Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱلۡكِتَٰبِ
demi kitab
ٱلۡمُبِينِ
yang nyata
وَٱلۡكِتَٰبِ
demi kitab
ٱلۡمُبِينِ
yang nyata
Terjemahan
Demi Kitab (Al-Qur’an) yang jelas,
Tafsir
(Demi Alkitab) demi Al-Qur'an (yang menerangkan) yang menonjolkan jalan petunjuk beserta dengan sarana yang diperlukannya yaitu berupa syariat.
Tafsir Surat Az-Zukhruf: 1-8
Ha Mim. Demi Kitab (Al-Qur'an) yang menerangkan. Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al-Qur'an kepadamu, karena kamu adalah kaum yang melampaui batas? Berapa banyaknya nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabi pun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
Maka telah Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya daripada mereka itu (musyrikin Mekah) dan telah terdahulu (tersebut dalam Al-Qur'an) perumpamaan umat-umat masa dahulu. Firman Allah ﷻ: Ha Mim. Demi Kitab yang menerangkan. (Az-Zukhruf: 1-2) Yakni Kitab yang menerangkan, jelas, lagi gamblang makna-maknanya dan Iafaz-lafaznya karena ia diturunkan dengan bahasa Arab yang merupakan bahasa yang paling fasih bagi manusia untuk dipakai dalam pembicaraan di antara sesamanya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur'an dalam bahasa Arab. (Az-Zukhruf: 3) Sesungguhnya Kami menurunkan A!-Qur'an dengan bahasa Arab yang fasih lagi jelas.
Supaya kamu memahaminya. (Az-Zukhruf: 3) Yakni agar kamu dapat memahami dan merenungkannya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dengan bahasa Arab yang jelas. (Asy-Syu'ara: 195) Adapun firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (Az-Zukhruf: 4) Artinya, Al-Qur'an itu jelas kemuliaannya di kalangan mala-ul a'la (para malaikat) agar penduduk bumi memuliakan, membesarkan, dan menaatinya. Firman Allah Swt, "Innahu" yakni sesungguhnya Al-Qur'an itu. Fi UmmilKitabi, yakni di Lauh Mahfuz, menurut pendapat Ibnu Abbas r.a. dan Mujahid. Ladaina yakni di sisi Kami, menurut Qatadah dan lain-lainnya.
La'aliyyun, yakni mempunyai kedudukan yang besar, kemuliaan, dan keutamaan, menurut Qatadah. Hakimun, yakni muhkam (dikukuhkan) bebas dari kekeliruan dan penyimpangan. Semuanya ini menonjolkan kemuliaan dan keutamaan Al-Qur'an, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Waqi'ah: 77-80) Dan firman Allah ﷻ: Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.
Maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti. ('Abasa: 11-16) Berdasarkan kedua ayat ini para ulama menyimpulkan dalil, bahwa orang yang berhadas tidak boleh menyentuh mus-haf, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis jika sahih yang menyebutkan bahwa dikatakan demikian karena para malaikat menghormati semua suhuf (kitab-kitab suci) yang antara lain ialah Al-Qur'an di alam atas, maka penduduk bumi lebih utama lagi untuk menghormatinya.
Mengingat Al-Qur'an diturunkan kepada mereka dan khitab-nya ditujukan kepada mereka, maka mereka lebih berhak untuk menerimanya dengan penuh kehormatan dan kemuliaan serta tunduk patuh kepada ajarannya dengan menerima dan menaatinya, karena firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (Az-Zukhruf: 4) Adapun firman Allah ﷻ: Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al-Qur'an kepadamu, karena kamu adalah kaum yang melampaui batas? (Az-zukhruf: 5) Ulam tafsir berselisih pendapat mengenai makna ayat ini. Menurut suatu pendapat, makna ayat ini ialah 'apakah kamu mengira bahwa Kami memaaf kalian, karenanya Kami tidak mengazab kalian, sedangkan kalian tidak mengerjakan apa yang diperintahkan kepada kalian?'.
Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a. Abu Saleh, Mujahid, As-Saddi, dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al-Qur'an kepadamu? (Az-Zukhruf: 5) Bahwa demi Allah, seandainya Al-Qur'an ini diangkat (dihapus) ketika ditolak oleh permulaan ayat ini, niscaya mereka akan binasa. Tetapi berkat rahmat Allah Swt, Dia meneruskan risalah-Nya dan mengulang-ulang penurunannya kepada mereka serta menyeru mereka selama dua puluh tahun atau lebih dari itu menurut apa yang dikehendaki-Nya. Pendapat yang dikemukakan oleh Qatadah mengandung makna yang lembut sekali.
