Ayat
Terjemahan Per Kata
وَءَاتَيۡنَٰهُم
dan Kami berikan kepada mereka
بَيِّنَٰتٖ
keterangan-keterangan
مِّنَ
dari
ٱلۡأَمۡرِۖ
urusan
فَمَا
maka tidak
ٱخۡتَلَفُوٓاْ
mereka perselisihkan
إِلَّا
kecuali
مِنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
مَا
apa
جَآءَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡعِلۡمُ
ilmu pengetahuan
بَغۡيَۢا
kedengkian
بَيۡنَهُمۡۚ
diantara mereka
إِنَّ
sesungguhnya
رَبَّكَ
Tuhanmu
يَقۡضِي
Dia akan memutuskan
بَيۡنَهُمۡ
diantara mereka
يَوۡمَ
hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
فِيمَا
tentang apa
كَانُواْ
adalah mereka
فِيهِ
didalamnya
يَخۡتَلِفُونَ
mereka perselisihkan
وَءَاتَيۡنَٰهُم
dan Kami berikan kepada mereka
بَيِّنَٰتٖ
keterangan-keterangan
مِّنَ
dari
ٱلۡأَمۡرِۖ
urusan
فَمَا
maka tidak
ٱخۡتَلَفُوٓاْ
mereka perselisihkan
إِلَّا
kecuali
مِنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
مَا
apa
جَآءَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡعِلۡمُ
ilmu pengetahuan
بَغۡيَۢا
kedengkian
بَيۡنَهُمۡۚ
diantara mereka
إِنَّ
sesungguhnya
رَبَّكَ
Tuhanmu
يَقۡضِي
Dia akan memutuskan
بَيۡنَهُمۡ
diantara mereka
يَوۡمَ
hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
فِيمَا
tentang apa
كَانُواْ
adalah mereka
فِيهِ
didalamnya
يَخۡتَلِفُونَ
mereka perselisihkan
Terjemahan
Kami telah menganugerahkan pula kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas tentang urusan (agama). Maka, mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang ilmu kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan di antara mereka pada hari Kiamat apa yang selalu mereka perselisihkan.
Tafsir
(Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan) agama, menyangkut masalah halal dan haram, serta berita tentang akan diutusnya Nabi Muhammad ﷺ (maka mereka tidak berselisih) tentang diutusnya Nabi Muhammad (melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena permusuhan di antara mereka) karena permusuhan yang ada di antara mereka sebab mereka dengki kepada Nabi Muhammad. (Sesungguhnya Rabbmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.).
Tafsir Surat Al-Jathiyah: 16-20
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al-Kitab (taurat), kekuasaan dan kenabian, dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas satu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang Zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa. Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. Allah ﷻ menyebutkan tentang nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada kaum Bani Israil, yaitu Dia telah menurunkan Al-Kitab kepada mereka, mengirimkan utusan-utusan-Nya kepada mereka, dan menjadikan kerajaan di kalangan mereka.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al-Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian, dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik. (Al-Jatsiyah: 16) berupa makanan dan minuman yang baik. dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). (Al-Jatsiyah: 16) Yakni di zaman mereka. Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama). (Al-Jatsiyah: 17) Yaitu alasan-alasan, keterangan-keterangan, dan bukti-bukti yang nyata, sehingga tegaklah alasan-alasan Allah terhadap mereka. Kemudian mereka berselisih pendapat tentang urusan agama itu sesudah tegaknya hujah (alasan), dan sesungguhnya hal tersebut timbul hanyalah karena sikap dengki sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lain.
Sesungguhnya tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. (Al-Jatsiyah: 17) Allah akan memutuskan di antara mereka dengan hukum-Nya yang adil. Di dalam ungkapan ini terkandung peringatan bagi umat ini, agar jangan menempuh jalan mereka dan jangan mengikuti metode mereka. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu. (Al-Jatsiyah: 18) Yakni ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu, tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
Lalu disebutkan dalam firman berikutnya: dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. (Al-Jatsiyah: 18-19) Artinya, tiada bermanfaat bagi mereka pertolongan sebagian mereka kepada sebagian yang lain; karena sesungguhnya tiada yang mereka peroleh selain dari kerugian, kehancuran, dan kebinasaan.
dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa. (Al-Jatsiyah: 19) Dialah Yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju ke cahaya, dan orang-orang kafir yang menjadi penolong mereka adalah tagut (sembahan-sembahan mereka), yang mengeluarkan mereka dari cahaya ke dalam kegelapan. Kemudian Allah ﷻ berfirman: Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al-Jatsiyah: 20).
