Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذَا
dan apabila
بُشِّرَ
diberi kabar gembira
أَحَدُهُم
salah seorang di antara mereka
بِمَا
dengan apa
ضَرَبَ
menjadikan
لِلرَّحۡمَٰنِ
bagi Yang Maha Pengasih
مَثَلٗا
perumpamaan
ظَلَّ
jadilah
وَجۡهُهُۥ
mukanya
مُسۡوَدّٗا
hitam pekat
وَهُوَ
dan dia
كَظِيمٌ
menahan marah
وَإِذَا
dan apabila
بُشِّرَ
diberi kabar gembira
أَحَدُهُم
salah seorang di antara mereka
بِمَا
dengan apa
ضَرَبَ
menjadikan
لِلرَّحۡمَٰنِ
bagi Yang Maha Pengasih
مَثَلٗا
perumpamaan
ظَلَّ
jadilah
وَجۡهُهُۥ
mukanya
مُسۡوَدّٗا
hitam pekat
وَهُوَ
dan dia
كَظِيمٌ
menahan marah
Terjemahan
Apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira tentang sesuatu (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya merah padam karena menahan sedih (dan marah).
Tafsir
(Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah) maksudnya, dijadikan baginya hal serupa dengan apa yang ia nisbatkan kepada Allah, yaitu diberi anak-anak perempuan. Atau dengan kata lain, apabila ia diberi berita gembira tentang kelahiran anak perempuannya (jadilah) maka menjadi berubahlah (mukanya hitam) artinya, roman mukanya tampak berubah menjadi kelabu (sedangkan dia amat menahan sedih) penuh dengan kedukaan, maka mengapa mereka berani menisbatkan anak-anak perempuan kepada Allah ﷻ?.
Tafsir Surat Az-Zukhruf: 15-20
Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). Patutkah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan Dia mengkhususkan buat kamu anak-laki-laki. Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat, sedangkan dia amat menahan sedih.
Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan, sedangkan dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran? Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung jawaban. Dan mereka berkata, "Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).
Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang telah mengada-adakan kedustaan dan kebohongan terhadap-Nya karena mereka telah menjadikan sebagian dari binatang ternak untuk berhala-berhala mereka dan sebagian lainnya dikorbankan untuk Allah ﷻ Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-An'am melalui firman-Nya: Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan prasangka mereka, "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami. Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan sajian-sajian yang diperuntukkan bagi Allah; maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka.
Amat buruklah ketetapan mereka itu. (Al-An'am: 136) Demikian pula mereka memperuntukkan bagi Allah di antara kedua bagian perempuan dan laki-laki bagian yang paling terendah dan paling buruk dari keduanya, yaitu anak-anak perempuan. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah pembagian yang tidak adil. (An-Najm:21-22) Dan firman Allah ﷻ dalam surat ini: Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Az-Zukhruf: 15) Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: Patutkah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan Dia mengkhususkan buat kamu anak laki-laki. (Az-Zukhruf: 16) Di dalam makna ayat ini terkandung pengertian ingkar terhadap perbuatan mereka dengan pengingkaran yang sangat keras.
Kemudian disebutkan kelanjutannya dalam firman berikutnya, yaitu: Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat, sedangkan dia amat menahan sedih. (Az-Zukhruf: 17) Artinya, apabila seseorang dari mereka (orang-orang musyrik) diberi kabar gembira tentang kelahiran anak perempuan yang mereka peruntukkan buat Allah Swt, maka ia merasa tidak suka dengan hal tersebut sehingga mukanya seakan-akan ditutupi awan hitam karena berita buruk yang diterimanya, dan ia bersembunyi dari kaumnya karena malu mendapat hal tersebut.
