Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِنۡ
maka jika
أَعۡرَضُواْ
mereka berpaling
فَمَآ
maka tidak
أَرۡسَلۡنَٰكَ
Kami mengutus kamu
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
حَفِيظًاۖ
penjaga
إِنۡ
tidaklah
عَلَيۡكَ
atasmu
إِلَّا
kecuali
ٱلۡبَلَٰغُۗ
penyampaian
وَإِنَّآ
dan sesungguhnya Kami
إِذَآ
apabila
أَذَقۡنَا
Kami merasakan
ٱلۡإِنسَٰنَ
manusia
مِنَّا
dari Kami
رَحۡمَةٗ
rahmat
فَرِحَ
dia gembira
بِهَاۖ
karenanya
وَإِن
dan jika
تُصِبۡهُمۡ
menimpa mereka
سَيِّئَةُۢ
kesusahan
بِمَا
dengan sebab
قَدَّمَتۡ
perbuatan
أَيۡدِيهِمۡ
tangan-tangan mereka
فَإِنَّ
maka sesungguhnya
ٱلۡإِنسَٰنَ
manusia
كَفُورٞ
sangat ingkar
فَإِنۡ
maka jika
أَعۡرَضُواْ
mereka berpaling
فَمَآ
maka tidak
أَرۡسَلۡنَٰكَ
Kami mengutus kamu
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
حَفِيظًاۖ
penjaga
إِنۡ
tidaklah
عَلَيۡكَ
atasmu
إِلَّا
kecuali
ٱلۡبَلَٰغُۗ
penyampaian
وَإِنَّآ
dan sesungguhnya Kami
إِذَآ
apabila
أَذَقۡنَا
Kami merasakan
ٱلۡإِنسَٰنَ
manusia
مِنَّا
dari Kami
رَحۡمَةٗ
rahmat
فَرِحَ
dia gembira
بِهَاۖ
karenanya
وَإِن
dan jika
تُصِبۡهُمۡ
menimpa mereka
سَيِّئَةُۢ
kesusahan
بِمَا
dengan sebab
قَدَّمَتۡ
perbuatan
أَيۡدِيهِمۡ
tangan-tangan mereka
فَإِنَّ
maka sesungguhnya
ٱلۡإِنسَٰنَ
manusia
كَفُورٞ
sangat ingkar
Terjemahan
Jika mereka berpaling, (ingatlah) Kami tidak mengutus engkau sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sedikit dari rahmat Kami, dia gembira karenanya. Akan tetapi, jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, (niscaya mereka ingkar). Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar (pada nikmat).
Tafsir
(Jika mereka berpaling) tidak mau mematuhi seruan-Nya itu (maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pemelihara bagi mereka) sebagai orang yang memelihara amal perbuatan mereka, umpamanya kamu menjadi orang yang memperturutkan apa yang dikehendaki oleh mereka. (Tidak lain) tiada lain (kewajibanmu hanyalah menyampaikan risalah) hal ini sebelum ada perintah untuk berjihad. (Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami) berupa nikmat seperti kekayaan atau kecukupan dan kesehatan (dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa) Dhamir yang kembali kepada lafal Al-Insaan memandang kepada segi maknanya atau jenisnya (kesusahan) malapetaka atau musibah (disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri) disebabkan yang mereka lakukan; dalam ayat ini diungkapkan kata 'tangan mereka sendiri' karena kebanyakan pekerjaan manusia itu dilakukan oleh tangannya (karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar) kepada nikmat yang telah diberikan kepadanya.
Tafsir Surat Asy-Syura: 47-48
Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu). Jika mereka berpaling, maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami, dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).