Dan juga Kami telah berikan kepada mereka keterangan-keterangan, sebagai bukti-bukti yang jelas tentang urusan agama; maka sangat buruk sikap mereka karena mereka tidak berselisih kecuali setelah datang kepada mereka ilmu, pengetahuan yang sebenarnya dapat menyatukan mereka. Perselisihan mereka itu terjadi karena kedengkian yang ada di antara me-reka. Sungguh, Tuhanmu, yang memelihara dan membimbingmu, wahai Nabi Muhammad, akan memberi putusan kepada mereka pada hari Kiamat terhadap apa yang selalu mereka perselisihkan sewaktu mereka hidup di dunia. 18. Kemudian setelah terjadi perselisihan di antara mereka, Kami jadikan engkau, wahai Nabi Muhammad, mengikuti syariat peraturan dari agama itu yang mengantarkan engkau kepada kebenaran, maka ikutilah, yakni laksanakanlah syariat yang diturunkan kepadamu itu dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang kafir Quraisy dan orang-orang yang ingkar seperti mereka yang tidak mengetahui kebenaran, ke-Esaan Allah, dan syariat yang di turunkan kepadamu.
Pada ayat ini, dijelaskan keutamaan yang keenam yang pernah diberikan Allah kepada Bani Israil yaitu bahwa Allah telah memberikan kepada mereka kemampuan memahami dalil-dalil dan keterangan-keterangan tentang agama. Keterangan itu adakalanya berupa hukum, peringatan, dan ada pula yang berupa mukjizat. Semua dipahami dan dilaksanakan dengan baik sehingga kehidupan mereka menjadi baik, tidak terjadi perselisihan sesama mereka dan ikatan masyarakat mereka menjadi baik pula, karena itu banyak usaha besar yang dapat mereka lakukan waktu itu.
Sebenarnya ketentuan seperti di atas tidak saja berlaku bagi Bani Israil, tetapi juga berlaku bagi semua bangsa yang mau melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan-Nya serta tunduk, patuh dan berserah diri kepada-Nya. Jika demikian, maka kebahagiaan yang diperoleh tidak saja berupa kebahagiaan dunia, tetapi juga kebahagiaan akhirat. Seakan-akan dengan ayat ini Allah mengingatkan manusia agar mencontoh kehidupan Bani Israil pada zaman dahulu itu.
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan sebab-sebab terjadinya perselisihan di kalangan Bani Israil yang datang kemudian. Nabi-nabi mereka dahulu pernah menerangkan bahwa akan datang Nabi penutup nanti, yang diutus kepada semua manusia. Nabi itu termasuk keturunan Ibrahim dari anaknya Ismail. Setelah Nabi yang dimaksud itu datang dan memberikan keterangan sesuai dengan keterangan yang disampaikan nabi-nabi mereka dahulu, mereka pun mengingkarinya, dan tidak mempercayainya. Kedengkian itu timbul karena Nabi yang diutus itu bukan dari keturunan Ishak, dan mereka menganggap bahwa keturunan Ishak lebih mulia dari keturunan Ismail walaupun keduanya adalah saudara seayah (Nabi Ibrahim). Karena itu, tidak pantas nabi dan rasul terakhir diangkat dari keturunannya. Allah berfirman:
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. (asy-Syura/42: 14)
Mengenai masalah yang mereka persengketakan itu, Allah akan memberikan keputusan-Nya pada hari Kiamat dan akan menjelaskan alasan yang sebenarnya yang menyebabkan terjadinya perselisihan di antara mereka. Pada saat itu, tampak dengan jelas hasad dan kedengkian mereka, yang menjurus kepada fanatik golongan sehingga nikmat yang semula harus disyukuri, malah menjadikan mereka sombong dan takabur.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 14
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman."
Demikian firman Allah kepada Rasul-Nya,"Supaya mereka maafkan orang-orang yang tidak mengharapkan hari-hari Allah itu."
Lebih baik orang-orang yang telah menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul bersikap tenang, jangan marah. Lebih baik memberi maaf saja kalau ada orang-orang musyrikin itu yang menyatakan terus terang bahwa mereka tidak percaya atau tidak mengharapkan, tidak menunggu hari-hari Allah itu, yaitu Hari Kiamat. Lebih baik orang-orang Mukmin bersabar hati.
