Ayat
Terjemahan Per Kata
وَفِي
dan pada
خَلۡقِكُمۡ
menciptakan kalian
وَمَا
dan apa yang
يَبُثُّ
bertebaran
مِن
dari
دَآبَّةٍ
binatang ternak
ءَايَٰتٞ
tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يُوقِنُونَ
mereka meyakini
وَفِي
dan pada
خَلۡقِكُمۡ
menciptakan kalian
وَمَا
dan apa yang
يَبُثُّ
bertebaran
مِن
dari
دَآبَّةٍ
binatang ternak
ءَايَٰتٞ
tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يُوقِنُونَ
mereka meyakini
Terjemahan
Pada penciptaan kamu dan makhluk bergerak yang ditebarkan-Nya terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang meyakini.
Tafsir
(Dan pada penciptaan kalian) penciptaan masing-masing di antara kalian, yaitu mulai dari air mani, lalu berupa darah kental, kemudian segumpal daging, lalu menjadi manusia (dan) penciptaan (apa yang bertebaran) di muka bumi (berupa makhluk-makhluk yang melata) arti kata Ad-Daabbah adalah makhluk hidup yang melata di permukaan bumi, yaitu berupa manusia dan lain-lainnya (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah dan keesaan-Nya bagi kaum yang meyakini) adanya hari berbangkit.
Tafsir Surat Al-Jatsiyah: 1-5
Ha mim. kitab (ini) di turunkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi maha bijaksana. Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.
Allah ﷻ memberi petunjuk kepada mahluk-Nya memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, nikmat-nikmat-Nya, dan kekusaan-Nya yang besar yang dengan kekuasaan-Nya dia menciptakan langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya yang beraneka ragam macam dan jenisnya. Yaitu para malaikat, jin, manusia, binatang-binatang melata, burung-burung, hewan-hewan pemangsa, hewan-hewan liar, berbagai jenis serangga, dan berbagai macam makhluk di dalam laut. Juga silih bergantinya siang dan malam hari yang terus bergantian tanpa hentinya; yang satu datang dengan membawa kegelapannya, dan yang lainnya datang dengan membawa sinarnya.
Demikian pula apa yang diturunkan oleh Allah ﷻ dari langit melalui awan berupa hujan ketika diperlukan, yang hal ini dinamakan rezeki mengingat dengan adanya hujan rezeki dapat dihasilkan. lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya. (Al-Jatsiyah: 5) Yakni pada sebelumnya bumi kering dan tandus, tiada tumbuh-tumbuhan padanya. Firman Allah ﷻ: dan pada perkisaran angin. (Al-Jatsiyah: 5.) Yaitu angin dari selatan, utara, angin dabur dan saba, angin laut dan darat, angin malam hari dan siang hari; yang antara lain ada yang membawa air hujan, dan ada yang menyemaikan benih, dan ada yang menjadi penyegar bagi arwah (jiwa), ada pula yang mandul tidak produktif, pada mulanya Allah menyebutkan dalam firman-Nya: benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. (Al-Jatsiyah: 2) Selanjutnya Allah menyebutkan, "Terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini," kemudian disebutkan pula, "Terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal" Hal ini merupakan ungkapan yang bertingkat-tingkat dari suatu keadaan yang mulia meningkat kepada keadaan lain yang lebih mulia dan lebih tinggi daripada sebelumnya, makna ayat ini mirip dengan apa yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah melalui firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah: 164) Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah mengetengahkan atsar yang cukup panjang lagi gharib dari Wahb ibnu Munabbih, yaitu menyangkut penciptaan manusia, bahwa manusia itu diciptakan dari empat unsur yang dicampur menjadi satu.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