Setelah Allah menyebutkan apa yang akan terjadi di hari kiamat, yaitu berupa hal-hal yang mengerikan dan peristiwa-peristiwa yang besar lagi dahsyat, lalu Dia memperingatkan manusia akan tibanya hari kiamat itu dan memerintahkan kepada mereka untuk membuat bekal guna menyambutnya. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. (Asy-Syura: 47) Yakni apabila Allah memerintahkan terjadinya hari kiamat, maka ia terjadi dalam sekejap tanpa ada yang dapat menolak atau mencegah kejadiannya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu). (Asy-Syura: 47) Yakni tiada suatu benteng pun yang dapat melindungi kamu dari kejadian hari itu, dan tiada suatu tempat pun yang menutupi kalian dari kejadiannya. Kamu tidak dapat menghilangkan jejak dirimu hingga lenyap dari penglihatan Allah subhanahu wa ta’ala, bahkan Dia Maha Meliputi kalian melalui ilmu dan pandangan-Nya serta kekuasaan-Nya. Maka tiada tempat untuk berlindung bagimu dari azab-Nya kecuali hanya kepada-Nya.
pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari? Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 10-12) Adapun firman Allah ﷻ: Jika mereka berpaling. (Asy-Syura: 48) Artinya, jika orang-orang musyrik itu berpaling dari seruanmu. maka Kami tidak mengutusmu sebagai pengawas bagi mereka. (Asy-Syura: 48) Yakni kamu bukanlah orang yang ditugaskan untuk menguasai mereka. Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang mendapat petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). (Asy-Syura: 48) Yakni sesungguhnya .
Kami menugaskanmu hanyalah untuk menyampaikan risalah Kami kepada mereka. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami, dia bergembira ria karena rahmat itu. (Asy-Syura: 48) Apabila manusia itu mendapat kemakmuran dan nikmat, maka dia bergembira ria karenanya. Dan jika mereka ditimpa kesusahan. (Asy-Syura: 48) Yakni berupa musim kering, paceklik, musibah, dan kesengsaraan. (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat) (Asy-Syura: 48) Yaitu ingkar kepada nikmat dan kesenangan yang telah didapatkan sebelumnya, dan ia tidak mengenal kecuali hanya saat yang dijalaninya.
Maka jika ia beroleh nikmat, sikapnya menjadi angkuh dan sombong; dan jika tertimpa cobaan dan kemiskinan, maka ia berputus asa dari rahmat-Nya. sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Rasulullah ﷺ yang khitab-nya ditujukan kepada kaum wanita: Hai kaum wanita, bersedekahlah, karena sesungguhnya aku melihat kalian merupakan kebanyakan penduduk neraka. Maka ada seorang wanita bertanya, "Mengapa demikian, wahai Rasulullah?" Lalu Rasulullah ﷺ menjawab: Karena kamu banyak mengeluh dan ingkar kepada kebaikan suamimu. Seandainya engkau berbuat baik kepada sesorang dari mereka selama setahun, kemudian kamu tidak melakukannya sehari saja, niscaya ia mengatakan, "Aku belum pernah melihatmu melakukan suatu kebaikan pun.
Demikianlah keadaan kebanyakan kaum wanita, terkecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mendapat bimbingan dari-Nya ke jalan yang benar, sedangkan dia termasuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Seorang mukmin sebagaimana yang diungkapkan oleh sabda Rasulullah ﷺ memiliki sikap seperti berikut: Jika mendapat kesenangan, bersyukur; dan bersyukur itu lebih baik baginya. Dan jika tertimpa musibah, bersabar; dan bersabar itu lebih baik baginya. Dan ciri khas ini tidak didapati pada seorang pun kecuali hanya pada diri orang mukmin."