Maka Allah ﷻ berfirman, "Bagaimana kamu sendiri menolak hal itu, lalu kamu nisbatkan hal itu (anak perempuan) kepada Allah ﷻ? Disebutkan dalam firman berikutnya: Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan, sedangkan dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran? (Az-Zuhruf: 18) Yakni perempuan itu mempunyai kekurangan yang untuk menutupi kekurangannya itu diberilah ia perhiasan sejak masih kecil. Dan apabila bertengkar, maka ucapannya tidak dianggap, bahkan ia lemah dan tidak mampu berbuat. Maka apakah orang yang demikian keadaanya pantas dinisbatkan kepada Allah ﷻ Perempuan itu mempunyai kekurangan secara lahir dan batinnya, begitu pula dalam penampilan dan karakternya.
Maka untuk menambal kekurangan lahiriah dan penampilannya diberilah ia perhiasan dan lain sebagainya yang diperlukan untuk menambal kekurangannya. Hal yang semakna diucapkan oleh seorang penyair Arab: ......... Tiadalah perhiasan itu melainkan hanyalah untuk menghiasi kekurangan dan menyempurnakan keindahan penampilan bila keindahannya berkurang. Adapun jika keindahan itu telah terpenuhi seperti penampilan yang ada pada dirimu, maka tidak diperlukan lagi adanya kamuflase penampilan.
Adapun yang berkaitan dengan kekurangan karakternya ialah sesungguhnya perempuan itu lemah dan tidak mampu membela diri di saat diperlukan ia harus membela diri, tidak termasuk ke dalam perhitungan dan tidak mempunyai peran, seperti yang dikatakan oleh sebagian orang Arab (tentunya di masa Jahiliah) pada saat ia diberi kabar gembira tentang kelahiran anak perempuannya, "Anak perempuan itu bukanlah anak yang baik, pertolongannya adalah menangis, dan baktinya adalah mencuri." Firman Allah ﷻ: Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai jenis perempuan. (Az-Zukhruf: 19) Mereka (orang-orang musyrik Jahiliah) berkeyakinan bahwa para malaikat itu jenis perempuan.
Maka Allah mengingkari ucapan mereka itu melalui firman-Nya: Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? (Az-Zukhruf: 19) Yakni apakah mereka menyaksikan para malaikat saat diciptakan oleh Allah ﷻ sebagai makhluk dari jenis perempuan? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 19) tentang hal tersebut kelak di hari kiamat. Di dalam kalimat ini terkandung ancaman yang keras dan janji yang pasti akan terjadi. Dan mereka berkata, "Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat). (Az-Zukhruf: 20) Yaitu seandainya Allah berkehendak, tentulah Dia menghalang-halangi antara kami dan penyembahan kami terhadap berhala-berhala ini yang dibentuk dalam rupa para malaikat yang merupakan anak-anak perempuan Allah.
Karena sesungguhnya Dia mengetahui hal tersebut, dan hal ini berarti Dia menyetujui kami melakukan hal tersebut. Dengan demikian, mereka (orang-orang musyrik) itu melakukan berbagai macam kekeliruan, yang dapat disimpulkan seperti berikut: Pertama, mereka telah menganggap Allah beranak, padahal Mahasuci lagi Mahatinggi Allah ﷻ dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. kedua, anggapan mereka yang menyatakan bahwa Allah memilih anak-anak perempuan daripada anak laki-laki, maka mereka menganggap para malaikat yang merupakan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai jenis perempuan.
ketiga, selain itu mereka menyembah para malaikat itu tanpa dalil, tanpa keterangan, serta tanpa izin dari Allah ﷻ Bahkan hanya semata-mata berdasarkan pendapat sendiri dan keinginan hawa nafsu serta mengikuti jejak nenek moyang pendahulu mereka yang tersesat di lembah kejahiliahan. keempat, alasan mereka yang mengatakan bahwa penyembahan mereka kepada berhala-berhala itu merupakan suatu hal yang disahkan oleh takdir, padahal kenyataannya mereka tidak beralasan, bahkan tejerumus ke dalam kebodohan yang parah.
