Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلِلَّهِ
dan bagi Allah
مُلۡكُ
kerajaan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِۚ
dan bumi
وَيَوۡمَ
dan hari
تَقُومُ
terjadi
ٱلسَّاعَةُ
kiamat
يَوۡمَئِذٖ
pada hari itu
يَخۡسَرُ
rugilah
ٱلۡمُبۡطِلُونَ
orang-orang yang mengerjakan kebathilan
وَلِلَّهِ
dan bagi Allah
مُلۡكُ
kerajaan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِۚ
dan bumi
وَيَوۡمَ
dan hari
تَقُومُ
terjadi
ٱلسَّاعَةُ
kiamat
يَوۡمَئِذٖ
pada hari itu
يَخۡسَرُ
rugilah
ٱلۡمُبۡطِلُونَ
orang-orang yang mengerjakan kebathilan
Terjemahan

Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Pada hari terjadinya kiamat rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan.
Tafsir

(Dan hanya kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kiamat) kemudian dijelaskan maksud sebenarnya oleh firman berikutnya, yaitu: (akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan) yakni orang-orang kafir. Maksudnya, kerugian mereka akan tampak jelas karena mereka dimasukkan ke dalam neraka.
Tafsir Surat Al-Jathiyah: 27-29
Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orangyang mengerjakan kebatilan. Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Allah berfirman), "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. Allah ﷻ menceritakan bahwa Dialah Yang memiliki bumi dan langit dan Yang menguasai keduanya di dunia dan akhirat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan pada hari terjadinya kebangkitan. (Al-Jatsiyah: 27) Yakni hari kiamat.
akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. (Al-Jatsiyah: 27) Mereka adalah orang-orang yang kafir kepada Allah, dan ingkar kepada Al-Kitab yang diturunkan kepada rasul-rasuI-Nya, yang mengandung ayat-ayat yang menerangkan dan bukti-bukti yang jelas. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Sufyan As-Sauri datang ke Madinah, lalu ia mendengar Al-Mu'afiri berbicara yang mengundang tertawa banyak orang. Maka Sufyan As-Sauri berkata kepadanya, "Hai orang tua, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah ﷻ mempunyai suatu hari yang di hari itu akan rugilah orang-orang yang mengerjakan kebatilan?" Akan tetapi, Al-Mu'afiri tetap mengerjakan hal itu hingga meninggal dunia.
Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim. Kemudian Allah ﷻ befirman: Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. (Al-Jatsiyah: 26) Mereka terduduk di atas lututnya karena sangat takut dan ngeri. Menurut suatu pendapat, sesungguhnya hal ini terjadi manakala neraka Jahanam didatangkan, lalu Jahanam mengeluarkan suara gelegarnya yang hebat, maka tiada seorang pun melainkan terduduk berlutut, sehingga Nabi Ibrahim kekasih Allah ﷻ sendiri mengatakan, "Ya Allah, selamatkanlah diriku, selamatkanlah diriku, selamatkanlah diriku; aku tidak meminta kepada Engkau pada hari ini kecuali keselamatan diriku." Sehingga Isa putra Maryam a.s. sendiri mengatakan, "Aku tidak meminta kepada Engkau hari ini kecuali selamatkanlah diriku.
Dan aku tidak meminta kepada Engkau selamatkanlah Maryam yang telah melahirkan diriku." Mujahid dan Ka'bul Ahbar serta Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tiap-tiap umat berlutut. (Al-Jatsiyah: 28) Yakni terduduk di atas lututnya. Ikrimah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan jatsiyah ialah terpisah-pisah di tempatnya sendiri-sendiri, bukan berlutut. Tetapi pendapat pertamalah yang lebih diutamakan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Abdullah ibnu Babah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Seakan-akan aku melihat kalian (dalam mimpiku) dalam keadaan terpisah di atas sebuah bukit jauh dari neraka Jahanam.
Ismail ibnu Abu Rafi' Al-Madani telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b, dari Abu Hurairah r.a. secara marfu' dalam hadis mengenai sangkakala, bahwa lalu manusia terpisah-pisah, dan-umat-umat berlutut. Hal inilah yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat belutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. (Al-Jatsiyah: 28) Pendapat ini menghimpunkan di antara kedua pendapat yang telah disebutkan di atas, dan hal ini tidaklah bertentangan dengan pendapat yang sebelumnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah ﷻ: Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. (Al-Jatsiyah: 28) Yang dimaksud dengan kitab ialah buku catatan amal perbuatan, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi. (Az-Zumar: 69) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini pada firman berikutnya: Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah: 28) Yakni kalian akan mendapat balasan amal perbuatan kalian, yang baiknya dan yang buruknya.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. (Al-Qiyamah: 13-15) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: (Allah berfirman), "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. (Al-Jatsiyah: 29) Yaitu mencatat semua amal perbuatan kalian tanpa ditambahi dan tanpa dikurangi. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami.
Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al-Kahfi: 49) Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah: 29) Yakni sesungguhnya kami telah memerintahkan kepada para malaikat pencatat amal perbuatan untuk mencatat semua amal perbuatan kalian. Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa para malaikat mencatat amal perbuatan hamba-hamba Allah, kemudian para malaikat itu membawa naik ke langit catatan-catatan tersebut.
Maka mereka bertemu dengan para malaikat lainnya yang berada di Diwanul A'mal, lalu mereka mencocokkan dengan apa yang telah di tampakkan bagi para malaikat Diwanul A'mal dari lauh Mahfuz di setiap malam Lailatul Qadar, yang mana hal tersebut termasuk di antara yang telah di tetapkan oleh Allah ﷻ di zaman azali terhadap hamba-hamba-Nya sebelum Dia menciptakan mereka. Maka tidak ada penambahan dan pengurangan padanya barang satu huruf pun. Kemudian Ibnu Abbas r.a. membaca firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah: 29)"
Dan hanya milik Allah, bukan miliki siapa-siapa, kerajaan langit dan bumi, Dialah yang menciptakan dan mengatur wujud seluruh alam. Dan pada hari terjadinya Kiamat, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan, yakni perbuatan dosa. 28. Dan pada hari itu engkau, wahai Nabi Muhammad, akan melihat setiap umat, penganut agama dan kepercayaan apa pun, yang berbuat baik maupun yang berbuat jahat, berlutut di hadapan Allah untuk menghadapi hari yang dahsyat untuk di hisab dan di adili. Setiap umat dipanggil untuk menerima dan melihat buku catatan amalnya, yang baik dan yang buruk, yang besar maupun yang kecil, semuanya tercantum di dalamnya. Pada hari itu kamu di beri balasan sesuai dengan apa yang dahulu telah kamu kerjakan.
Allah menjelaskan bahwa yang memiliki kekuasaan di langit dan di bumi ialah Allah. Tidak ada yang melebihi kekuasaan-Nya yang berlaku sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak ada penguasa yang lain selain Dia dan tidak ada tuhan-tuhan lain yang pantas disembah selain-Nya. Kekuasaan-Nya meliputi seluruh alam; alam dunia dan alam akhirat. Allah juga berkuasa pada saat alam dunia berakhir dan mulainya hari akhirat. Pada saat itu manusia akan dibangkitkan dari alam kubur. Semua manusia akan digiring ke Padang Mahsyar untuk menghadapi ke pengadilan. Pada saat itu, perbuatan mereka akan diperiksa secara teliti. Tiap-tiap orang akan menerima catatan perbuatannya selama ia hidup di dunia, yang dibuat secara teliti oleh para malaikat pencatat amal. Pada hari itulah, tampak kemurungan orang-orang kafir yang mendustakan kebenaran ayat-ayat Allah. Kemurungan itu berubah menjadi kesengsaraan dan penderitaan yang amat berat ketika mereka diseret ke neraka Jahanam, disanalah mereka menampakkan penyesalan mereka, tetapi penyesalan itu tidak berguna lagi.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 27
“Dan bagi Allah-lah semua kepunyaan langit dan bumi. Dan pada hari berdirinya Kiamat, pada hari itu, rugilah orang-orang yang mendustakan."
Dengan ayat ini Allah mengingatkan kembali bahwa sebagai penguasa kerajaan langit dan bumi yang didirikan di atas kebenaran dan keadilan. Dia pasti akan mengadakan hari pembalasan. Kalau Kiamat tidak diadakan-Nya, tiada artinya Dia memilih manusia di antara sekalian makhluk untuk menjadi kha-lifah-Nya di bumi. Percuma perhitungan buruk dan baik, salah dan benar dari akal manusia. Nyatalah pada hari itu akan rugi orang yang mendustakannya. Bukan rugi akan perbuatannya yang jahat selama di dunia akan menerima hukuman saja. Tetapi lebih rugi lagi karena perbuatannya yang baik pun tidak akan mendapat penghargaan.
Ayat 28
“Dan akan engkau lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat akan dipanggil kepada kitabnya. Pada hari ini kamu akan dibalas menwiut apa yang pennah kamu kenjakan."
