Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالُواْ
dan mereka berkata
قُلُوبُنَا
hati kami
فِيٓ
dalam
أَكِنَّةٖ
tutupan
مِّمَّا
dari apa
تَدۡعُونَآ
kamu menyeru kami
إِلَيۡهِ
kepadanya
وَفِيٓ
dan dalam
ءَاذَانِنَا
telinga kami
وَقۡرٞ
sumbat
وَمِنۢ
dan dari
بَيۡنِنَا
antara kami
وَبَيۡنِكَ
dan antara kamu
حِجَابٞ
dinding
فَٱعۡمَلۡ
maka bekerjalah
إِنَّنَا
sesungguhnya kami
عَٰمِلُونَ
orang-orang yang bekerja
وَقَالُواْ
dan mereka berkata
قُلُوبُنَا
hati kami
فِيٓ
dalam
أَكِنَّةٖ
tutupan
مِّمَّا
dari apa
تَدۡعُونَآ
kamu menyeru kami
إِلَيۡهِ
kepadanya
وَفِيٓ
dan dalam
ءَاذَانِنَا
telinga kami
وَقۡرٞ
sumbat
وَمِنۢ
dan dari
بَيۡنِنَا
antara kami
وَبَيۡنِكَ
dan antara kamu
حِجَابٞ
dinding
فَٱعۡمَلۡ
maka bekerjalah
إِنَّنَا
sesungguhnya kami
عَٰمِلُونَ
orang-orang yang bekerja
Terjemahan
Mereka berkata, “Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau serukan kepada kami. Dalam telinga kami ada penyumbat dan di antara kami dan engkau ada tabir. Oleh sebab itu, lakukanlah (apa yang kamu sukai). Sesungguhnya kami akan melakukan (apa yang kami sukai).”
Tafsir
(Mereka berkata) kepada Nabi ﷺ, ("Hati kami berada dalam tutupan) tertutup dari (apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan) yakni penutup (dan di antara kami dan kamu ada dinding) pemisah dalam masalah agama (maka bekerjalah kamu) sesuai dengan tuntunan agamamu (sesungguhnya kami bekerja pula") sesuai dengan tuntunan agama kami.
Tafsir Surat Fushshilat: 1-5
Haa Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata, "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungghnya kami bekerja (pula).
Firman Allah ﷻ: Ha Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 1-2) Artinya, Al-Qur'an ini diturunkan dari sisi Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar. (An-Nahl: 102) Dan firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara 192-194) Adapun firman Allah ﷻ: Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya. (Fushshilat: 3) Yakni dijelaskan makna-maknanya dan dikuatkan hukum-hukumnya.
yakni bacaan dalam bahasa Arab. (Fushshilat: 3) Al-Qur'an itu selain sebagai bacaan yang berbahasa Arab yang jelas dan terang, makna-maknanya dan lafaz-lafaznya juga jelas, tidak musykil (tidak sulit). Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara rinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu. (Hiid: 1) Yakni Al-Qur'an itu mengandung mukjizat lafaz dan maknanya. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42) Adapun firman Allah ﷻ: untuk kaum yang mengetahui. (Fushshilat: 3) Yakni sesungguhnya orang yang mengetahui keterangan dan penjelasan ini hanyalah para ulama yang mendalam ilmunya.
yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan. (Fushshilat: 4) Maksudnya, adakalanya membawa berita gembira bagi orang-orang mukmin dan adakalanya membawa peringatan bagi orang-orang kafir. tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. (Fushshilat: 4) Yaitu kebanyakan kaum Quraisy tidak memahami sedikit pun darinya (Al-Qur'an), padahal Al-Qur'an jelas dan gamblang. Mereka berkata, "Hati kami berada dalam tutupan. (Fushshilat: 5) Yaitu dalam keadaan terlapisi oleh penutup. (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan. (Fushshilat: 5) Maksudnya tuli, tidak dapat mendengarkan apa yang engkau sampaikan kepada kami. dan di antara kami dan kamu ada dinding. (Fushshilat: 5) yang menghalang-halangi apa yang kamu katakan kepada kami, maka tiada sesuatu pun darinya yang sampai kepada kami.
maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula). (Fushshilat: 5) Yakni bekerjalah kamu menurut caramu, kami pun akan bekerja menurut cara kami, kami tidak akan mengikutimu. Imamul Alim Abdu ibnu Humaid di dalam kitab musnadnya mengatakan: : (1) ! (2) (3) ! (4) [] "" [: telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Al-Ajlah, dari Az-Zayyal ibnu Harmalah Al-Asadi, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang telah menceritakan bahwa pada suatu hari orang-orang Quraisy berkumpul, lalu mereka mengatakan, "Carilah oarng yang paling pandai di antara kalian mengenai ilmu sihir, tenung, dan syair, lalu suruh dia mendatangi lelaki ini (maksudnya Nabi ﷺ) yang telah memecah belah persatuan kita dan mengacaukan urusan kita serta mencela agama kita.
Hendaklah ia berbicara dengannya dan kita akan melihat apa yang akan dikatakan lelaki itu." Sebagian dari mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui seseorang yang menguasai hal itu selain dari Atabah ibnu Rabi'ah." Lalu mereka berkata, "Engkaulah yang maju, hai Abul Walid (nama panggilan Atabah)." Lalu Atabah mendatangi Nabi ﷺ dan berkata kepadanya, "Hai Muhammad, engkaukah yang lebih baik ataukah Abdullah (maksudnya ayah beliau)?" Nabi ﷺ diam, lalu Atabah bertanya lagi, "Engkaukah yang lebih baik ataukah Abdul Muttalib?" Rasulullah ﷺ diam, dan Atabah berkata, "Jika engkau mengira bahwa mereka lebih baik daripada kamu, maka sesungguhnya mereka telah menyembah sembah-sembahan yang kamu cela. Dan jika engkau mengira bahwa dirimu lebih baik daripada mereka, maka berbicaralah agar kami dapat mendengar pendapatmu.
Sesungguhnya kami, demi Tuhan, belum pernah melihat seekor anak kambing pun yang dianggap lebih membawa kesialan oleh kaummu selain dari kamu sendiri. Engkau telah memecah belah persatuan kami dan mengacaukan urusan kami; engkau cela agama kami dan engkau permalukan kami di mata semua orang Arab, hingga telah tersiar di kalangan mereka bahwa di kalangan Quraisy terdapat seorang ahli sihir, dan di kalangan orang Quraisy terdapat seorang ahli tenung (tukang meramal).
Demi Allah, tiada yang kami tunggu selain pecahnya bisul yang berakibat sebagian dari kami menyerang sebagian yang lainnya hingga saling membunuh. Hai laki-laki, jika engkau memang mempunyai suatu keperluan, kami sanggup menghimpun dana untukmu hingga kamu nanti menjadi orang Quraisy yang paling kaya tanpa saingan. Dan jika sesungguhnya kamu mempunyai keinginan untuk kawin, maka pilihlah wanita Quraisy yang manakah yang kamu sukai, maka kami akan mengawinkanmu dengan sepuluh orang wanita dari mereka." Maka Rasulullah ﷺ balik bertanya, "Sudah selesaikah kamu?" Atabah menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ha Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 1-2) sampai dengan firman-Nya: Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud.(Fushshilat: 13) Maka Atabah berkata, "Cukup, cukup, apakah engkau tidak mempunyai yang lain?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Tidak." Kemudian Atabah kembali kepada orang-orang Quraisy, lalu mereka bertanya, "Bagaimanakah hasilmu?" Atabah menjawab, "Tiada suatu hal pun yang ingin kalian bicarakan dengannya melainkan telah kukemukakan kepadanya." Mereka bertanya, "Apakah dia menjawabmu?" Atabah menjawab, "Ya, tidak, demi yang telah membuat sembah-sembahan ini dengan keyakinan, aku tidak dapat memahami sesuatu pun dari apa yang diucapkannya, hanya dia memperingatkan kepada kalian akan adanya petir seperti petir yang telah menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud." Mereka berkata, "Celakalah kamu ini, bukankah lelaki itu berbicara denganmu memakai bahasa Arab, lalu kami tidak memahami apa yang dikatakannya?" Atabah menjawab, "Tidak, demi Allah, aku tidak memahami sesuatu pun dari apa yang telah diucapkannya selain penyebutan adanya sa'iqah (petir) itu." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli di dalam kitab musnadnya melalui Abu Bakar ibnu Abu Syaibah berikut sanadnya yang semisal dengan sanad hadis di atas.
