Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَا
dan tidak
تَفَرَّقُوٓاْ
mereka berpecah belah
إِلَّا
kecuali
مِنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
مَا
apa yang
جَآءَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡعِلۡمُ
pengetahuan
بَغۡيَۢا
kedengkian
بَيۡنَهُمۡۚ
diantara mereka
وَلَوۡلَا
dan kalau tidak
كَلِمَةٞ
kalimat/ketetapan
سَبَقَتۡ
telah lewat/lalu
مِن
dari
رَّبِّكَ
Tuhanmu
إِلَىٰٓ
sampai pada
أَجَلٖ
waktu
مُّسَمّٗى
ditentukan
لَّقُضِيَ
pasti diputuskan
بَيۡنَهُمۡۚ
diantara mereka
وَإِنَّ
dan sesunguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُورِثُواْ
mereka diwarisi
ٱلۡكِتَٰبَ
kitab
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِمۡ
sesudah mereka
لَفِي
benar-benar dalam
شَكّٖ
keragu-raguan
مِّنۡهُ
daripadanya
مُرِيبٖ
kebimbangan
وَمَا
dan tidak
تَفَرَّقُوٓاْ
mereka berpecah belah
إِلَّا
kecuali
مِنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
مَا
apa yang
جَآءَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡعِلۡمُ
pengetahuan
بَغۡيَۢا
kedengkian
بَيۡنَهُمۡۚ
diantara mereka
وَلَوۡلَا
dan kalau tidak
كَلِمَةٞ
kalimat/ketetapan
سَبَقَتۡ
telah lewat/lalu
مِن
dari
رَّبِّكَ
Tuhanmu
إِلَىٰٓ
sampai pada
أَجَلٖ
waktu
مُّسَمّٗى
ditentukan
لَّقُضِيَ
pasti diputuskan
بَيۡنَهُمۡۚ
diantara mereka
وَإِنَّ
dan sesunguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُورِثُواْ
mereka diwarisi
ٱلۡكِتَٰبَ
kitab
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِمۡ
sesudah mereka
لَفِي
benar-benar dalam
شَكّٖ
keragu-raguan
مِّنۡهُ
daripadanya
مُرِيبٖ
kebimbangan
Terjemahan
Mereka (Ahlulkitab) tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (tentang kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Seandainya tidak karena suatu ketetapan yang telah terlebih dahulu ada dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Sesungguhnya orang-orang yang mewarisi kitab suci (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Nabi Muhammad) benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentangnya (Al-Qur’an) itu.
Tafsir
(Dan mereka tidak berpecah-belah) yaitu para pemeluk agama-agama tentang agamanya, umpamanya sebagian dari mereka berpegang kepada ajaran tauhid dan sebagian lainnya kafir (melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka) yakni pengetahuan tentang ajaran tauhid (karena kedengkian) yang dimaksud adalah orang-orang kafir (di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulunya) untuk menangguhkan pembalasan (sampai kepada waktu yang ditentukan) yakni hari kiamat (pastilah telah diputuskan di antara mereka) yaitu diazab-Nya orang-orang kafir di dunia. (Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Alkitab sesudah mereka) mereka adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (benar-benar dalam keraguan terhadapnya) terhadap Nabi ﷺ (yang mengguncangkan) yang menyebabkan keragu-raguan.
Tafsir Surat Asy-Syura: 13-14
[[Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka. Kalau tidak karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang mengguncangkan tentang kitab itu.]] (Asy-Syura: 13-14)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada umat ini: [[Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Kami wahyukan kepadamu.]] (Asy-Syura: 13) Disebutkanlah rasul pertama sesudah Adam a.s. yaitu Nuh a.s. dan rasul yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad ﷺ Kemudian disebutkan sesudahnya rasul-rasul yang bergelar ulul 'azmi; mereka adalah Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam.