4-5. Dan juga pada penciptaan dirimu, wahai manusia, dengan bentuk yang fungsi yang sempurna dan pada apa yang di tebarkan-Nya di permukaan bumi dari aneka jenis binatang melata, terdapat tanda-tanda keesaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah untuk kaum yang meyakini, dan pada perbedaan malam dan siang, yang datang silih berganti, malam datang lalu siang pergi, dan pada apa yang di turunkan Allah dari langit, seperti hujan sebagai rezeki lalu dengan air hujan itu di hidupkan-Nya bumi setelah matinya, yaitu kering, dan demikian pula pada perkisaran angin ke berbagai arah, perbedaan suhu dan kekuatannya serta manfaat dan bahayanya, terdapat pula tanda-tanda keesaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah bagi kaum yang mengerti. 4-5. Dan juga pada penciptaan dirimu, wahai manusia, dengan bentuk yang fungsi yang sempurna dan pada apa yang di tebarkan-Nya di permukaan bumi dari aneka jenis binatang melata, terdapat tanda-tanda keesaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah untuk kaum yang meyakini, dan pada perbedaan malam dan siang, yang datang silih berganti, malam datang lalu siang pergi, dan pada apa yang di turunkan Allah dari langit, seperti hujan sebagai rezeki lalu dengan air hujan itu di hidupkan-Nya bumi setelah matinya, yaitu kering, dan demikian pula pada perkisaran angin ke berbagai arah, perbedaan suhu dan kekuatannya serta manfaat dan bahayanya, terdapat pula tanda-tanda keesaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah bagi kaum yang mengerti.
Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya pada kejadian manusia sendiri dan pada penciptaan binatang yang beraneka ragam jenis dan bentuknya.
Manusia diciptakan Allah dari unsur-unsur yang terdapat di dalam tanah. Berbagai zat yang terdiri dari karbohidrat, protein, zat lemak, zat gula, berbagai macam garam, berbagai macam vitamin, zat besi, dan sebagainya terkumpul dalam tubuh manusia, melalui makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan itu semua berasal dari tanah. Allah berfirman:
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (ar-Rum/30: 20)
Sebagian dari zat yang dimakan manusia itu ada yang menjadi spermatozoa pada diri laki-laki dan ovum pada diri perempuan. Sperma dan ovum itu bertemu, pada saat terjadinya senggama antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian terjadilah pembuahan. Benih itu makin lama makin besar. Empatpuluh hari kemudian, terbentuklah jaringan-jaringan yang dipenuhi pembuluh-pembuluh darah. Empatpuluh hari kemudian, terlihatlah calon janin yang berbentuk seperti darah yang mengental. Kemudian setelah empatpuluh hari terbentuklah janin yang melekat pada dinding rahim. Pada saat itulah, mulai terlihat tanda-tanda kehidupan dan jantung bayi itu mulai berdenyut. Denyut jantung bayi itu telah dapat didengar apabila orang menempelkan telinganya ke bagian perut ibu yang sedang mengandung. Sejak terjadinya pembuahan dalam kandungan ibu sampai kepada terlihatnya tanda-tanda kehidupan, diperlukan waktu empat bulan. Lima bulan sepuluh hari setelah itu, lahirlah janin dari kandungan. Sejak itulah bayi itu bernapas dengan paru-parunya yang telah mulai bekerja, dan sejak itu pula ia berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang tuanya, terutama kepada ibunya. Dia telah diberi akal, perasaan dan kemampuan bekerja sehingga dengan kemampuan yang diberikan itu, ia telah dapat melaksanakan tugas hidupnya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Akhirnya ia menjadi tua dan meninggal dunia.
Penciptaan manusia Allah jelaskan dalam firman-Nya:
Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti. (Gafir/40: 67)
Dengan memperhatikan proses penciptaan manusia, bagaimana sulit dan ruwetnya hukum-hukum yang berlaku dalam penciptaan itu, orang yang sadar akan mengakui kekuasaan dan keagungan Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Allah menunjukkan juga tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya yang terdapat pada kejadian dan kehidupan binatang melata yang beraneka ragam, jenis, macamnya, dan cara-cara kehidupannya. Dengan memperhatikan bentuknya, orang dapat membedakan binatang. Ada binatang yang beruas tulang belakang yang dalam Ilmu Hayat disebut "vertebrata", ada yang tidak beruas tulang belakang (invertebrata). Binatang yang beruas tulang belakang dibagi atas beberapa bagian seperti mamalia (binatang menyusui), jenis burung (aves), jenis binatang melata (reptilia), jenis binatang yang hidup di darat dan di air (amphibia), jenis ikan (pisces).
