Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَن
dan barang siapa
يُضۡلِلِ
menyesatkan
ٱللَّهُ
Allah
فَمَا
maka tidak ada
لَهُۥ
baginya
مِن
dari
وَلِيّٖ
seorang pelindung
مِّنۢ
dari
بَعۡدِهِۦۗ
sesudah itu
وَتَرَى
dan kamu akan melihat
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
لَمَّا
ketika
رَأَوُاْ
mereka melihat
ٱلۡعَذَابَ
azab
يَقُولُونَ
mereka berkata
هَلۡ
apakah
إِلَىٰ
untuk
مَرَدّٖ
kembali
مِّن
dari
سَبِيلٖ
jalan
وَمَن
dan barang siapa
يُضۡلِلِ
menyesatkan
ٱللَّهُ
Allah
فَمَا
maka tidak ada
لَهُۥ
baginya
مِن
dari
وَلِيّٖ
seorang pelindung
مِّنۢ
dari
بَعۡدِهِۦۗ
sesudah itu
وَتَرَى
dan kamu akan melihat
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
لَمَّا
ketika
رَأَوُاْ
mereka melihat
ٱلۡعَذَابَ
azab
يَقُولُونَ
mereka berkata
هَلۡ
apakah
إِلَىٰ
untuk
مَرَدّٖ
kembali
مِّن
dari
سَبِيلٖ
jalan
Terjemahan
Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah (karena kecenderungan dan pilihannya sendiri), tidak ada baginya pelindung setelah itu. Kamu akan melihat orang-orang zalim, ketika mereka melihat azab, berkata, “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?”
Tafsir
(Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpin pun sesudah itu) artinya tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya sesudah ia disesatkan oleh Allah (Dan kamu akan melihat orang-orang yang lalim ketika mereka melihat azab berkata, "Adakah kiranya jalan untuk kembali) ke dunia bagi kami.".
Tafsir Surat Asy-Syura: 44-46
Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada baginya seorang pemimpin pun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata, "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)? Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat.
Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidaklah ada baginya sesuatu jalan pun (untuk mendapat petunjuk). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menceritakan tentang sifat-Nya Yang Mahamulia, bahwa apa yang Dia kehendaki pasti ada, tiada seorang pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya; apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak ada, dan tiada seorang pun yang dapat mengadakannya. Dan bahwa barang siapa yang telah diberi petunjuk oleh-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya.
Barang siapa yang telah disesatkan oleh-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Al-Kahfi: 17) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan keadaan orang-orang yang zalim, yaitu mereka yang mempersekutukan Allah. ketika mereka melihat azab. (Asy-Syura: 44) Yakni di hari kiamat. Maka mereka berangan-angan untuk dapat kembali ke dunia. mereka berkata, "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)? (Asy-Syura: 44) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 27-28) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina. (Asy-Syura: 45) Hal itu terjadi karena perbuatan yang telah mereka kerjakan dahulu semasa di dunia, yaitu perbuatan-perbuatan durhaka terhadap Allah subhanahu wa ta’ala mereka melihat dengan pandangan yang lesu. (Asy-Syura: 45) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah pandangan yang hina, yakni mereka melihat neraka dengan pandangan yang sekilas karena takut kepadanya.
Tetapi apa yang selalu mereka takuti pasti terjadi menimpa mereka. Hal itulah yang sangat ditakuti oleh diri mereka; semoga Allah melindungi kita dari siksa neraka. Dan orang-orang yang beriman berkata. (Asy-Syura: 45) Yakni mereka berkata di hari kiamat. Sesungguhnya orang-orang yang merugi. (Asy-Syura: 45) Maksudnya, mengalami kerugian yang paling besar. ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat. (Asy-Syura: 45) Mereka dibawa ke neraka dan lenyaplah kesenangan mereka di alam keabadian, dan mereka mengalami kerugian yang amat besar.
Mereka dipisahkan dari kekasih-kekasih mereka, teman-teman mereka, dan keluarga serta kaum kerabat mereka, sehingga mereka benar-benar merasa kehilangan keluarga dan teman-teman mereka. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal. (Asy-Syura: 45) Yakni azab yang abadi dan selama-lamanya, tiada jalan keluar bagi mereka dari neraka dan tiada jalan bagi mereka untuk menghindari siksa neraka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. (Asy-Syura: 46) Yaitu yang dapat menyelamatkan mereka dari azab dan siksaan yang sedang mereka alami. Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidaklah ada baginya sesuatu jalan pun (untuk mendapat petunjuk). (Asy-Syura: 46) Maksudnya, tiada jalan selamat baginya."
Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah akibat kecenderungan dan keinginan hatinya untuk sesat, maka tidak ada baginya pelindung yang dapat melindunginya dari kesesatan itu sesudahnya, sesudah Allah memperlakukannya dengan perlakuan itu. Kamu, wahai Nabi Muhammad dan orang-orang beriman, akan melihat orang-orang zalim ketika mereka melihat azab yang akan di terimanya di akhirat kelak berkata, 'Adakah kiranya jalan yang dapat mengantarkan kami untuk kembali ke alam dunia''45. Dan kamu dan siapa pun yang hadir di tempat itu akan melihat mereka, orang-orang yang zalim, sedang di hadapkan ke neraka sebagai tempat penyiksaan yang abadi bagi mereka dalam keadaan tertunduk karena merasa hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu karena merasa sebentar lagi akan menerima siksaan api neraka. Dan orang-orang yang beriman berkata, 'Sesungguhnya orang-orang yang rugi karena tidak beriman dan beramal saleh sewaktu di dunia ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat. ' Ingatlah, sesungguhnya orang-orang zalim itu berada dalam azab yang kekal di dalam neraka.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa apa yang dikehendaki-Nya pasti menjadi kenyataan dan tak seorang pun yang dapat menghalangi-Nya; sebaliknya apa yang tidak dikehendaki-Nya, tidak akan terjadi. Barang siapa yang telah diberi petunjuk oleh Allah tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang telah dibiarkan sesat oleh Allah, karena selalu berbuat kejahatan tidak akan ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk ke jalan yang benar, yang akan membantunya dia mencapai kebahagiaan dan keberuntungan. Firman Allah:
Dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (al-Kahf/18: 17)
Orang-orang kafir di akhirat nanti ketika melihat dan menyaksikan azab di depan matanya, berangan-angan bisa kembali lagi ke dunia untuk berbuat baik dan beriman. Mereka berkata, "Apakah masih ada jalan bagi kami untuk kembali ke dunia?" Andaikata mereka itu dapat kembali lagi ke dunia, mereka tidak juga akan beriman dan berbuat baik, mereka akan tetap saja melanggar larangan-larangan Allah. Hal ini digambarkan pula oleh Allah dalam ayat yang lain dengan firman-Nya:
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, "Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman."Tetapi (sebenarnya) bagi mereka telah nyata kejahatan yang mereka sembunyikan dahulu. Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulang kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya. Mereka itu sungguh pendusta. (al-An'am/6: 27-28).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 44
“Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya pelindung selain Dia."
Oleh sebab itu barang dijauhkan Allah kiranya kita daripada kesesatan. Sebab apabila sudah tersesat langkah, apa yang dikerjakan serba salah. Cahaya petunjuk tidak masuk lagi. Meraba-raba di dalam gelap maka timbullah zalim, aniaya. Baik kepada orang lain, terutama kepada diri sendiri. Bahkan kalau dikaji secara mendalam, tidak ada satu kezaliman melainkan kepada diri sendiri. Segala dosa yang kita perbuat, baik mengenai orang lain atau hanya mengenai diri sendiri, namun hakikatnya ialah zalim kepada diri sendiri. Setelah hari Kiamat,
“Dan engkau lihat orang-orang yang zalim itu tatkala mereka melihat adzab, akan berkata,'Adakah kiranya jalan buat kembali?'"
Kembali ke mana? Kembali ke dunia! Tentu jalan buat kembali ke sana tidak ada lagi, sebagaimana di waktu di dunia pun tidak ada jalan bagi seorang yang takut menghadapi maut buat kembali ke dalam perut ibunya.
Ayat 45
“Dan engkau lihat mereka dibawa kepadanya."
