Ayat
Terjemahan Per Kata
وَكَذَٰلِكَ
dan demikianlah
أَوۡحَيۡنَآ
Kami wahyukan
إِلَيۡكَ
kepadamu
رُوحٗا
roh/Al Qur'an
مِّنۡ
dari
أَمۡرِنَاۚ
urusan Kami
مَا
tidaklah
كُنتَ
kamu adalah
تَدۡرِي
kamu mengetahui
مَا
apakah
ٱلۡكِتَٰبُ
Al kitab
وَلَا
dan tidak
ٱلۡإِيمَٰنُ
iman
وَلَٰكِن
akan tetapi
جَعَلۡنَٰهُ
Kami jadikannya
نُورٗا
cahaya
نَّهۡدِي
Kami beri petunjuk
بِهِۦ
dengannya
مَن
siapa
نَّشَآءُ
Kami kehendaki
مِنۡ
dari
عِبَادِنَاۚ
hamba-hamba Kami
وَإِنَّكَ
dan sesungguhnya kamu
لَتَهۡدِيٓ
benar-benar kamu memberi petunjuk
إِلَىٰ
kepada
صِرَٰطٖ
jalan
مُّسۡتَقِيمٖ
yang lurus
وَكَذَٰلِكَ
dan demikianlah
أَوۡحَيۡنَآ
Kami wahyukan
إِلَيۡكَ
kepadamu
رُوحٗا
roh/Al Qur'an
مِّنۡ
dari
أَمۡرِنَاۚ
urusan Kami
مَا
tidaklah
كُنتَ
kamu adalah
تَدۡرِي
kamu mengetahui
مَا
apakah
ٱلۡكِتَٰبُ
Al kitab
وَلَا
dan tidak
ٱلۡإِيمَٰنُ
iman
وَلَٰكِن
akan tetapi
جَعَلۡنَٰهُ
Kami jadikannya
نُورٗا
cahaya
نَّهۡدِي
Kami beri petunjuk
بِهِۦ
dengannya
مَن
siapa
نَّشَآءُ
Kami kehendaki
مِنۡ
dari
عِبَادِنَاۚ
hamba-hamba Kami
وَإِنَّكَ
dan sesungguhnya kamu
لَتَهۡدِيٓ
benar-benar kamu memberi petunjuk
إِلَىٰ
kepada
صِرَٰطٖ
jalan
مُّسۡتَقِيمٖ
yang lurus
Terjemahan
Demikianlah Kami mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) rūh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami menjadikannya (Al-Qur’an) cahaya yang dengannya Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus,
Tafsir
(Dan demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami wahyukan kepada rasul-rasul selain kamu (Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (wahyu) yakni Al-Qur'an, yang karenanya kalbu manusia dapat hidup (dengan perintah Kami) yang Kami wahyukan kepadamu. (Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui) sebelum Kami mewahyukan kepadamu (apakah Alkitab) yakni Al-Qur'an itu (dan tidak pula mengetahui apakah iman itu) yakni syariat-syariat dan tanda-tanda-Nya Nafi dalam ayat ini amalnya di-ta'alluqkan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudah Fi'il menempati kedudukan dua Maf'ulnya (tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu) wahyu atau Al-Qur'an itu (cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk) maksudnya kamu menyeru dengan wahyu yang diturunkan kepadamu (kepada jalan) tuntunan (yang lurus) yakni agama Islam.
Tafsir Surat Ash-Shura: 51-53
Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat), lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. Ayat-ayat ini menerangkan tentang tingkatan-tingkatan wahyu bila dikaitkan dengan Zat Allah ﷻ Yaitu adakalanya Dia melemparkan sesuatu ke dalam diri Nabi ﷺ yang tidak diragukan oleh Nabi ﷺ bahwa hal itu berasal dari Allah ﷻ Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Ibnu Hibban dari Rasulullah Saw, bahwa beliau ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya ruhul quds (Jibril) telah membisikkan ke dalam diriku bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak akan mati sebelum rezeki dan ajalnya disempurnakannya. Karena itu, bertakwalah kamu kepada Allah dan berbaik-baiklah dalam meminta. Firman Allah ﷻ: atau di belakang tabir. (Asy-Syura: 51) Sebagaimana saat Allah ﷻ berkata-kata kepada Musa a.s, lalu Musa meminta kepada Allah ﷻ agar dapat melihat Zat Allah sesudah pembicaraan itu, tetapi pandangan Musa terhalang tabir dan tidak dapat melihat-Nya. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada sahabat Jabir ibnu Abdullah r.a.: Tidak sekali-kali Allah berkata kepada seseorang melainkan dari balik tabir, tetapi sesungguhnya Dia berbicara kepada ayahmu secara terang-terangan.