Jika mereka berpaling, yaitu tidak mau menerima seruanmu untuk beriman, maka ingatlah, wahai Nabi Muhammad, Kami tidak mengutus engkau sebagai pengawas bagi mereka dengan memaksa mereka untuk beriman dan tidak pula mengharuskan mereka menerima seruanmu sehingga mereka beriman. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan risalah dan seruan Tuhanmu kepada mereka. Dan sungguh, apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, yaitu hal-hal yang menyenangkan dari Kami, dia menyambutnya dengan gembira; tetapi jika sebaliknya mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, niscaya mereka ingkar. Sungguh, manusia itu salah satu sifatnya adalah sangat ingkar kepada nikmat. 49. Hanya milik Allah-lah kewenangan untuk penciptaan dan pengaturan kerajaan langit dan bumi dengan kekuasaan-Nya. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki sesuai dengan kehendak-Nya, walaupun yang di ciptakannya itu enggan menerimanya, memberikan anak-anak ber jenis kelamin perempuan saja, tanpa anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak-anak berjenis kelamin laki-laki saja, tanpa anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki. Demikianlah kekuasaan Allah kepada makhluk-Nya, tidak dapat mereka menolaknya.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa apabila Nabi Muhammad ﷺ telah menunaikan tugas menyampaikan risalah menyeru orang-orang musyrik kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus, tetapi mereka itu tidak menyambut baik dan tidak mau menerimanya bahkan mereka itu tetap menolak dan berpaling dari kebenaran, maka hendaklah Rasul membiarkan sikap mereka tanpa perlu gusar dan cemas. Hal ini dikarenakan Rasul tidak diberi tugas mengawasi dan meneliti amal perbuatan orang-orang musyrik itu, tetapi dia hanya diberi tugas menyampaikan apa yang diturunkan dan diperintahkan Allah kepadanya. Apabila Nabi Muhammad ﷺ telah melaksanakan kewajibannya, maka beliau sudah dianggap menunaikan misinya, sebagaimana firman Allah:
Maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, dan Kamilah yang memperhitungkan (amal mereka). (ar-Ra'd/13: 40)
Dan firman-Nya:
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, (al-Gasyiyah/88: 21-22)
Dan firman-Nya pula:
Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272)
Selanjutnya Allah menerangkan tabiat dan watak manusia yaitu apabila manusia itu diberi kekayaan, dikaruniai kesenangan hidup, kesejahteraan jasmani, perasaan aman sentosa, mereka senang dan gembira atas karunia tersebut, bahkan sering menimbulkan perasaan angkuh dan takabur. Tetapi sebaliknya apabila mereka ditimpa kemiskinan, penyakit, musibah yang bermacam-macam berupa banjir, kebakaran dan akibat dosa dan maksiat yang dikerjakannya, mereka mengingkari semua karunia yang telah diberikan Allah kepadanya, lupa akan karunia itu, malah mereka lupa mengerjakan kebaikan. Demikianlah sifat orang kafir dan tidak beriman kepada Allah. Berbeda dengan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah, mereka bersyukur, beriman dan beribadah semakin mantap. Apabila mereka tidak atau belum memperoleh karunia, mereka bersabar karena mereka percaya kepada ketentuan Allah; segala sesuatu dikembalikan kepada Allah, mereka menyesuaikan diri dengan firman Allah:
Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan. (al-Baqarah/2: 210).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 44
“Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya pelindung selain Dia."
Oleh sebab itu barang dijauhkan Allah kiranya kita daripada kesesatan. Sebab apabila sudah tersesat langkah, apa yang dikerjakan serba salah. Cahaya petunjuk tidak masuk lagi. Meraba-raba di dalam gelap maka timbullah zalim, aniaya. Baik kepada orang lain, terutama kepada diri sendiri. Bahkan kalau dikaji secara mendalam, tidak ada satu kezaliman melainkan kepada diri sendiri. Segala dosa yang kita perbuat, baik mengenai orang lain atau hanya mengenai diri sendiri, namun hakikatnya ialah zalim kepada diri sendiri. Setelah hari Kiamat,
“Dan engkau lihat orang-orang yang zalim itu tatkala mereka melihat adzab, akan berkata,'Adakah kiranya jalan buat kembali?'"
Kembali ke mana? Kembali ke dunia! Tentu jalan buat kembali ke sana tidak ada lagi, sebagaimana di waktu di dunia pun tidak ada jalan bagi seorang yang takut menghadapi maut buat kembali ke dalam perut ibunya.
Ayat 45
“Dan engkau lihat mereka dibawa kepadanya."
Yaitu ke neraka, lengkap dengan pasung rantainya."Dalam keadaan tunduk lantaran hina, sambil melihat dengan kerlingan yang tersembunyi." Karena waktu itulah baru mereka merasa bersalah. Digambarkanlah di ayat ini dengan menurut contoh yang ada dunia ini bagaimana sikap dan tingkah seseorang yang bersalah ketika keputusan hakim telah keluar dan dia telah diiringkan dengan tangan dirantai ke tempat menjalani hukuman; sedang waktu melakukan kejahatan dahulu dia tidak menyangka akan mendapat hukuman yang seberat itu, misalnya dibuang seumur hidup. Lihatlah dia berjalan menekur merasa hina dan namanya hilang buat selama-lamanya dari masyarakat. Niscaya lebihlah dari itu yang akan dihadapi si zalim dalam menghadapi siksa neraka.
