Ayat
Terjemahan Per Kata
عٓسٓقٓ
'Ain Siin Qaaf
عٓسٓقٓ
'Ain Siin Qaaf
Terjemahan
‘Aīn Sīn Qāf.
Tafsir
('Ain Siin Qaaf) kedua ayat ini hanya Allahlah yang mengetahui arti dan maksudnya.
Tafsir Surat Asy-Syura: 1-6
Haa Mim, 'Ain Sin Qaf. Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sebelum kamu. Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi.
Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka. (Asy-Syura: 1-6)
Dalam pembahasan terdahulu telah diterangkan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an. Tetapi di sini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah atsar yang gharib, aneh, lagi irasional. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab bin Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah Abdul Quddus ibnul Hajjaj, dari Artah ibnul Munzir yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Ibnu Abbas yang pada saat itu Ibnu Abbas sedang berhadapan dengan Huzaifah ibnul Yaman, lalu lelaki itu menanyakan kepadanya tentang tafsir firman-Nya: Ha Mim 'Ain Sin Qaf. (Asy-Syura: 1-2) Ibnu Abbas menundukkan kepalanya, lalu berpaling dari lelaki itu.
Lelaki itu mengulangi pertanyaannya, tetapi Ibnu Abbas memalingkan muka tidak menjawabnya barang sepatah kata pun, kelihatannya dia tidak senang dengan pertanyaan itu. Kemudian si lelaki itu mengulangi pertanyaannya untuk yang ketiga kalinya, tetapi Ibnu Abbas tidak menjawab sepatah kata pun. Akhirnya Huzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata kepada lelaki itu, bahwa dialah yang akan menjawab pertanyaan itu. Huzaifah radhiyallahu ‘anhu mengatakan,"Engkau tahu mengapa Ibnu Abbas tidak suka menafsirkannya? Sebenarnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki dari kalangan ahli baitnya. Lelaki itu dikenal dengan nama Abdullah, dia bertempat tinggal di salah satu tepi sungai di belahan bumi timur. Dia membangun dua buah kota padanya yang di antara keduanya terbelah oleh sebuah sungai. Apabila Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan lenyapnya kerajaan mereka dan runtuhnya negeri mereka serta masa keemasannya telah punah, maka di suatu malam Allah mengirimkan api kepada salah satu dari kedua kota itu. Kemudian pada pagi harinya kota itu menjadi hangus lagi gelap, semuanya telah terbakar, seakan-akan belum pernah ada sebuah kota padanya. Kejadian itu membuat para penghuninya merasa heran, mengapa kota mereka bisa hancur seperti itu.
Dan begitu matahari memancarkan sinar terangnya di hari yang sama, tiba-tiba berkumpullah padanya semua orang yang angkara murka lagi pengingkar dari kalangan mereka, lalu Allah membenamkan kota itu bersama mereka semuanya. Yang demikian itulah makna yang dimaksud dari firman-Nya, Ha Mim 'Ain Sin Qaf, yakni suatu ketetapan dari Allah dan cobaan serta keputusan dari Ha Mim. 'Ain artinya keadilan dari Allah, Sin artinya bakal terjadi, sedangkan Qaf artinya menjadi kenyataan yang akan menimpa kedua kota tersebut."
Riwayat yang lebih ganjil lagi diriwayatkan oleh Al-Hafizh Abu Ya'la Al-Maushili di dalam juz kedua dalam kitab Musnad Ibnu Abbas-nya, dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan kisah tersebut. Tetapi sanadnya lemah sekali dan munqathi’ (terputus). Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Talib Abdul Jabbar bin Asim, telah menceritakan kepada kami Abu Abdulah Al Hasan bin Yahya Al-Khusyani Ad-Dimasyqi, dari Abu Mu'awiyah yang mengatakan bahwa Khalifah Umar ibnul Khattab radhiyallahu ‘anhu di suatu hari menaiki mimbar, lalu ia mengatakan, "Hai manusia, apakah ada seseorang di antara kamu yang pernah mendengar Rasulullah ﷺ menafsirkan firman-Nya, Ha Mim, 'Ain Sin Qaf?" Maka Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berdiri, lalu berkata, "Saya." Ibnu Abbas mengatakan, "Ha Mim adalah salah satu dari asma-asma Allah subhanahu wa ta’ala"
Umar bertanya, "Kalau 'Ain-nya?" Ibnu Abbas menjawab, "Orang-orang yang berpaling dari (Al-Qur'an) menyaksikan azab yang terjadi dalam Perang Badar."
