Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱللَّهُ
Allah
لَطِيفُۢ
Maha Lembut
بِعِبَادِهِۦ
terhadap hamba-hamba-Nya
يَرۡزُقُ
Dia memberi rezeki
مَن
siapa
يَشَآءُۖ
Dia kehendaki
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡقَوِيُّ
Maha Kuat
ٱلۡعَزِيزُ
Maha Perkasa
ٱللَّهُ
Allah
لَطِيفُۢ
Maha Lembut
بِعِبَادِهِۦ
terhadap hamba-hamba-Nya
يَرۡزُقُ
Dia memberi rezeki
مَن
siapa
يَشَآءُۖ
Dia kehendaki
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡقَوِيُّ
Maha Kuat
ٱلۡعَزِيزُ
Maha Perkasa
Terjemahan
Allah Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya. Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahakuat lagi Mahaperkasa.
Tafsir
(Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya) baik terhadap mereka yang berbakti maupun terhadap mereka yang durhaka, karena Dia tidak membinasakan mereka melalui kelaparan sebab kemaksiatan mereka (Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya) artinya, Dia memberikan kepada masing-masingnya apa yang Dia kehendaki (dan Dialah Yang Maha Kuat) atas semua kehendak-Nya (lagi Maha Perkasa) Maha Menang atas semua perkara-Nya.
Tafsir Surat Asy-Syura: 19-22
[[Allah Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa. Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya; dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah), tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedangkan siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.]] (Asy-Syura: 19-22)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menceritakan tentang kelembutan-Nya terhadap makhluk-Nya; Dia memberi rezeki mereka semuanya tanpa ada seorang pun yang terlupakan, dan sama saja diberi rezeki-Nya apakah dia orang yang bertakwa ataukah dia orang yang durhaka. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Hud: 6) dan ayat-ayat yang semisal masih banyak.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya.]] (Asy-Syura: 19) Yakni Dia meluaskan rezeki siapa yang dikehendaki-Nya.
[[… dan Dialah yang Mahakuat lagi Mahaperkasa.]] (Asy-Syura: 19) Tiada sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: [[Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya.]] (Asy-Syura: 20) Yakni barang siapa yang beramal untuk akhirat, Kami akan menguatkannya dan menolongnya untuk melakukan apa yang menjadi tujuan niatnya, maka Kami akan mengembangkan keuntungannya dan membalasnya dengan pahala satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, hingga kelipatan yang dikehendaki oleh Allah.
[[… dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.]] (Asy-Syura: 20) Artinya, barang siapa yang tujuan usahanya hanya semata-mata mencari sesuatu keuntungan duniawi, sedangkan untuk kepentingan akhiratnya tidak terlintas sedikit pun dalam hatinya, maka Allah mengharamkan baginya keuntungan di negeri akhirat. Sedangkan keuntungan dunia, jika Allah menghendakinya, maka Dia memberinya; dan jika tidak menghendakinya, maka Dia tidak memberikan kepadanya, baik keuntungan di dunia maupun keuntungan di akhirat.
Dan orang yang berusaha dengan niat ini memperoleh kerugian di dunia dan di akhirat. Dalil yang menunjukkan bahwa ayat ini terikat dengan ayat yang ada di dalam surat Al-Isra ialah firman Allah subhanahu wa ta’ala: Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibatasi dengan baik. Kepada masing masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 18-21)
Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Abul Aliyah, dari Ubay bin Ka'b radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Umat ini mendapat berita gembira dengan beroleh keluhuran, ketinggian, pertolongan, dan kedudukan yang teguh di muka bumi. Maka barang siapa di antara mereka yang mengerjakan amal akhirat untuk kepentingan dunianya, maka tidak ada bagian baginya kelak di negeri akhirat.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?]] (Asy-Syura: 21) Yakni mereka tidak mau mengikuti apa yang telah disyariatkan oleh Allah kepadamu berupa agama yang lurus, bahkan mereka mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh setan-setan mereka dari kalangan jin dan manusia, seperti mengharamkan apa yang dihalalkan bagi mereka, misalnya hewan bahirah, saibah, wasilah, dan ham. Dan mereka menghalalkan memakan bangkai, darah, berjudi, dan kesesatan-kesesatan lainnya. Itulah kejahilan yang batil yang telah mereka ada-adakan di masa Jahiliahnya, seperti menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, dan melakukan penyembahan-penyembahan yang batil yang mengusahakan harta yang haram.