Imam Al-Bagawi telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab tafsirnya berikut sanadnya melalui Muhammad ibnu Fudail. dari Al-Ajlah alias Ibnu Abdullah Al-Kindi Al-Kufi yang berpredikat sedikit daif, dari Az-Zayyal ibnu Harmalah, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. Lalu disebutkan hadis yang semisal sampai dengan firman-Nya: Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Addan kaum Tsamud. (Fushshilat: 13) Kemudian Atabah menutupkan tangannya ke mulut Rasulullah ﷺ seraya memohon kepadanya demi pertalian rahim (persaudaraan) yang ada di antara keduanya. Lalu Atabah kembali ke rumah keluarganya dan tidak pergi ke tempat orang-orang Quraisy serta mengurung dirinya.
Maka Abu Jahal berkata, "Hai golongan orang-orang Quraisy, demi Allah, kita tidak memandang Atabah melainkan dia telah masuk agama baru bergabung dengan Muhammad, rupanya makanan Muhammad telah memikatnya. Dan itu tiada lain karena dia sedang dilanda kesengsaraan. Maka marilah kita pergi menemuinya." Abu Jahal membuka pembicaraan, "Hai Atabah, mengapa engkau tidak melapor kepada kami hingga kami tidak mempunyai pandangan lain kecuali engkau telah bergabung dengan Muhammad memeluk agama baru dan kamu terpikat oleh makanannya.
Maka jika engkau memang sedang dilanda kesengsaraan, kami akan mengumpulkan dana untukmu dari harta kami sehingga engkau tidak perlu lagi kepada makanan (jamuan) Muhammad." Mendengar ucapan itu Atabah marah besar dan bersumpah bahwa dia tidak mau bicara lagi dengan Muhammad untuk selamanya, lalu ia mengatakan, "Demi Allah, kalian telah mengetahui bahwa diriku ini termasuk orang Quraisy yang paling banyak memiliki harta.
Pada mulanya aku datang kepadanya dan kukatakan kepadanya semua yang ingin kalian bicarakan kepadanya. Maka dia menjawabku dengan sesuatu yang demi Allah, ia bukanlah syair, bukan tenung, bukan pula sihir. Dia membaca firman-Nya: Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud.(Fushshilat: 13) Lalu aku tutup mulutnya dengan tanganku dan aku memohon kepadanya demi pertalian silaturahim yang ada agar diam.
Dan tentu kalian sudah mengetahui bahwa Muhammad itu apabila berbicara tidak pernah dusta, maka aku merasa takut bila memang benar akan diturunkan kepadamu azab." Teks hadis ini mirip dengan teks hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Abu Ya'la, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kisah ini telah diriwayatkan pula oleh Imam Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar di dalam Kitabus Sirah-nya, tetapi dengan penyajian yang berbeda.
Dia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Ziyad, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Atabah ibnu Rabi'ah yang termasuk penghulu kaumnya pada suatu hari duduk di tempat perkumpulan orang-orang Quraisy (klub mereka), sedangkan Rasulullah ﷺ saat itu sedang duduk di dalam Masjidil Haram sendirian, Atabah mengatakan, "Hai golongan orang-orang Quraisy, bolehkan aku bangkit menuju kepada Muhammad, aku akan berbicara kepadanya dan menawarkan kepadanya beberapa perkara, barangkali dia mau menerima sebagiannya, lalu kita berikan kepadanya dan dia menahan dirinya tidak mengganggu kita lagi?" Peristiwa ini terjadi di saat Hamzah r.a. telah masuk Islam, dan orang-orang Quraisy menyaksikan bahwa sahabat Rasulullah ﷺ kian bertambah banyak dan Islam semakin pesat kemajuannya.