Umar bertanya, "Kalau Sin-nya?" Ibnu Abbas menjawab, "Kelak orang-orang yang aniaya akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali." Umar bertanya, "Kalau Qaf-nya?" Ibnu Abbas diam, tidak menjawab.
Maka berdirilah Abu Dzar, lalu menafsirkan seperti tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas, dan selanjutnya ia mengatakan bahwa Qaf artinya peristiwa dahsyat dari langit yang menimpa semua manusia (hari kiamat).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, mewahyukan kepada kamu dan orang-orang yang sebelum kamu. (Asy-Syura: 3) Yakni sebagaimana Allah telah menurunkan kepadamu Al-Qur'an ini, Dia pun telah menurunkan kitab-kitab dan suhuf-suhuf kepada para nabi sebelum kamu.
Allah Yang Mahaperkasa. (Asy-Syura: 3) dalam pembalasan-Nya.
Lagi Mahabijaksana. (Asy-Syura: 3) dalam semua perkataan dan perbuatan-Nya.
Imam Malik rahimahullah telah meriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dan Siti Aisyah radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan bahwa Al-Haris bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, seperti apakah wahyu datang kepadamu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Adakalanya wahyu datang kepadaku seperti suara gemerencingnya lonceng, dan wahyu ini merupakan yang paling berat bagiku. Dan bila telah selesai dariku, maka aku telah hafal tentang semua yang disampaikan olehnya (Jibril a.s.). Dan adakalanya malaikat itu datang kepadaku berupa seorang laki-laki, lalu ia berbicara denganku dan aku hafal semua yang disampaikannya.
Siti Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, "Sungguh aku pernah melihat beliau saat wahyu diturunkan kepadanya di hari yang sangat dingin. Dan manakala wahyu telah selesai darinya, maka sesungguhnya kening beliau benar-benar mengucurkan keringat."
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing, sedangkan lafaznya adalah menurut apa yang ada di dalam kitab Imam Bukhari.
Imam Ath-Thabarani telah meriwayatkan hadis ini dari Abdullah putra Imam Ahmad, dari ayahnya, dari Amir bin Saleh, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu, dari Al-Haris bin Hisyam, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Seperti apakah bila wahyu diturunkan kepadamu?" Maka Rasulullah ﷺ menjawab: “Seperti bunyi gemerencingnya lonceng, dan setelah selesai aku hafal semua apa yang disampaikannya. Wahyu ini paling berat terasa olehku. Dan adakalanya malaikat datang kepadaku, lalu menjelma di hadapanku dan berbicara denganku, maka aku hafal semua yang disampaikannya.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Yazid bin Abu Habib, dari Amr ibnul Walid, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, apakah yang engkau rasakan saat wahyu diturunkan?" Rasulullah ﷺ menjawab: Aku mendengar bunyi gemerencingnya lonceng, kemudian saat itu aku diam, dan tiada suatu wahyu pun yang diturunkan kepadaku melainkan aku merasakan seakan-akan nyawaku dicabut (karena beratnya wahyu).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (menyendiri dari kitab hadits lainnya). Dan kami telah menyebutkan bagaimana caranya wahyu diturunkan kepada Rasulullah ﷺ dalam permulaan syarah kitab Imam Bukhari, sehingga tidak perlu diulangi lagi di sini.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Asy-Syura: 4) Yakni semuanya adalah hamba-hamba-Nya dan milik-Nya serta berada di bawah kekuasaan dan pengaturan-Nya.
[[… Dan Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar.]] (Asy-Syura: 4) semakna dengan firman-Nya: Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd: 9) Dan firman-Nya: dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23) Ayat-ayat yang semakna dengan ayat di atas di dalam Al-Qur'an cukup banyak.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya.]] (Asy-Syura: 5) Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Suddi, dan Ka'ab Al-Ahbar mengatakan bahwa langit hampir pecah karena takut kepada kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala
[[… Dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi.]] (Asy-Syura: 5) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: (malaikat-malaikat) yang memikul 'Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu. (Al-Mumin: 7)
Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.]] (Asy-Syura: 5) ini merupakan pemberitahuan tentang sifat Allah dan isyarat yang menunjukkan akan hal tersebut.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: [[Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah.]] (Asy-Syura: 6) Yaitu kaum musyrik.