Demikianlah bunyi teks hadis ini, dan perlu diketahui bahwa ayah sahabat Jabir telah gugur di medan Perang Uhud, dan apa yang diceritakan dalam hadis ini terjadinya di alam barzakh, sedangkan ayat ini hanya menceritakan keadaan di dunia. Firman Allah ﷻ: atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat), lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. (Asy-Syura: 51) Sebagaimana Dia telah menurunkan Malaikat Jibril a.s. dan malaikat lainnya kepada para nabi.
Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana. (Asy-Syura: 51) Allah Mahatinggi, Maha Mengetahui, Mahaperiksa, lagi Maha Bijaksana. Firman Allah ﷻ: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. (Asy-Syura: 52) Yang dimaksud ialah wahyu Al-Qur'an. Sebelumnya tidaklah kamu mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula megetahui apakah iman itu. (Asy-Syura: 52) Yakni secara rinci, sebagaimana yang telah disyaratkan (diperintahkan) untukmu di dalam Al-Qur'an. tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami (Asy-Syura: 52) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. (Fushshilat: 44), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Asy-Syura: 52) Yaitu jalan yang hak lagi lurus. Kemudian ditafsirkan oleh firman berikutnya, yaitu: (yaitu) jalan Allah. (Asy-Syura: 53) Yakni syariat yang telah diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk dilaksanakan. yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Asy-Syura: 53) Dialah Tuhan keduanya. Yang memiliki keduanya, Yang mengatur keduanya, lagi Dialah Hakim yang tiada hambatan bagi keputusan hukumNya.
Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. (Asy-Syura: 53) Yakni semua urusan kelak akan dikembalikan kepada-Nya, lalu Dia akan merincinya dan menghukuminya. Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari "apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim dan orang-orang yang ingkar dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. []"
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, ruh, yaitu Al-Qur'an yang di turunkan dengan perantaraan Jibril dengan perintah Kami. Sebelumnya, yaitu sebelum Al-Qur'an itu di turunkan kepadamu, engkau tidaklah mengetahui apakah al-Kitab itu, yaitu Al-Qur'an dan apakah pula iman itu. Akan tetapi, Kami menjadikannya, yaitu Al-Qur'an itu, cahaya yang dapat menerangi dan menunjukkan jalan yang benar kepadamu. Dengan Al-Qur'an itu pula Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki untuk mendapat petunjuk di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau, wahai Nabi Muhammad, benar-benar membimbing manusia kepada jalan yang lurus, jalan yang Kami ridai. 53. Yaitu jalan Allah yang milik-Nyalah kewenangan dan kekuasaan terhadap apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, segala urusan kembali kepada Allah tanpa perantara, lalu Dia memberi ganjaran pahala kepada mereka yang telah melakukan kebajikan dan menghukum mereka yang telah berbuat dosa.
Allah menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada rasul-rasul terdahulu Dia juga menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ berupa Al-Qur'an sebagai rahmat-Nya. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Muhammad ﷺ sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Al-Qur'an itu dan apa iman itu, dan begitu juga belum tahu apa syariat itu secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Al-Qur'an itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dan membandingkan kepada agama yang benar yaitu agama Islam. Sebagaimana firman Allah:
Dan engkau (Muhammad) tidak pernah mengharap agar Kitab (Al-Qur'an) itu diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) sebagai rahmat dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (al-Qasas/28: 86)
Dan firman-Nya:
Katakanlah, "Al-Qur'an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur'an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. (Fussilat/41: 44)
Firman Allah:
Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus. (al-Isra'/17: 9)
Dengan cahaya Al-Qur'an itulah, Allah memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu agama yang benar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 44
“Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya pelindung selain Dia."
Oleh sebab itu barang dijauhkan Allah kiranya kita daripada kesesatan. Sebab apabila sudah tersesat langkah, apa yang dikerjakan serba salah. Cahaya petunjuk tidak masuk lagi. Meraba-raba di dalam gelap maka timbullah zalim, aniaya. Baik kepada orang lain, terutama kepada diri sendiri. Bahkan kalau dikaji secara mendalam, tidak ada satu kezaliman melainkan kepada diri sendiri. Segala dosa yang kita perbuat, baik mengenai orang lain atau hanya mengenai diri sendiri, namun hakikatnya ialah zalim kepada diri sendiri. Setelah hari Kiamat,
“Dan engkau lihat orang-orang yang zalim itu tatkala mereka melihat adzab, akan berkata,'Adakah kiranya jalan buat kembali?'"