Mereka menjawab, "Benar engkau, hai Abul Walid. Bangkitlah engkau kepadanya dan berbicaralah dengannya." Atabah bangkit menuju ke tempat Rasulullah ﷺ berada, lalu duduk di dekatnya dan membuka pembicaraan, "Hai anak saudaraku, sesungguhnya engkau adalah dari kalangan kami, saya mengetahui bahwa engkau dari keturunan yang terpandang dan terhormat dalam nasab lagi mempunyai kedudukan. Dan sesungguhnya engkau telah mendatangkan kepada kaummu suatu perkara yang besar (meresahkan) sehingga berakibat engkau cerai beraikan persatuan mereka, engkau nilai bodoh orang-orang pandai mereka, dan engkau cela sembah-sembahan mereka dan juga agama mereka.
Ini berarti engkau mengingkari agama nenek moyang mereka yang terdahulu. Maka dengarkanlah dariku, aku akan menawarkan kepadamu beberapa perkara yang sebaiknya engkau mempertimbangkannya terlebih dahulu, barangkali saja kamu mau menerima sebagian darinya." Maka Rasulullah ﷺ menjawab, "Katakanlah, hai Abul Walid, aku akan mendengarmu." Atabah berkata, "Hai anak saudaraku, jika sesungguhnya engkau menginginkan di balik apa yang engkau sampaikan dari urusanmu itu sejumlah harta yang banyak, maka kami akan menghimpunkannya untukmu dari harta kami hingga engkau menjadi orang yang paling banyak hartanya di kalangan kami.
Dan jika engkau di balik itu menginginkan kedudukan yang terhormat, maka kami akan menjadikanmu sebagai orang yang berkuasa di kalangan kami, dan kami tidak berani memutuskan suatu perkara pun tanpa seizinmu. Jika di balik itu engkau menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatmu menjadi raja kami. Dan jika apa yang datang kepadamu itu merupakan gangguan kejiwaan yang selalu membayang-bayangimu, sedangkan kamu tidak mampu menolaknya dan mengusirnya dari dalam jiwamu, maka kami akan mencarikan para tabib untuk menyembuhkanmu, dan kami akan membelanjakan semua harta kami untuk pengobatan ini hingga kami dapat menjadikanmu sembuh.
Karena sesungguhnya adakalanya orang yang kesurupan itu dapat dikalahkan oleh yang merasukinya hingga ia memerlukan pengobatan dari pihak luar yang akan mengusirnya," atau kalimat lain yang semisal. Setelah Atabah selesai dari mengutarakan maksudnya yang semuanya itu didengar oleh Rasulullah ﷺ, lalu Rasulullah ﷺ bertanya, "Sudah selesaikah engkau, hai Abul Walid, dari maksudmu?" Atabah menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Sekarang dengarkanlah diriku." Atabah mengatakan, "Lakukanlah." Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Hd Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira, dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. (Fushshilat: 1-4) Kemudian Rasulullah ﷺ melanjutkan bacaannya. Dan ketika Atabah mendengarkannya, maka ia diam mendengar dengan penuh perhatian, lalu meletakkan kedua tangannya ke belakang punggunya seraya bersandar pada kedua tangannya sambil mendengarkan bacaan Rasulullah ﷺ hingga bacaan beliau sampai pada ayat sajdah yang ada padanya, lalu melakukan sujud tilawah.
Sesudah itu beliau ﷺ bersabda, "Hai Abul Walid, sekarang engkau telah mendengarkan apa yang barusan kamu dengar, maka terserah engkau begaimanakah penilaianmu terhadapnya." Maka Atabah bangkit menuju tempat teman-temannya, dan sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Kita bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya Abul Walid datang kepada kalian dengan roman muka yang berbeda dengan saat ia pergi menemuinya." Setelah Abul Walid bergabung duduk dengan teman-temannya, lalu mereka bertanya, "Hai Abul Walid, bagaimanakah hasilmu?" Atabah menjawab, "Hasil yang kudapat ialah aku telah mendengar suatu ucapan yang demi Allah aku belum pernah mendengar hal yang semisal dengannya.
