Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنۡ
bahwa
هِيَ
ia
إِلَّا
kecuali
مَوۡتَتُنَا
kematian kami
ٱلۡأُولَىٰ
pertama
وَمَا
dan tidaklah
نَحۡنُ
kami
بِمُنشَرِينَ
orang-orang yang di bangkitkan
إِنۡ
bahwa
هِيَ
ia
إِلَّا
kecuali
مَوۡتَتُنَا
kematian kami
ٱلۡأُولَىٰ
pertama
وَمَا
dan tidaklah
نَحۡنُ
kami
بِمُنشَرِينَ
orang-orang yang di bangkitkan
Terjemahan
“Tidak ada (kematian) selain kematian di dunia ini dan kami tidak akan dibangkitkan.
Tafsir
("Tidak ada kematian) yang sesudahnya ada kehidupan lagi (selain kematian di dunia ini) sewaktu mereka masih dalam keadaan berupa air mani. (Dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan) tidak akan dihidupkan kembali sesudah kematian yang pertama tadi.
Tafsir Surat Ad-Dukhan: 34-37
Sesungguhnya mereka (kaum musyrik) itu benar-benar berkata, "Tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan, maka datangkanlah (kembali) bapak-bapak kami jika kamu memang orang-orang yang benar. Apakah mereka (kaum musyrik) yang lebih baik ataukah kaum Tubba' dan orang-orang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa. Allah ﷻ mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang ingkar terhadap hari berbangkit dan hari kemudian. Mereka berkeyakinan bahwa tiada kehidupan itu melainkan hanya kehidupan di dunia ini, dan tiada kehidupan lagi sesudah mati, tiada hari berbangkit, dan tiada hari pembalasan.
Mereka mengatakan demikian dengan beralasan bapak moyang mereka telah tiada, ternyata mereka tidak kembali lagi, dan jika hari berbangkit itu benar, maka datangkanlah (kembali) bapak-bapak kami jika kamu memang orang-orang yang benar. (Ad-Dukhan: 36) Ini adalah alasan yang batil dan alibi yang kacau serta tidak benar, karena sesungguhnya hari berbangkit itu hanya terjadi pada hari kiamat dan bukan di kehidupan dunia, bahkan terjadi hari berbangkit itu justru sesudah usia dunia habis dan lenyap, lalu Allah mengulangi penciptaan mereka dalam ciptaan yang baru.
Dan dia menjadikan orang-orang yang zalim untuk menghuni neraka Jahanam sebagai umpannya. Hal ini terjadi di hari ketika kamu sekalian menjadi saksi atas umat manusia dan Rasul pun menjadi saksi atas kalian. Kemudian Allah ﷻ mengancam mereka dan memperingatkan mereka terhadap azab-Nya yang tidak dapat ditolak, seperti yang telah menimpa orang-orang yang serupa dengan mereka di masa dahulu dari kalangan orang-orang yang mempersekutukan Allah lagi ingkar kepada hari berbangkit. Sebagai contohnya ialah kaum Tubba, yaitu kaum Saba', Allah telah membinasakan mereka, merusak negeri mereka, serta menjadikan mereka bercerai berai di berbagai negeri di luar negeri mereka, seperti yang telah diterangkan di dalam tafsir surat Saba'.
Mereka adalah kaum musyrik yang mula-mula ingkar kepada adanya hari kemudian. Demikian pula dalam surat Ad-Dukhan ini, orang-orang musyrik diserupakan dengan kaum Tubba'; dan mereka pun dahulunya adalah orang-orang Arab dari Qahtan, sebagaimana orang-orang musyrik Mekah pun adalah orang-orang Arab dari 'Adnan. Dahulu orang-orang Himyar (yakni kaum Saba') bila mengangkat seorang raja untuk mereka, mereka menjulukinya dengan gelar Tubba', seperti dikatakan Kisra bagi Raja Persia, Kaisar bagi Raja Romawi, Firaun bagi Raja Mesir, Negus bagi Raja Habsyah, dan julukan-julukan lainnya yang berlaku di kalangan tiap bangsa.