Yaitu ke neraka, lengkap dengan pasung rantainya."Dalam keadaan tunduk lantaran hina, sambil melihat dengan kerlingan yang tersembunyi." Karena waktu itulah baru mereka merasa bersalah. Digambarkanlah di ayat ini dengan menurut contoh yang ada dunia ini bagaimana sikap dan tingkah seseorang yang bersalah ketika keputusan hakim telah keluar dan dia telah diiringkan dengan tangan dirantai ke tempat menjalani hukuman; sedang waktu melakukan kejahatan dahulu dia tidak menyangka akan mendapat hukuman yang seberat itu, misalnya dibuang seumur hidup. Lihatlah dia berjalan menekur merasa hina dan namanya hilang buat selama-lamanya dari masyarakat. Niscaya lebihlah dari itu yang akan dihadapi si zalim dalam menghadapi siksa neraka.
“Dan berkata mereka yang beriman, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarga mereka di hari Kiamat. Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang zalim adalah dalam adzab yang kekal.'"
Marilah kita cukupkan benar-benar ayat ini. Dia mengandung inti sari betapa penting suburnya didikan iman dan agama, dalam rumah tangga. Betapa berat tanggung jawab seorang kepada keluarga keagamaan anak dan istri. Dan bagaimana besar pengaruh pribadi ayah atau suami dalam mengarahkan iman keturunan demi keturunan. Karena kalau tertempuh jalan zalim, anak dan istri mencontoh maka handam karam masuk neraka semuanya.
Ayat 46
“Dan tidaklah ada bagi mereka pelindung-pelindung yang akan menolong mereka selain Allah. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada bagi mereka satu jalan pun,"
Hanya di dunia ini kalau perkara di muka hakim kita bisa memakai pengacara karena pandangan atas duduknya perkara tidaklah sama. Jaksa sebagai penuntut umum menampak segi yang salah, tentang undang-undang yang dilanggar. Pesakitan mencari pintu-pintu jalan keluar karena pada titik dan koma undang-undang buatan manusia kadang-kadang ada juga kelemahan dan hukuman tidak dijatuhkan. Kalau bukti kesalahan tidak cukup.
Hakim mengeluarkan pertimbangannya, tuduhan jaksa yang memberatkan dan pembelaan pembela yang meringankan. Keputusan hakim adalah hasil ijtihadnya yang tidak mutlak benar. Kadang-kadang setelah keputusan keluar, jaksa naik banding karena merasa keputusan itu tidak tepat. Atau pembela yang naik banding.
Tetapi di hadapan mahkamah Allah tidak begitu. Sebab pesakitan sendirilah yang akan mengaku dia bersalah dengan tidak ada paksaan mengaku. Tangannya, kakinya, kulit dan seluruh anggotanya turut menjadi saksi. Catatan-catatan Malaikat Raqib dan Atid, terbentang dengan seterang-terangnya. Tak ada orang yang akan dijatuhi hukuman dengan aniaya. Tepat ujung ayat “Tidak ada lagi bagi mereka satu jalan pun ."
Ayat 47
Oleh sebab itu, wahai insan Sambutlah (seruan) Tuhanmu. Sebelum datang dari Allah hari yang tak dapat ditolak. Tidak ada bagi kamu di hari itu tempat perlindungan dan tidak ada bagi kamu pengingkarannya."
Sambutlah seruan-Nya. Sebab tempat berlindung daripada-Nya hanyalah kepada-Nya. Dia memanggil kamu, memanggil kita, supaya dalam menuju-Nya kita mendapat jalan yang selamat. Tak dapat tidak, perjalanan kita ini, baik kita patuh atau durhaka, adalah akan menemui-Nya jua. Janganlah hendaknya pertemuan kita kelak dengan Dia, sebagai pertemuan seorang hamba yang akan menerima hukuman.
Ayat 48
“Tetapi jika mereka beri paling maka tidaklah Kami utus engkau kepada mereka sebagai pengawal. ‘Tidak ada kewajiban engkau melainkan menyampaikan."
Teruskan saja tugasmu itu, tak usah engkau berkecil hati dan kecewa. Urusan mereka langsung dalam tilikan Allah.
“Dan sesungguhnya apabila Kami rasakan kepada manusia satu rahmat, giranglah mereka dengan dia. Dan jika Kami timpakan suatu kesusahan karena perbuatan tangan mereka sendiri maka sesungguhnya manusia melupakan budi."