Karena sesungguhnya Allah ﷻ mengingkari perbuatan tersebut dengan pengingkaran yang keras, sebab sejak Allah ﷻ mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitabNya, selalu memerintahkan kepada manusia untuk menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Dia melarang penyembahan kepada selain-Nya. Allah ﷻ telah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu. Maka di antara umat itu ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan. (An-Nahl: 36) Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah? (Az-Zukhruf: 45) Dan firman Allah ﷻ dalam ayat ini sesudah menyebutkan alasan mereka (orang-orang musyrik): Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu. (Az-Zukhruf: 20) yang membenarkan pendapat mereka dan apa yang dijadikan alasan oleh mereka.
mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. (Az-Zukhruf: 20) Yakni berdusta dan membuat-buat kedustaan. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka tidak-mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. (Az-Zukhruf: 20) Maksudnya, mereka tidak mengetahui kekuasaan Allah ﷻ atas hal tersebut."
Allah menegaskan apa yang di kecam-Nya di dalam ayat sebelumnya dengan mengatakan bahwa apabila salah seorang di antara mereka, yaitu kaum musyrik Mekah yang berkeyakinan seperti itu, di beri kabar gembira dengan kelahiran apa, yaitu anak perempuan, yang di jadikan sebagai perumpamaan bagi Al-Rahman, Allah Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat karena kejengkelan dan kemarahan menerima kehadiran anak perempuan itu, sedang ia sendiri ketika menerima berita itu amat menahan sedih dan marah. Kalau demikian halnya, mengapa mereka menyatakan bahwa Allah memiliki anak perempuan'18. Lalu Allah mengecam mereka dengan mengatakan bahwa apakah orang, yakni wanita-wanita yang dibesarkan dalam perhiasan, patut dijadikan sebagai anak Allah sedang dia tidak mampu memberi alasan atau penjelasan yang tegas dan jelas dalam pertengkaran.
Allah menunjukkan kebodohan orang-orang musyrik dan kecurangan mereka. Apabila salah seorang dari mereka dikaruniai anak perempuan, dengan serta-merta mukanya menjadi sangat muram karena sedih, menanggung malu yang amat dalam, tak kuat rasanya berhadapan muka dengan teman-temannya. Dia menyendiri dalam kebingungan. Apakah kiranya yang akan diperbuatnya? Apakah anak perempuan yang diperolehnya itu akan dibiarkan begitu saja, sekalipun ia harus menanggung malu dan hina, ataukah akan menguburkannya hidup-hidup? Suatu perbuatan yang sangat tercela, sebagaimana firman Allah:
Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu. (an-Nahl/16: 58-59).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEPERCAYAAN YANG KACAU
Ayat 15
“Dan mereka jadikan sandaran kepada-Nya sebagian dari hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya manusia itu penolak budi yang nyata."
Maksud ayat ini ialah menjelaskan kekacauan kepercayaan kaum musyrikin yang buruk sekali, yaitu mengatakan Allah beranak. Itu namanya menjadi sebagian dari hamba-hamba Allah menjadi disandarkan atau dihubungkan kekeluargaannya dengan Allah. Dan itu adalah satu kekufuran yang timbul dari menolak budi Ilahi karena kelak makhluk yang dikatakan anak Allah itu akan dipuja dan disembah pula sebagai Allah. Orang Quraisy mengatakan anak Allah ialah perempuan.
Sebab itu maka di ayat 16 dijelaskan lagi,
Ayat 16
“Ataukah Dia mempunyai anak-anak perempuan dari makhluk yang dijadikan-Nya?"
Adakah pantas sebagian dari makhluk yang Dia jadikan, yaitu anak-anak perempuan ditentukan oleh manusia menjadi anak Allah?
“Dan untuk kamu dipilihkan-Nya anak-anak laki-laki?"
Ayat 17
“Dan apabila seorang mereka diberi berita yang dijadikan sekutu dengan Tuhan Maha Pemunah itu, jadilah mukanya hitam dan dia sangat berduka cita."