Tetapi telah disepakati di kalangan ahli sejarah bahwa sebagian dari para Tubba' ada yang keluar dari negeri Yaman dan menjelajahi berbagai negeri hingga sampai di Samarkand. Di tanah pengembaraan ia mendirikan kerajaan hingga kerajaannya kuat dan pengaruhnya besar, begitu pula bala tentaranya, kerajaannya luas, dan rakyatnya banyak. Dialah yang membangun kota Hirah. Telah disepakati pula bahwa dia dalam perjalanannya melalui kota Madinah, yang hal ini terjadi di masa Jahiliah.
Lalu ia bermaksud akan memerangi penduduknya, tetapi penduduk Madinah mempertahankan dirinya dan memerangi mereka di siang hari, sedangkan di malam harinya penduduk Madinah menjamu mereka. Akhirnya raja itu malu terhadap penduduk Madinah dan akhirnya dia tidak lagi memerangi mereka. Raja itu membawa serta dua orang pendeta Yahudi yang pernah menasehatinya, keduanya menceritakan kepada rajanya bahwa tiada cara baginya untuk menaklukkan kota Madinah ini, karena sesungguhnya kota ini kelak akan dijadikan tempat hijrah nabi akhir zaman.
Maka si raja meneruskan perjalanannya, dan membawa serta'kedua pendeta Yahudi itu ke negeri Yaman. Ketika raja itu melewati Mekah, ia berkehendak akan merobohkan Ka'bah, tetapi kedua pendeta Yahudi itu melarangnya melaksanakan niatnya itu. Keduanya menceritakan kepadanya kebesaran dari Ka'bah itu, bahwa Ka'bah tersebut dibangun oleh Ibrahim kekasih Allah, dan kelak di masa mendatang Ka'bah akan mempunyai kedudukan yang besar di masa nabi yang akan diutus di akhir zaman nanti.
Akhirnya si Raja itu menghormatinya, dan melakukan tawaf di sekelilingnya dan memberinya kain kelambu, hadiah-hadiah, dan berbagai macam pakaian. Kemudian ia kembali meneruskan perjalanannya menuju negeri Yaman, dia menyeru penduduk Yaman untuk beragama Yahudi sama dengan dirinya. Di masa itu agama yang tersebar adalah agama nabi Musa a.s. Di negeri Yaman terdapat sebagian orang yang mendapat hidayah sebelum Al-Masih diutus.
Akhirnya sebagian penduduk Yaman masuk agama Yahudi mengikuti jejak rajanya. Kisah ini secara panjang lebar diceritakan oleh Imam Muhamad Ibnu Ishaq di dalam Kitabus Sirah-nya. Al-Hafiz Ibnu Asakir telah mengetengahkan biografi raja ini di dalam kitab tarikhnya. Banyak peristiwa yang dikemukakan olehnya, sebagian di antaranya seperti yang telah disebutkan di atas dan sebagian lainnya yang tidak kami sebutkan.
Ibnu Asakir mengatakan bahwa raja tersebut adalah Raja Dimasyq. Disebutkan bahwa apabila memeriksa kudanya, maka dibariskan untuknya kuda-kuda dari kota Dimasyq sampai ke Yaman. Kemudian Al-Hafiz ibnu Asakir mengetengahkan melalui jalur Abdur Razzaq dari Ma'mar dari Ibnu Abu Zi-b dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: ". Aku tidak mengetahui apakah hukuman had itu dapat membersihkan pelakunya (dari dosa yang dilakukannya) ataukah tidak? Dan aku tidak mengetahui apakah Tubba' itu dikutuk ataukah tidak; dan aku tidak mengetahui apakah Zul Qarnain; itu seorang nabi ataukah seorang raja? Dan di dalam riwayat lain disebutkan: (Aku tidak mengetahui) apakah Uzair itu seorang nabi ataukah bukan? Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Muhammad Ibnu Hamma Az-Zahrani, dari Abdur Razzaq.