Binatang yang tidak beruas tulang belakang dibeda-bedakan lagi menjadi beberapa bahagian seperti binatang berkutu (insektifora), binatang lunak (mollusca), hingga binatang yang bersel satu (protozoa). Tiap-tiap jenis dan macam binatang itu mempunyai hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan sendiri-sendiri yang disusun dengan rapi seperti cara hidup, makanannya, cara berkembang biak, cara mempertahankan hidup, sampai kepada keagungan dan faedahnya. Dan hal-hal yang diterangkan itu akan menjadi i'tibar dan pelajaran bagi orang-orang yang mau berpikir dan ingin mengetahui betapa Maha Tingginya Ilmu penciptanya; dengan demikian, akan memperkuat iman di hatinya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-JAATSIYAH
(YANG BERLUTUT)
SURAH KE-45
37 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-37)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih,
Ayat 1
“HaaMiim"
Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu arti dan maknanya.
Ayat 2
“Penurunan Kitab itu adalah dari Allah Yang Makagagah, Mahabijaksana"
Ayat 3
“Sesungguhnya pada semua langit dan bumi adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman."
Ayat 2 dan 3 ini memberi ingat kita bahwa di hadapan kita terkembang dua kitab. Pertama kitab Al-Qur'an dan kedua kitab alam. Keduanya sama penuh dengan ayat-ayat, yaitu tanda-tanda dari ada-Nya dan kekuasaan-Nya. Keduanya wajiblah menjadi perhatian bagi orang-orang yang beriman. Sebab keduanya berjalin berkelindan. Al-Qur'an selalu menyuruh melihat alam dengan penuh perhatian. Dengan memerhatikan alam akan bertambah iman kepada kebesaran Allah. Dan bertambah lama diperhatikan kita pun bertambah yakin akan kebenaran Al-Qur'an. Sebab itu maka di antara Al-Qur'an dan alam, dan di antara alam dan Al-Qur'an adalah isi-mengisi. Oleh sebab itu pula sebabnya kalau anak-anak yang sedang dididik belajar ilmu pengetahuan alam diajarkan pula Al-Qur'an dan artinya, terutama ayat-ayat yang menyuruh memerhatikan alam itu. Sehingga setapak demi setapak dia maju ke padang ilmu, setapak demi setapak pula jiwanya berisi iman. Dan imannya itu pun bertumbuh, tidak membuta tuli karena kemajuan ilmunya. Dan dengan ayat-ayat seperti ini kita pun yakin bahwa ilmu yang kita tuntut adalah mempertebal iman dan iman yang kamil menyuruh bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Tetaplah apa yang pernah dikatakan oleh Einstein,"Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh."
Sesudah menyuruh memerhatikan tanda kebesaran Allah pada kejadian langit dan bumi, disuruh pula memerhatikan kejadian diri sendiri dan kejadian binatang-binatang yang melata di bumi.
Ayat 4
“Dan pada kejadian kamu dan apa yang ditebarkan-Nya daripada binatang adatah tanda-tanda bagi kaum yang yakin."
Alangkah luas ayat ini kalau dikembangkan dan direntangkan. Pertama ialah soal kejadian kamu, soal kejadian manusia. Atau soal kemanusiaan. Kedua soal kejadian segala daabbatin, yaitu sekalian yang melata, merayap, merangkak, dan menjalar di atas bumi ini. Coba perhatikan ayat 3 di atas, yaitu memerhatikan langit dan bumi, dengan ayat 4, memerhatikan manusia. Bukankah ini meminta tinjauan filsafat yang mendalam? Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan,"Dirimu ini hanyalah kecil saja. Tetapi dalam diri yang kecil itu, engkau dapat melihat alam yang besar." Atau kata Socrates,"Alam adalah manusia besar dan manusia adalah alam kecil."