Ayat ini menyebutkan semua rasul ulul 'azmi yang lima orang sebagaimana yang disebutkan dalam suatu ayat dan surat Al-Ahzab melalui firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. (Al-Ahzab: 7)
Agama yang dibawa oleh para rasul semuanya adalah agama tauhid, yaitu yang menganjurkan menyembah Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (Al-Anbiya: 25)
Dan di dalam hadis disebutkan seperti berikut: “Kami para nabi adalah saudara yang berbeda-beda ibu, tetapi agama kami satu.” Dengan kata lain, kesamaan yang ada di antara mereka ialah menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, sekalipun syariat dan tuntunannya berbeda-beda. Seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (Al-Maidah: 48)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: [[Tegakkanlah agamamu dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.]] (Asy-Syura: 13) Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada semua nabi untuk rukun dan bersatu, serta melarang mereka berpecah belah dan berlainan pendapat.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.]] (Asy-Syura: 13) Yakni amat berat bagi mereka dan mereka antipati terhadap ajaran tauhid yang engkau serukan kepada mereka, hai Muhammad.
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan: [[Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).]] (Asy-Syura: 13) Dialah yang menentukan hidayah bagi siapa yang berhak menerimanya. Dia pula yang menetapkan kesesatan atas orang yang lebih memilih jalan kesesatan daripada jalan petunjuk.
Karena itulah maka dalam ayat berikutnya disebutkan: [[Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka.]] (Asy-Syura: 14) Yakni sesungguhnya sikap menentang mereka terhadap perkara yang hak justru sesudah perkara yang hak datang kepada mereka dan hujah telah ditegakkan atas diri mereka, dan tiada yang mendorong mereka bersikap demikian melainkan karena sikap mereka yang melampaui batas, ingkar lagi selalu menentang.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: [[Kalau tidak karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan.]] (Asy-Syura: 14) Yaitu sekiranya tidak ada ketetapan dari Allah yang terdahulu yang memberikan masa tangguh kepada hamba-hamba-Nya bahwa hisab mereka akan dilakukan pada hari mereka dikembalikan (hari kiamat), tentulah Allah menyegerakan azab-Nya atas mereka di dunia ini secepatnya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka.]] (Asy-Syura: 14) Maksudnya, generasi yang terakhir dari kalangan mereka di masa pertama Islam yang mendustakan kebenaran (yang dibawa oleh Islam).
[[… benar-benar berada dalam keraguan yang mengguncangkan tentang kitab itu.]] (Asy-Syura: 14) Yakni mereka tidak yakin dengan urusan dan iman mereka, dan sesungguhnya mereka hanya bertaklid kepada nenek moyang dan para pendahulu mereka tanpa dalil, dan tanpa keterangan. Sebenarnya mereka berada dalam kebimbangan dalam urusannya dan perpecahan yang parah."
Dan mereka, kaum musyrik dan ahli Kitab dari umat-umat terdahulu tidak berselisih, berpecah belah, dan berkelompok-kelompok kecuali setelah datang kepada mereka ilmu, yakni pengetahuan tentang prinsip-prinsip, tuntunan-tuntunan, dan petunjuk-petunjuk kepada kebenaran yang disampaikan oleh para nabi. Perselisihan dan perpecahan di antara mereka disebabkan karena kedengkian yang terjadi antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu untuk menangguhkan azab bagi mereka sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman yang berat yang datang dari Tuhanmu bagi mereka telah dilaksanakan dan mereka menjadi binasa de-ngan hukuman itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi kepada mereka Kitab, yaitu Taurat dan Injil, setelah mereka yang berselisih dan berpecah-belah itu dan mereka hidup hingga pada zaman Nabi Muhammad, benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang kitab Taurat dan Injil yang mereka warisi itu atau Kitab Al-Qur'an dengan ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. 