Yang dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa merupakan suatu kelembutan dan rahmat Allah ﷻ kepada makhluk-Nya. Dia tidak pernah berhenti menyeru mereka kepada kebaikan dan kepada ajaran Al-Qur'anul Karim, sekalipun mereka bersifat melampaui batas lagi berpaling darinya. Bahkan Allah tetap memerintahkan dengan melalui Al-Qur'an kepada orang yang ditakdirkan mendapat hidayah agar Al-Qur'an dijadikan sebagai petunjuk, dan agar hujah (alasan) dapat ditegakkan terhadap orang yang ditakdirkan celaka. Kemudian Allah ﷻ menghibur hati Nabi-Nya yang sedang menghadapi orang-orang yang mendustakannya dari kalangan kaumnya, seraya memerintahkan kepadanya agar tetap bersabar dalam menghadapi mereka. Hal ini diungkapkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Berapa banyaknya nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. (Az-Zukhruf: 6) Yakni banyak golongan dari kalangan orang-orang terdahulu.
Dan tiada seorang nabi pun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Az-Zukhruf: 7) Yaitu mereka mendustakan dan memperolok-olokkannya. Firman Allah ﷻ: Maka telah Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya daripada mereka. (Az-Zukhruf: 8) Yakni maka Kami binasakan orang-orang yang mendustakan para rasul itu, padahal mereka mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada orang-orang yang mendustakanmu, hai Muhammad. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat daripada mereka. (Al-Mumin: 82) Ayat-ayat yang semakna banyak didapat di dalam Al-Qur'an.
Firman Allah ﷻ: dan telah terdahulu perumpamaan umat-umat masa dahulu. (Az-Zukhruf: 8) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ketentuan mereka. Menurut Qatadah ialah siksaan yang dialami mereka. Dan menurut selain keduanya yaitu pelajaran yang telah terjadi pada diri mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami telah menjadikan mereka sebagai pelajaran bagi orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan mereka yang mendustakan rasul-rasul Allah, bahwa mereka akan tertimpa azab yang sama seperti apa yang telah menimpa para pendahulunya.
Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (Az-Zukhruf: 56) Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. (Al-Mumin: 85) Dan firman Allah ﷻ: kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi Sunnatullah itu. (Al Ahzab 62, Al-Fath: 23)"
Demi al-kitab, demikian Allah bersumpah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yaitu Al-Qur'an yang nyata bersumber dari Allah, nyata ke istimewaannya, dan nyata uraian-uraiannya sehingga menjadi petunjuk bagi manusia. 3. Sesungguhnya Kami menjadikannya, yaitu kitab yang nyata itu, sebagai Al-Qur'an, yaitu bacaan dalam bahasa Arab agar kamu mengerti pesan-pesannya dengan menggunakan akalmu.
Allah bersumpah, demi Kitab Suci Al-Qur'an yang menerangkan petunjuk dan hidayah, dan penjelasan hal-hal yang diperlukan manusia di dunia dan di akhirat untuk mencapai kebahagiaan. Barang siapa mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah digariskan di dalam Al-Qur'an, dia akan beruntung dan selamat, dan barang siapa yang menyimpang daripadanya, maka dia akan merugi dan sesat dari jalan yang benar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AZ-ZUKHRUF
(HIASAN)
SURAH KE-43, 89 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -89)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih
Ayat 1
“Haa Miim"
Allah dan Rasul-Nya saja yang tahu arti dan maksudnya.
Ayat 2
“Demi Kitab yang menerangkan."
Malamnya sudah sama terangnya seperti siang. Apalah lagi setelah diiringi oleh ayat-ayat,
Ayat 3
“Sesungguhnya Kami telah menjadikannya Al-Qur'an bahasa Arab, supaya kamu mengerti"
Mempergunakan akalmu buat menyelami isinya. Dan dijelaskan lagi bahwa dia bukan sembarang kitab, tetapi wahyu yang naskah aslinya bukan di bumi ini.
Ayat 4
“Dan sesungguhnya dia di ibu kitab di sisi Kami; tinggi mengandung kebijaksanaan."