Demi Allah, itu bukanlah sihir, bukan syair, bukan pula tenung. Hai orang-orang Quraisy, turutilah perkataanku ini, dan dengarkanlah saranku ini. Biarkanlah antara lelaki ini (Nabi ﷺ maksudnya) dengan apa yang menjadi urusannya, asingkanlah saja dia, sesungguhnya akan terjadi suatu berita besar dari ucapannya yang telah kamu dengar ini. Jika dia dapat dikalahkan oleh orang-orang Arab (selain kalian), berarti kalian telah terhindar dari gangguannya melalui orang-orang selain kalian. Dan jika dia beroleh kemenangan atas orang-orang Arab, berarti kemenangannya adalah kemenangan kalian juga, kejayaannya adalah kejayaan kalian juga dan kalian akan menjadi orang-orang yang paling berbahagia karena memilikinya." Orang-orang Quraisy berkata, "Dia telah menyihirmu, demi Allah, hai Abul Walid, melalui lisannya." Atabah menjawab, "Ini hanyalah pendapatku tentangnya, maka lakukanlah oleh kalian apa yang kalian pandang baik." Teks hadis ini mirip dengan hadis yang sebelumnya.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Penolakan dan keberpalingan orang-orang musyrik Mekah terhadap Al-Qur'an itu mereka nyatakan dalam bentuk pengakuan langsung. Dan mereka orang-orang musyrik Mekah itu, berkata, 'Hati dan akal pikiran kami sudah tertutup dan terkunci rapat dari apa yang engkau seru kami kepadanya, dan telinga kami sudah tersumbat sehingga kami tidak dapat mendengar apa pun yang engkau sampaikan, dan di antara kami dan engkau ada dinding pembatas yang sangat tebal. Oleh karena itu, lakukanlah apa yang sesuai menurut kehendakmu, dan demikian pula sesungguhnya kami akan melakukan apa yang sesuai menurut kehendak kami. '6. Setelah mendengar pernyataan langsung dari kaum musyrik Me-kah tentang penolakan mereka tersebut, Allah memerintah Nabi Muhammad untuk menjawabnya. Katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad, 'Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu juga. Aku adalah nabi dan rasul Allah dengan membawa Al-Qur'an yang diwahyukan kepadaku. Di dalam Al-Qur'an itu terdapat ajaran dasar bahwa Tuhan kamu adalah Allah dan Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa; karena itu tetaplah kamu beribadah kepada-Nya, dan mohonlah ampunan kepada-Nya agar kamu tidak terjerumus kepada kesesatan. Dan sadari-lah bahwa dengan bercermin kepada umat terdahulu yang telah diazab Allah, maka akan celakalah orang-orang yang mempersekutukan-Nya de-ngan yang lain.
Pada ayat ini disebutkan penyebab orang-orang musyrik mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Al-Qur'an, yaitu:
1. Mereka menyatakan bahwa hati mereka telah tertutup, tidak dapat dimasuki oleh seruan kepada iman, melaksanakan petunjuk-petunjuk Al-Qur'an, dan yang disampaikan Muhammad ﷺ
2. Mereka menyatakan bahwa telinga-telinga mereka telah tersumbat sehingga tidak dapat mendengar seruan Muhammad ﷺ dan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacakan kepadanya.
3. Mereka mengatakan bahwa antara mereka dan kaum Muslimin ada dinding pemisah yang menghalangi mereka menerima seruan itu.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang diterangkan ayat ini merupakan gambaran keadaan orang-orang musyrik yang jiwa dan hati mereka tidak dapat lagi memahami seruan Rasulullah ﷺ dan tidak mau mengikuti petunjuk Al-Qur'an. Hati mereka diserupakan dengan benda yang terletak dalam suatu tempat yang tertutup, telinga mereka diserupakan dengan telinga orang tuli yang tidak dapat mendengar sesuatu pun, dan keadaan mereka diserupakan dengan orang yang berdiri di samping dinding tebal dan tinggi, sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi di balik dinding itu.
