Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَا
dan tidak
خَلَقۡنَا
Kami menciptakan/menjadikan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
لَٰعِبِينَ
bermain-main
وَمَا
dan tidak
خَلَقۡنَا
Kami menciptakan/menjadikan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
لَٰعِبِينَ
bermain-main
Terjemahan
Tidaklah Kami ciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya secara main-main.
Tafsir
(Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main) dalam menciptakan hal tersebut; lafal Laa`ibiina menjadi Hal atau kata keterangan keadaan.
Tafsir Surat Ad-Dukhan: 38-42
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main: Dan Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya, yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikit pun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan, kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Dialah yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. Allah ﷻ menceritakan tentang keadilan-Nya dan kesucian Zat-Nya dari main-main, senda gurau, dan perbuatan yang batil. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27) Dan firman Allah ﷻ lainnya yang menyebutkan: Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al-Muminun: 115-116) Kemudian Allah ﷻ berfirman: Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya. (Ad-Dukhan: 40) Yaitu hari kiamat.
Di hari itu Allah memutuskan perkara di antara semua makhluk, maka Dia mengazab orang-orang kafir dan memberi pahala orang-orang mukmin. Firman Allah ﷻ: adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya. (Ad-Dukhan: 40) Yakni di hari itu Allah ﷻ menghimpunkan mereka semua dari yang pertama hingga yang terakhir. Yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikit pun. (Ad-Dukhan: 41) Maksudnya, seorang teman dekat tidak dapat menolong temannya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Muminiin: 101) Semakna pula dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: .
Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedangkan mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11) Tiada seorang saudara pun yang menanyakan tentang keadaannya, padahal ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Firman Allah ﷻ: dan mereka tidak akan mendapat pertolongan. (Ad-Dukhan: 41) Yakni seorang kerabat tidak dapat menolong kerabatnya, tiada seorang pun dari luar yang dapat menolongnya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. (Ad-Dukhan: 42) Artinya, di hari itu tidaklah bermanfaat kecuali hanya rahmat Allah kepada makhluk-Nya. Sesungguhnya Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ad-Dukhan: 42) Yakni Dia Mahaperkasa lagi Yang mempunyai rahmat yang luas.
Dan tidaklah Kami menciptakan langit demikian luas dan bertingkat-tingkat dan bumi yang kokoh dan terhampar luas dengan segala isinya serta aturannya yang tertata dan harmonis serta apa yang ada di antara keduanya, yakni antara langit dan bumi yang dapat kamu saksikan, dengan bermain-main. 39. Tidaklah Kami ciptakan keduanya, yakni langit dan bumi itu, melainkan dengan haq atau benar sebagai bukti ke-Esaan dan kekuasaan Kami untuk kesempurnaan kehidupan manusia di dunia ini, tetapi kebanyakan mereka, kaum musyrik Mekah atau manusia tidak mengetahui.
Allah menjelaskan bahwa langit dan bumi beserta segala isinya tidaklah diciptakan dengan sia-sia atau secara kebetulan tanpa maksud dan tujuan, tetapi semuanya itu diciptakan sesuai dengan rencana dan kehendak Allah. Apabila diperhatikan dengan seksama setiap kehidupan yang ada di bumi dan segala kejadian di langit tentulah akan diketahui baik makhluk yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa dari berbagai macam tingkatan, dari tingkat terendah sampai dengan tingkat yang tertinggi, masing-masing faedahnya, ada ketentuan-ketentuan yang berlaku baginya, dan ada pula waktu yang ditentukan untuk kehidupannya.
Sebagai contoh seekor burung, ia ditetaskan dari sebuah telur yang berasal dari induknya. Setelah dierami dalam waktu tertentu, keluar anak burung yang kecil tanpa bulu dari telur itu. Dari hari ke hari burung itu diberi makan oleh induknya, sehingga anak burung itu tumbuh secara berangsur-angsur, badannya menjadi besar dan ditumbuhi bulu, sayapnya bertambah kuat. Kemudian diajar oleh induknya terbang, ia terbang dari dahan ke dahan, dibimbing induknya mencari makanan dan minuman. Setelah dewasa mulailah ia melaksanakan tugas hidupnya, mencari pasangan untuk mengembangkan keturunan. Bila telah sampai ajalnya, ia pun mati seperti burung-burung yang lain.
