 3 di atas, yaitu memerhatikan langit dan bumi, dengan ayat 4, memerhatikan manusia. Bukankah ini meminta tinjauan filsafat yang mendalam? Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan,"Dirimu ini hanyalah kecil saja. Tetapi dalam diri yang kecil itu, engkau dapat melihat alam yang besar." Atau kata Socrates,"Alam adalah manusia besar dan manusia adalah alam kecil."
Ayat ini menyuruh kita memerhatikan kejadian diri kita sendiri. Kalau yang menjadi sebab turun ayat ialah musyrikin Quraisy yang ada di Mekah, namun anjurannya ialah buat seluruh manusia. Beruntunglah kita menjadi umat Muhammad ﷺ sehingga kita pun kena oleh ayat ini. Sebab soal-soal kejadian manusia, lahirnya dan matinya, jasmaninya dan ruharinya, ilmu tubuhnya dan ilmu jiwanya, adalah soal yang tidak akan habis-habisnya selama manusia masih merupakan makhluk terpenting di dalam bumi ini.
Ayat 5
“Dan pergantian siang dan malam dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit daripada rezeki, lalu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya dan perkisaran-perkisaran angin, semuanya itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berakal."
Di dalam ayat ini jelas sekali betapa agungnya akal manusia. Tinggilah masalah yang hendak dipecahkan rahasianya, oleh manusia dengan akalnya; soal pergantian siang dan malam. Soal hujan yang membawa rezeki, soal hidup dan matinya bumi, artinya soal ketandusan dan kesuburan, bergantung kepada hujan atau air, soal perkisaran-perkisaran angin atau perubahan-perubahan cuaca. Alangkah besar-besarnya dan alangkah tinggi-tingginya soal itu. Dan untuk mengetahui dan memecahkan soal-soal itu adalah tugas akal. Untuk suatu maksud yang tinggi pula, yaitu mengenal Allah, Oleh sebab itu, kalau akal hanya semata-mata digunakan untuk mencari makan, sangatlah banyaknya waktu dibuang-buang. Kekuatan akal yang laksana raksasa itu telah dipergunakan semata-mata untuk urusan yang kecil. Laksana menembak seekor nyamuk dengan meriam. Padahal binatang-binatang pun mencari makan hanya dengan naluri saja, sekelumit kecil, sekulitan daripada akal.
Ayat 6
“Demikian itulah tanda-tanda Allah, kami bacakan dia kepada engkau dengan beriman. Maka kepada perkataan manakah lagi sesudah Allah dan tanda-tanda-Nya itu, kamu hendak percayai?"
Artinya adalah kata lain lagi yang lebih jelas dari itu? Atau adakah lagi pada kiramu tuhan lain yang menyamai itu? Adakah berhala-berhala yang kamu sembah itu berkuasa seperti itu? Cobalah gunakan akalmu, niscaya akal itu akan menjawab, “Tidak ada."
Kemudian dilanjutkanlah ancaman kepada orang-orang yang masih saja mengingkari ayat-ayat Allah itu.
Ayat 7
“Kecelakaanlah bagi tiap-tiap pendusta yang banyak dosa."
Bagaimana cara pendusta dan yang banyak dosanya?
Ayat 8
“Dia mendengankan firman Allah yang dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombong, seakan-akan tidak didengarnya, Maka ancamlah dia dengan siksa yang pedih."
Itulah dia pendusta dan lantaran itu dia banyak dosa. Karena dusta itu bukanlah semata-mata mengiyakan yang tidak, atau menidakkan yang ia dengan mulut. Bahkan juga dengan perbuatan, sikap, dan tingkah laku. Dalam ayat ini diperlihatkan dua kedustaan dengan sikap. Pertama, menyombongkan diri. Kedua, seakan-akan tidak mendengar. Menyombong, mustakbir, artinya ialah membesar-besarkan diri. Memperlihatkan diri tidak menurut keadaannya yang sebenarnya. Dalam ilmu jiwa disebut superiority complex menyombong. Karena di dalam hati kecil terasa bahwa diri memang kecil atau kosong lalu ditutup-tutupi dengan sikap sombong. Berlagak segala tahu karena memang tidak tahu dan tidak tahu bahwa orang lain tahu. Maka kedustaan yang pertama ini menimbulkan kedustaan yang kedua. Yaitu berlagak seakan-akan tidak mendengar, mencobalah dia menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, yaitu bahwa dia ada mendengar. Ini namanya kedustaan ganda. Inilah yang menimbulkan banyak dosa. Sebab apabila suatu kedustaan telah dimulai, padahal itu sudah satu dosa, dia mesti dipertahankan dengan lain-lain kebohongan sehingga seluruh kehidupan adalah dusta terus-menerus.