Di dalam kitab shahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku melihat Amr bin Luhay bin Qam'ah menyeret ususnya di dalam neraka. Dikatakan demikian karena dia adalah orang yang pertama mengadakan peraturan hewan saibah. Dia adalah salah seorang raja di kalangan Bani Khuza'ah, dialah orang yang mula-mula menetapkan hal-hal tersebut. Dia pulalah yang mendorong orang-orang Quraisy menyembah berhala.
Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: [[Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah), tentulah mereka telah dibinasakan.]] (Asy-Syura: 21) Yaitu niscaya hukuman di segerakan kepada mereka sekiranya tidak ada ketetapan yang terdahulu yang memberikan masa tangguh bagi mereka sampai hari kiamat.
[[Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.]] (Asy-Syura: 21) Yakni siksaan yang sangat menyakitkan di dalam neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali adalah neraka Jahanam.
Dalam firman berikutnya disebutkan: [[Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan.]] (Asy-Syura: 22) Yakni saat mereka berada di Padang Mahsyar hari kiamat.
[[… sedangkan siksaan menimpa mereka.]] (Asy-Syura: 22) Yaitu yang mereka takutkan terjadi pada diri mereka sebagai suatu kepastian. Demikianlah keadaan mereka kelak di hari kiamat; mereka dicekam oleh rasa takut dan malu yang teramat sangat.
[[Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka.]] (Asy-Syura: 22) Maka alangkah jauh bedanya antara golongan ini dan golongan yang sebelumnya. Yakni betapa jauhnya perbedaan antara orang-orang yang berada di Padang Mahsyar dengan diliputi oleh kehinaan, kerendahan, dan dicekam oleh ketakutan yang pasti karena perbuatan aniayanya; dan keadaan orang-orang yang berada di taman-taman surga yang mendapatkan segala sesuatu yang dikehendakinya berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, pemandangan, istri-istri, dan kenikmatan lainnya yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati seorang manusia pun.
Al-Hasan bin Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr bin Abdur Rahman Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sa'd Al-Anshari, dari Abu Thaybah yang mengatakan bahwa sesungguhnya serombongan ahli surga benar-benar dinaungi oleh awan, lalu awan itu berkata, "Apakah yang harus kuturunkan kepadamu?" Maka tidak sekali-kali seseorang dari mereka meminta sesuatu kecuali awan itu menurunkannya kepada mereka. Sehingga ada seseorang dari mereka yang benar-benar mengatakan, "Hujanilah kami dengan perawan-perawan yang berparas indah lagi berusia sebaya." Hal yang serupa telah pula diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Al-Hasan bin Arafah.
Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya: [[Yang demikian itu adalah karunia yang besar.]] (Asy-Syura: 22) Yakni keberuntungan yang besar dan nikmat yang lengkap, sempurna, lagi menyeluruh."
