Ayat
Terjemahan Per Kata
فَلِذَٰلِكَ
maka karena itu
فَٱدۡعُۖ
serulah
وَٱسۡتَقِمۡ
dan tetaplah
كَمَآ
sebagaimana
أُمِرۡتَۖ
kamu diperintah
وَلَا
dan janganlah
تَتَّبِعۡ
kamu mengikuti
أَهۡوَآءَهُمۡۖ
hawa nafsu mereka
وَقُلۡ
dan katakan
ءَامَنتُ
aku beriman
بِمَآ
dengan apa yang
أَنزَلَ
menurunkan
ٱللَّهُ
Allah
مِن
dari
كِتَٰبٖۖ
kitab
وَأُمِرۡتُ
dan aku diperintah
لِأَعۡدِلَ
untuk berbuat adil
بَيۡنَكُمُۖ
diantara kamu
ٱللَّهُ
Allah
رَبُّنَا
Tuhan kami
وَرَبُّكُمۡۖ
dan Tuhan kamu
لَنَآ
bagi kami
أَعۡمَٰلُنَا
amal-amal kami
وَلَكُمۡ
dan bagi kamu
أَعۡمَٰلُكُمۡۖ
amal-pamal kamu
لَا
tidak ada
حُجَّةَ
pertengkaran
بَيۡنَنَا
diantara kami
وَبَيۡنَكُمُۖ
dan diantara kamu
ٱللَّهُ
Allah
يَجۡمَعُ
Dia akan mengumpulkan
بَيۡنَنَاۖ
diantara kami
وَإِلَيۡهِ
dan kepada-Nya
ٱلۡمَصِيرُ
tempat kembali
فَلِذَٰلِكَ
maka karena itu
فَٱدۡعُۖ
serulah
وَٱسۡتَقِمۡ
dan tetaplah
كَمَآ
sebagaimana
أُمِرۡتَۖ
kamu diperintah
وَلَا
dan janganlah
تَتَّبِعۡ
kamu mengikuti
أَهۡوَآءَهُمۡۖ
hawa nafsu mereka
وَقُلۡ
dan katakan
ءَامَنتُ
aku beriman
بِمَآ
dengan apa yang
أَنزَلَ
menurunkan
ٱللَّهُ
Allah
مِن
dari
كِتَٰبٖۖ
kitab
وَأُمِرۡتُ
dan aku diperintah
لِأَعۡدِلَ
untuk berbuat adil
بَيۡنَكُمُۖ
diantara kamu
ٱللَّهُ
Allah
رَبُّنَا
Tuhan kami
وَرَبُّكُمۡۖ
dan Tuhan kamu
لَنَآ
bagi kami
أَعۡمَٰلُنَا
amal-amal kami
وَلَكُمۡ
dan bagi kamu
أَعۡمَٰلُكُمۡۖ
amal-pamal kamu
لَا
tidak ada
حُجَّةَ
pertengkaran
بَيۡنَنَا
diantara kami
وَبَيۡنَكُمُۖ
dan diantara kamu
ٱللَّهُ
Allah
يَجۡمَعُ
Dia akan mengumpulkan
بَيۡنَنَاۖ
diantara kami
وَإِلَيۡهِ
dan kepada-Nya
ٱلۡمَصِيرُ
tempat kembali
Terjemahan
Oleh karena itu, serulah (mereka untuk beriman), tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Nabi Muhammad), dan janganlah mengikuti keinginan mereka. Katakanlah, “Aku beriman kepada kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagimu perbuatanmu. Tidak (perlu) ada pertengkaran di antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.”