15. Karena itu, apa pun sikap mereka terhadap kamu, termasuk keraguan mereka yang mendalam terhadap ajaran-ajaran yang kamu sampaikan, serulah mereka dengan penuh kesabaran untuk beriman kepada Tuhanmu dan tetaplah beriman dan berdakwah sebagaimana diperintahkan Tuhanmu kepadamu Muhammad dan janganlah mengikuti keinginan mereka dalam hal apa pun dan katakanlah kepada mereka yang kafir dan ragu itu dengan tegas, 'Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan apa yang diturunkan-Nya di dalam kitab suci-Nya dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu sekalian. Allah adalah Tuhan kami dan juga Tuhan kamu, yang menciptakan, memelihara, mendidik, dan membimbing ke jalan yang benar, dan memberi balasan atas apa yang kita kerjakan. Bagi kami perbuatan kami dan kami akan mempertanggungjawabkannya dan bagi kamu perbuatan kamu dan kamu akan mempertanggungjawabkannya di hadapan-Nya. Tidak perlu lagi ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita di hari Kiamat nanti dan memutuskan perbedaan di antara kita dan kepada-Nyalah kita semua kembali. '.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Ahli Kitab baik Yahudi maupun Nasrani sesudah mengetahui kebenaran rasul-rasul yang diutus kepada mereka, lalu berpecah-belah menjadi beberapa golongan, sebagaimana digambarkan Allah dalam firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. (al-An'am/6: 159)
Mereka melakukan yang demikian itu karena kedengkian dan kebencian antara mereka sehingga timbullah pertentangan antar sekte di kalangan mereka yang sukar untuk diatasi dan diselesaikan. Mereka saling menuduh, orang-orang Yahudi meyakinkan kebenaran pendirian dan pegangan mereka, sedangkan anggapan orang Nasrani meyakini bahwa orang Yahudi itu tidak mempunyai pendirian dan pegangan. Begitu pula sebaliknya, orang-orang Yahudi menganggap bahwa orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai pendirian, sebagaimana firman Allah:
Dan orang Yahudi berkata, "Orang Nasrani itu tidak memiliki sesuatu (pegangan)," dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, "Orang-orang Yahudi tidak memiliki sesuatu (pegangan)," (al-Baqarah/2: 113)
Sekiranya belum ada ketentuan lebih dahulu dari Allah mengenai ditangguhkannya pembalasan dan siksa bagi orang-orang yang menentang dan menyalahi perintah Allah itu sampai kepada waktu yang telah ditentukan-Nya (hari Kiamat), niscaya mereka telah dibinasakan di dunia ini dan tidak perlu lagi ditunda sampai di akhirat nanti.
Perpecahan di antara umat manusia berlaku umum, bukan hanya terjadi pada Ahli Kitab saja, tetapi juga ada di kalangan Muslimin sendiri. Kalau perpecahan dalam bidang akidah banyak dialami Ahli Kitab, kelompok Islam banyak mengalami perselisihan dalam bidang fiqh, muamalat, dan pernikahan, yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam. Perintah untuk bersatu harus benar-benar disadari oleh umat Islam, karena dampak buruk perpecahan ini adalah lemahnya persatuan dan kesatuan umat sehingga posisi tawar kita dalam berbagai posisi dan bidang di dunia internasional menjadi lemah.
Ayat 14 ini ditutup dengan satu penegasan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mewarisi Kitab Taurat dan Injil dari nenek moyang mereka, yang pada masa Rasulullah ﷺ menyaksikan dakwah Islamiyah, mereka itu menjadi ragu tentang kebenaran Kitab mereka dan benar-benar mengguncangkan kepercayaan mereka. Hal ini tidak mengherankan karena di samping kepercayaan mereka kepada Kitab Samawi memang tidak mendalam, mereka memeluk agama hanya karena ikut-ikutan kepada nenek moyang mereka.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KESATUAN AGAMA
Ayat 13
“Dia telah gariskan bagi kamu perihal agama, sebagai apa yang telah diwajibkan-Nya kepada Nuh."
Nabi Muhammad adalah Nabi penutup, sedang Nabi Nuh adalah Rasul yang mula-mula menerima syari'at. Jarak antara Nuh dan Muhammad kira-kira 8.000 tahun. Namun inti sari yang digariskan kepada Muhammad adalah yang diwajibkan kepada Nuh itu juga."Danyang Kami telah wajibkan kepada engkau dan apa yang telah Kami wajibkan dia kepada Ibrahim dan Musa dan Isa." Di sini bertambah jelas bahwa Musa, Isa, dan Muhammad pun hanya diberi satu macam tugas kewajiban meskipun masanya berbeda.
Apakah tugas yang sama atau satu itu? “(Yaitu): bahwa kamu tegakkan agama dan jangan kamu bercerai-beraipadanya." Agama itu hanya satu, yaitu mengakui keesaan Allah dan sesudah diakui keesaan-Nya itu lalu beribadah kepada-Nya, berbakti, taat! Untuk mengajarkan inilah sekalian rasul-rasul itu diutus. Di dalam ayat ini disebut lima rasul yang inti, yang disebut “Ulul azmi min ar-rusuli" (rasul-rasul yang mempunyai tugas istimewa). Yaitu: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa al-Masih, dan Muhammad (shalawat dan salam Allah buat mereka semua).