Jika diperhatikan, seakan-akan burung-burung itu membawa misi dalam kehidupan. Ditakdirkan Allah bahwa makanan burung itu adalah serangga, serangga itu makan dan merusak tanam-tanaman yang ditanam oleh manusia. Seolah-olah burung itu membantu usaha dan kehidupan manusia. Burung dengan suara dan kicauannya yang merdu menyenangkan dan menyejukkan hati orang yang mendengarnya. Bakteri, semacam binatang yang halus dan kecil, dan juga cacing seakan-akan tidak ada gunanya sama sekali. Jika diperhatikan maka bakteri dan cacing itu memakan sampah dan kotoran, baik yang berasal dari manusia maupun yang berasal dari makhluk yang lain. Jika bakteri dan cacing itu tidak ada, maka sampah dan kotoran akan menumpuk karena tidak akan membusuk sehingga terjadilah polusi yang membahayakan kehidupan manusia. Semakin dalam direnungkan dan diperhatikan alam dan kejadiannya ini, semakin dalam diketahui hikmah, guna dan tujuan penciptaannya; semakin terasa pula kasih sayang dan tujuan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hanya kebanyakan manusia tidak tahu diri dan merasa dirinya yang paling kuasa dan yang paling mampu. Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. (al-Mu'minun/23: 115)
Dan firman-Nya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (shad/38: 27).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEMBALI KEPADA QURAISY
Setelah menjelaskan perjuangan Musa a.s. membela Bani Israil itu, kembali lagi kepada Quraisy yang telah dihadapi oleh Muhammad ﷺ.
Ayat 34
“Sesungguhnya mereka semuanya berkata
Ayat 35
“Tidaklah dianya selain kematian kita yang pertama dan tidaklah kita akan dibangkitkan."
Ayat 36
Mereka menentang keras ajakan Nabi ﷺ bahwa setelah kita ini mati akan dibangkitkan kembali. Kata mereka hidup itu hanya sekali, sesudah itu mati; cuma mati yang sekali itu sajalah; habis perkara! Dengan gagahnya mereka menentang Rasul ﷺ dengan berkata,"Maka datangkanlah bapak-bapak kami jika kamu orang yang benar."
Kalau benar orang yang telah mati akan dihidupkan kembali, cobalah hidupkan bapak-bapak kami dan nenek moyang kami yang telah mati itu dari kuburnya sekarang juga.
Diterangkan tentang hari Kiamat nanti untuk memperhitungkan amal manusia, mereka minta hidupkan bapak-bapak dan nenek moyang mereka sekarang juga. Betul-betul ini satu kekafiran. Allah peringatkan kepada Nabi-Nya bahwa kaum Tubba, satu kerajaan Arab yang maju di daerah Arab Selatan (sekitar Yaman sekarang) sebelum Islam pun sangat sombong seperti itu pula. Padahal Quraisy belumlah berarti apa-apa dibandingkan de-ngan kaum Tubba.
Ayat 37
“Apakah mereka yang lebih baik ataukah kaum Tubba dan orang-orang yang sebelum mereka itu; telah Kami binasakan mereka. Sesungguhnya mereka itu adalah owng-orang yang durhaka."
Kaum Tubba yang seratus kali lebih besar dari kaum Quraisy, telah dibirasakan Allah karena kedurhakaannya. Tidak ada bangsa Arab Quraisy yang tidak akan tahu zaman raja-raja Tubba itu. Tubba adalah gelar raja-raja Arab di Selatan. Hendaknya mereka insaf jangan terulang nasib Tubba pada Quraisy.
***
Ayat 38
“Dan tidaklah Kami jadikan semua langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya dengan keadaan main-main."