“Dan berkata mereka yang beriman, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarga mereka di hari Kiamat. Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang zalim adalah dalam adzab yang kekal.'"
Marilah kita cukupkan benar-benar ayat ini. Dia mengandung inti sari betapa penting suburnya didikan iman dan agama, dalam rumah tangga. Betapa berat tanggung jawab seorang kepada keluarga keagamaan anak dan istri. Dan bagaimana besar pengaruh pribadi ayah atau suami dalam mengarahkan iman keturunan demi keturunan. Karena kalau tertempuh jalan zalim, anak dan istri mencontoh maka handam karam masuk neraka semuanya.
Ayat 46
“Dan tidaklah ada bagi mereka pelindung-pelindung yang akan menolong mereka selain Allah. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada bagi mereka satu jalan pun,"
Hanya di dunia ini kalau perkara di muka hakim kita bisa memakai pengacara karena pandangan atas duduknya perkara tidaklah sama. Jaksa sebagai penuntut umum menampak segi yang salah, tentang undang-undang yang dilanggar. Pesakitan mencari pintu-pintu jalan keluar karena pada titik dan koma undang-undang buatan manusia kadang-kadang ada juga kelemahan dan hukuman tidak dijatuhkan. Kalau bukti kesalahan tidak cukup.
Hakim mengeluarkan pertimbangannya, tuduhan jaksa yang memberatkan dan pembelaan pembela yang meringankan. Keputusan hakim adalah hasil ijtihadnya yang tidak mutlak benar. Kadang-kadang setelah keputusan keluar, jaksa naik banding karena merasa keputusan itu tidak tepat. Atau pembela yang naik banding.
Tetapi di hadapan mahkamah Allah tidak begitu. Sebab pesakitan sendirilah yang akan mengaku dia bersalah dengan tidak ada paksaan mengaku. Tangannya, kakinya, kulit dan seluruh anggotanya turut menjadi saksi. Catatan-catatan Malaikat Raqib dan Atid, terbentang dengan seterang-terangnya. Tak ada orang yang akan dijatuhi hukuman dengan aniaya. Tepat ujung ayat “Tidak ada lagi bagi mereka satu jalan pun ."
Ayat 47
Oleh sebab itu, wahai insan Sambutlah (seruan) Tuhanmu. Sebelum datang dari Allah hari yang tak dapat ditolak. Tidak ada bagi kamu di hari itu tempat perlindungan dan tidak ada bagi kamu pengingkarannya."
Sambutlah seruan-Nya. Sebab tempat berlindung daripada-Nya hanyalah kepada-Nya. Dia memanggil kamu, memanggil kita, supaya dalam menuju-Nya kita mendapat jalan yang selamat. Tak dapat tidak, perjalanan kita ini, baik kita patuh atau durhaka, adalah akan menemui-Nya jua. Janganlah hendaknya pertemuan kita kelak dengan Dia, sebagai pertemuan seorang hamba yang akan menerima hukuman.
Ayat 48
“Tetapi jika mereka beri paling maka tidaklah Kami utus engkau kepada mereka sebagai pengawal. ‘Tidak ada kewajiban engkau melainkan menyampaikan."
Teruskan saja tugasmu itu, tak usah engkau berkecil hati dan kecewa. Urusan mereka langsung dalam tilikan Allah.
“Dan sesungguhnya apabila Kami rasakan kepada manusia satu rahmat, giranglah mereka dengan dia. Dan jika Kami timpakan suatu kesusahan karena perbuatan tangan mereka sendiri maka sesungguhnya manusia melupakan budi."