Lantaran dimaksud dengan ad-din, yang kita artikan agama itu hanya satu, yaitu kebaktian kepada Allah. Dengan sendirinya maka hakikat agama di dalam dunia hanya satu. Itulah yang diperingatkan Allah bahwa kamu tegakkan agama dan jangan bercerai-berai padanya.
“Amat berat atas orang musyrikin apa yang engkau ajak mereka kepadanya" Mengapa mereka merasa amat berat? Sebab ini adalah menanam suatu cita-cita besar, yang di zaman modern disebut ideologi. Menanam kesatuan tujuan yaitu Allah dan menanam kesatuan kepercayaan dan pegangan yang amat jauh tujuan, tahan buat berabad-abad, dan kalau pendirian itu dipegang, bukan saja berhala yang mesti runtuh, bahkan kesukuan-kesukuan, mementingkan kabilah, harus dikesampingkan. Yang ada hanya ukhuwah dalam agama, ini adalah soal tauhid, menanam keyakinan satu Tuhan.
Satu agama, satu keyakinan hidup. Padahal mereka musyrik; banyak Tuhan dan banyak kabilah, banyak keyakinan, sebanyak kepala penganutnya, inilah yang membuat mereka keberatan. Tetapi Allah telah memberikan harapan.
“Allah, Dia memilih buat itu siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan diberi-Nya petunjuk siapa yang kembali kepada-Nya “
Allah sendiri yang akan memilih, siapa yang bersedia buat agama itu. Lantaran itu maka Islam tidak membeda nabi. Semua nabi, adalah nabi-Nya. Tidak membeda kitab, semua kitab-kitab-Nya. Yahudi dan Nasrani dalam pandangan Islam adalah hanya perbedaan cara melakukan beberapa peraturan, tetapi tidak tentang pokok. Sebab itu mereka dihormati, disebut Ahlu! Kitab, orang yang keturunan kitab. Tidak sekali-kali disamakan anggapan kepada mereka dengan kepada musyrik. Nabi-nabi yang terdahulu itu pun mengatakan bahwa sepeninggal mereka akan datang seorang Nabi besar, yang syari'atnya akan menyempurnakan pekerjaan mereka. Sebab itu maka orang Yahudi menunggu kedatangannya dan Nasrani pun demikian pula. Di dalam kitab-kitab orang Yahudi disebut Messias. Di dalam kitab Injiinya orang Nasrani disebut Paraclet. Orang Yahudi yang berdiam di Yatsrib (Madinah), bila mereka bercakap-cakap dengan orang Arab penduduk negeri itu selalu mereka mengatakan juga bahwa Nabi itu akan datang, sehingga perkataan orang Yahudi itulah salah satu pendorong yang menyebabkan Kabilah Aus dan Khazraj mau percaya atas seruan Nabi Muhammad saw,. Inilah rupanya Nabi yang selalu dikatakan orang Yahudi itu.
Tetapi bagaimana kenyataannya setelah Nabi Muhammad ﷺ datang?
Ayat 14
“Dan tidaklah mereka bercerai-berai melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan; lantaran kedengkian di antara mereka."
Apakah pengetahuan itu? Yaitu Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur'an, itulah pengetahuan itu. Sudah jelas sekarang bahwa Nabi yang ditunggu-tunggu kedatangannya itu bukan dari Bani Israil, tetapi dari Bani Isma'il. Al-Qur'an bukan lagi bahasa Ibrani, tetapi bahasa Arab. Orang Arab yang selama ini diejek dan diolok karena tidak bernabi, sekarang akan naik. Maka timbullah dengki. Lalu mereka sesama mereka jadi pecah. Hanya beberapa orang saja yang sudi mengakui kenabian Muhammad, yang lain mendustakan.
“Dan kalau bukanlah kalimat yang telah terdahulu dari Tuhan engkau, sampai suatu waktu yang telah ditentukan, niscaya telah dihukum di antara mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwarisi kitab sesudah mereka itu adalah di dalam keragu-raguan daripadanya, lagi bimbang."