Tafsir
(Maka karena itu) karena ajaran tauhid itu (serulah) manusia, hai Muhammad (dan tetaplah) berpegang teguh kepada ajaran tauhid (sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka) yang membujukmu untuk meninggalkan ajaran tauhid (dan katakanlah, "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil) bersikap adil (di antara kalian) dalam masalah memutuskan hukum (Allahlah Rabb kami dan Rabb kalian. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian) masing-masing akan mendapatkan balasan amalnya sendiri-sendiri. (Tidak ada pertengkaran) persengketaan (antara kami dan kalian) ayat ini diturunkan sebelum nabi diperintahkan untuk berjihad melawan mereka (Allah mengumpulkan antara kita) pada hari semua manusia dikembalikan kepada-Nya untuk menjalani peradilan di hadapan-Nya (dan kepada-Nyalah kembali kita") kita akan dikembalikan.
Tafsir Surat Asy-Syura: 15
[[Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah; "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami, dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita).]] (Asy-Syura: 15)
Ayat yang mulia ini mengandung sepuluh poin yang masing-masingnya berdiri sendiri, terpisah dari yang lain dan mengandung hukum tersendiri. Para ulama mengatakan bahwa tiada yang menyaingi ayat ini selain ayat Kursi, karena sesungguhnya di dalam ayat Kursi pun terkandung sepuluh point yang terpisah-pisah sama dengan yang ada dalam ayat ini.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu).]] (Asy-Syura: 15) Serulah manusia kepada agama yang Kami wahyukan kepadamu, sebagaimana yang telah Kami perintahkan kepada semua rasul sebelum kamu termasuk para rasul yang mempunyai syariat-syariat yang besar lagi diikuti, seperti para rasul ulul 'azmi dan lain-lainnya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[… dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu.]] (Asy-Syura: 15) Yakni tetaplah kamu beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala beserta orang-orang yang mengikutimu, [[… sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu.]]
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[… dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. (Asy-Syura: 15) Yakni kaum musyrik, karena mereka telah membuat-buat dalam agama dan mendustakannya, yaitu melakukan penyembahan kepada berhala-berhala.
[[… dan katakanlah, "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah.”]] (Asy-Syura: 15) Artinya, aku beriman dan membenarkan semua kitab yang diturunkan dari langit kepada para nabi, Kami tidak membeda-bedakan seseorang pun di antara mereka.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[… dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu.]] (Asy-Syura: 15) dalam memutuskan hukum, seperti apa yang diperintahkan Allah kepadaku.
[[Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu.]] (Asy-Syura: 15) Yakni hanya Dialah yang berhak disembah, tiada Tuhan selain Dia, dan kami mengakui hal tersebut dengan suka rela. Juga kalian, sekali pun kalian tidak melakukannya dengan suka rela. Maka hanya kepada-Nya bersujud semua yang ada di semesta alam ini, baik dengan taat maupun dengan terpaksa.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Bagi kami amal-amal kami, dan bagi kamu amal-amal kamu.]] (Asy-Syura: 15) Maksudnya, kami berlepas diri dari kalian. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan, " (Yunus: 41)
Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu.]] (Asy-Syura-15) Mujahid mengatakan bahwa tidak ada permusuhan.
Menurut As-Suddi, ayat ini diturunkan sebelum turunnya ayat Saif (ayat yang memerintahkan untuk memerangi orang-orang kafir harbi). Dan pendapat ini cukup beralasan mengingat ayat ini Makkiyyah, sedangkan ayat Saif diturunkan sesudah hijrah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Allah mengumpulkan antara kita.]] (Asy-Syura: 15) Yakni kelak di hari kiamat. Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui." (Saba: 26)
Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[… dan kepada-Nyalah kembali (kita).]] (Asy-Syura: 15) Artinya, kelak kita akan dikembalikan kepada-Nya pada hari berhisab."