Ayat ini menggambarkan beberapa sifat Allah. Sifat-sifat itu adalah bahwa Allah Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya dengan melimpahkan banyak rahmat dan kebaikan kepada mereka dengan sangat mudah; Dia memberi rezeki, yakni berbagai anugerah kenikmatan kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa diskriminasi sesuai dengan upaya dan kemaslahatan mereka tanpa Dia memperhitungkan sejauh mana kebaikan hamba itu terhadap-Nya dan Dia Mahakuat terhadap segala anugerah-Nya sehingga tidak ada yang dapat menahan pemberian-Nya, Mahaperkasa terhadap segala keinginannya sehingga tidak ada yang dapat menghalanginya. 20. Pada ayat yang lalu, Allah menggambarkan orang-orang yang membantah terjadinya Kiamat, sedangkan dalam ayat ini Allah menggambarkan keuntungan di akhirat bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat melalui amal-amal yang dilakukannya di dunia ini dengan niat yang ikhlas, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dengan melipatgandakan keuntungannya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia melalui usaha dan kegiatan yang hanya semata-semata ingin mendapatkan keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari hasil usahanya itu berupa keuntungan dunia sesuai dengan kehendak Kami, tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat kelak.
Allah menerangkan bahwa Dia sendiri selalu berbuat baik kepada hamba-Nya. Dia memberi mereka hal-hal yang bermanfaat, menjauhkan mereka dari bencana yang mengancam, menganugerahkan rezeki kepada hamba-Nya yang mukmin dan yang kafir tanpa perbedaan di antara mereka. Allah juga melapangkan dan menyempitkan rezeki kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya sebagai ujian bagi orang kaya dalam sikapnya terhadap orang fakir dan ujian bagi orang fakir dalam hubungannya dengan orang kaya, agar supaya hubungan antara seseorang dengan yang lain menjadi baik karena mereka saling membutuhkan. Sebagaimana firman Allah:
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (az-Zukhruf/43: 32)
Selanjutnya dijelaskan bahwa Allah Mahakuasa dan Mahaperkasa, Dia berbuat menurut kehendak-Nya, tidak seorang pun yang dapat mencegah dan menghalangi apa yang dikehendaki-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KESATUAN AGAMA
Ayat 13
“Dia telah gariskan bagi kamu perihal agama, sebagai apa yang telah diwajibkan-Nya kepada Nuh."
Nabi Muhammad adalah Nabi penutup, sedang Nabi Nuh adalah Rasul yang mula-mula menerima syari'at. Jarak antara Nuh dan Muhammad kira-kira 8.000 tahun. Namun inti sari yang digariskan kepada Muhammad adalah yang diwajibkan kepada Nuh itu juga."Danyang Kami telah wajibkan kepada engkau dan apa yang telah Kami wajibkan dia kepada Ibrahim dan Musa dan Isa." Di sini bertambah jelas bahwa Musa, Isa, dan Muhammad pun hanya diberi satu macam tugas kewajiban meskipun masanya berbeda.
Apakah tugas yang sama atau satu itu? “(Yaitu): bahwa kamu tegakkan agama dan jangan kamu bercerai-beraipadanya." Agama itu hanya satu, yaitu mengakui keesaan Allah dan sesudah diakui keesaan-Nya itu lalu beribadah kepada-Nya, berbakti, taat! Untuk mengajarkan inilah sekalian rasul-rasul itu diutus. Di dalam ayat ini disebut lima rasul yang inti, yang disebut “Ulul azmi min ar-rusuli" (rasul-rasul yang mempunyai tugas istimewa). Yaitu: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa al-Masih, dan Muhammad (shalawat dan salam Allah buat mereka semua).
Lantaran dimaksud dengan ad-din, yang kita artikan agama itu hanya satu, yaitu kebaktian kepada Allah. Dengan sendirinya maka hakikat agama di dalam dunia hanya satu. Itulah yang diperingatkan Allah bahwa kamu tegakkan agama dan jangan bercerai-berai padanya.
“Amat berat atas orang musyrikin apa yang engkau ajak mereka kepadanya" Mengapa mereka merasa amat berat? Sebab ini adalah menanam suatu cita-cita besar, yang di zaman modern disebut ideologi. Menanam kesatuan tujuan yaitu Allah dan menanam kesatuan kepercayaan dan pegangan yang amat jauh tujuan, tahan buat berabad-abad, dan kalau pendirian itu dipegang, bukan saja berhala yang mesti runtuh, bahkan kesukuan-kesukuan, mementingkan kabilah, harus dikesampingkan. Yang ada hanya ukhuwah dalam agama, ini adalah soal tauhid, menanam keyakinan satu Tuhan.