Ayat 9
“Dan apabila dia mengetahui dari firman-firman Kami agak sedikit, dijadikannya olok-olok"
Dia tidak mengetahui segala keseluruhan dengan maksud yang baik. Tetapi diambilnya di sana sedikit di sini sedikit dengan maksud yang jahat atau dipotong-potongnya. Sehingga ada orang mengambil alasan dari Al-Qur'an untuk perbuatannya yang jahat. Misalnya, ada seorang dengan sengaja meninggalkan shalat, bahwa dalam Al-Qur'an ada ayat,
“Celakalah orang yang shalat." (al-Maa'uun: 4)
Sengaja ditinggalkannya ayat-ayat yang sebelumnya dan sesudahnya, untuk olok-olok. Atau misal yang lain; seorang yang mabuk meminum minuman keras disuruh shalat. Lalu dijawabnya bahwa dia dilarang shalat, sebab dia mabuk.
“Jangan kamu dekati shalat sedang kamu mabuk." (an-Nisaa': 43)
Dan misal yang lain banyak lagi. Misalnya orang yang mengambil ayat-ayat Al-Qur'an untuk alat ilmu menganiaya orang lain, dengan maksud yang salah. Kalau hendak memukul orang dengan tinju, sehingga mati, baca saja ayat,
“Maka ditinju dia oleh Musa maka matilah dia." (al-Qashash: 15)
Dan kalau orang datang menagih piutang, baca saja ayat,
“Tuli, bisu, buta maka mereka tidak akan kembali." (al-Baqarah: 18)
Itulah beberapa misal kita kemukakan dari perbuatan orang-orang kafir pendusta dan berdosa besar, yang sebab turun ayat, ialah kafir Quraisy tetapi sekarang dilakukan kembali, yaitu penyalahgunaan maksud Al-Qur'an oleh orang-orang yang menamakan dirinya Islam.
Pada ujung ayat 9 ini ditegaskan,
“Untuk mereka adalah adzab yang menghinakan
Ayat 10
“Di hadapan mereka ada Jahannam dan tidak menolong bagi mereka apa pun yang mereka usahakan dan tidak pula apa yang mereka ambil selain Allah menjadi pelindung. Dan bagi mereka adab yang besar."
Inilah ancaman buat orang-orang yang demikian. Sebab kesalahan mereka sudah berlipat ganda. Benar-benar tepat bunyi ayat 7 tadi,"Yang banyak dosa." Sombong, seakan-akan tidak mendengar, mempelajari sedikit ayat Allah karena maksud memperolok-oiok. Dan dari itu beranak bercucu lagi dengan dosa-dosa lain. Karena dasar memang sudah salah maka Jahannamlah tempatnya. Segala usaha untuk membela diri sudah percuma. Dan berhala-berhala atau yang lain, yang dipuja selain Allah pun tidak dapat melindungi.
Ayat 11
“Inilah dia satu petunjuk."
Inilah dia Al-Qur'an. Turunnya AL-Qur'an ini adalah rahmat bagimu. Dia adalah petunjuk bagimu menempuh jalan hidup. Selamatlah kamu dunia dan akhirat apabila kamu pegang dia baik-baik. Dan gelaplah perjalananmu kalau dia tidak engkau terima dengan baik.
“Dan orang-orang yang tidak mau menerima firman-firman Tuhan mereka, bagi mereka adalah adzab dari siksaan yang pedih."