Karena itu, apa pun sikap mereka terhadap kamu, termasuk keraguan mereka yang mendalam terhadap ajaran-ajaran yang kamu sampaikan, serulah mereka dengan penuh kesabaran untuk beriman kepada Tuhanmu dan tetaplah beriman dan berdakwah sebagaimana diperintahkan Tuhanmu kepadamu Muhammad dan janganlah mengikuti keinginan mereka dalam hal apa pun dan katakanlah kepada mereka yang kafir dan ragu itu dengan tegas, 'Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan apa yang diturunkan-Nya di dalam kitab suci-Nya dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu sekalian. Allah adalah Tuhan kami dan juga Tuhan kamu, yang menciptakan, memelihara, mendidik, dan membimbing ke jalan yang benar, dan memberi balasan atas apa yang kita kerjakan. Bagi kami perbuatan kami dan kami akan mempertanggungjawabkannya dan bagi kamu perbuatan kamu dan kamu akan mempertanggungjawabkannya di hadapan-Nya. Tidak perlu lagi ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita di hari Kiamat nanti dan memutuskan perbedaan di antara kita dan kepada-Nyalah kita semua kembali. '16. Ayat yang lalu menegaskan bahwa tidak ada lagi bantahan yang terjadi antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa orang-orang yang berbantah-bantah tentang agama Allah dan berusaha memalingkan orang-orang yang beriman dari agama-Nya setelah agama itu di terima dan di imani oleh mereka, perbantahan mereka itu menjadi sia-sia di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan Allah dengan dijauhkannya mereka dari rahmat-Nya sebagai akibat dari perbuatan mereka dan mereka mendapat azab yang sangat keras di akhirat kelak.
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ agar menyeru kaumnya supaya jangan berpecah-belah seperti Ahli Kitab, supaya bersatu memeluk agama tauhid yang telah dirintis oleh para nabi, yaitu agama Islam yang dibawanya dan agar beliau tetap tabah menghadapi mereka. Jangan sekali-kali terpengaruh oleh keraguan mereka terhadap agama yang benar yang telah disyariatkan kepadanya. Ia harus selalu menandaskan pendiriannya bahwa dia tetap percaya kepada semua yang telah diturunkan Allah dari langit seperti Kitab Taurat, Injil dan Zabur, dan tidak didustakannya sedikit pun. Nabi Muhammad juga diperintahkan berlaku adil di antara mereka di dalam menetapkan hukum dan sebagainya, dengan tidak akan mengurangi dan menambah apa yang telah disyariatkan Allah kepadanya, serta akan menyampaikan apa yang telah diperintahkan kepadanya untuk disampaikan.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah adalah Tuhan kamu dan Tuhan kami sekalian. Dia-lah satu-satunya yang wajib disembah, yang wajib dipercaya dengan penuh pengertian. Tiada Tuhan selain Allah. Bagi kami amalan kami, baik buruknya adalah tanggung jawab kami, diberi pahala atau diazab, dan bagi kamu sekalian amalan kamu. Kami tidak akan berbahagia karena amal baikmu dan tidak akan celaka karena amalan burukmu. Masing-masing bertanggung jawab atas amal perbuatannya. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:
Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan." (Yunus/10: 41)
Dengan demikian tidak boleh lagi ada pertengkaran di antara kaum Muslimin dan orang-orang musyrikin, yang hak dan yang benar telah nyata. Barang siapa yang masih saja membangkang dan tidak mau percaya berarti dia ingkar. Pada waktunya nanti akan jelas dan tampak siapa yang benar di antara pemeluk agama karena Allah akan mengumpulkan seluruh manusia nanti di hari kemudian, dan di sanalah Dia akan menjatuhkan keputusan yang seadil-adilnya atas apa yang dipersengketakan, sebagaimana firman Allah:
Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi keputusan, Maha Mengetahui." (Saba'/34: 26)
Kepada-Nyalah semua manusia akan kembali sesudah mati dan mempertanggungjawabkan semua amal di dunia. Seluruh manusia akan menerima balasan sesuai dengan amal masing-masing, sebagaimana firman Allah:
Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (az-Zalzalah/99: 7-9)
Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya al-Munir menyimpulkan sepuluh perintah Allah dan larangannya bukan hanya bagi Rasulullah tapi juga bagi seluruh umat Islam. Sepuluh perintah dan larangan tersebut adalah:
1. Perintah kepada Nabi untuk terus berdakwah menyampaikan risalahnya.
2. Istiqamah dalam penyampaiannya.
3. Larangan bagi rasul untuk tidak mengikuti keinginan orang-orang musyrikin Mekah atau Ahli Kitab, untuk mengikuti ibadah mereka.