Ujung ayat ini memberi ingat kepada kita satu sebab yang penting, mengapa orang melupakan Allah ataupun kufur kepada Allah. Yaitu ketika datang rahmat Allah atau ketika datang kesusahan. Kalau datang rahmat, girang gembira sehingga lupa kepada yang memberikan rahmat itu bahkan diperbudak oleh rahmat yang diberikan. Kemudian tiba-tiba datang kesusahan lalu mengomel kepada yang mendatangkan kesusahan. Dan tidak mau mengakui bahwa kesusahan itu datang karena sebab sendiri.
Ayat 49
“Bagi Allah milik semua langit dan bumi. Dijadikan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Diberi-Nya siapa yang Dia kehendaki anak-anak perempuan dan diberi-Nya siapa yang Dia kehendaki anak-anak laki-laki."
Ayat 50
“Atau dikembarkan-Nya anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan dan dijadikan-Nya siapa yang Dia kehendaki, mandul. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui Mahakuasa."
Selain dari memiliki kekuasaan di semua langit dan bumi, Allah pun mengatur juga perkembangan keturunan Adam di dalam mendiami dunia ini,yaitu mengatur kelahiran. Menentukan perempuan anak yang akan lahir atau laki-laki bahkan juga anak kembar, atau orang yang akan mandul. Manusia tidak dapat menolak. Sebab itu suka atau tidak suka, memilih atau menerima apa yang diberi, anak laki-laki atau anak kembar, ataupun anak perempuan. Yang berlangsung adalah apa yang ditentukan Allah. Ada orang yang telah bosan karena banyak anaknya lahir, tidak terbelanjai, katanya. Namun anak bertambah juga. Ada yang ingin anak laki-laki, yang lahir perempuan. Ada yang ingin anak perempuan (kecuali Arab jahiliyyah), tiba-tiba lahir anak laki-laki. Ada yang telah bertahun-tahun kawin, ingin dapat anak, telah berobat ke mana-mana, namun anak tidak juga dapat. Sebab semuanya itu Allah yang menentukan.
Manusia zaman modern, karena perkembangan ekonomi mengadakan Family Planning atau Keluarga Berencana. Menjadi persoalan besar, terutama di negara yang jumlah penduduk bertambah-tambah dengan cepat, seumpama di India, sedang persediaan makanan tidak mencukupi. Islam tidak mengadakan larangan manusia mencari segala ikhtiar untuk menyeimbangkan perkembangbiakan penduduk dengan persediaan makanan, asal saja tidak melanggar qudrat alam yang akan merugikan manusia itu sendiri. Misalnya telah ada pil yang kalau dimakan oleh suami istri sebelum bersetubuh, kandungannya tidak akan menjadi. Tetapi pil itu dipergunakan pula oleh orang-orang yang berzina!
Ada pula perempuan yang dioperasi atau dipotong peranakannya agar anaknya jangan bertambah juga. Tiba-tiba beberapa tahun kemudian, datang saja keinginan yang keras pada perempuan itu buat mendapat anak lagi. Ingin menggendongnya, ingin mendengar tangisnya. Namun keinginannya itu tidak dapat lagi terkabul, sebab peranakannya sudah rusak.
Sebab itu maka masalah membatasi kelahiran dan family planning sampai saat ini masih menjadi persoalanberatdalamduniaseluruhnya, di antara ahli-ahli agama, moral, ekonomi, dan kesehatan. Masih menjadi pertanyaan,"Apakah benar, Allah menakdirkan bumi untuk
tempat hidup manusia tidak menyediakan makanan cukup buat manusia?" Ahli agama telah menjawab dengan tegas,"Tidak! Itu tidak benar! Allah yang menguasai seluruh langit dan bumi, menyediakan cukup bahan sandang dan bahan pangan untuk manusia yang lahir ke dunia." Kalau itu tidak mencukupi, manusialah yang belum tahu di mana rahasianya. Sebab itu manusia wajib berusaha terus mencari di mana letak persediaan itu. Dan itu akan ditunjukkan Allah asal manusia tetap berusaha sebagaimana kemajuan-kemajuan yang dicapai sekarang ini, dalam perkembangan abad demi abad adalah atas petunjuk Allah jua. Namun satu hal hendaklah dielakkan, yaitu mencegah perkembangan manusia itu sendiri dengan kebebasan dengan kekerasan.