“Karena Dia akan membalas atas suatu kaum menunut apa yang mereka usahakan jua"
Ingatlah ayat ini, turun di Mekah!
Kalau kaum yang beriman mendengar perkataan-perkataan kaum musyrikin yang selalu menyatakan tidak mau percaya akan hari Kiamat itu, terus dibantah, yang akan terjadi hanya pertengkaran. Pertengkaran kalau sudah sama-sama marah, hanyalah akan membawa perkelahian yang tidak diingini. Orang-orang yang beriman tidaklah takut kalau berkelahi. Kalau mati syahid bukan? Tetapi ini belum diizinkan Allah. Kedudukan kaum musyrikin masih sangat kuat. Kaum yang beriman di bawah Rasul ﷺ mesti sanggup menahan hati. Maafkan saja; nanti Allah yang akan menyelesaikan. Diberi saja pedoman oleh Allah dengan ayat selanjutnya,
Ayat 15
“Barangsiapa yang beriamal saleh maka adalah itu untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapayang beribuat jahat maka kecelakaan untuk dirinya jua. Kemudian itu kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan"
Dengan ayat-ayat ini, kaum yang telah beriman disuruh memperteguh pribadi ma
sing-masing dengan iman dan amal saleh dan memperkuat ukhuwah sesama Mukmin di bawah pimpinan Rasul ﷺ.
Selain dari musyrikin Quraisy itu, Allah menjelaskan ada lagi penentang lain yang akan beliau hadapi, yaitu Bani Israil yang memeluk agama Yahudi itu. Lalu Allah berfirman,
Ayat 16
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil kitab."
Kitab Taurat."Dan hukum," selepas mereka selamat keluar dari Mesir. Selain dari Hukum Sepuluh yang dipahatkan Allah pada batu itu, dituruni pula dengan hukum-hukum dan undang-undang mengatur masyarakat mereka, misalnya hukum rajam bagi yang berzina, utang nyawa bayar nyawa, mata bayar mata, gigi bayar gigi dan sebagainya. Sebab mereka semasa di Mesir dahulu hanya mematuhi hukum Fir'aun maka setelah mereka bermasyarakat sendiri, diaturlah hukumnya, dan nubuwwah.
Yaitu berturut-turut tidak putus-putus Allah membangkitkan nabi-nabi di kalangan Bani Israil itu. Sejak Yusuf sampai Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyasa', Dzulkifli, Zakaria, Yahya, dan Isa (shalawat dan salam Allah atas mereka semua). Dan banyak lagi nabi-nabi yang lain."Dan telah Kami beri rezeki mereka dari yang baik-baik." Diberi kehidupan yang layak, banyak yang menjadi kaya.
“Dan telah Kami lebihkan mereka atas seluruh manusia."
Mereka dilebihkan dari seluruh manusia pada waktu itu karena merekalah kaum yang dipimpin turun-temurun sejak dari nenek moyang mereka dalam ajaran tauhid, tidak putus-putus ada Nabi, sejak Nabi Yusuf sampai Nabi Isa. Itulah keutamaan dan kelebihan mereka daripada kaum-kaum yang lain. Tetapi karena kelebihan itu, timbullah rasa kesombongan bangsa pada mereka. Mereka pandang rendahlah seluruh manusia yang bukan Yahudi di dalam dunia ini.
Ayat 17
“Dan telah Kami betikan kepada mereka keterangan-keterangan dari perkara itu."
Di dalam kitab-kitab wahyu yang mereka pegang, yaitu Taurat dan Shuhuf, yang diterima oleh nabi-nabi mereka, selalu diterangkan bahwa kelak akan datang nabi penutup, yang akan menggenapkan, mencukupkan syari'at nabi-nabi yang dahulu itu dan menutup. Hal itu telah diterangkan di dalam wahyu yang disampaikan oleh nabi-nabi mereka dan mereka percaya dan menunggu kedatangannya."Maka tidaklah mereka berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian di antara mereka." Artinya, segala yang diajarkan nabi-nabi yang dahulu itu sudah menjadi kenyataan, nabi itu sudah datang, yaitu Nabi Muhammad ﷺ, tanda-tandanya sudah bertemu, sesuai dengan yang dikatakan nabi-nabi dahulu itu dan sesuai dengan pengetahuan yang mereka terima. Tetapi mereka jadi berselisih; hanya beberapa orang saja yang mengatakan iman kepada beliau. Yang selebihnya tidak mau. Sebab timbul kedengkian di antara mereka. Mereka berpendirian karena dengki bahwa tidak ada dari kaum atau umat apa pun yang layak menjadi nabi ataupun rasul, kecuali yang berdarah Bani Israil. Maka ayat ini ditutup Allah dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya Tuhan engkau akan memutuskan di antara mereka di hati Kiamat tentang apa-apa yang telah mereka perselisihkan padanya itu."