[[… Allah mengetahui (perbuatan) mereka.]] (Asy-Syura: 6) Allah Maha Menyaksikan semua amal perbuatan mereka, Dia mencatatnya dan menyimpannya dengan rapi, dan kelak mereka akan mendapat balasannya dengan pembalasan yang setimpal.
[[… dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.]] (Asy-Syura: 6) Yakni sesungguhnya tugasmu hanyalah pemberi peringatan kepada manusia, dan Allah-lah yang mengawasi segala sesuatunya."
Hanya Allah pula yang lebih tahu tentang makna 'A'n S'n Q'f3. Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa dalam menyampaikan kehendak-Nya, dan Mahabijaksana dalam keputusan-Nya, mewahyukan pesan-pesan-Nya kepadamu, wahai Nabi Muhammad, dan kepada orang-orang, yakni para rasul, yang diutus sebelummu.
Kedua ayat ini terdiri dari huruf-huruf hijaiah, sebagaimana terdapat pada permulaan beberapa surah Al-Qur'an. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud huruf-huruf itu. Selanjutnya dipersilakan menelaah masalah ini pada "Al-Qur'an dan Tafsirnya" jilid I yaitu tafsir ayat pertama Surah al-Baqarah.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH ASY-SYUURAA
(MUSYAWARAH)
SURAH KE-42
53 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih
Ayat 1
"Haa Miim."
Ayat 2
"‘Ain-Siin-Qaaf,"
Kita pulangkan saja tentang rahasia-rahasia arti dan maksudnya kepada Allah yang mewahyukan dan Rasul yang menerima wahyu.
Ayat 3
“Demikianlah."
Adanya Al-Qur'an ini “Mewahyukan kepada engkau dan kepada mereka (rasul-rasul dan nabi-nabi) yang sebelum engkau." Dengan kitab mereka masing-masing pula."Allah Yang Mahagagah." Karena segala kehendak-Nya pasti berlaku.
“Mahabijaksana."
Mengatur syari'at ada beberapa perbedaan menurut keadaan umat yang didatangi dakwah itu.
Ayat 4
“Kepunyaan-Nya apa yang ada di semua langit dan apa yang di bumi."
Mutlak Dia berkuasa sendiri-Nya di semua langit dan di bumi ini. “Dan Dia adalah Mahatinggi." Dari pihak kemuliaan.
“Mahaagung."
Dari pihak kekuasaan.
Ayat 5
“Nyarislah semua langit itu terbelah dari sebelah atasnya, sedang malaikat-malaikat bertasbih dengan memuji Tuhan mereka dan memohonkan ampunan untuk orang yang di bumi. Ketahuilah, sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pengampun Maha Penyayang."
Demi ketinggian dan keagungan Allah, sesungguhnya dengan qudrat dan iradah-Nya langit ketujuh petalanya itu sewaktu-waktu bisa belah. Ayat ini adalah peringatan bagi manusia bahwa bagi Allah membelah langit itu adalah perkara mudah. Apalah lagi dalam bumi yang kecil Mengapa langit nyaris belah dari sebelah atasnya? Ialah kalau kebatilan dan kedurhakaan manusia lebih bersimaharajalela di bumi ini. Syukurlah di bumi yang menerima petunjuk Ilahi masih ada doa-doa yang khusyu yang menjulang ke langit. Dan di langit sendiri pun ada malaikat-malaikat yang selalu bertasbih, berbakti beribadah memuji Allah dan di dalam rangka baktinya itu mereka pun selalu me-mohonkan agar makhluk yang beriman kepada ilahi diberi ampun jika mereka terlalai. Dan Allah pun, di samping sifat-Nya yang murka kepada yang durhaka, adalah senantiasa bersedia memberikan maghfirah dan ampun berlimpah-limpah kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang taat dan patuh.