4. Perintah untuk beriman dan menyatakan iman kepada kitab-kitab samawi yang diturunkan Allah.
5. Perintah untuk berlaku adil di antara Muhajirin dan ketika menghadapi perselisihan yang terjadi di antara mereka.
6. Perintah berikrar bahwa hanya Allah yang pantas disembah, tidak ada Tuhan selainnya.
7. Perintah untuk menyatakan kepada Ahli Kitab bahwa masing-masing bertanggung jawab terhadap amal perbuatannya dan balasan baik dan buruk dari amalan tersebut.
8. Perintah untuk menyatakan bahwa tidak ada permusuhan di antara nabi dan Ahli Kitab, karena kebenaran Allah tampak dengan jelas.
9. Perintah untuk menyatakan bahwa Allah kelak akan mengumpulkan umat Islam dan Ahli Kitab di Padang Mahsyar untuk menghadapi pengadilan Allah.
10. Hanya kepada Allah semua makhluk akan kembali.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KESATUAN AGAMA
Ayat 13
“Dia telah gariskan bagi kamu perihal agama, sebagai apa yang telah diwajibkan-Nya kepada Nuh."
Nabi Muhammad adalah Nabi penutup, sedang Nabi Nuh adalah Rasul yang mula-mula menerima syari'at. Jarak antara Nuh dan Muhammad kira-kira 8.000 tahun. Namun inti sari yang digariskan kepada Muhammad adalah yang diwajibkan kepada Nuh itu juga."Danyang Kami telah wajibkan kepada engkau dan apa yang telah Kami wajibkan dia kepada Ibrahim dan Musa dan Isa." Di sini bertambah jelas bahwa Musa, Isa, dan Muhammad pun hanya diberi satu macam tugas kewajiban meskipun masanya berbeda.
Apakah tugas yang sama atau satu itu? “(Yaitu): bahwa kamu tegakkan agama dan jangan kamu bercerai-beraipadanya." Agama itu hanya satu, yaitu mengakui keesaan Allah dan sesudah diakui keesaan-Nya itu lalu beribadah kepada-Nya, berbakti, taat! Untuk mengajarkan inilah sekalian rasul-rasul itu diutus. Di dalam ayat ini disebut lima rasul yang inti, yang disebut “Ulul azmi min ar-rusuli" (rasul-rasul yang mempunyai tugas istimewa). Yaitu: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa al-Masih, dan Muhammad (shalawat dan salam Allah buat mereka semua).
Lantaran dimaksud dengan ad-din, yang kita artikan agama itu hanya satu, yaitu kebaktian kepada Allah. Dengan sendirinya maka hakikat agama di dalam dunia hanya satu. Itulah yang diperingatkan Allah bahwa kamu tegakkan agama dan jangan bercerai-berai padanya.
“Amat berat atas orang musyrikin apa yang engkau ajak mereka kepadanya" Mengapa mereka merasa amat berat? Sebab ini adalah menanam suatu cita-cita besar, yang di zaman modern disebut ideologi. Menanam kesatuan tujuan yaitu Allah dan menanam kesatuan kepercayaan dan pegangan yang amat jauh tujuan, tahan buat berabad-abad, dan kalau pendirian itu dipegang, bukan saja berhala yang mesti runtuh, bahkan kesukuan-kesukuan, mementingkan kabilah, harus dikesampingkan. Yang ada hanya ukhuwah dalam agama, ini adalah soal tauhid, menanam keyakinan satu Tuhan.