Satu agama, satu keyakinan hidup. Padahal mereka musyrik; banyak Tuhan dan banyak kabilah, banyak keyakinan, sebanyak kepala penganutnya, inilah yang membuat mereka keberatan. Tetapi Allah telah memberikan harapan.
“Allah, Dia memilih buat itu siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan diberi-Nya petunjuk siapa yang kembali kepada-Nya “
Allah sendiri yang akan memilih, siapa yang bersedia buat agama itu. Lantaran itu maka Islam tidak membeda nabi. Semua nabi, adalah nabi-Nya. Tidak membeda kitab, semua kitab-kitab-Nya. Yahudi dan Nasrani dalam pandangan Islam adalah hanya perbedaan cara melakukan beberapa peraturan, tetapi tidak tentang pokok. Sebab itu mereka dihormati, disebut Ahlu! Kitab, orang yang keturunan kitab. Tidak sekali-kali disamakan anggapan kepada mereka dengan kepada musyrik. Nabi-nabi yang terdahulu itu pun mengatakan bahwa sepeninggal mereka akan datang seorang Nabi besar, yang syari'atnya akan menyempurnakan pekerjaan mereka. Sebab itu maka orang Yahudi menunggu kedatangannya dan Nasrani pun demikian pula. Di dalam kitab-kitab orang Yahudi disebut Messias. Di dalam kitab Injiinya orang Nasrani disebut Paraclet. Orang Yahudi yang berdiam di Yatsrib (Madinah), bila mereka bercakap-cakap dengan orang Arab penduduk negeri itu selalu mereka mengatakan juga bahwa Nabi itu akan datang, sehingga perkataan orang Yahudi itulah salah satu pendorong yang menyebabkan Kabilah Aus dan Khazraj mau percaya atas seruan Nabi Muhammad saw,. Inilah rupanya Nabi yang selalu dikatakan orang Yahudi itu.
Tetapi bagaimana kenyataannya setelah Nabi Muhammad ﷺ datang?
Ayat 14
“Dan tidaklah mereka bercerai-berai melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan; lantaran kedengkian di antara mereka."
Apakah pengetahuan itu? Yaitu Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur'an, itulah pengetahuan itu. Sudah jelas sekarang bahwa Nabi yang ditunggu-tunggu kedatangannya itu bukan dari Bani Israil, tetapi dari Bani Isma'il. Al-Qur'an bukan lagi bahasa Ibrani, tetapi bahasa Arab. Orang Arab yang selama ini diejek dan diolok karena tidak bernabi, sekarang akan naik. Maka timbullah dengki. Lalu mereka sesama mereka jadi pecah. Hanya beberapa orang saja yang sudi mengakui kenabian Muhammad, yang lain mendustakan.
“Dan kalau bukanlah kalimat yang telah terdahulu dari Tuhan engkau, sampai suatu waktu yang telah ditentukan, niscaya telah dihukum di antara mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwarisi kitab sesudah mereka itu adalah di dalam keragu-raguan daripadanya, lagi bimbang."
Kalimat yang telah tersurat terlebih dahulu di dalam al-Lauh al-Mahfuzh, rupanya telah menentukan bahwa perjuangan menegakkan kalimat tauhid yang sejati itu tidak akan berhenti dengan kemenangan Nabi ﷺ saja. Akan panjang lagi ujungnya di belakang, untuk berabad-abad. Sedang hukuman bagi yang kufur akan diberikan kelak di suatu waktu yang telah ditentukan, yaitu di akhirat. Adapun di dunia ini, kemenangan cita akan ditentukan oleh perjuangan yang tidak boleh berhenti. Karena orang yang keturunan kitab sesudah mereka akan masih tetap raga-ragu dan bimbang. Sebab itu maka revolusi jiwa untuk mencapai tauhid tidak akan selesai sampai hari Kiamat. Kemudian Allah memesankan kepada rasul-Nya,
Ayat 15
“Karena demikian maka ajaklah dan bendirilah teguh sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan jangan engkau ikuti hawa nafsu mereka."