Begitulah tingginya pengajaran Allah yang disampaikan dengan wahyu kepada manusia. Betapa tinggi dan agung-Nya Allah dan betapa pula doa orang yang beriman mensaat sambutan dan sokongan dari malaikat. Maka alangkah kecewanya karena masih ada manusia yang mencari juga pelindung lain selain daripada Allah. Rasulullah ﷺ sebagai penerima dan penyebar wahyu pernah juga berhiba hati memikirkan manusia yang demikian. Maka ayat selanjutnya ialah isyarat kepada Rasul*Nya agar dia jangan berhiba hati.
Ayat 6
“Dan orang-orang yang mengambil selain daripada-Nya menjadi pelindung, Allah menjadi pengawas atas mereka dan tidaklah engkau yang jadi wakil atas mereka."
Tegasnya, sudah demikian bahwa tidak wali, tidak ada pelindung, walaupun siapa dalam alam ini. Tetapi masih ada yang membuat pelindung lain.
Engkau tidak usah kecewa atas hal itu, wahai utusan-Ku. Aku sendiri yang mengawasi gerak-gerik mereka. Aku sendiri yang akan mencatat segala perbuatan dan perkataan mereka, bukan engkau yang menjadi wakil atau pengurus. Teruskan saja tugas yang Aku pikulkan atas pundakmu, yaitu menyampaikan (tabligh), memberi gembira atas yang taat dan memberi ancaman atas yang kufur.
Ayat 7
“Dan demikianlah telah Kami wahyukan kepada engkau Al-Qm'an (berbahasa) Arab supaya engkau beri peringatan ancaman ibu negeri dan orang-orang yang sekitarnya."
Diturunkan dalam bahasa Arab, yakni bahasa mereka sendiri dan bahasa Rasul sendiri juga, supaya mereka saat memahamkannya. Dan disuruh sampaikan di ibu negeri (Ummul Quraa), yaitu Mekah sendiri. Sebab sejak zaman Nabi Ibrahim, Mekah sudah menjadi ibu negeri; ibu negeri peribadahan, karena di sana ada Ka'bah, sehingga seluruh bangsa Arab telah memandang Quraisy sebagai suku terhormat karena mereka yang menyelenggarakan orang haji tiap tahun. Di tengah-tengah ibu negeri itulah mulai peringatan ancaman. Karena kalau sudah dimulai di ibu negeri mudahlah menjalarnya ke negeri-negeri yang beribu ke sana. Dan ibu negeri itulah nanti yang me-lancarkan pula kepada orang-orangyang berada di sekeliling."Dan hendaklah engkau ancamkan tentang hari berkumpul yang tidak ada ragu-ragu padanya." Yaitu bahwa seluruh insan akan berkumpul di hari Kiamat, di Padang Mahsyar. Akan diperhitungkan amal buruk dan baik, taat dan durhaka selama hidup di dunia ini.
“Segolongan ke dalam surga dan segolongan ke dalam neraka."
Tugas berat inilah yang harus diselesaikan oleh Rasul. Sampaikan, ancamkan, dan tabligh kan terus. Jangan kecewa, jangan kecil hati.
Ayat 8
“Dan jika Allah menghendaki, niscaya telah jadikan-Nya mereka umat yang satu, tetapi dimasukkan-Nya barangsiapa yang dikehendaki -Nya ke dalam rahmat-Nya. Sedang orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka pelindung, dan tidak penolong,"
Allah memperlihatkan hikmah kebijak-sanaan-Nya yang tertinggi. Dia Mahakuasa, Dia bisa menjadikan umat manusia jadi umat yang satu. Tetapi kalau itu terjadi, kendurlah perjuangan manusia untuk memperjuangkan kebenaran. Kalau semua sudah benar saja, tidak ada yang salah, tidaklah saat lagi manusia mencari perbandingan.
Ayat 9
“Atau apakah mereka mengambil selain Dia menjadi pelindung ?"
Siapa yang selain Allah itu? Batukah? Kayukah? Orangkah atau matahari dan bulankah? Padahal semuanya itu makhluk belaka? Misalnya mereka berdosa kepada Allah akan dimasukkan ke neraka. Berkuasakah apa-apa yang mereka ambil jadi pelindung itu melindungi mereka dari murka Allah? Dan menangkis apabila pukulan Allah datang? Sama sekali tidak!