Inti kitab ialah Al-Lauh al-Mahfuzh. Tinggi tempatnya, tinggi derajatnya di antara sekalian kitab dan isinya pun penuh dengan kebijaksanaan, curahan Ilahi. Maka orang-orang yang menjadikannya pegangan hidup, niscaya akan turut tinggi pula martabat jiwanya dan terisi dengan kebijaksanaannya.
Tetapi meskipun demikian begitu tinggi dan begitu bijaksana isi Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, hingga dapat mereka pikirkan, namun manusia masih saja tertutup hatinya, tidak mau menerima ketika diajak. Apakah penurunan Al-Qur'an akan dihentikan karena ada manusia yang tidak mau percaya?
Ayat 5
“Apakah akan Kami Hentikan dari kamu peringatan itu serta-merta lantunan kamu kaum yang melampaui batas."
Atau kamu sudah keterlaluan? Tidak, ajakan dan seruan Allah yang dibawa oleh Nabi-Nya sekali-kali tidak akan dihentikan karena ada yang menentangnya. Dia akan jalan terus. Sebab kebenaran jua yang akan menang. Nabi-nabi diolok-olokkan, sudah biasa dari dahulu-dahulu.
Ayat 6
“Dan betapa banyaknya Kami telah mengutus nabi-nabi kepada orang-orang dahulu,"
Ayat 7
“Dan tidaklah datang kepada mereka seorang Nabi pun melainkan adalah mereka memperolok-olokkannya."
Perkara mengolok-olok nabi sudahlah menjadi pusaka manusia turun-temurun rupanya. Maka dakwah kepada kebenaran tidaklah akan terhenti lantaran itu.
Ayat 8
“Maka telah Kami binasakan yang lebih teguh dari mereka kekuatannya dan telah lewat contoh orang-orang yang terdahulu."
Belumlah berarti apa-apa kekuatan orang Quraisy itu jika dibandingkan dengan kekuatan kaum ‘Ad dan dalam hal membangun, belumlah mereka sepandai orang Tsamud, dalam kepandaian berniaga, belumlah mereka mengatasi orang Madyan. Keganasan Abu Jahal belumlah menyamai Fir'aun.
Kekayaan Abu Lahab belum meningkat sebagai kekayaan Qarun. Sedangkan semuanya itu, kalau Allah bertindak, lagi hancur, ko-nonlah hanya penentang-penentang ini.
Ayat 9
“Dan jika engkau tanyakan kepada mereka, siapa yang menjadikan semua langit dan bumi, niscaya mereka akan berkata, Yang telah menjadikan semuanya itu ialah Yang Mahagagah Maha Mengetahui.'"
Bagaimana mereka memperolok-olokkan Nabi, ditanya dari hati ke hati, mereka akan tetap menjawab, tidak ada lain yang mencipta alam seluruhnya itu hanya Allah jua. Sebab itu maka yang tidak mau menerima kebenaran itu bukanlah hati nuraninya, melainkan hawa-hawa nafsunya. Oleh sebab itu maka selalu pula Nabi ﷺ menarik perhatian mereka kepada soal-soal alam agar terbukalah kiranya hati barangsiapa yang berperasaan di antara mereka.
Ayat 10
“(Dialah) yang menjadikan bumi untuk kamu jadi hamparan dan yang menjadikan untuk kamu padanya jalan-jalan supaya kamu dapat petunjuk."
Sebab pokok kepercayaan sudah ada dalam hati mereka bahwa semua langit dan bumi tidak ada yang menjadikan selain Allah, disadarkanlah ingatan mereka bahwa bumi dijadikan hamparan buat temanmu hidup, jalan-jalan pun dibuka buat perhubungan kamu dari satu negeri ke lain negeri. Maka terbukalah bagimu petunjuk mencari rezeki. Akhirnya kamu dapat petunjuk bagaimana menghubungi Allah.
Ayat 11
“Dan Dia yang menurunkan air dari langit dengan ukuran."
Dengan ukuran sehingga cukup untuk hidupmu minuman binatang ternakmu, penyubur sawah ladangmu. Tidak asal dicurahkan-Nya saja sehingga kamu terendam karena kegenangan air."Maka Kami hidupkan dengan dia negeri yang telah mati." Dapatlah dilihat tanah yang telah mati kekeringan, rumput-rumput yang sudah kering sedatang hujan hidup kembali, ini semua disuruh renungkan dan tilik baik-baik. Kemudian disuruh berpikir lebih jauh.