Kalimat yang telah tersurat terlebih dahulu di dalam al-Lauh al-Mahfuzh, rupanya telah menentukan bahwa perjuangan menegakkan kalimat tauhid yang sejati itu tidak akan berhenti dengan kemenangan Nabi ﷺ saja. Akan panjang lagi ujungnya di belakang, untuk berabad-abad. Sedang hukuman bagi yang kufur akan diberikan kelak di suatu waktu yang telah ditentukan, yaitu di akhirat. Adapun di dunia ini, kemenangan cita akan ditentukan oleh perjuangan yang tidak boleh berhenti. Karena orang yang keturunan kitab sesudah mereka akan masih tetap raga-ragu dan bimbang. Sebab itu maka revolusi jiwa untuk mencapai tauhid tidak akan selesai sampai hari Kiamat. Kemudian Allah memesankan kepada rasul-Nya,
Ayat 15
“Karena demikian maka ajaklah dan bendirilah teguh sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan jangan engkau ikuti hawa nafsu mereka."
Dengan ayat ini Rasulullah ﷺ sudah diberi dua perintah yang pokok. Pertama, dakwah teruskan, ajakan dan seruan tidak boleh berhenti. Kedua, pendirian teguhkan. Tegak lurus dengan keyakinan kepada Allah; istiqamah. Karena suatu dakwah tidak akan jaya, kalau yang berdakwah tidak mempunyai istiqamah dan sebagai lanjutannya jangan diikuti, jangan dipedulikan hawa nafsu mereka yang hendak membawa kepada pertengkaran yang sangat menghabiskan tenaga dan hen-daklah dijelaskan pendirian. Pendirian yang tidak digoyahkan oleh gelora hawa nafsu lawan. Pendirian itu ialah
“Dan katakanlah, ‘Aku percaya kepada apa yang ditrnunkan Allah dari al-Kitab dan aku diperintah supaya berlaku adil di antara kamu. Allah adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu Bagi kami amalan-amalan kami dan bagi kamu amalan-amalan kamu Tidak ada pertengkaran di antara kami dengan kamu. Allah akan mengumpulkan di antara kita dan kepada-Nyalah tempat kembali."
Demikianlah sikap yang diperintahkan Allah kepada Rasui-Nya ﷺ ketika di Mekah. Sebab orang-orang Yahudi dari Yatsrib atau Nasrani dari Najran, banyak juga berulang ke sana. Nabi Muhammad ﷺ menutup segala pertengkaran yang mungkin timbul, sebab bila dibanding dengan musyrik-musyrik penyembah berhala yang masih berurat berakar di tanah Arab di Mekah khususnya, maka tidaklah layak ditimbulkan pertikaian Islam dengan Ahlul Kitab. Sebab pokok agama itu hanya satu pada hakikatnya. Beramallah kamu menurut keyakinanmu, kami pun beramal menurut keyakinan kami. Tidak usah ada pertengkaran di antara kita dan saya akan tetap memperlakukan kamu dengan adil. Tentang perbedaan paham di antara kita, nanti di hadapan Allah kita minta penyelesaian-Nya. Sebab kita semua akan kembali kepada-Nya dan berkumpul di hadapan-Nya.
Ayat 16
“Dan orang-orang yang membantah kepada Allah sesudah diperkenankan baginya, bantahan mereka tidak ada gunanya di sisi Tuhan mereka. Dan ke atas mereka kemurkaan dan bagi mereka adzab yang sangat."
Bantahan-bantahan itu nyata tidak ada harganya sama sekali. Tidak ada kebenaran melainkan satu, yaitu dari Allah. Bantahan atas kebenaran Allah, hanyalah hawa nafsu maka kemurkaan dan adzablah yang akan jadi jawabnya.
Turunnya ayat ini karena Yahudi-Yahudi disokong oleh musyrikin mengemukakan beberapa bantahan dan pertanyaan-pertanyaan yang maksudnya semata-mata membangga bahwa ajaran Yahudi lebih tua.
Tetapi tiap-tiap bantahan itu saat dipatahkan oleh Nabi ﷺ. Akhirnya turunlah ayat ini buat memukul jatuh mereka.
Ayat 17
Apa bantahan lagi, padahal: “Allah-lah yang menurunkan kitab itu."