Ayat ini menyuruh kita memerhatikan kejadian diri kita sendiri. Kalau yang menjadi sebab turun ayat ialah musyrikin Quraisy yang ada di Mekah, namun anjurannya ialah buat seluruh manusia. Beruntunglah kita menjadi umat Muhammad ﷺ sehingga kita pun kena oleh ayat ini. Sebab soal-soal kejadian manusia, lahirnya dan matinya, jasmaninya dan ruharinya, ilmu tubuhnya dan ilmu jiwanya, adalah soal yang tidak akan habis-habisnya selama manusia masih merupakan makhluk terpenting di dalam bumi ini.
Ayat 5
“Dan pergantian siang dan malam dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit daripada rezeki, lalu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya dan perkisaran-perkisaran angin, semuanya itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berakal."
Di dalam ayat ini jelas sekali betapa agungnya akal manusia. Tinggilah masalah yang hendak dipecahkan rahasianya, oleh manusia dengan akalnya; soal pergantian siang dan malam. Soal hujan yang membawa rezeki, soal hidup dan matinya bumi, artinya soal ketandusan dan kesuburan, bergantung kepada hujan atau air, soal perkisaran-perkisaran angin atau perubahan-perubahan cuaca. Alangkah besar-besarnya dan alangkah tinggi-tingginya soal itu. Dan untuk mengetahui dan memecahkan soal-soal itu adalah tugas akal. Untuk suatu maksud yang tinggi pula, yaitu mengenal Allah, Oleh sebab itu, kalau akal hanya semata-mata digunakan untuk mencari makan, sangatlah banyaknya waktu dibuang-buang. Kekuatan akal yang laksana raksasa itu telah dipergunakan semata-mata untuk urusan yang kecil. Laksana menembak seekor nyamuk dengan meriam. Padahal binatang-binatang pun mencari makan hanya dengan naluri saja, sekelumit kecil, sekulitan daripada akal.
Ayat 6
“Demikian itulah tanda-tanda Allah, kami bacakan dia kepada engkau dengan beriman. Maka kepada perkataan manakah lagi sesudah Allah dan tanda-tanda-Nya itu, kamu hendak percayai?"
Artinya adalah kata lain lagi yang lebih jelas dari itu? Atau adakah lagi pada kiramu tuhan lain yang menyamai itu? Adakah berhala-berhala yang kamu sembah itu berkuasa seperti itu? Cobalah gunakan akalmu, niscaya akal itu akan menjawab, “Tidak ada."
Kemudian dilanjutkanlah ancaman kepada orang-orang yang masih saja mengingkari ayat-ayat Allah itu.
Ayat 7
“Kecelakaanlah bagi tiap-tiap pendusta yang banyak dosa."
Bagaimana cara pendusta dan yang banyak dosanya?
Ayat 8
“Dia mendengankan firman Allah yang dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombong, seakan-akan tidak didengarnya, Maka ancamlah dia dengan siksa yang pedih."
Itulah dia pendusta dan lantaran itu dia banyak dosa. Karena dusta itu bukanlah semata-mata mengiyakan yang tidak, atau menidakkan yang ia dengan mulut. Bahkan juga dengan perbuatan, sikap, dan tingkah laku. Dalam ayat ini diperlihatkan dua kedustaan dengan sikap. Pertama, menyombongkan diri. Kedua, seakan-akan tidak mendengar. Menyombong, mustakbir, artinya ialah membesar-besarkan diri. Memperlihatkan diri tidak menurut keadaannya yang sebenarnya. Dalam ilmu jiwa disebut superiority complex menyombong. Karena di dalam hati kecil terasa bahwa diri memang kecil atau kosong lalu ditutup-tutupi dengan sikap sombong. Berlagak segala tahu karena memang tidak tahu dan tidak tahu bahwa orang lain tahu. Maka kedustaan yang pertama ini menimbulkan kedustaan yang kedua. Yaitu berlagak seakan-akan tidak mendengar, mencobalah dia menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, yaitu bahwa dia ada mendengar. Ini namanya kedustaan ganda. Inilah yang menimbulkan banyak dosa. Sebab apabila suatu kedustaan telah dimulai, padahal itu sudah satu dosa, dia mesti dipertahankan dengan lain-lain kebohongan sehingga seluruh kehidupan adalah dusta terus-menerus.