Ad-Daruqutni mengatakan bahwa Abdur Razzaq meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal). Kemudian Ibnu Asakir meriwayatkan melalui jalur Muhammad ibnu Kuraib, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas r.a. secara marfu': Aku tidak tahu, apakah Uzair seorang nabi ataukah bukan? Dan aku tidak tahu apakah Tubba' seorang yang dilaknat ataukah bukan Kemudian Ibnu Asakir mengetengahkan riwayat yang melarang mencaci dan melaknat Tubba', seperti yang akan diterangkan kemudian, Insya Allah. Seakan-akan hanya Allah Yang Maha Mengetahui pada awalnya Tubba' kafir, lalu masuk Islam dan mengikuti agama Musa a.s.
di tangan pendeta-pendeta Yahudi di masa itu yang berada pada jalan kebenaran sebelum Al-Masih diutus. Tubba' ini sempat berhaji ke Baitullah di masa orang-orang Jurhum, dan memberinya kain kelambu dari sutra dan kain hibarah serta menyembelih kurban di dekatnya sebanyak enam ribu ekor unta; Tubba' ini menghormati dan memuliakan Ka'bah (Baitullah). Sesudah itu ia kembali ke negeri Yaman. Al-Hafiz Ibnu Asakir telah mengetengahkan kisahnya dengan panjang lebar melalui berbagai jalur dari Ubay ibnu Ka'b, Abdullah ibnu Salam, dan Abdullah ibnu Abbas r.a. juga Ka'bul Ahbar.
Kisah ini memang bersumber dari Ka'bul Ahbarjuga dari Abdullah ibnu Salamyang predikatnya jauh lebih kuat, lebih besar, dan lebih 'alim. Dan hal yang sama telah diriwayatkan pula kisah mengenainya oleh Wahb ibnu Munabbih dan Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab Sirah-nya, seperti yang telah kita kenal. Tetapi Al-Hafiz Ibnu Asakir pada sebagian konteks yang dikemukakannya sehubungan dengan autobiografi Tubba' mengalami sedikit kekacauan karena dicampur dengan autobiografi orang yang datang sesudahnya (Tubba') dalam masa yang cukup lama.
Karena sesungguhnya Tubba' yang diisyaratkan di dalam Al-Qur'an ini kaumnya masuk Islam di tangannya, kemudian setelah ia wafat kaumnya kembali kepada kesesatan, yaitu menyembah berhala dan api. Maka Allah mengazab mereka, sebagaimana yang disebutkan d"i dalam tafsir surat Saba'. Kami telah menceritakan kisahnya dengan panjang lebar dalam tafsir surat tersebut. Said ibnu Jubair mengatakan bahwa Tubba' telah memberi kelambu pada Ka'bah dan Sa'id ibnu Jubair melarang orang-orang mencaci Tubba'.
Tubba' yang ini adalah Tubba' yang pertengahan, nama aslinya adalah As'ad alias Abu Kuraib ibnu Malyakrib Al-Yamani. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa dia menjadi raja kaumnya selama tiga ratus dua puluh enam tahun; tiada seorang raja pun di Himyar yang masa pemerintahannya lebih lama daripada dia. Dia meninggal dunia sebelum Nabi ﷺ diutus dalam kurun waktu tujuh ratus tahun sebelumnya. Para ahli sejarah menceritakan bahwa ketika dua rabi Yahudi Madinah itu menceritakan kepada Tubba' bahwa negeri ini (yakni Madinah) kelak akan menjadi tempat hijrah nabi akhir zaman yang bernama Ahmad.
Maka Tubba' membuat sya'ir mengenai hal tersebut untuk penduduk Madinah, dan mereka melestarikannya dengan meriwayatkannya secara turun-temurun, generasi demi genarasi, dari pendahulu mereka kepada generasi berikutnya. Dan termasuk orang yang hafal syair tersebut adalah Abu Ayyub Khalid ibnu Zaid yang rumahnya dipakai untuk tempat Rasulullah ﷺ tinggal (Sementara waktu di Madinah). Dia mengatakan: ............. Aku bersaksi bahwa Ahmad seorang utusan dari Allah Pencipta manusia. Seandainya usiaku dipanjangkan sampai ke zamannya, tentulah aku menjadi pembantunya dan sebagai saudara sepupunya.