Kembali ke mana? Kembali ke dunia! Tentu jalan buat kembali ke sana tidak ada lagi, sebagaimana di waktu di dunia pun tidak ada jalan bagi seorang yang takut menghadapi maut buat kembali ke dalam perut ibunya.
Ayat 45
“Dan engkau lihat mereka dibawa kepadanya."
Yaitu ke neraka, lengkap dengan pasung rantainya."Dalam keadaan tunduk lantaran hina, sambil melihat dengan kerlingan yang tersembunyi." Karena waktu itulah baru mereka merasa bersalah. Digambarkanlah di ayat ini dengan menurut contoh yang ada dunia ini bagaimana sikap dan tingkah seseorang yang bersalah ketika keputusan hakim telah keluar dan dia telah diiringkan dengan tangan dirantai ke tempat menjalani hukuman; sedang waktu melakukan kejahatan dahulu dia tidak menyangka akan mendapat hukuman yang seberat itu, misalnya dibuang seumur hidup. Lihatlah dia berjalan menekur merasa hina dan namanya hilang buat selama-lamanya dari masyarakat. Niscaya lebihlah dari itu yang akan dihadapi si zalim dalam menghadapi siksa neraka.
“Dan berkata mereka yang beriman, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarga mereka di hari Kiamat. Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang zalim adalah dalam adzab yang kekal.'"
Marilah kita cukupkan benar-benar ayat ini. Dia mengandung inti sari betapa penting suburnya didikan iman dan agama, dalam rumah tangga. Betapa berat tanggung jawab seorang kepada keluarga keagamaan anak dan istri. Dan bagaimana besar pengaruh pribadi ayah atau suami dalam mengarahkan iman keturunan demi keturunan. Karena kalau tertempuh jalan zalim, anak dan istri mencontoh maka handam karam masuk neraka semuanya.
Ayat 46
“Dan tidaklah ada bagi mereka pelindung-pelindung yang akan menolong mereka selain Allah. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada bagi mereka satu jalan pun,"
Hanya di dunia ini kalau perkara di muka hakim kita bisa memakai pengacara karena pandangan atas duduknya perkara tidaklah sama. Jaksa sebagai penuntut umum menampak segi yang salah, tentang undang-undang yang dilanggar. Pesakitan mencari pintu-pintu jalan keluar karena pada titik dan koma undang-undang buatan manusia kadang-kadang ada juga kelemahan dan hukuman tidak dijatuhkan. Kalau bukti kesalahan tidak cukup.
Hakim mengeluarkan pertimbangannya, tuduhan jaksa yang memberatkan dan pembelaan pembela yang meringankan. Keputusan hakim adalah hasil ijtihadnya yang tidak mutlak benar. Kadang-kadang setelah keputusan keluar, jaksa naik banding karena merasa keputusan itu tidak tepat. Atau pembela yang naik banding.
Tetapi di hadapan mahkamah Allah tidak begitu. Sebab pesakitan sendirilah yang akan mengaku dia bersalah dengan tidak ada paksaan mengaku. Tangannya, kakinya, kulit dan seluruh anggotanya turut menjadi saksi. Catatan-catatan Malaikat Raqib dan Atid, terbentang dengan seterang-terangnya. Tak ada orang yang akan dijatuhi hukuman dengan aniaya. Tepat ujung ayat “Tidak ada lagi bagi mereka satu jalan pun ."
Ayat 47
Oleh sebab itu, wahai insan Sambutlah (seruan) Tuhanmu. Sebelum datang dari Allah hari yang tak dapat ditolak. Tidak ada bagi kamu di hari itu tempat perlindungan dan tidak ada bagi kamu pengingkarannya."
Sambutlah seruan-Nya. Sebab tempat berlindung daripada-Nya hanyalah kepada-Nya. Dia memanggil kamu, memanggil kita, supaya dalam menuju-Nya kita mendapat jalan yang selamat. Tak dapat tidak, perjalanan kita ini, baik kita patuh atau durhaka, adalah akan menemui-Nya jua. Janganlah hendaknya pertemuan kita kelak dengan Dia, sebagai pertemuan seorang hamba yang akan menerima hukuman.