Ayat 9
“Dan apabila dia mengetahui dari firman-firman Kami agak sedikit, dijadikannya olok-olok"
Dia tidak mengetahui segala keseluruhan dengan maksud yang baik. Tetapi diambilnya di sana sedikit di sini sedikit dengan maksud yang jahat atau dipotong-potongnya. Sehingga ada orang mengambil alasan dari Al-Qur'an untuk perbuatannya yang jahat. Misalnya, ada seorang dengan sengaja meninggalkan shalat, bahwa dalam Al-Qur'an ada ayat,
“Celakalah orang yang shalat." (al-Maa'uun: 4)
Sengaja ditinggalkannya ayat-ayat yang sebelumnya dan sesudahnya, untuk olok-olok. Atau misal yang lain; seorang yang mabuk meminum minuman keras disuruh shalat. Lalu dijawabnya bahwa dia dilarang shalat, sebab dia mabuk.
“Jangan kamu dekati shalat sedang kamu mabuk." (an-Nisaa': 43)
Dan misal yang lain banyak lagi. Misalnya orang yang mengambil ayat-ayat Al-Qur'an untuk alat ilmu menganiaya orang lain, dengan maksud yang salah. Kalau hendak memukul orang dengan tinju, sehingga mati, baca saja ayat,
“Maka ditinju dia oleh Musa maka matilah dia." (al-Qashash: 15)
Dan kalau orang datang menagih piutang, baca saja ayat,
“Tuli, bisu, buta maka mereka tidak akan kembali." (al-Baqarah: 18)
Itulah beberapa misal kita kemukakan dari perbuatan orang-orang kafir pendusta dan berdosa besar, yang sebab turun ayat, ialah kafir Quraisy tetapi sekarang dilakukan kembali, yaitu penyalahgunaan maksud Al-Qur'an oleh orang-orang yang menamakan dirinya Islam.
Pada ujung ayat 9 ini ditegaskan,
“Untuk mereka adalah adzab yang menghinakan
Ayat 10
“Di hadapan mereka ada Jahannam dan tidak menolong bagi mereka apa pun yang mereka usahakan dan tidak pula apa yang mereka ambil selain Allah menjadi pelindung. Dan bagi mereka adab yang besar."
Inilah ancaman buat orang-orang yang demikian. Sebab kesalahan mereka sudah berlipat ganda. Benar-benar tepat bunyi ayat 7 tadi,"Yang banyak dosa." Sombong, seakan-akan tidak mendengar, mempelajari sedikit ayat Allah karena maksud memperolok-oiok. Dan dari itu beranak bercucu lagi dengan dosa-dosa lain. Karena dasar memang sudah salah maka Jahannamlah tempatnya. Segala usaha untuk membela diri sudah percuma. Dan berhala-berhala atau yang lain, yang dipuja selain Allah pun tidak dapat melindungi.
Ayat 11
“Inilah dia satu petunjuk."
Inilah dia Al-Qur'an. Turunnya AL-Qur'an ini adalah rahmat bagimu. Dia adalah petunjuk bagimu menempuh jalan hidup. Selamatlah kamu dunia dan akhirat apabila kamu pegang dia baik-baik. Dan gelaplah perjalananmu kalau dia tidak engkau terima dengan baik.
“Dan orang-orang yang tidak mau menerima firman-firman Tuhan mereka, bagi mereka adalah adzab dari siksaan yang pedih."