Alangkah buruk dan kacau cara mereka berpikir. Mereka mengatakan Allah ada beranak, anak-Nya itu ialah perempuan. Tetapi kalau mereka diberi tahu bahwa istri mereka baru saja melahirkan anak dan anak itu ialah perempuan, muka mereka hitam karena malu dan karena susah. Tentunya jika kepercayaan itu mau dipegang teguh, kalau dikatakan Allah beranak perempuan dan dia memperoleh anak perempuan pula, besar hendaknya hatinya, sebab anaknya sejenis dengan apa yang dikatakannya anak Allah itu.
Ayat 18
“Atau orang yang dibesarkan di dalam perhiasan, dan dia dalam pertengkaran tak dapat memberi ketenangan."
Anak perempuan dari kecil dibesarkan dalam perhiasan, dengan subang dan gelang. Nanti kalau terjadi pertengkaran di antara dia sama dia, berbantah, bertengkar, bertambah tidak tahu dia lagi apa yang akan dibicarakan, sehingga tidak dapat lagi dipertimbangkan mana yang benar di antara mereka dan mana yang salah, sebab tidak dengar mendengarkan. Itukah yang kamu angkat menjadi anak Allah?
Ayat 19
“Dan mereka jadikan malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba dari Tuhan Pemunah, menjadi perempuan?"
Maka yang diangkat mereka jadi anak Allah itu ialah malaikat-malaikat, tetapi mereka tetapkan lebih dahulu bahwa malaikat itu jenis kelaminnya ialah perempuan."Apakah mereka menyaksikan kejadian mereka?" (Malaikat-malaikat itu). Melihat seketika malaikat dijadikan Allah? Atau pernahkah mereka melihat malaikat, sehingga dapat mereka katakan bahwa malaikat itu perempuan?
“Akan dituliskan kesaksian mereka dan mereka akan diperiksa."
Dongeng-dongeng yang tidak berujung pangkal itulah yang dijadikan kepercayaan selama ini oleh mereka. Diancam mereka bahwa kalau memang ada kesaksian mereka tentang mengatakan malaikat itu ialah perempuan, kesaksian itu akan ditulis, dan kelak di hari Kiamat, mereka akan diperiksa. Mesti sanggup mempertanggungjawabkan.
Ayat 20
“Dan mereka berikata, ‘Jika Tuhan Pemunah itu menghendaki, niscaya tidaklah kami akan menyembah mereka.'"
Untuk mengelakkan diri dari seruan menyembah Allah Yang Tunggal dan supaya dapat bertahan menyembah berhala, atau malaikat yang mereka katakan anak perempuan Allah, mulailah mereka berdalih kepada takdir,"Kami menyembah berhala ini sudah ditakdirkan Allah, Allah Yang Pemurah itu jua. jika Allah Yang Murah itu menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah berhala-berhala itu." itu adalah dalih yang tidak beralasan sama sekali. Sebab,"Tidaklah mereka mempunyai pengetahuan tentang itu."
Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang takdir itu. Kalau memang mereka hendak membawanya kepada soal takdir, mengapa mereka tidak langsung pula mengakui bahwa Allah mengirim Rasul untuk menyeru mereka menyembah Allah Yang Satu, tidak mereka masukkan dalam rangka takdir juga? Mengapa Al-Qur'an dalam bahasa Arab, yang berisi keterangan-keterangan yang jelas menunjukkan jalan untuk bahagia mereka di dunia dan akhirat, tidak mereka masukkan dalam takdir juga? Mereka menyebut takdir untuk mempertahankan pendirian yang salah, bukanlah dari maksud yang jujur.
“Mereka tidak lain hanya berdusta."
Yaitu menyalahgunakan kata yang baik untuk maksud yang jahat.
Ayat 21
“Ataukah pernah Kami beriikan kepada mereka suatu kitab dari sebelum ini, lalu mereka berpegang dengan dia?"
Kalau memang ada kitab itu, cobalah tunjukkan!
Kitab yang menyuruh menyembah berhala, terang tidak ada. Sebab itu dari mana kepercayaan-kepercayaan yang karut ini mereka dapat?