Lihat dan renungkanlah! Baik pada langit yang dapat engkau jangkau dengan penglihatan matamu karena walau sampai satu juta tahun umurmu tidak juga engkau akan dapat menyelidiki semua langit. Atau keadaan pada bumi tempat engkau diam; dengan tumbuh-tumbuhannya, batu-batunya, gunung-gunungnya, laut daratnya, manusia dan binatangnya, burung dan ikannya, air dan apinya; atau ada yang di antara langit dan bumi, awan dan meganya, embun dan kabutnya, matahari,bulan dan bintang-gemintangnya. Ketahuilah bahwa semuanya itu tidaklah dijadikan Allah dengan main-main.
Ayat 39
“Tidaklah Kami jadikan keduanya (langit dan bumi) melainkan dengan kebenaran. Akan tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui"
Ayat 40
“Sesungguhnya Hari Keputusan adalah waktu mereka sekalian akan bertemu."
Ayat 41
“Pada hari yang tidak akan dapat melepaskan seorang keluarga terhadap keluarganya sedikit jua pun dan tidaklah mereka akan ditolong."
Dalam kedua ayat ini diterangkan tentang Hari Keputusan itu, yaitu keputusan nasib bahagia masuk surga atau nasib celaka ke neraka nanti. Sesudah ditilik dan diperiksa catatan amal selama hidup di dunia. Tidak ada yang dapat menolong, walaupun keluarga sangat dekat atau guru atau kiai. Siapa cuma yang dapat menolong? Yang dapat menolong hanya diri sendiri. Bisa ditolong? Tentu sekarang, waktu hidup ini, yaitu dengan iman dan amal yang baik.
Sebab itu maka ayat seterusnya berbunyi,
Ayat 42
“Kecuali siapa yang dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Dia adalah Mahagagah, Media Penyayang."
Di ayat ini berjumpa kalimat rahmat, karunia dan kasih sayang. Dan ditunjukkan pula kalimat dari mana datangnya rahmat itu. Yaitu dari yang bernama Rahim, yang pengasih dan penyayang. Dia Gagah, hukum-Nya tidak boleh dilanggar, adzab-Nya amat pedih. Tetapi Dia Penyayang. Tidak lepas dari tilik-Nya, hamba-Nya yang taat dan setia kepada-Nya. Yang telah menunjukkan setia itu sejak hidup yang sekarang. Tetapi bagaimana yang durhaka?
Ayat 43
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu."
Ayat 44
“Adalah makanan orang yang sangat berdosa."
Ayat 45
“Seperti minyak yang menggelegak di dalam perut."
Ayat 46
“Seperti gelegak air yang sangat panas."
Itulah gambaran satu macam dari beberapa macam adzab yang disediakan dalam neraka itu buat orang yang di dalam hidupnya sekarang ini menolak dan menentang kebenaran yang diserukan kepadanya.
Ayat 47
“Ambil dia, seretlah dia ke tengah-tengah neraka Jahim."
Jahim, ialah salah satu nama dari nama-nama neraka. Seperti: Jahannam, Lazhaa, Saqar, dan Huthamah.
Ayat 48
“Kemudian tuangkan ke atas kepalanya dari adzab menggelegak."
Lalu diiringi dengan ucapan,
Ayat 49
“Rasakanlah! Sesungguhnya engkau yang gagah, yang mulia."
Semasa hidup dahulu menggagah, memandang remeh segala pengajaran yang baik dan bersikap sombong kepada sesama manusia. Merasa diri sangat mulia, entah karena kekayaan harta berida, sehingga lupa siapa yang memberi. Entah karena pangkat, kedudukan, dan kekuasaan sehingga lupa bahwa di atas dari kekuasaannya ada lagi yang lebih kuasa!
Ayat 50
“Sesungguhnya inilah dia yang kamu ragu-ragukan padanya itu"
Takut dan ngeri kita mendengar berita itu. Dan itu adalah benar, sebab dia adalah wahyu Ilahi. Satu ayat saja pun daripada yang 6.236 ayat itu yang kita ragui, runtuhlah keislaman kita. Sekarang timbul pertanyaan: bagaimana supaya kita lepas dari adzab sengsara itu.
Kalau pada waktu itu tentu tidak dapat lagi. Hal ini diwahyukan sekarang dan kita dengar atau kita baca di waktu kita lagi hidup ini. Maka untuk mengelakkan adzab nanti itu adalah sekarang juga. Sebab sesudah menerangkan kengerian adzab itu, Allah pun menerangkan apa yang akan dirasai pula kelak oleh orang-orang yang berbakti sekarang.