Tentu pula aku akan berjihad dengan pedang melawan semua musuhnya, dan aku akan melenyapkan semua hal yang menyusahkan hatinya. Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan bahwa di masa Islam pernah dilakukan suatu penggalian terhadap sebuah kuburan kuno di kota Sana' dan ternyata mereka menjumpai dua jenazah wanita yang keduanya masih utuh. Di dekat kepala masing-masing terdapat lempengan perak yang ditulis dengan emas, menyebutkan bahwa ini adalah kuburan Huyay dan Tamis, yang menurut riwayat lain menyebutkan Huyay dan Tumadir; keduanya adalah anak perempuan Tubba' mereka berdua meninggal dunia dalam keadaan beragama Tauhid, yakni telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan keduanya tidak pernah mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.
Begitu pula yang dipegang teguh oleh orang-orang saleh yang ada di masanya hingga mereka meninggal. Telah kami ceritakan pula di dalam tafsir surat Saba Syair Saba' mengenai hal tersebut. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Ka'b pernah mengatakan tentang Tubba' dia adalah seorang lelaki saleh. Allah telah mencela perbuatan kaumnya, tetapi dia tidak dicela.
Dan Ka'b mengatakan bahwa Aisyah r.a. pernah mengatakan, "Janganlah kalian mencela Tubba', karena sesungguhnya dia adalah seorang yang saleh." -: ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Lahi'ah, dari Abu Zar'ah (Yakni Amr ibnu Jabir Al-Hadrami) yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sahl ibnu Sa'd As-Sa'idi r.a. mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya dia adalah orang yang telah masuk Islam. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dari Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abu Barzah, telah menceritakan kepada kami Muammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sammak ibnu Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya dia adalah orang Islam. Abdur Razzaq mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: apakah Tubba' seorang nabi ataukah bukan? Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan melalui sanad ini dalam riwayat Ibnu Abu Hatim hal yang sama dengan apa yang diketengahkan oleh Ibnu Asakir, yaitu: Aku tidak mengetahui apakah Tubba' seorang yang dilaknat ataukah bukan? Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui kebenarannya.
Ibnu Asakir telah meriwayatkan hal ini melalui jalur Zakaria ibnu Yahya Al-Madani, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas secara mauquf. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran alias Abul Huzail, telah menceritakan kepadaku Tamim ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa Ata ibnu Abu Rabbah pernah mengatakan: Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya Rasulullah ﷺ telah melarang mencacinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
34-35. Sesungguhnya mereka, kaum musyrik Mekah itu, yang mendustakan Nabi Muhammad dan mendustakan kebangkitan di hari akhirat, pasti akan berkata, 'Sesungguhnya tidak ada kehidupan selain kehidupan yang disusul dengan kematian di dunia ini. Dan karena itu pula, kami tidak akan dibangkitkan setelah kematian di dunia ini. '36. Begitu besar keingkaran mereka terhadap kebangkitan itu, sampai-sampai mereka menantang dengan mengatakan, 'Jika kehidupan yang kedua itu akan ada, maka hadirkanlah atau hidupkanlah kembali nenek moyang kami yang sudah meninggal itu jika kamu orang yang benar. '.
Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir Mekah tidak mempercayai adanya hari kebangkitan karena menurut keyakinan mereka mustahil orang yang sudah mati itu dapat hidup kembali. Kepercayaan yang demikian itu timbul karena pikiran mereka telah dilumuri oleh noda-noda kemusyrikan; semakin lama noda itu semakin menebal sehingga menutupi seluruh hati dan pikiran mereka. Maka timbullah rasa sombong (takabur) dalam hati mereka disertai dengan keingkaran tanpa alasan. Mereka berpendapat apa yang dipandang benar oleh nenek moyang mereka adalah benar pula menurut mereka meskipun keyakinan nenek moyang mereka itu semata-mata berdasarkan dugaan yang tidak ada dasar kebenarannya. Keadaan mereka seperti orang yang terlanjur melontarkan kata-kata, kemudian kata-kata itu dibelanya mati-matian tanpa memperhatikan apakah yang dikatakannya itu benar atau salah. Mereka tidak lagi menggunakan pikiran yang sehat dalam menilai perkataan itu akan tetapi semata-mata menuruti hawa nafsu mereka.