Ayat 22
“Bahkan mereka berikata, ‘Sesungguhnya lelah kami dapati bapak-bapak kami atas satu cara dan kami atas jejak-jejak mereka itulah mengambil petunjuk.
Sekarang bukan takdir lagi yang jadi alasan, sebab nyata bahwa itu hanyalah alasan dusta. Kitab pegangan kepercayaan pun tidak dapat mereka tunjukkan karena kitab itu memang tidak pernah ada. Sekarang terbukalah hal yang sebenarnya, yaitu adat pusaka nenek moyang, yang tidak lapuk di hujan, dan tidak lekang di panas. Begitu cara-cara mereka dapati, begitu jejak yang mereka tinggalkan, tentu itu pula yang kami ikuti.
Maka memberi peringatanlah Allah kepada Rasul-Nya,
Ayat 23
“Dan demikianlah. Tidaklah Kami mengutus sebelum engkau pada suatu negeri, melainkan berikalatah pemuka-pemukanya, ‘Sesungguhnya kami dapati bapak-bapak kami atas satu cana dan kami atas jejak-jejak mereka jadi pengikut.
Maka suara ini bukanlah suara baru, melainkan suara yang sudah lama terdengar, dijadikan bantahan kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus Allah.
Lalu apa sambutan nabi-nabi itu dan apa mestinya sambutan Nabi Muhammad ﷺ atas perdalihan pusaka turun-temurun dari bapak-bapak yang dahulu-dahulu itu?
Ayat 24
“Berikata dia (yaitu Rasul yang diutus Tuhan ke suatu negeri itu),'Apakah (begitu juga) kalau aku datangkan kepada kamu sesuatu (seruan) yang tebih dari apa yang kamu dapati atasnya bapak-bapak kamu itu?'"
Yang lebih masuk akal? Yang benar-benar datang dari Allah? Apakah akan kamu pegang juga pusaka yang tidak berujung berpangkal itu?
“Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami terhadap apa yang kamu (diutus) menyampaikannya itu, tidaklah mau pencaya.'"
Dengan segala cara pertukaran yang baik, dakwah sudah disampaikan kepada mereka. Alasan atau hujjah mereka tidak satu juga yang dapat mereka tegakkan karena memang tidak sebuah pun yang benar. Kemudian mereka jadikan “jejak bapak-bapak yang dahulu"
Kemudian ditanya,"Bagaimana kalau se-ruan yang aku bawa ini lebih menjamin kebahagiaanmu dunia dan akhirat? Sebab ini benar-benar dari Allah?"
jawab mereka pendek saja dan kasar,"Kami tidak mau percaya." Tentu Allah bertindak,
Ayat 25
“Lalu Kami pun membatasi mereka. Maka lihatlah betapa kesudahannya orang-orang yang mendustakan."
Allah telah bertindak. Umat nabi-nabi itu telah dibirasakan. Dan ayat ini turun di Mekah semasa kedaulatan mereka masih kuat. Kemudian Nabi Muhammad ﷺ telah dapat memberi pukulan pertama kepada mereka dalam Perang Badar. Dan berhala-berhala yang mereka puja itu telah disapu bersih ketika Mekah ditaklukkan pada tahun delapan Hijriyah.
Namun alasan menuruti jejak nenek moyang ini sampai ke zaman kita ini masih dipakai orang. Sehingga jika ada perbuatan-perbuatan bid'ah dalam agama mengenai aqidah atau ibadah, yang ditambah-tambahkan kepada agama, tidak dari ajaran Allah dan Rasul-Nya, jika ada yang menegur, dia pun akan mendapat jawaban ."Sesungguhnya telah kami dapati bapak-bapak kami atas satu cara dan kami atas jejak-jejak mereka jadi pengikut" Dan kalau yang menegur itu berkata,"Bagaimana kalau seruan ini lebih benar, berdasar Al-Qur'an dan sunnah?"
Dia pun akan menjawab,"Kami tidak mau ikut ajakan-ajakanmu itu. Kamu mau apa???"