Sebab itu maka orang yang beriman terpaku perhatiannya kepada ujung ayat ini,"Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui Mahakuasa."
Ayat 51
“Dan tidaklah terdapat bagi seorang manusia pun, bahwa Allah berkata-kata dengan dia, kecuali dengan wahyu atau dari belakang dinding, atau dikirim-Nya utusan lalu dia mewahyukan dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki"
Ayat ini menegaskan bahwa tidaklah ada manusia yang diajak bercakap-cakap oleh Allah dengan berhadapan muka, dengan Allah menyatakan diri kepada yang diajak-Nya bercakap itu. Yang ada hanya salah satu dari tiga cara. Pertama, wahyu itu sendiri datang langsung, di antaranya dengan mimpi yang benar, sebagai mimpi Nabi Ibrahim menyembelih putranya, Isma'il. Mimpi Nabi Yusuf dengan sebelas buah bintang, matahari dan bulan menyembah dia atau mimpi Nabi Muhammad ﷺ akan masuk ke Mekah dengan aman. Kedua, memang diajak bercakap-cakap tetapi dari belakang dinding. Nabi yang diajak bercakap dari belakang dinding itu ialah Nabi Musa a,s„ sehingga beliau disebut"Kalim Allah". Artinya, yang diajak bercakap oleh Allah, Yang ketiga ialah Nabi kita Muhammad ﷺ tatkala mi'raj. Namun kepada kedua beliau, Allah tidaklah menampakkan diri-Nya juga. Tatkala Allah telah mengajak Musa ber-cakap-cakap dari balik dinding, Musa memberanikan diri, lalu meAllahon hendak melihat Allah. (Lihat surah al-A'raaf ayat 153)
‘Ya Tuhanku! Tunjukkanlah diri-Mu kepadaku, supaya aku melihat Engkau."
Allah berfirman,"Engkau sekali-kali tidak dapat melihat Aku." Lalu Allah menyinarkan diri-Nya kepada gunung maka hancurlah gunung itu. Maka melihat keadaan yang dahsyat itu, Musa jatuh pingsan dan setelah sadar dari pingsannya, dia meAllahon ampun dan mengakuilah bahwa dialah orang yang pertama beriman.
Adapun Nabi kita Muhammad ﷺ diajak bercakap-cakap juga oleh Allah seketika Mi'raj sebagai Musa juga. Setelah pulang ke bumi, sahabat yang mulia, Abu Dzar, bertanya, adakah beliau melihat Allah? Beliau menjawab,
“Cahaya belaka! Bagaimana aku akan dapat melihat-Nya."
Kedua Rasul besar itulah yang diajak bercakap di belakang dinding tabir, atau tirai itu. Nabi kita Muhammad ﷺ melihat tabir dari cahaya, Nabi Musa pingsan melihat tajalli (pernyataan) kuasa Allah di gunung.
Adapun cara lain ialah dikirim-Nya utusan lalu utusan itu mewahyukan dengan izin-Nya, apa yang Dia kehendaki. Itulah cara turunnya wahyu yang biasa. Utusan yang dikirim membawa wahyu itu ialah Malaikat Jibril. Dan,
“Sesungguhnya Dia adalah Mahatinggi, Mahabijaksana."
Lantaran sifat-sifat-Nya al-Aly itu, maka hanya dua Rasul yang diperkenankan bercakap dengan Dia, itu pun di belakang tabir dan yang
seorang pingsan. Oleh sebab itu, kalau ada guru-guru ilmu kebatinan bertemu dengan Allah, yang akan percaya hanyalah orang-orang yang bodohnya lebih sedikit saja dari gurunya itu.
Ayat 52
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepada engkau satu iuh dari perintah Kami. Padahal tidaklah engkau tahu apa yang kitab dan tidak pula yang iman."
“Dan sesungguhnya engkau akan memimpin kepada jalan yang lurus."
Apakah jalan yang lurus itu?
Ayat 53
“(Yaitu) jalan Allah, yang kepunyaan-Nyalah apa yang di semua langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah! Kepada Allah jualah akan kembali segala urusan."
Selesai tafsir surah asy-Syuuraa.