Ayat 51
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah di tempat yang sentosa."
Dia tidak singgung-menyinggung dengan adzab siksa yang ngeri itu. Tempatnya berlainan. Mereka merasakan aman sentosa.
Ayat 52
“Di dalam taman-taman dan mata air-mata air."
Ayat 53
“Memakai sutra tipis dan tebal berhadap-hadapan."
Ayat 54
“Begitulah, dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari."
Ayat 55
“Mereka minta padanya dari tiap-tiap macam buah-buahan dalam keadaan aman."
Itulah nikmat atau sebagian kecil saja daripada nikmat yang akan dirasai oleh orang yang bertakwa di dalam surga.
Apakah yang demikian itu dapat diminta pada waktu itu? Tentu saja tidak. Wahyu ini diturunkan sekarang. Di kala kita masih hidup ini. Allah memberi tahu bahwa itu Dia sediakan buat orang yang ingin. Yang ingin tentu"memesan tempat" dari sekarang, dengan jalan mengatur hidup menurut yang diridhai Allah. Hidup bertakwa. Maka di dalam hidup yang hanya amat pendek ini kita dalam —kalau mau—melakukan perbuatan-perbuatan yang akan membahagiakan kita pada waktu hidup yang panjangnya tidak berujung. Sehingga hidup di dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat itu, samalah dengan membandingkan setitik air dengan lautan ke tujuh samudranya.
Ayat 56
“Tidaklah mereka akan merasa kematian lagi, kecuali mati yang pertama. Dan dipelihara-Nya mereka dari adzab neraka Jahim."
Sama sekali itu adalah,
Ayat 57
“Karunia dari Tuhan engkau. Yang demikian itulah kemenangan yang besar."
Apabila Allah memberi karunia tidak jugalah sepadan karunia yang diberikan-Nya itu dengan kebaikan yang kita amalkan. Sebab, walaupun misalnya sudah seluruh hidup kita pergunakan buat berbakti kepada Allah siang dan malam, petang dan pagi, namun karunia-Nya di dunia dalam masa hidup sangat pendek ini saja belumlah terbalas oleh kita. Sedang yang akan kita terima di akhirat itu, seratus kali dari yang kita terima sekarang, bahkan kadang-kadang meningkat jadi tujuh ratus kali.'Yang demikian itulah kemenangan yang besar." Dan masing-masing pribadi kita, dengan Allah yang tahu kemenangan itu. Sebab setiap hari dalam hidup dunia ini kita berjuang melawan musuh-musuh kita. Yaitu hawa nafsu kita, setan iblis, dan godaan-godaan dunia yang lain. Kerapkali kita hampir-hampir tewas, tetapi karena selalu kita mendekati Allah maka di saat-saat yang genting itu pertolongan-Nya datang. Kita menang.
Penafsir berani menyebut kita, karena besarnya pengharapan kepada Ilahi, akan Rahmat, nikmat dan ampunan-Nya.
Ayat 58
“Maka Kami telah memudahkannya dengan lidah engkau, supaya mereka ingat."
Diturunkan Al-Qur'an dengan lidah Nabi Muhammad ﷺ, artinya dengan bahasa Arab, supaya dapatlah bangsa Arab yang beliau datangi itu paham dan insaf. Karena mereka mengerti apa yang mereka dengar. Dan sekarang sudah lima belas abad Al-Qur'an itu turun dan sudah lima belas abad Nabi Muhammad ﷺ meninggal dunia. Bahasa Arabnya Al-Qur'an itu tiada berubah, walaupun satu huruf dari apa yang diterimanya dari Allah dan diajarkannya kepada kita dan dipeluk dan dijunjung oleh tidak kurang dari 400 juta manusia di dalam dunia, dari seluruh bangsa dan seluruh lidah dan bahasa.
Ayat 59
Maka Hari Keputusan di akhirat itu akan datang. Allah berfirman kepada utusan-Nya,"Maka tunggulah! Sesungguhnya mereka pun menunggu."
Selesai tafsir surah ad-Dukhaan.