Sesudah ancaman demikian, Allah berfirman lagi memperingatkan hubungan manusia dengan alam kelilingnya, untuk mengingatkan lagi betapa kasih mesra Allah kepada anak Adam Ini, sehingga kalau dia ada berperasaan, tidak selayaknyalah dia buat mendurhakai Allah.
Ayat 12
“Allah yang telah menyediakan laut untuk kamu supaya berlayar kapal padanya dengan kehendak-Nya. Dan supaya kamu mengusahakan sebagian dari karunia-Nya dan supaya kamu berisyukur."
Bacalah ayat ini dengan tenang dan resapkanlah maknanya dengan penuh perasaan. Seakan-akan ada lagi kata-kata Allah yang lebih meresap di dalamnya,"Aku sayang dan cinta kepadamu, hai hamba-Ku, betapa kamu akan membangkang juga dari peraturan-Ku, Inilah lautan luas, Aku sediakan buat kamu, berlayarlah di atasnya. Sediakanlah kapal-kapal untuk alat perhubunganmu. Aku pun tidak senang kalau kamu hanya terkurung dan terbatas di kampung halamanmu yang sempit. Padahal di seberang lautan sana, sama-sama keturunan Adam, yang dalam beribu-ribu tahun telah terpencar-pencar dibawa nasib. Rezekimu pun ada di seberang sana. Tidak akan engkau dapati kalau tidak engkau usahakan. Karena Aku telah menakdirkan, ada di sana yang tidak ada di sini dan ada di sini yang tidak ada di sana. Maka apabila perhubunganmu telah luas, pandanganmu telah banyak, niscaya engkau akan bertambah merasa betapa kasih sayang-Ku kepadamu, sehingga kasih sayang kita tidak bagai lading tajam sebelah. Kamu akan bersyukur, berterima kasih kepada-Ku.
Syukur dan terima kasih atas nikmat yang diterima, baik nikmat bertambahnya pengalaman dan ilmu karena melihat negeri orang dan mengenal aneka ragam manusia, atau nikmat rezeki harta berida yang Aku limpahkan, semuanya itu adalah tanda telah timbulnya iman dalam hatimu. Dan Aku Tuhanmu, gembira atas kemajuan jiwamu itu."
Ayat 13
“Dan disediakan-Nya untuk kamu apa yang di semua langit dan apa yang di bumi, semua daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian, menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau memikirkan,"
Ayat ini pun lebih mengharukan lagi, disediakan untuk kamu apa yang ada di semua tingkat langit, baik langit yang sekadar terjangkau oleh mata manusia, dengan awan meganya, kabut embunnya, matahari bulannya, semua untuk kamu hai manusia! Atau langit dalam artinya yang gaib-gaib, dengan malaikat-malaikatnya; ke langit situ Nabi Muhammad ﷺ telah mi'raj. Ke langit situ ruh kita didaftarkan setelah kita mati dan akan ditutup pintu langit itu bagi ruh yang penuh kejahatan.
Di bumi pun demikian pula. Semua disediakan untuk manusia. Semua yang ada di sekitar kita ini adalah disediakan dan dimudahkan untuk manusia. Segala warna dapat dirikmatinya dengan matanya. Segala bunyi dapat diresapkan dengan telinganya. Tumbuh-tumbuhan, sejak pohon-pohonan sampai tanam-tanaman, sampai buah-buahan dan sayur-sayuran; semuanya untuk manusia. Demikian juga binatang ternak dan binatang liar, ikan di air asin dan air tawar, emas dan perak dari tambang, minyak tanah dari bumi, batu permata dari gunung. Allahu Akbar! Semuanya disediakan untuk manusia."Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan."
Memang, setelah diketahui bahwa semuanya itu adalah disediakan untuk manusia, akan timbullah dalam pikiran kita satu pertanyaan,"Kalau semuanya itu disediakan untuk manusia, niscaya manusia itu makhluk yang amat penting dalam alam. Dan kalau semuanya itu ditugaskan untuk manusia niscaya timbul pula pertanyaan,"Aku sendiri, sebagai manusia, apakah tugasku dalam alam ini?"