Ayat 48
“Tetapi jika mereka beri paling maka tidaklah Kami utus engkau kepada mereka sebagai pengawal. ‘Tidak ada kewajiban engkau melainkan menyampaikan."
Teruskan saja tugasmu itu, tak usah engkau berkecil hati dan kecewa. Urusan mereka langsung dalam tilikan Allah.
“Dan sesungguhnya apabila Kami rasakan kepada manusia satu rahmat, giranglah mereka dengan dia. Dan jika Kami timpakan suatu kesusahan karena perbuatan tangan mereka sendiri maka sesungguhnya manusia melupakan budi."
Ujung ayat ini memberi ingat kepada kita satu sebab yang penting, mengapa orang melupakan Allah ataupun kufur kepada Allah. Yaitu ketika datang rahmat Allah atau ketika datang kesusahan. Kalau datang rahmat, girang gembira sehingga lupa kepada yang memberikan rahmat itu bahkan diperbudak oleh rahmat yang diberikan. Kemudian tiba-tiba datang kesusahan lalu mengomel kepada yang mendatangkan kesusahan. Dan tidak mau mengakui bahwa kesusahan itu datang karena sebab sendiri.
Ayat 49
“Bagi Allah milik semua langit dan bumi. Dijadikan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Diberi-Nya siapa yang Dia kehendaki anak-anak perempuan dan diberi-Nya siapa yang Dia kehendaki anak-anak laki-laki."
Ayat 50
“Atau dikembarkan-Nya anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan dan dijadikan-Nya siapa yang Dia kehendaki, mandul. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui Mahakuasa."
Selain dari memiliki kekuasaan di semua langit dan bumi, Allah pun mengatur juga perkembangan keturunan Adam di dalam mendiami dunia ini,yaitu mengatur kelahiran. Menentukan perempuan anak yang akan lahir atau laki-laki bahkan juga anak kembar, atau orang yang akan mandul. Manusia tidak dapat menolak. Sebab itu suka atau tidak suka, memilih atau menerima apa yang diberi, anak laki-laki atau anak kembar, ataupun anak perempuan. Yang berlangsung adalah apa yang ditentukan Allah. Ada orang yang telah bosan karena banyak anaknya lahir, tidak terbelanjai, katanya. Namun anak bertambah juga. Ada yang ingin anak laki-laki, yang lahir perempuan. Ada yang ingin anak perempuan (kecuali Arab jahiliyyah), tiba-tiba lahir anak laki-laki. Ada yang telah bertahun-tahun kawin, ingin dapat anak, telah berobat ke mana-mana, namun anak tidak juga dapat. Sebab semuanya itu Allah yang menentukan.
Manusia zaman modern, karena perkembangan ekonomi mengadakan Family Planning atau Keluarga Berencana. Menjadi persoalan besar, terutama di negara yang jumlah penduduk bertambah-tambah dengan cepat, seumpama di India, sedang persediaan makanan tidak mencukupi. Islam tidak mengadakan larangan manusia mencari segala ikhtiar untuk menyeimbangkan perkembangbiakan penduduk dengan persediaan makanan, asal saja tidak melanggar qudrat alam yang akan merugikan manusia itu sendiri. Misalnya telah ada pil yang kalau dimakan oleh suami istri sebelum bersetubuh, kandungannya tidak akan menjadi. Tetapi pil itu dipergunakan pula oleh orang-orang yang berzina!
Ada pula perempuan yang dioperasi atau dipotong peranakannya agar anaknya jangan bertambah juga. Tiba-tiba beberapa tahun kemudian, datang saja keinginan yang keras pada perempuan itu buat mendapat anak lagi. Ingin menggendongnya, ingin mendengar tangisnya. Namun keinginannya itu tidak dapat lagi terkabul, sebab peranakannya sudah rusak.
Sebab itu maka masalah membatasi kelahiran dan family planning sampai saat ini masih menjadi persoalanberatdalamduniaseluruhnya, di antara ahli-ahli agama, moral, ekonomi, dan kesehatan. Masih menjadi pertanyaan,"Apakah benar, Allah menakdirkan bumi untuk
tempat hidup manusia tidak menyediakan makanan cukup buat manusia?" Ahli agama telah menjawab dengan tegas,"Tidak! Itu tidak benar! Allah yang menguasai seluruh langit dan bumi, menyediakan cukup bahan sandang dan bahan pangan untuk manusia yang lahir ke dunia." Kalau itu tidak mencukupi, manusialah yang belum tahu di mana rahasianya. Sebab itu manusia wajib berusaha terus mencari di mana letak persediaan itu. Dan itu akan ditunjukkan Allah asal manusia tetap berusaha sebagaimana kemajuan-kemajuan yang dicapai sekarang ini, dalam perkembangan abad demi abad adalah atas petunjuk Allah jua. Namun satu hal hendaklah dielakkan, yaitu mencegah perkembangan manusia itu sendiri dengan kebebasan dengan kekerasan.