Sikap dan keyakinan mereka itu tercetus dalam perkataan mereka. "Kematian itu hanya sekali yaitu kematian di dunia ini saja, tidak dua kali, dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan kembali."
Dengan perkataan itu, berarti mereka telah menolak keterangan wahyu yang mengatakan bahwa mati itu dua kali. Allah berfirman:
Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (al-Baqarah/2: 28)
Ayat ini menerangkan bahwa manusia itu sebelum hidup di dunia adalah makhluk yang mati, lalu mereka dilahirkan sebagai makhluk hidup. Setelah itu, mereka menemui ajalnya dan mengalami kematian yang kedua. Kemudian pada hari Kiamat mereka akan dibangkitkan kembali dari kubur, dan hidup untuk kedua kalinya. Dalam ayat ini, diterangkan bahwa orang-orang musyrik mengakui satu kali kehidupan dan satu kali kematian, tidak mempercayai adanya kehidupan sesudah mati. Keingkaran mereka terhadap hari kebangkitan itu tidak beralasan karena pikiran mereka tidak sampai kepada ketentuan itu. Jika Allah kuasa menciptakan semua kehidupan ini, tentu Dia kuasa pula mengembalikan kehidupan itu sesudah kematian dan menghisab semua amal perbuatan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEMBALI KEPADA QURAISY
Setelah menjelaskan perjuangan Musa a.s. membela Bani Israil itu, kembali lagi kepada Quraisy yang telah dihadapi oleh Muhammad ﷺ.
Ayat 34
“Sesungguhnya mereka semuanya berkata
Ayat 35
“Tidaklah dianya selain kematian kita yang pertama dan tidaklah kita akan dibangkitkan."
Ayat 36
Mereka menentang keras ajakan Nabi ﷺ bahwa setelah kita ini mati akan dibangkitkan kembali. Kata mereka hidup itu hanya sekali, sesudah itu mati; cuma mati yang sekali itu sajalah; habis perkara! Dengan gagahnya mereka menentang Rasul ﷺ dengan berkata,"Maka datangkanlah bapak-bapak kami jika kamu orang yang benar."
Kalau benar orang yang telah mati akan dihidupkan kembali, cobalah hidupkan bapak-bapak kami dan nenek moyang kami yang telah mati itu dari kuburnya sekarang juga.
Diterangkan tentang hari Kiamat nanti untuk memperhitungkan amal manusia, mereka minta hidupkan bapak-bapak dan nenek moyang mereka sekarang juga. Betul-betul ini satu kekafiran. Allah peringatkan kepada Nabi-Nya bahwa kaum Tubba, satu kerajaan Arab yang maju di daerah Arab Selatan (sekitar Yaman sekarang) sebelum Islam pun sangat sombong seperti itu pula. Padahal Quraisy belumlah berarti apa-apa dibandingkan de-ngan kaum Tubba.
Ayat 37
“Apakah mereka yang lebih baik ataukah kaum Tubba dan orang-orang yang sebelum mereka itu; telah Kami binasakan mereka. Sesungguhnya mereka itu adalah owng-orang yang durhaka."
Kaum Tubba yang seratus kali lebih besar dari kaum Quraisy, telah dibirasakan Allah karena kedurhakaannya. Tidak ada bangsa Arab Quraisy yang tidak akan tahu zaman raja-raja Tubba itu. Tubba adalah gelar raja-raja Arab di Selatan. Hendaknya mereka insaf jangan terulang nasib Tubba pada Quraisy.
***
Ayat 38
“Dan tidaklah Kami jadikan semua langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya dengan keadaan main-main."
Lihat dan renungkanlah! Baik pada langit yang dapat engkau jangkau dengan penglihatan matamu karena walau sampai satu juta tahun umurmu tidak juga engkau akan dapat menyelidiki semua langit. Atau keadaan pada bumi tempat engkau diam; dengan tumbuh-tumbuhannya, batu-batunya, gunung-gunungnya, laut daratnya, manusia dan binatangnya, burung dan ikannya, air dan apinya; atau ada yang di antara langit dan bumi, awan dan meganya, embun dan kabutnya, matahari,bulan dan bintang-gemintangnya. Ketahuilah bahwa semuanya itu tidaklah dijadikan Allah dengan main-main.