Maka Allah, Dialah Pelindung." Yang lain tidak ada pelindung. Yang lain tidak ada pe-nolong."Dan Dialah yang menghidupkan orang yang telah mati." Bukan pelindung-pelindung yang kamu ada-adakan itu. Malahan kalau manusia yang kamu jadikan pelindungmu itu, mereka pun akan dihidupkan-Nya juga kembali, diperiksa seperti kamu juga. Kalau mereka orang baik semasa di dunia, dia akan dimasukkan ke dalam surga, kalau mereka yang menyesatkan kamu maka peiindung-pe-lindungmu akan bersama-sama dihalau dengan kamu ke dalam neraka.
“Dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Mahakuasa."
Padahal yang kamu jadikan pelindung-pelindung itu sebesar zarrah pun tidak ada kuasanya. Sama saja dengan kamu.
Ayat 10
“Dan apa jua pun yang kamu perselisihkan padanya maka hukumnya adalah pada Allah"
Apa sebab kamu berselisih? Karena masing-masing bersikeras mempertahankan bahwa dialah di pihak yang benar. Berapa banyaknya kebenaran? Apakah sebanyak orang? Bukan! Kebenaran hanya satu! Kebenaran hanya kepada Allah jua. Maka segala yang kamu per-seiisihkan itu tidak akan selesAl-selesainya selama kamu belum kembalikan hukum kepu-tusan kepada Allah. Ini ada dalam tangan-Ku: kalam Allah, Al-Qur'an. Marilah bertahkim kepada ini niscaya akan habis sendirinya apa yang kamu perselisihkan itu.
“Demikian itulah Allah, Tuhanku. Kepada-Nyalah aku benserah dini dan kepada-Nya aku akan kembali."
Agar kamu selamat habis segala perselisihan maka ikutilah aku! Mari bersama-sama aku bertawakal berserah diri kepada Allah, Mari bersama-sama kembali kepada-Nya. Kalau tidak mau, kamu akan celaka dan aku jalan terus! Jalan terus karena itulah jalan satu-satunya.
Ayat 11
“Dialah Pencipta semua langit dan bumi pun. Dia menjadikan untuk kamu dari driimu sendini jodoh-jodohan. Dan dari ternak pun berjodoh-jodohan."
Dia jadikan dari dirimu sendiri, yaitu sama-sama manusia berakal, sama-sama cucu Adam, berjodoh-jodohan, berpasang-pasangan, jantan dan betina. ‘Via kembang biakkan kamu kepadanya," di dunia ini karena perjodohan itu. Demikianlah, langit Dia ciptakan, ada ma-laikat-malaikat yang meramaikannya dengan tasbih dan takbirnya. Bumi pun Dia ciptakan lalu didatangkan manusia dari taman surga, berjodohan untuk meramaikannya dan berkembang."Tidak ada suatu pun yang menyamai Dia." Sebab Dia saja sendiri-Nya yang Khaliq, yang lain adalah makhluk belaka. Dia saja Yang Mahakuasa, yang lain adalah di bawah kuasa-Nya."Dan Dia adalah Maha mendengar." Didengarnya segala permohonan kita bahkan suara hati sanubari kita, munajat dan doa dari hamba-Nya yang kesepian sendirian.
“Maha Melihat."
Ayat 12
Segala tingkah laku hamba-Nya."Kepunyaan-Nya kunci-kunci dari semua langit dan bumi. Dilapangkan-Nya rezeki bagi barangsiapa yang dikehendaki-Nya dan disempitkan-Nya."
Kunci Dia yang memegang, sebab Dia yang empunya dan Dia yang kuasa. Sebab itu orang lain, maupun malaikat-malaikat mu-qarrabin (yang terdekat) pun tidak turut berkuasa memegang kunci itu. Maka kalau ada yang dilapangkan-Nya rezeki dan ada yang disempitkan-Nya, yang memilih ialah karena hikmah kebijaksanaan di dalam nama-Nya Yang tidak saat dimasuki oleh siapa-siapa.
“Sesungguhnya Dia atas tiap-tiap sesuatu Maha Mengetahui."