Ujung ayat ini memberi ingat kepada kita satu sebab yang penting, mengapa orang melupakan Allah ataupun kufur kepada Allah. Yaitu ketika datang rahmat Allah atau ketika datang kesusahan. Kalau datang rahmat, girang gembira sehingga lupa kepada yang memberikan rahmat itu bahkan diperbudak oleh rahmat yang diberikan. Kemudian tiba-tiba datang kesusahan lalu mengomel kepada yang mendatangkan kesusahan. Dan tidak mau mengakui bahwa kesusahan itu datang karena sebab sendiri.
Ayat 49
“Bagi Allah milik semua langit dan bumi. Dijadikan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Diberi-Nya siapa yang Dia kehendaki anak-anak perempuan dan diberi-Nya siapa yang Dia kehendaki anak-anak laki-laki."
Ayat 50
“Atau dikembarkan-Nya anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan dan dijadikan-Nya siapa yang Dia kehendaki, mandul. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui Mahakuasa."
Selain dari memiliki kekuasaan di semua langit dan bumi, Allah pun mengatur juga perkembangan keturunan Adam di dalam mendiami dunia ini,yaitu mengatur kelahiran. Menentukan perempuan anak yang akan lahir atau laki-laki bahkan juga anak kembar, atau orang yang akan mandul. Manusia tidak dapat menolak. Sebab itu suka atau tidak suka, memilih atau menerima apa yang diberi, anak laki-laki atau anak kembar, ataupun anak perempuan. Yang berlangsung adalah apa yang ditentukan Allah. Ada orang yang telah bosan karena banyak anaknya lahir, tidak terbelanjai, katanya. Namun anak bertambah juga. Ada yang ingin anak laki-laki, yang lahir perempuan. Ada yang ingin anak perempuan (kecuali Arab jahiliyyah), tiba-tiba lahir anak laki-laki. Ada yang telah bertahun-tahun kawin, ingin dapat anak, telah berobat ke mana-mana, namun anak tidak juga dapat. Sebab semuanya itu Allah yang menentukan.
Manusia zaman modern, karena perkembangan ekonomi mengadakan Family Planning atau Keluarga Berencana. Menjadi persoalan besar, terutama di negara yang jumlah penduduk bertambah-tambah dengan cepat, seumpama di India, sedang persediaan makanan tidak mencukupi. Islam tidak mengadakan larangan manusia mencari segala ikhtiar untuk menyeimbangkan perkembangbiakan penduduk dengan persediaan makanan, asal saja tidak melanggar qudrat alam yang akan merugikan manusia itu sendiri. Misalnya telah ada pil yang kalau dimakan oleh suami istri sebelum bersetubuh, kandungannya tidak akan menjadi. Tetapi pil itu dipergunakan pula oleh orang-orang yang berzina!
Ada pula perempuan yang dioperasi atau dipotong peranakannya agar anaknya jangan bertambah juga. Tiba-tiba beberapa tahun kemudian, datang saja keinginan yang keras pada perempuan itu buat mendapat anak lagi. Ingin menggendongnya, ingin mendengar tangisnya. Namun keinginannya itu tidak dapat lagi terkabul, sebab peranakannya sudah rusak.
Sebab itu maka masalah membatasi kelahiran dan family planning sampai saat ini masih menjadi persoalanberatdalamduniaseluruhnya, di antara ahli-ahli agama, moral, ekonomi, dan kesehatan. Masih menjadi pertanyaan,"Apakah benar, Allah menakdirkan bumi untuk
tempat hidup manusia tidak menyediakan makanan cukup buat manusia?" Ahli agama telah menjawab dengan tegas,"Tidak! Itu tidak benar! Allah yang menguasai seluruh langit dan bumi, menyediakan cukup bahan sandang dan bahan pangan untuk manusia yang lahir ke dunia." Kalau itu tidak mencukupi, manusialah yang belum tahu di mana rahasianya. Sebab itu manusia wajib berusaha terus mencari di mana letak persediaan itu. Dan itu akan ditunjukkan Allah asal manusia tetap berusaha sebagaimana kemajuan-kemajuan yang dicapai sekarang ini, dalam perkembangan abad demi abad adalah atas petunjuk Allah jua. Namun satu hal hendaklah dielakkan, yaitu mencegah perkembangan manusia itu sendiri dengan kebebasan dengan kekerasan.