Ayat 39
“Tidaklah Kami jadikan keduanya (langit dan bumi) melainkan dengan kebenaran. Akan tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui"
Ayat 40
“Sesungguhnya Hari Keputusan adalah waktu mereka sekalian akan bertemu."
Ayat 41
“Pada hari yang tidak akan dapat melepaskan seorang keluarga terhadap keluarganya sedikit jua pun dan tidaklah mereka akan ditolong."
Dalam kedua ayat ini diterangkan tentang Hari Keputusan itu, yaitu keputusan nasib bahagia masuk surga atau nasib celaka ke neraka nanti. Sesudah ditilik dan diperiksa catatan amal selama hidup di dunia. Tidak ada yang dapat menolong, walaupun keluarga sangat dekat atau guru atau kiai. Siapa cuma yang dapat menolong? Yang dapat menolong hanya diri sendiri. Bisa ditolong? Tentu sekarang, waktu hidup ini, yaitu dengan iman dan amal yang baik.
Sebab itu maka ayat seterusnya berbunyi,
Ayat 42
“Kecuali siapa yang dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Dia adalah Mahagagah, Media Penyayang."
Di ayat ini berjumpa kalimat rahmat, karunia dan kasih sayang. Dan ditunjukkan pula kalimat dari mana datangnya rahmat itu. Yaitu dari yang bernama Rahim, yang pengasih dan penyayang. Dia Gagah, hukum-Nya tidak boleh dilanggar, adzab-Nya amat pedih. Tetapi Dia Penyayang. Tidak lepas dari tilik-Nya, hamba-Nya yang taat dan setia kepada-Nya. Yang telah menunjukkan setia itu sejak hidup yang sekarang. Tetapi bagaimana yang durhaka?
Ayat 43
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu."
Ayat 44
“Adalah makanan orang yang sangat berdosa."
Ayat 45
“Seperti minyak yang menggelegak di dalam perut."
Ayat 46
“Seperti gelegak air yang sangat panas."
Itulah gambaran satu macam dari beberapa macam adzab yang disediakan dalam neraka itu buat orang yang di dalam hidupnya sekarang ini menolak dan menentang kebenaran yang diserukan kepadanya.
Ayat 47
“Ambil dia, seretlah dia ke tengah-tengah neraka Jahim."
Jahim, ialah salah satu nama dari nama-nama neraka. Seperti: Jahannam, Lazhaa, Saqar, dan Huthamah.
Ayat 48
“Kemudian tuangkan ke atas kepalanya dari adzab menggelegak."
Lalu diiringi dengan ucapan,
Ayat 49
“Rasakanlah! Sesungguhnya engkau yang gagah, yang mulia."
Semasa hidup dahulu menggagah, memandang remeh segala pengajaran yang baik dan bersikap sombong kepada sesama manusia. Merasa diri sangat mulia, entah karena kekayaan harta berida, sehingga lupa siapa yang memberi. Entah karena pangkat, kedudukan, dan kekuasaan sehingga lupa bahwa di atas dari kekuasaannya ada lagi yang lebih kuasa!
Ayat 50
“Sesungguhnya inilah dia yang kamu ragu-ragukan padanya itu"
Takut dan ngeri kita mendengar berita itu. Dan itu adalah benar, sebab dia adalah wahyu Ilahi. Satu ayat saja pun daripada yang 6.236 ayat itu yang kita ragui, runtuhlah keislaman kita. Sekarang timbul pertanyaan: bagaimana supaya kita lepas dari adzab sengsara itu.
Kalau pada waktu itu tentu tidak dapat lagi. Hal ini diwahyukan sekarang dan kita dengar atau kita baca di waktu kita lagi hidup ini. Maka untuk mengelakkan adzab nanti itu adalah sekarang juga. Sebab sesudah menerangkan kengerian adzab itu, Allah pun menerangkan apa yang akan dirasai pula kelak oleh orang-orang yang berbakti sekarang.