Dengan ayat ini Rasulullah ﷺ sudah diberi dua perintah yang pokok. Pertama, dakwah teruskan, ajakan dan seruan tidak boleh berhenti. Kedua, pendirian teguhkan. Tegak lurus dengan keyakinan kepada Allah; istiqamah. Karena suatu dakwah tidak akan jaya, kalau yang berdakwah tidak mempunyai istiqamah dan sebagai lanjutannya jangan diikuti, jangan dipedulikan hawa nafsu mereka yang hendak membawa kepada pertengkaran yang sangat menghabiskan tenaga dan hen-daklah dijelaskan pendirian. Pendirian yang tidak digoyahkan oleh gelora hawa nafsu lawan. Pendirian itu ialah
“Dan katakanlah, ‘Aku percaya kepada apa yang ditrnunkan Allah dari al-Kitab dan aku diperintah supaya berlaku adil di antara kamu. Allah adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu Bagi kami amalan-amalan kami dan bagi kamu amalan-amalan kamu Tidak ada pertengkaran di antara kami dengan kamu. Allah akan mengumpulkan di antara kita dan kepada-Nyalah tempat kembali."
Demikianlah sikap yang diperintahkan Allah kepada Rasui-Nya ﷺ ketika di Mekah. Sebab orang-orang Yahudi dari Yatsrib atau Nasrani dari Najran, banyak juga berulang ke sana. Nabi Muhammad ﷺ menutup segala pertengkaran yang mungkin timbul, sebab bila dibanding dengan musyrik-musyrik penyembah berhala yang masih berurat berakar di tanah Arab di Mekah khususnya, maka tidaklah layak ditimbulkan pertikaian Islam dengan Ahlul Kitab. Sebab pokok agama itu hanya satu pada hakikatnya. Beramallah kamu menurut keyakinanmu, kami pun beramal menurut keyakinan kami. Tidak usah ada pertengkaran di antara kita dan saya akan tetap memperlakukan kamu dengan adil. Tentang perbedaan paham di antara kita, nanti di hadapan Allah kita minta penyelesaian-Nya. Sebab kita semua akan kembali kepada-Nya dan berkumpul di hadapan-Nya.
Ayat 16
“Dan orang-orang yang membantah kepada Allah sesudah diperkenankan baginya, bantahan mereka tidak ada gunanya di sisi Tuhan mereka. Dan ke atas mereka kemurkaan dan bagi mereka adzab yang sangat."
Bantahan-bantahan itu nyata tidak ada harganya sama sekali. Tidak ada kebenaran melainkan satu, yaitu dari Allah. Bantahan atas kebenaran Allah, hanyalah hawa nafsu maka kemurkaan dan adzablah yang akan jadi jawabnya.
Turunnya ayat ini karena Yahudi-Yahudi disokong oleh musyrikin mengemukakan beberapa bantahan dan pertanyaan-pertanyaan yang maksudnya semata-mata membangga bahwa ajaran Yahudi lebih tua.
Tetapi tiap-tiap bantahan itu saat dipatahkan oleh Nabi ﷺ. Akhirnya turunlah ayat ini buat memukul jatuh mereka.
Ayat 17
Apa bantahan lagi, padahal: “Allah-lah yang menurunkan kitab itu."
Bukan ia semata kata-kata Muhammad. Dia hanya penyaluT wahyu, “dengan kebenaran dan neraca." Kebenaran yang tak saat dibantah oleh jiwa murni dan neraca pertimbangan yang adil, yang tidak saat berpaling lagi.
“Dan engkau tidak tahu, barangkali Sa'at itu sudah dekat."
Bagaimana sambutan mereka tentang berita bahwa Sa'at, atau Kiamat itu pasti datang?