Bukan ia semata kata-kata Muhammad. Dia hanya penyaluT wahyu, “dengan kebenaran dan neraca." Kebenaran yang tak saat dibantah oleh jiwa murni dan neraca pertimbangan yang adil, yang tidak saat berpaling lagi.
“Dan engkau tidak tahu, barangkali Sa'at itu sudah dekat."
Bagaimana sambutan mereka tentang berita bahwa Sa'at, atau Kiamat itu pasti datang?
Ayat 18
“Meminta cepat kedatangannya orang-orang yang tidak beriman kepadanya."
Karena mereka menerimanya dengan olok-olok. Sebab tiap-tiap berbicara soal agama Nabi Muhammad ﷺ selalu menyebut Kiamat mesti datang. Tetapi tidak juga datang. Sebagai juga rasa kekufuran manusia di zaman kita ini. Kata mereka: sudah 14 abad, 14 kali 100 tahun Muhammad mengatakan dunia akan Kiamat, sekarang belum juga! “Dan orang-orang yang beriman merasa takut daripadanya dan mereka tahu bahwasanya dia itu sebenarnya." Mereka merasa takut kalau-kalau Kiamat datang sedang amalan mereka masih sangat berkurang-kurang.
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang Sa'at itu adalah di dalam kesesatan yang jauh."
Ingatlah orang yang tidak percaya akan hari Kiamat itu sejauh-jauhnya karena yang dipikirkannya hanya semata-mata dunia. Dia tidak takut berbuat aniaya di bumi, sebab tidak yakin akan ada pembalasan.
Ayat 19
“Allah amat lemah lembut kepada hamba-hamba-Nya, diberi-Nya rezeki barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia adalah Yang Mahakuat dan Yang Mahagagah."
Apabila setiap hari ini kita memakan dan meminum rezeki yang diberikan-Nya, hidup senang, harta ada, pangkat, kebesaran dan lain-lain, terasalah betapa lemah lembut-Nya Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Kita girang, kita tertawa. Tetapi Dia Mahakuat karena apabila nikmat itu hendak dicabut-Nya, sedikit pun kita tidak dapat bertahan. Umur berjalan terus, dari muda kita terus tua, dan akhirnya mati. Badan mulanya kuat, akhirnya dengan tidak disadari, tenaga itu kian susut dan surut, dan mati. Dihitung-hitung masa yang dilalui, rupanya hanya sebentar saja. Kita rasakan kejadian dua puluh tahun yang lalu, baru rasa kemarin. Sedang yang akan ditempuh masih lama rasanya. Sebelum merasa kepuasan, air kehidupan pun habis. Kita hidup di antara sifat ilahi. Al-Lathif dengan al-Qawi dan al-Aziz. Di antara karunia lemah lembut-Nya dengan kuat gagah-Nya. Kita akan terombang-ambing dalam hidup kalau kita lupa al-Qawi dan al-Aziz karena menikmati al-Lathif. Moga-moga dapatlah kita mencamkannya dalam hati, setiap hari.
Ayat 20
“Barangsiapa yang menginginkan kebun akhirat, akan Kami tambah untuknya perkebunannya. Dan barangsiapa yang menginginkan kebun dunia, akan Kami berikan kepadanya sebagian daripadanya; tetapi tidaklah ada baginya di akhirat pembagian apa-apa."
Sebab itu maka ayat ini menganjurkan kita membuka kebun akhirat sedang dalam dunia mi. Sebab hidup Muslim adalah satu jua, yaitu hidup yang berpangkal di dunia dan berujung di akhirat. Untuk mencapai akhirat tidak ada jalan lain melainkan melalui, ataupun melintasi dunia. Apabila hidup itu hendak kita potong, yaitu tidak mengingat akhirat, yang kita capai hanya dunia sajalah. Itu pun dapatnya hanya laksana mimpi belaka. Sedang mencoba-coba dia sudah habis atau laksana memakan limau kesumba (jeruk), ketika memakannya terasa manisnya. Setelah jeruk habis maka bekas pahitnya tinggallah di kerongkongan dan di lidah. Dan setelah mati maka yang akan d-dapati di akhirat tidak ada apa-apa. Setelah mati tertutup yang penghabisan dan cerita kehidupan sudah tamat, barulah terbuka hal yang sebenarnya, bahwa kehidupan yang sudah kita lalui itu tidaklah apa-apa.