Dan terhadap keyakinan agama, tidaklah ada paksaan. Sebab semuanya sudah jelas. Untuk menghadapi kenyataan dari pihak Bani Israil ini, kaum yang beriman teruslah hendaknya berpegang kepada perintah Allah di ayat 15 tadi, memperteguh iman, memperbanyak amalan yang saleh, dan memperteguh ukhuwah,
sehingga pribadi Mukmin itu bertambah kuat dan teguh.
Ayat 18
“Kemudian telah Kami jadikan engkau menurut syani'at (ganis) dari penkana itu maka ikutilah dia dan jangan engkau ikuti hawa nafsu dari orang-orang yang tidak mengetahui."
Dengan ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya mengukuhkan pendirian lagi. Di sini dapat dengan jelas kita tinjau bahwa inti sari ajaran segala rasul, hanya satu. Yaitu mengakui keesaan Allah. Tetapi syari'at, kita artikan garis yang dilalui dalam cara menuju Allah yang Esa itu berubah-ubah. Yang mengubah itu adalah Allah sendiri, yang cocok dengan suasana rasul yang diutus-Nya itu.
Allah memerintahkan Rasul-Nya mengikuti terus sepanjang yang disyari'atkan kepadanya dan jangan dipedulikan hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Pimpinan sekali-kali tidak boleh lepas dari tangan, walau sesaat. Sebab yang beliau jalankan ini adalah wahyu dan yang menentangnya ialah hawa nafsu dari orang-orang yang tidak berpengetahuan.
Jika Allah memerintah Nabi-Nya supaya bersikap teguh demikian terhadap orang-orang yang berpedoman kepada hawa nafsunya karena tidak ada pengetahuan itu, sikap Allah kepada Nabi-Nya juga tegas. Sedikit saja pun dia kendur karena tenggang-menenggang dengan hawa nafsu mereka, Rasul itu pun akan kena bahaya. Ini dijelaskan pada ayat berikutnya.
Ayat 19
“Sesungguhnya mereka tidak akan dapat melepaskan engkau dari Allah sedikit jua pun."
“Dan Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang bertakwa."
Sebab itu, orang-orang yang bertakwa janganlah khawatir, sebab pelindungnya ialah Allah sendiri. Pada ayat ini kita insafi betapa beratnya tanggung jawab seorang rasul Allah. Mereka lebih keras bertanggung jawab di hadapan Alah. Keteledoran sedikit saja pun mendapat teguran. Ingat Nabi Sulaiman yang terlalai sedikit ketika menonton kuda-kudanya yang indah (surah Shaad). Demikian juga terkejut sedikit saja Nabi Dawud ketika musuh-musuhnya naik dari dinding mahrab (surah Shaad). Demikian juga Yunus yang terpaksa me-ringkuk di perut ikan (surah ash-Shaffaat) dan demikian juga Nabi Zakariya yang ketika gergaji sampai di kepalanya ketika dia akan dibunuh, dia mengeluh,"Aduh!" karena merasa sakit, jibril datang memberi ingat,"Jangan merintih karena engkau adalah Nabi, jika merintih sekali lagi, namamu dicoret sebagai Nabi." Ibrahim a.s. diuji dengan disuruh menyembelih anak. Isma'il a.s. diuji dengan kesediaan disembelih (surah ash-Shaaffaat). Kepada Nuh a.s. dikatakan bahwa anak kandungnya bukan ahlinya karena anaknya tidak saleh. Musa a.s. pingsan dan meminta ampun karena berani meminta hendak melihat Allah (surah al-A'raaf). Isa al-Masih a.s. diminta pertanggungjawabannya mengapa orang menuhankannya (surah al-Maa'idah: 116).
Kemudian dijelaskan tentang Al-Qur'an yang di permulaan surah telah diterangkan bahwa dia diturunkan langsung dari Yang Maha-gagah dan Mahabijaksana.