Ayat 51
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah di tempat yang sentosa."
Dia tidak singgung-menyinggung dengan adzab siksa yang ngeri itu. Tempatnya berlainan. Mereka merasakan aman sentosa.
Ayat 52
“Di dalam taman-taman dan mata air-mata air."
Ayat 53
“Memakai sutra tipis dan tebal berhadap-hadapan."
Ayat 54
“Begitulah, dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari."
Ayat 55
“Mereka minta padanya dari tiap-tiap macam buah-buahan dalam keadaan aman."
Itulah nikmat atau sebagian kecil saja daripada nikmat yang akan dirasai oleh orang yang bertakwa di dalam surga.
Apakah yang demikian itu dapat diminta pada waktu itu? Tentu saja tidak. Wahyu ini diturunkan sekarang. Di kala kita masih hidup ini. Allah memberi tahu bahwa itu Dia sediakan buat orang yang ingin. Yang ingin tentu"memesan tempat" dari sekarang, dengan jalan mengatur hidup menurut yang diridhai Allah. Hidup bertakwa. Maka di dalam hidup yang hanya amat pendek ini kita dalam —kalau mau—melakukan perbuatan-perbuatan yang akan membahagiakan kita pada waktu hidup yang panjangnya tidak berujung. Sehingga hidup di dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat itu, samalah dengan membandingkan setitik air dengan lautan ke tujuh samudranya.
Ayat 56
“Tidaklah mereka akan merasa kematian lagi, kecuali mati yang pertama. Dan dipelihara-Nya mereka dari adzab neraka Jahim."
Sama sekali itu adalah,
Ayat 57
“Karunia dari Tuhan engkau. Yang demikian itulah kemenangan yang besar."
Apabila Allah memberi karunia tidak jugalah sepadan karunia yang diberikan-Nya itu dengan kebaikan yang kita amalkan. Sebab, walaupun misalnya sudah seluruh hidup kita pergunakan buat berbakti kepada Allah siang dan malam, petang dan pagi, namun karunia-Nya di dunia dalam masa hidup sangat pendek ini saja belumlah terbalas oleh kita. Sedang yang akan kita terima di akhirat itu, seratus kali dari yang kita terima sekarang, bahkan kadang-kadang meningkat jadi tujuh ratus kali.'Yang demikian itulah kemenangan yang besar." Dan masing-masing pribadi kita, dengan Allah yang tahu kemenangan itu. Sebab setiap hari dalam hidup dunia ini kita berjuang melawan musuh-musuh kita. Yaitu hawa nafsu kita, setan iblis, dan godaan-godaan dunia yang lain. Kerapkali kita hampir-hampir tewas, tetapi karena selalu kita mendekati Allah maka di saat-saat yang genting itu pertolongan-Nya datang. Kita menang.
Penafsir berani menyebut kita, karena besarnya pengharapan kepada Ilahi, akan Rahmat, nikmat dan ampunan-Nya.
Ayat 58
“Maka Kami telah memudahkannya dengan lidah engkau, supaya mereka ingat."
Diturunkan Al-Qur'an dengan lidah Nabi Muhammad ﷺ, artinya dengan bahasa Arab, supaya dapatlah bangsa Arab yang beliau datangi itu paham dan insaf. Karena mereka mengerti apa yang mereka dengar. Dan sekarang sudah lima belas abad Al-Qur'an itu turun dan sudah lima belas abad Nabi Muhammad ﷺ meninggal dunia. Bahasa Arabnya Al-Qur'an itu tiada berubah, walaupun satu huruf dari apa yang diterimanya dari Allah dan diajarkannya kepada kita dan dipeluk dan dijunjung oleh tidak kurang dari 400 juta manusia di dalam dunia, dari seluruh bangsa dan seluruh lidah dan bahasa.
Ayat 59
Maka Hari Keputusan di akhirat itu akan datang. Allah berfirman kepada utusan-Nya,"Maka tunggulah! Sesungguhnya mereka pun menunggu."
Selesai tafsir surah ad-Dukhaan.