Satu agama, satu keyakinan hidup. Padahal mereka musyrik; banyak Tuhan dan banyak kabilah, banyak keyakinan, sebanyak kepala penganutnya, inilah yang membuat mereka keberatan. Tetapi Allah telah memberikan harapan.
“Allah, Dia memilih buat itu siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan diberi-Nya petunjuk siapa yang kembali kepada-Nya “
Allah sendiri yang akan memilih, siapa yang bersedia buat agama itu. Lantaran itu maka Islam tidak membeda nabi. Semua nabi, adalah nabi-Nya. Tidak membeda kitab, semua kitab-kitab-Nya. Yahudi dan Nasrani dalam pandangan Islam adalah hanya perbedaan cara melakukan beberapa peraturan, tetapi tidak tentang pokok. Sebab itu mereka dihormati, disebut Ahlu! Kitab, orang yang keturunan kitab. Tidak sekali-kali disamakan anggapan kepada mereka dengan kepada musyrik. Nabi-nabi yang terdahulu itu pun mengatakan bahwa sepeninggal mereka akan datang seorang Nabi besar, yang syari'atnya akan menyempurnakan pekerjaan mereka. Sebab itu maka orang Yahudi menunggu kedatangannya dan Nasrani pun demikian pula. Di dalam kitab-kitab orang Yahudi disebut Messias. Di dalam kitab Injiinya orang Nasrani disebut Paraclet. Orang Yahudi yang berdiam di Yatsrib (Madinah), bila mereka bercakap-cakap dengan orang Arab penduduk negeri itu selalu mereka mengatakan juga bahwa Nabi itu akan datang, sehingga perkataan orang Yahudi itulah salah satu pendorong yang menyebabkan Kabilah Aus dan Khazraj mau percaya atas seruan Nabi Muhammad saw,. Inilah rupanya Nabi yang selalu dikatakan orang Yahudi itu.
Tetapi bagaimana kenyataannya setelah Nabi Muhammad ﷺ datang?
Ayat 14
“Dan tidaklah mereka bercerai-berai melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan; lantaran kedengkian di antara mereka."
Apakah pengetahuan itu? Yaitu Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur'an, itulah pengetahuan itu. Sudah jelas sekarang bahwa Nabi yang ditunggu-tunggu kedatangannya itu bukan dari Bani Israil, tetapi dari Bani Isma'il. Al-Qur'an bukan lagi bahasa Ibrani, tetapi bahasa Arab. Orang Arab yang selama ini diejek dan diolok karena tidak bernabi, sekarang akan naik. Maka timbullah dengki. Lalu mereka sesama mereka jadi pecah. Hanya beberapa orang saja yang sudi mengakui kenabian Muhammad, yang lain mendustakan.
“Dan kalau bukanlah kalimat yang telah terdahulu dari Tuhan engkau, sampai suatu waktu yang telah ditentukan, niscaya telah dihukum di antara mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwarisi kitab sesudah mereka itu adalah di dalam keragu-raguan daripadanya, lagi bimbang."
Kalimat yang telah tersurat terlebih dahulu di dalam al-Lauh al-Mahfuzh, rupanya telah menentukan bahwa perjuangan menegakkan kalimat tauhid yang sejati itu tidak akan berhenti dengan kemenangan Nabi ﷺ saja. Akan panjang lagi ujungnya di belakang, untuk berabad-abad. Sedang hukuman bagi yang kufur akan diberikan kelak di suatu waktu yang telah ditentukan, yaitu di akhirat. Adapun di dunia ini, kemenangan cita akan ditentukan oleh perjuangan yang tidak boleh berhenti. Karena orang yang keturunan kitab sesudah mereka akan masih tetap raga-ragu dan bimbang. Sebab itu maka revolusi jiwa untuk mencapai tauhid tidak akan selesai sampai hari Kiamat. Kemudian Allah memesankan kepada rasul-Nya,
Ayat 15
“Karena demikian maka ajaklah dan bendirilah teguh sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan jangan engkau ikuti hawa nafsu mereka."