Ayat 20
“Ini adalah undang-undang bagi manusia dan petunjuk senta rahmat untuk kaum yang yakin"
Undang-undang untuk kehidupan menganjurkan hidup yang bahagia, melarang menempuh bahaya. Sehingga orang yang memegang teguh undang-undang ini, terjamin tidak akan melanggar undang-undang negara, yang melarang kejahatan, sebab tempat takutnya ialah Allah. Undang-undang kita ambil arti Bashaa'ir, yang berarti menjauhi berbuat jahat karena pandangan batin yang insaf.
Dan dia pun petunjuk, bimbingan dan pimpinan untuk mencapai kemuliaan budi. Sebab itu dia pun menjadi rahmat yang kekal abadi. Tetapi semuanya itu hanya dapat dirasakan oleh orang yang yakin. Adapun yang tidak yakin walaupun berulang-ulang dibaca dan dikhatamkannya Al-Qur'an tiap hari, tidaklah dia akan mengecap rahmat Al-Qur'an itu. Sebab itu maka kelanjutan ayat berbunyi,
Ayat 21
“Ataukah owng-orang yang beribuat kejahatan menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka sama sebagai orang-orang yang beriiman dan beriamal yang saleh? Sama semasa hidup mereka dan mati mereka? Buruklah apa yang mereka tetapkan itu."
Pertanyaan cara demikian namanya ialah"Pertanyaan berisi bantahan" (istiftiam inkari), artinya tidaklah sama, baik di kala hidup apatah lagi sesudah mati, di antara orang-orang yang berbuat jahat dengan orang yang beriman, dan beramal saleh.
Jika orang yang berbuat jahat itu gelap, hidupnya tiada pegangan. Jiwanya miskin meskipun hartanya banyak. Hatinya risau selalu karena tekanan dosa, meskipun wajahnya di-paksa-paksanya buat tersenyum. Di akhirat nanti, siksaanlah yang akan dirasainya. Orang yang beriman dan beramal saleh, ruhnya diliputi terang; Nur. Bertambah tinggi imannya bertambah memancar sinar atau Nur itu. Ketinggian imannya dibuktikan oleh banyak amal kebaikannya. Kalimat Laa Ilaha lliallah, itulah yang menghidupkan sinar itu. Dan itulah dinamonya. Maka ada sinar orang yang masih lilin, ada yang laksana lampu listrik 15 watt, 25, 100 sampai 1.000 watt, sampai tidak ada batas. Sinar yang pada nabi-nabi adalah laksana matahari. Sinar itu tak cerai lagi sampai hari akhirat. Sedang orang-orang yang jahat gelap semata-mata.
Dan untuk meyakinkan perbedaan itu, perhatikanlah kembali kejadian langit dan bumi. Hubungan di antara keduanya rapat sekali.
Ayat 22
“Dan telah menjadikan Allah akan semua langit dan bumi dengan kebenaran."
Cobalah perhatikan kejadian langit dan bumi itu dengan saksama niscaya engkau akan kagum dengan kebenaran dan keadilannya. Adakah engkau lihat yang kacau? Yang tidak teratur? Adakah yang janggal? Yang tiada pada tempatnya? Semua dengan perimbangan dan pertimbangan. Sehingga bertambah tinggi jiwa manusia, bertambah terpujilah dia kalau dia dapat mencontoh meneladan cara Allah menjadikan dan mengatur langit dan bumi itu. Kalau hal ini sudah engkau pikirkan dengan mendalam engkau akan sampai kepada kesimpulan bahwa dalam perkara manusia berbuat baik dan berbuat jahat itu pun pasti berlaku kebenaran dan keadilan Allah. Itu sebabnya maka ujung ayat berbunyi,"Dan untuk dibalasi tiap-tiap diri menurut apa yang telah diusahakannya." Dan ditegaskan lagi pada akhirnya,
“Dan mereka tidaklah dianiaya"
Tak usah khawatir Allah akan menganiaya. Cuma manusia juga yang kerap menganiaya karena perberituran di antara kepentingan dan kekuasaan di antara yang merasa kuat dengan yang lemah. Sedang kekuatan Allah mutlak, sedang makhluk-Nya sama lemahnya semua di hadapan-Nya. Allah tidak berkepentingan dengan menganiaya. Bagi-Nya hanya kebenaran. Dan kebenaran itu ialah keadilan.