Sebab itu maka orang yang beriman terpaku perhatiannya kepada ujung ayat ini,"Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui Mahakuasa."
Ayat 51
“Dan tidaklah terdapat bagi seorang manusia pun, bahwa Allah berkata-kata dengan dia, kecuali dengan wahyu atau dari belakang dinding, atau dikirim-Nya utusan lalu dia mewahyukan dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki"
Ayat ini menegaskan bahwa tidaklah ada manusia yang diajak bercakap-cakap oleh Allah dengan berhadapan muka, dengan Allah menyatakan diri kepada yang diajak-Nya bercakap itu. Yang ada hanya salah satu dari tiga cara. Pertama, wahyu itu sendiri datang langsung, di antaranya dengan mimpi yang benar, sebagai mimpi Nabi Ibrahim menyembelih putranya, Isma'il. Mimpi Nabi Yusuf dengan sebelas buah bintang, matahari dan bulan menyembah dia atau mimpi Nabi Muhammad ﷺ akan masuk ke Mekah dengan aman. Kedua, memang diajak bercakap-cakap tetapi dari belakang dinding. Nabi yang diajak bercakap dari belakang dinding itu ialah Nabi Musa a,s„ sehingga beliau disebut"Kalim Allah". Artinya, yang diajak bercakap oleh Allah, Yang ketiga ialah Nabi kita Muhammad ﷺ tatkala mi'raj. Namun kepada kedua beliau, Allah tidaklah menampakkan diri-Nya juga. Tatkala Allah telah mengajak Musa ber-cakap-cakap dari balik dinding, Musa memberanikan diri, lalu meAllahon hendak melihat Allah. (Lihat surah al-A'raaf ayat 153)
‘Ya Tuhanku! Tunjukkanlah diri-Mu kepadaku, supaya aku melihat Engkau."
Allah berfirman,"Engkau sekali-kali tidak dapat melihat Aku." Lalu Allah menyinarkan diri-Nya kepada gunung maka hancurlah gunung itu. Maka melihat keadaan yang dahsyat itu, Musa jatuh pingsan dan setelah sadar dari pingsannya, dia meAllahon ampun dan mengakuilah bahwa dialah orang yang pertama beriman.
Adapun Nabi kita Muhammad ﷺ diajak bercakap-cakap juga oleh Allah seketika Mi'raj sebagai Musa juga. Setelah pulang ke bumi, sahabat yang mulia, Abu Dzar, bertanya, adakah beliau melihat Allah? Beliau menjawab,
“Cahaya belaka! Bagaimana aku akan dapat melihat-Nya."
Kedua Rasul besar itulah yang diajak bercakap di belakang dinding tabir, atau tirai itu. Nabi kita Muhammad ﷺ melihat tabir dari cahaya, Nabi Musa pingsan melihat tajalli (pernyataan) kuasa Allah di gunung.
Adapun cara lain ialah dikirim-Nya utusan lalu utusan itu mewahyukan dengan izin-Nya, apa yang Dia kehendaki. Itulah cara turunnya wahyu yang biasa. Utusan yang dikirim membawa wahyu itu ialah Malaikat Jibril. Dan,
“Sesungguhnya Dia adalah Mahatinggi, Mahabijaksana."
Lantaran sifat-sifat-Nya al-Aly itu, maka hanya dua Rasul yang diperkenankan bercakap dengan Dia, itu pun di belakang tabir dan yang
seorang pingsan. Oleh sebab itu, kalau ada guru-guru ilmu kebatinan bertemu dengan Allah, yang akan percaya hanyalah orang-orang yang bodohnya lebih sedikit saja dari gurunya itu.
Ayat 52
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepada engkau satu iuh dari perintah Kami. Padahal tidaklah engkau tahu apa yang kitab dan tidak pula yang iman."
“Dan sesungguhnya engkau akan memimpin kepada jalan yang lurus."
Apakah jalan yang lurus itu?
Ayat 53
“(Yaitu) jalan Allah, yang kepunyaan-Nyalah apa yang di semua langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah! Kepada Allah jualah akan kembali segala urusan."
Selesai tafsir surah asy-Syuuraa.