Ayat 18
“Meminta cepat kedatangannya orang-orang yang tidak beriman kepadanya."
Karena mereka menerimanya dengan olok-olok. Sebab tiap-tiap berbicara soal agama Nabi Muhammad ﷺ selalu menyebut Kiamat mesti datang. Tetapi tidak juga datang. Sebagai juga rasa kekufuran manusia di zaman kita ini. Kata mereka: sudah 14 abad, 14 kali 100 tahun Muhammad mengatakan dunia akan Kiamat, sekarang belum juga! “Dan orang-orang yang beriman merasa takut daripadanya dan mereka tahu bahwasanya dia itu sebenarnya." Mereka merasa takut kalau-kalau Kiamat datang sedang amalan mereka masih sangat berkurang-kurang.
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang Sa'at itu adalah di dalam kesesatan yang jauh."
Ingatlah orang yang tidak percaya akan hari Kiamat itu sejauh-jauhnya karena yang dipikirkannya hanya semata-mata dunia. Dia tidak takut berbuat aniaya di bumi, sebab tidak yakin akan ada pembalasan.
Ayat 19
“Allah amat lemah lembut kepada hamba-hamba-Nya, diberi-Nya rezeki barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia adalah Yang Mahakuat dan Yang Mahagagah."
Apabila setiap hari ini kita memakan dan meminum rezeki yang diberikan-Nya, hidup senang, harta ada, pangkat, kebesaran dan lain-lain, terasalah betapa lemah lembut-Nya Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Kita girang, kita tertawa. Tetapi Dia Mahakuat karena apabila nikmat itu hendak dicabut-Nya, sedikit pun kita tidak dapat bertahan. Umur berjalan terus, dari muda kita terus tua, dan akhirnya mati. Badan mulanya kuat, akhirnya dengan tidak disadari, tenaga itu kian susut dan surut, dan mati. Dihitung-hitung masa yang dilalui, rupanya hanya sebentar saja. Kita rasakan kejadian dua puluh tahun yang lalu, baru rasa kemarin. Sedang yang akan ditempuh masih lama rasanya. Sebelum merasa kepuasan, air kehidupan pun habis. Kita hidup di antara sifat ilahi. Al-Lathif dengan al-Qawi dan al-Aziz. Di antara karunia lemah lembut-Nya dengan kuat gagah-Nya. Kita akan terombang-ambing dalam hidup kalau kita lupa al-Qawi dan al-Aziz karena menikmati al-Lathif. Moga-moga dapatlah kita mencamkannya dalam hati, setiap hari.
Ayat 20
“Barangsiapa yang menginginkan kebun akhirat, akan Kami tambah untuknya perkebunannya. Dan barangsiapa yang menginginkan kebun dunia, akan Kami berikan kepadanya sebagian daripadanya; tetapi tidaklah ada baginya di akhirat pembagian apa-apa."
Sebab itu maka ayat ini menganjurkan kita membuka kebun akhirat sedang dalam dunia mi. Sebab hidup Muslim adalah satu jua, yaitu hidup yang berpangkal di dunia dan berujung di akhirat. Untuk mencapai akhirat tidak ada jalan lain melainkan melalui, ataupun melintasi dunia. Apabila hidup itu hendak kita potong, yaitu tidak mengingat akhirat, yang kita capai hanya dunia sajalah. Itu pun dapatnya hanya laksana mimpi belaka. Sedang mencoba-coba dia sudah habis atau laksana memakan limau kesumba (jeruk), ketika memakannya terasa manisnya. Setelah jeruk habis maka bekas pahitnya tinggallah di kerongkongan dan di lidah. Dan setelah mati maka yang akan d-dapati di akhirat tidak ada apa-apa. Setelah mati tertutup yang penghabisan dan cerita kehidupan sudah tamat, barulah terbuka hal yang sebenarnya, bahwa kehidupan yang sudah kita lalui itu tidaklah apa-apa.