Dengan ayat ini Rasulullah ﷺ sudah diberi dua perintah yang pokok. Pertama, dakwah teruskan, ajakan dan seruan tidak boleh berhenti. Kedua, pendirian teguhkan. Tegak lurus dengan keyakinan kepada Allah; istiqamah. Karena suatu dakwah tidak akan jaya, kalau yang berdakwah tidak mempunyai istiqamah dan sebagai lanjutannya jangan diikuti, jangan dipedulikan hawa nafsu mereka yang hendak membawa kepada pertengkaran yang sangat menghabiskan tenaga dan hen-daklah dijelaskan pendirian. Pendirian yang tidak digoyahkan oleh gelora hawa nafsu lawan. Pendirian itu ialah
“Dan katakanlah, ‘Aku percaya kepada apa yang ditrnunkan Allah dari al-Kitab dan aku diperintah supaya berlaku adil di antara kamu. Allah adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu Bagi kami amalan-amalan kami dan bagi kamu amalan-amalan kamu Tidak ada pertengkaran di antara kami dengan kamu. Allah akan mengumpulkan di antara kita dan kepada-Nyalah tempat kembali."
Demikianlah sikap yang diperintahkan Allah kepada Rasui-Nya ﷺ ketika di Mekah. Sebab orang-orang Yahudi dari Yatsrib atau Nasrani dari Najran, banyak juga berulang ke sana. Nabi Muhammad ﷺ menutup segala pertengkaran yang mungkin timbul, sebab bila dibanding dengan musyrik-musyrik penyembah berhala yang masih berurat berakar di tanah Arab di Mekah khususnya, maka tidaklah layak ditimbulkan pertikaian Islam dengan Ahlul Kitab. Sebab pokok agama itu hanya satu pada hakikatnya. Beramallah kamu menurut keyakinanmu, kami pun beramal menurut keyakinan kami. Tidak usah ada pertengkaran di antara kita dan saya akan tetap memperlakukan kamu dengan adil. Tentang perbedaan paham di antara kita, nanti di hadapan Allah kita minta penyelesaian-Nya. Sebab kita semua akan kembali kepada-Nya dan berkumpul di hadapan-Nya.
Ayat 16
“Dan orang-orang yang membantah kepada Allah sesudah diperkenankan baginya, bantahan mereka tidak ada gunanya di sisi Tuhan mereka. Dan ke atas mereka kemurkaan dan bagi mereka adzab yang sangat."
Bantahan-bantahan itu nyata tidak ada harganya sama sekali. Tidak ada kebenaran melainkan satu, yaitu dari Allah. Bantahan atas kebenaran Allah, hanyalah hawa nafsu maka kemurkaan dan adzablah yang akan jadi jawabnya.
Turunnya ayat ini karena Yahudi-Yahudi disokong oleh musyrikin mengemukakan beberapa bantahan dan pertanyaan-pertanyaan yang maksudnya semata-mata membangga bahwa ajaran Yahudi lebih tua.
Tetapi tiap-tiap bantahan itu saat dipatahkan oleh Nabi ﷺ. Akhirnya turunlah ayat ini buat memukul jatuh mereka.
Ayat 17
Apa bantahan lagi, padahal: “Allah-lah yang menurunkan kitab itu."
Bukan ia semata kata-kata Muhammad. Dia hanya penyaluT wahyu, “dengan kebenaran dan neraca." Kebenaran yang tak saat dibantah oleh jiwa murni dan neraca pertimbangan yang adil, yang tidak saat berpaling lagi.
“Dan engkau tidak tahu, barangkali Sa'at itu sudah dekat."
Bagaimana sambutan mereka tentang berita bahwa Sa'at, atau Kiamat itu pasti datang?