Semua orang berlutut dengan hormat, takut dan cemas, sebab akan berhadapan dengan mahkamah Ilahi. Dengan dada berdebar-debar mengingat zaman lampau di dalam menempuh perjuangan hidup melalui baik dan buruk. Segala kesalahan besar ataupun kecil, terkenanglah semua. Di sebelah kanan terberitanglah jalan ke surga dan di sebelah kiri jalan ke neraka. Dada berdebar sambil berlutut, memikirkan ke jurusan manakah aku akan dibawa kelak. Masing-masing pun dipanggil untuk dipertemukan dengan kitab catatan tentang dirinya. Semua catatan itu sangat lengkap, berita sejak lahir ke dunia sampai menutup mata, lebih lengkap daripada yang diingat sendiri. Lalu dikatakan bahwa engkau akan diberi balasan menurut apa yang telah engkau kerjakan tatkala engkau hidup di dunia dahulu itu. Dan dikatakan lagi,
Ayat 29
“Inilah kitab Kami yang menuturkan kepada kamu dengan beriman. Sesungguhnya Kami adalah mencatat apa-apa yang pernah kamu kerjakan."
Lengkap catatan itu pada Allah, sedang catatan yang ada pada kita sendiri hanya ingatan saja. Sebab sementara kita hidup ini, pencatat yang ditugaskan Allah senantiasa ada dekat kita, menurutkan kita ke mana pun kita pergi. Walaupun kita sedang menyendiri, janganlah disangka bahwa kita sendiri. Di sekeliling kita, ramai dengan orang yang tidak kelihatan oleh mata ini. Dia selalu mencatat apa yang kita bicarakan bahwa gerak-gerik kita, bahkan yang masih terakhir dalam hati belum menjadi kenyataan.
Itulah sebabnya maka kita disuruh selalu membersihkan batin, mengatasi pengaruh hawa nafsu. Karena, apabila jiwa sudah mulai bersih, dari sedikit ke sedikit akan terasa adanya malaikat-malaikat itu di sekeliling kita.
Setelah penulis Tafsir al-Azhar ini mula-mula mengenal dan memakai pita rekaman (tape recorder) beberapa tahun yang lalu, kesan yang pertama timbul ialah keyakinan akan adanya pita rekaman gaib yang terpasang di sekeliling kita setiap hari, yaitu pita rekaman yang tidak dapat dipalsukan karena malaikat-malaikat yang menjaga itu tidak berkepentingan kepada memalsukannya. Bagaimana teknik buatannya, tidaklah kita mengetahuinya, namun yang pasti adalah segala teknik yang didapat oleh manusia sampai ke zaman kita ini dan seterusnya, hanyalah semata-mata ilham yang diberikan Allah. Adapun yang belum diberikan-Nya dan tidak akan diberikan-Nya, tidaklah kita ketahui berapa banyaknya. Maka catatan-catatan itulah nanti yang akan disesuaikan satu demi satu dengan pengalaman dan pengakuan kita sendiri, yang tidak ada upaya buat memungkirinya, sebab kita berhadapan dengan kebenaran,
Ayat 30
“Maka adapun orang-orang yang beriiman dan beriamatyang baik-baik maka akan dimasukkan mereka oleh Tuhan mereka ke dalam rahmat-Nya. Demikian itulah kejayaan yang nyata."
Surgalah tempat rahmat itu.
Ayat 31
“Dan adapun orang-orang yang tidak mau percaya."
Maka datanglah firman Allah kepada mereka di waktu itu,
“Bukankah firman-firman-Ku telah dibacakan kepada kamu, namun kamu menyombong karena kamu adalah kaum yang durhaka."
Ayat 32
“Dan apabila dikatakan, ‘Sesungguhnya janji Allah itu adalah berian dan Kiamat tidak ragu lagi padanya.' Kamu katakan, ‘Kami tidak tahu apa itu Kiamat. Tidaklah kami pencaya kepadanya melainkan dengan sangka-sangka dan tidaklah kami yakin."
Diterkalah sekarang, semasa masih hidup ini apa yang terasa dalam hati setiap orang yang tidak mau percaya. Mereka ada yang berani mengatakan aku tidak kenal apa itu Kiamat, tetapi buat mengatakan pasti Kiamat itu tidak akan ada, mereka ragu pula. Yang bermain hanyalah sangka-sangka dan agak. Mereka me-ngaku tidak yakin.