Sebab itu maka orang yang beriman terpaku perhatiannya kepada ujung ayat ini,"Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui Mahakuasa."
Ayat 51
“Dan tidaklah terdapat bagi seorang manusia pun, bahwa Allah berkata-kata dengan dia, kecuali dengan wahyu atau dari belakang dinding, atau dikirim-Nya utusan lalu dia mewahyukan dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki"
Ayat ini menegaskan bahwa tidaklah ada manusia yang diajak bercakap-cakap oleh Allah dengan berhadapan muka, dengan Allah menyatakan diri kepada yang diajak-Nya bercakap itu. Yang ada hanya salah satu dari tiga cara. Pertama, wahyu itu sendiri datang langsung, di antaranya dengan mimpi yang benar, sebagai mimpi Nabi Ibrahim menyembelih putranya, Isma'il. Mimpi Nabi Yusuf dengan sebelas buah bintang, matahari dan bulan menyembah dia atau mimpi Nabi Muhammad ﷺ akan masuk ke Mekah dengan aman. Kedua, memang diajak bercakap-cakap tetapi dari belakang dinding. Nabi yang diajak bercakap dari belakang dinding itu ialah Nabi Musa a,s„ sehingga beliau disebut"Kalim Allah". Artinya, yang diajak bercakap oleh Allah, Yang ketiga ialah Nabi kita Muhammad ﷺ tatkala mi'raj. Namun kepada kedua beliau, Allah tidaklah menampakkan diri-Nya juga. Tatkala Allah telah mengajak Musa ber-cakap-cakap dari balik dinding, Musa memberanikan diri, lalu meAllahon hendak melihat Allah. (Lihat surah al-A'raaf ayat 153)
‘Ya Tuhanku! Tunjukkanlah diri-Mu kepadaku, supaya aku melihat Engkau."
Allah berfirman,"Engkau sekali-kali tidak dapat melihat Aku." Lalu Allah menyinarkan diri-Nya kepada gunung maka hancurlah gunung itu. Maka melihat keadaan yang dahsyat itu, Musa jatuh pingsan dan setelah sadar dari pingsannya, dia meAllahon ampun dan mengakuilah bahwa dialah orang yang pertama beriman.
Adapun Nabi kita Muhammad ﷺ diajak bercakap-cakap juga oleh Allah seketika Mi'raj sebagai Musa juga. Setelah pulang ke bumi, sahabat yang mulia, Abu Dzar, bertanya, adakah beliau melihat Allah? Beliau menjawab,
“Cahaya belaka! Bagaimana aku akan dapat melihat-Nya."
Kedua Rasul besar itulah yang diajak bercakap di belakang dinding tabir, atau tirai itu. Nabi kita Muhammad ﷺ melihat tabir dari cahaya, Nabi Musa pingsan melihat tajalli (pernyataan) kuasa Allah di gunung.
Adapun cara lain ialah dikirim-Nya utusan lalu utusan itu mewahyukan dengan izin-Nya, apa yang Dia kehendaki. Itulah cara turunnya wahyu yang biasa. Utusan yang dikirim membawa wahyu itu ialah Malaikat Jibril. Dan,
“Sesungguhnya Dia adalah Mahatinggi, Mahabijaksana."
Lantaran sifat-sifat-Nya al-Aly itu, maka hanya dua Rasul yang diperkenankan bercakap dengan Dia, itu pun di belakang tabir dan yang
seorang pingsan. Oleh sebab itu, kalau ada guru-guru ilmu kebatinan bertemu dengan Allah, yang akan percaya hanyalah orang-orang yang bodohnya lebih sedikit saja dari gurunya itu.
Ayat 52
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepada engkau satu iuh dari perintah Kami. Padahal tidaklah engkau tahu apa yang kitab dan tidak pula yang iman."
“Dan sesungguhnya engkau akan memimpin kepada jalan yang lurus."
Apakah jalan yang lurus itu?
Ayat 53
“(Yaitu) jalan Allah, yang kepunyaan-Nyalah apa yang di semua langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah! Kepada Allah jualah akan kembali segala urusan."
Selesai tafsir surah asy-Syuuraa.