“Demikian (pulalah) kamu akan dikeluarkan."
Yaitu dikeluarkan dari kuburan setelah engkau mati apabila datang panggilan kebangkitan di hari Kiamat. Akan muncul semua dari alam kuburnya sebagaimana rumput-rumput kering jadi hidup kembali karena ditimpa hujan.
Ayat 12
“Dan yang menjadikan jodoh-jodoh semuanya."
Semua dijadikan dengan berjodoh-jodoh-an; berlahir, berbatin, berawal, berakhir, bertinggi, berendah, berganjil, bergenap, berkaya, bermiskin, pemberi, penerima, mulia dan hina, berdunia, berakhirat, berjantan, berbetina, ber-laki-laki, berperempuan, tegasnya berpositif dan bernegatif. Dengan undang-undang jodoh-jodohan itulah alam ini dijadikan.
“Dan yang menjadikan untuk kamu dari kapal dan binatang ternak untuk kamu kendarai."
Di sini ditampakkan betapa pentingnya perhubungan di laut dan di darat, kapal dan unta, kuda, keledai, dan baghal. Karena dengan bertambah lancarnya perhubungan dari satu daerah ke daerah lain, bertambah luaslah hubungan manusia dan lantaran itu menjadi luas pula pikirannya.
Ketika Al-Qur'an diturunkan kendaraan yang ada barulah ternak-ternak yang bisa dikendarai itu dan kapal-kapal. Tetapi di dalam wahyu berkali-kali ditarik perhatian kepadanya. Dalam abad kedua puluh ini tercapailah puncak kemajuan dan bertambah rapatlah hubungan antara manusia. Sekarang majulah kapal api, kapal motor, kapal udara, dan mobil.
Ayat 13
“Supaya kamu tunggangi dengan tenang atas punggungnya. Kemudian kamu ingat nikmat Tuhan kamu ketika kamu menunggangi di atasnya dan kamu katakan, ‘Mahasucilah yang telah menyediakan ini untuk kami. Dan tidaklah kami berdaya mengadakannya.
Ayat 14
“Dan sesungguhnya, kepada Tuhan kamilah kami akan kembali."
Kendaraan-kendaraan itu baik binatang bernyawa ataupun kendaraan buatan manusia adalah nikmat karunia Allah kepada kita. Sebab itu setelah duduk enak dan tenang di atasnya, janganlah sekali hati lupa bahwa itu adalah pemberian Allah kepada kita. Maka di dalam ayat ini dianjurkan kita mengucapkan tasbih memuja kesucian Allah bila kita telah naik ke atasnya, baik ke punggung kendaraan bernyawa atau ke dalam kapal udara dan kendaraan bermotor.
“Mahasucilah yang telah menyediakan ini untuk kami dan tidaklah kami berdaya mengadukannya. Dan sesungguhnya kepada Tuhan kamilah, kami akan kembali." (az-Zukhruf: 13-14)
Ketika kita naik, kita telah menyatakan keinsafan bahwa yang empunya kekuasaan atas kendaraan ini bukan kita, bukan sopir, bukan jurumudi, dan nahkoda, dan bukan pilot. Semua mereka adalah di bawah kuasa Allah. Pengemudi-pengemudi kendaraan itu niscaya telah awas dengan tugasnya. Tetapi ada kekuatan lain yang kerapkali tidak teratasi oleh manusia. Berapa banyak kejadian mobil mogok di tengah jalan karena beberapa kerusakan, padahal si penumpang tidak menyangka, dan tertidur dengan enak. Berapa banyak kapal yang tiba-tiba tenggelam karena tertumbuk batu karang atau gunung-gunung es. Dengan membaca tasbih yang diajarkan oleh Allah itu, kita telah menyerah diri kepada-Nya, mengakui kekuasaan-Nya yang tertinggi itu, dan telah mengakui pula bahwa kita sendiri tidaklah berdaya apa-apa. Dan mengakui pula bahwa kalau terjadi apa-apa, kepada-Nya jualah kita akan kembali.
Dan kalau kita sampai dengan selamat kepada yang dituju, kita ucapkan: Alhamdulillah! “Segala puji-pujian kepunyaan Allah."
***