Bukan soal Kiamat saja manusia banyak begitu. Bahkan dalam soal yang pokok sekali, yaitu dalam kepercayaan tentang adanya Allah pun banyak yang demikian sebagaimana di atas telah kita terangkan. Yaitu ragu-ragu. Akan menolak sama sekali, mereka pun tidak kuat. Kalau mereka memastikan Allah tidak ada, atau Kiamat tidak akan ada, sebenarnya hanyalah keputusan yang tidak dapat menghabiskan begitu saja keragu-raguan yang ada dalam hati. Mereka hendak mengelak dan iman tentang ada, lalu mereka lari kepada iman tentang tidak ada. Dengan demikian mereka bertambah ditimpa oleh kekusutan batin. Maka setelah Kiamat itu datang,
Ayat 33
“Dan niscaya akan nyatalah bagi mereka kejahatan dari apa-apa yang mereka kenjakan dan akan mengepung merekatah apa-apa yang pennah mereka penolok-olokkan itu."
Maka bila Kiamat itu telah datang, orang-orang tidak mau memercayainya itu berha-dapanlah dengan kenyataan. Kejahatan-kejahatan yang dikerjakan tatkala hidup di dunia, yang merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain, yang ditangka sudah habis begitu saja, tidak ada orang yang menuntut, tiba-tiba ternyata Allah sendiri yang menuntutnya. Doa dan ratap tangis orang yang teraniaya terobatilah pada masa itu. Segala kepalsuan terbuka, penganiayaan diadili dan segaia yang dahulu diperolok-olokkan itu semuanya telah menjadi kenyataan; mengepung dari kiri kanan, muka belakang.
Ayat 34
“Dan akan dikatakan."(Oleh Tuhan pada masa itu):"Pada hari ini Kami lengahkan kamu." (Tidak Kami acuhkan)"Sebagaimana kamu" (di kata hidup)"telah melengahkan hari pentemuan kamu ini."
Tidak kamu pedulikan dan tidak kamu acuhkan. Sebab kamu menyangka bahwa hidup sudah selesai hingga itu saja.
“Dan tempat kembali kamu ialah neraka dan tidak ada untuk kamu orang-orang yang akan menolong."
Ayat 35
“Yang demikian itu ialah karena kamu ambil ayat-ayat Allah menjadi tentawaan."
Karena olok-olokkan, kamu permain-mainkan, kamu pandang remeh saja."Dan ditipu kamu oleh hidup dunia." Sedang hidup akhirat kamu mungkiri sama sekali. Padahal sehingga manalah batas kepuasanmu dengan hidup dunia yang rendah itu. Yang laksana meminum air laut, bertambah diminum, bertambah haus.
“Maka pada hari ini tidaklah akan dikeluarkan kamu daripadanya dan tidak akan diminta kembali supaya taat."
Menyesal pada waktu itu tidak ada perlu lagi. Kalau hendak menyesal di kala hidup inilah tempatnya. Hendak bertobat di dalam neraka lalu hendak beriman dan taat tidak lagi akan diterima. Tempat bertobat dan taat ialah di dunia; adapun di akhirat ialah tempat menerima balasan.
Segala yang akan berlaku itu ialah kebenaran dan keadilan. Kesempurnaan peraturan Allah, yaitu yang taat mendapat rahmat dan bahagia, dan yang durhaka mendapat siksa sengsara, adalah benar dan adil. Hukum yang tidak adil adalah mustahil atas Allah. Sebab itu maka manusia yang berakal dan berbudi akan tetaplah memuji Allah, atas kebenaran dan keadilan-Nya sebagai tersebut pada dua ayat penutup surah ini.
Ayat 36
“Maka kepunyaan Allah-lah sekalian puji-pujian. Tuhan dari semua langit dan Tuhan dari bumi. Tuhan sanwa sekalian atom."
Pada semua langit itu berlaku peraturan-Nya, pada bumi pun demikian. Dan berlaku pula peraturan-Nya pada semua makhluk isi alam, terutama manusia. Daripada tidak ada, diadakan-Nya, dihidupkan-Nya dan diberi— Nya akal lalu dimatikan-Nya dan diminta-Nya pertanggungjawaban hidupnya.
Ayat 37
“Dan bagi-Nyalah segenap kebesaran, di semua langit dan bumi. Dan Dia adalah Mahagagah, Mahabijaksana."
Maka di hadapan kebesaran-Nya itulah kelak di hari Kiamat, umat manusia akan berlutut (Jaatsiyah), menunggu pemeriksaan surat-suratnya. Dan di dunia ini pun kita telah mulai berlutut menyerahkan diri, bertobat karena tidak ada tempat berlindung daripada kejaran murka-Nya, melainkan kepada-Nya jua kita berserah diri.
Karena al-Jatsiyah, yang tersebut di ayat 28 amat mengesankan untuk orang yang beriman, dan dijadikanlah dia nama dari surah ini menurut sunnah yang digariskan Rasulullah ﷺ dengan petunjuk Jibril, karena demikian kehendak Allah adanya.
Selesai tafsir surah al-Jaatsiyah.