Sesudah ancaman demikian, Allah berfirman lagi memperingatkan hubungan manusia dengan alam kelilingnya, untuk mengingatkan lagi betapa kasih mesra Allah kepada anak Adam Ini, sehingga kalau dia ada berperasaan, tidak selayaknyalah dia buat mendurhakai Allah.
Ayat 12
“Allah yang telah menyediakan laut untuk kamu supaya berlayar kapal padanya dengan kehendak-Nya. Dan supaya kamu mengusahakan sebagian dari karunia-Nya dan supaya kamu berisyukur."
Bacalah ayat ini dengan tenang dan resapkanlah maknanya dengan penuh perasaan. Seakan-akan ada lagi kata-kata Allah yang lebih meresap di dalamnya,"Aku sayang dan cinta kepadamu, hai hamba-Ku, betapa kamu akan membangkang juga dari peraturan-Ku, Inilah lautan luas, Aku sediakan buat kamu, berlayarlah di atasnya. Sediakanlah kapal-kapal untuk alat perhubunganmu. Aku pun tidak senang kalau kamu hanya terkurung dan terbatas di kampung halamanmu yang sempit. Padahal di seberang lautan sana, sama-sama keturunan Adam, yang dalam beribu-ribu tahun telah terpencar-pencar dibawa nasib. Rezekimu pun ada di seberang sana. Tidak akan engkau dapati kalau tidak engkau usahakan. Karena Aku telah menakdirkan, ada di sana yang tidak ada di sini dan ada di sini yang tidak ada di sana. Maka apabila perhubunganmu telah luas, pandanganmu telah banyak, niscaya engkau akan bertambah merasa betapa kasih sayang-Ku kepadamu, sehingga kasih sayang kita tidak bagai lading tajam sebelah. Kamu akan bersyukur, berterima kasih kepada-Ku.
Syukur dan terima kasih atas nikmat yang diterima, baik nikmat bertambahnya pengalaman dan ilmu karena melihat negeri orang dan mengenal aneka ragam manusia, atau nikmat rezeki harta berida yang Aku limpahkan, semuanya itu adalah tanda telah timbulnya iman dalam hatimu. Dan Aku Tuhanmu, gembira atas kemajuan jiwamu itu."
Ayat 13
“Dan disediakan-Nya untuk kamu apa yang di semua langit dan apa yang di bumi, semua daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian, menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau memikirkan,"
Ayat ini pun lebih mengharukan lagi, disediakan untuk kamu apa yang ada di semua tingkat langit, baik langit yang sekadar terjangkau oleh mata manusia, dengan awan meganya, kabut embunnya, matahari bulannya, semua untuk kamu hai manusia! Atau langit dalam artinya yang gaib-gaib, dengan malaikat-malaikatnya; ke langit situ Nabi Muhammad ﷺ telah mi'raj. Ke langit situ ruh kita didaftarkan setelah kita mati dan akan ditutup pintu langit itu bagi ruh yang penuh kejahatan.
Di bumi pun demikian pula. Semua disediakan untuk manusia. Semua yang ada di sekitar kita ini adalah disediakan dan dimudahkan untuk manusia. Segala warna dapat dirikmatinya dengan matanya. Segala bunyi dapat diresapkan dengan telinganya. Tumbuh-tumbuhan, sejak pohon-pohonan sampai tanam-tanaman, sampai buah-buahan dan sayur-sayuran; semuanya untuk manusia. Demikian juga binatang ternak dan binatang liar, ikan di air asin dan air tawar, emas dan perak dari tambang, minyak tanah dari bumi, batu permata dari gunung. Allahu Akbar! Semuanya disediakan untuk manusia."Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan."
Memang, setelah diketahui bahwa semuanya itu adalah disediakan untuk manusia, akan timbullah dalam pikiran kita satu pertanyaan,"Kalau semuanya itu disediakan untuk manusia, niscaya manusia itu makhluk yang amat penting dalam alam. Dan kalau semuanya itu ditugaskan untuk manusia niscaya timbul pula pertanyaan,"Aku sendiri, sebagai manusia, apakah tugasku dalam alam ini?"