Ayat 18
“Meminta cepat kedatangannya orang-orang yang tidak beriman kepadanya."
Karena mereka menerimanya dengan olok-olok. Sebab tiap-tiap berbicara soal agama Nabi Muhammad ﷺ selalu menyebut Kiamat mesti datang. Tetapi tidak juga datang. Sebagai juga rasa kekufuran manusia di zaman kita ini. Kata mereka: sudah 14 abad, 14 kali 100 tahun Muhammad mengatakan dunia akan Kiamat, sekarang belum juga! “Dan orang-orang yang beriman merasa takut daripadanya dan mereka tahu bahwasanya dia itu sebenarnya." Mereka merasa takut kalau-kalau Kiamat datang sedang amalan mereka masih sangat berkurang-kurang.
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang Sa'at itu adalah di dalam kesesatan yang jauh."
Ingatlah orang yang tidak percaya akan hari Kiamat itu sejauh-jauhnya karena yang dipikirkannya hanya semata-mata dunia. Dia tidak takut berbuat aniaya di bumi, sebab tidak yakin akan ada pembalasan.
Ayat 19
“Allah amat lemah lembut kepada hamba-hamba-Nya, diberi-Nya rezeki barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia adalah Yang Mahakuat dan Yang Mahagagah."
Apabila setiap hari ini kita memakan dan meminum rezeki yang diberikan-Nya, hidup senang, harta ada, pangkat, kebesaran dan lain-lain, terasalah betapa lemah lembut-Nya Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Kita girang, kita tertawa. Tetapi Dia Mahakuat karena apabila nikmat itu hendak dicabut-Nya, sedikit pun kita tidak dapat bertahan. Umur berjalan terus, dari muda kita terus tua, dan akhirnya mati. Badan mulanya kuat, akhirnya dengan tidak disadari, tenaga itu kian susut dan surut, dan mati. Dihitung-hitung masa yang dilalui, rupanya hanya sebentar saja. Kita rasakan kejadian dua puluh tahun yang lalu, baru rasa kemarin. Sedang yang akan ditempuh masih lama rasanya. Sebelum merasa kepuasan, air kehidupan pun habis. Kita hidup di antara sifat ilahi. Al-Lathif dengan al-Qawi dan al-Aziz. Di antara karunia lemah lembut-Nya dengan kuat gagah-Nya. Kita akan terombang-ambing dalam hidup kalau kita lupa al-Qawi dan al-Aziz karena menikmati al-Lathif. Moga-moga dapatlah kita mencamkannya dalam hati, setiap hari.
Ayat 20
“Barangsiapa yang menginginkan kebun akhirat, akan Kami tambah untuknya perkebunannya. Dan barangsiapa yang menginginkan kebun dunia, akan Kami berikan kepadanya sebagian daripadanya; tetapi tidaklah ada baginya di akhirat pembagian apa-apa."
Sebab itu maka ayat ini menganjurkan kita membuka kebun akhirat sedang dalam dunia mi. Sebab hidup Muslim adalah satu jua, yaitu hidup yang berpangkal di dunia dan berujung di akhirat. Untuk mencapai akhirat tidak ada jalan lain melainkan melalui, ataupun melintasi dunia. Apabila hidup itu hendak kita potong, yaitu tidak mengingat akhirat, yang kita capai hanya dunia sajalah. Itu pun dapatnya hanya laksana mimpi belaka. Sedang mencoba-coba dia sudah habis atau laksana memakan limau kesumba (jeruk), ketika memakannya terasa manisnya. Setelah jeruk habis maka bekas pahitnya tinggallah di kerongkongan dan di lidah. Dan setelah mati maka yang akan d-dapati di akhirat tidak ada apa-apa. Setelah mati tertutup yang penghabisan dan cerita kehidupan sudah tamat, barulah terbuka hal yang sebenarnya, bahwa kehidupan yang sudah kita lalui itu tidaklah apa-apa.