Karena seruan tidak berfaedah sedikit pun bagi orang-orang musyrik, mereka disuruh melakukan segala yang mereka inginkan, termasuk usaha tipu daya, menyiksa dan menyakiti orang-orang yang beriman, menjauhkan manusia dari Muhammad, dan menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Akan tetapi, Allah pun akan menjaga kaum Muslimin dari tindakan mereka.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAT FUSHSHILAT
(YANG DIJELASKAN)
SURAT KE-41
54 AYAT
DITURUNKAN DI MEKKAH
Bismillahirrahmanirrahim
Ayat 1
“Haa Miim"
Uraian tentang arti dan maksud kedua huruf di pangkal surah ini telah dijelaskan pada surah al-Mu'min yang lalu.
Ayat 2
“Penurunan."
Kitab ini ialah
“Dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Kalau kita artikan lebih mendalam ialah bahwa asal mula turun kitab ini ialah tersebab dari kedua sifat Allah. Pertama Pengasih, kedua Penyayang. Sebagaimana di ayat 2 surah al-Mu'min diterangkan bahwa penurunan Al-Qur'an adalah tersebab dari sifat Allah dua yang lain, yaitu Mahaperkasa dan Maha Mengetahui. Kasih dan sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya menyebabkan Al-Qur'an diturunkan.
Ayat 3
“Kitab yang diperjelas ayat-ayatnya."
Maka tidaklah ada ayat-ayat dan kitab itu yang isinya tidak jelas.
“Untuk kaum yang mau mengetahui."
Kalimat yalamuun di ujung ayat kita artikan mereka yang mau mengetahui. Sebab kalimat yalamuun adalah mudhari', mengandung masa sekarang dan masa akan datang. Sebab itu maka orang yang akan mensaat faedah dari membaca Al-Qur'an ialah orangyang mempunyai kemauan, yang didorong oleh niat hendak tahu. Kalau hanya semata membaca belum tentu akan berfaedah Al-Qur'an itu bagi dirinya.
Ayat 4
“Yang membawa berita gembira dan berita ancaman."
Berita gembira disampaikan oleh Al-Qur'an untuk orang-orang yang mematuhi tuntunannya, yang taat dan menjalankan perintah dan menghentikan larangan. Berita gembiralah bagi mereka dengan janji bahagia dunia dan akhirat. Terutama di akhirat mereka akan ditempatkan di tempat yang mulia di dalam surga Jannatun Na'im, yang mengalir di dalamnya sungAl-sungai dan disambut secara mulia, cukup persediaan, cukup kesenangan. Adapun berita ancaman ialah sebaliknya, untuk orang yang tidak mau menuruti seruan Rasul, tidak mau percaya tidak mengakui Allah itu Esa dan Dia mengirim rasul-rasul untuk menuntun kepada jalan yang selamat. Melainkan mereka masih saja memperturutkan hawa nafsu sendiri. Perintah Allah tidak dilaksanakan, larangan Allah tidak di-hentikan. Nabi dan rasul dikatakannya dusta, firman Ilahi mereka katakan sihir saja. Mereka itu diberi peringatan dengan berita ancaman, bahwa kecelakaanlah yang akan mereka derita, ditempatkan dalam neraka dalam api menyala-nyala. Memakan zaqquum makanan berduri me-nyangkut di kerongkongan, meminum hamiim, air menggelegak yang meruntuhkan isi perut dan berbagai adzab yang lain. Bas)'iran adalah mengajak dan menghimbau supaya melalui jalan yang direntangkan Allah, yaitu Ash-Shiraathal Mustaqiim dengan lancar dan selamat, sedang ancaman ialah akan terguling dari jalan lurus itu ke dalam neraka Jahannam karena tidak patuh akan perintah ilahi sejak semula.
“Maka berpalinglah kebanyakan mereka." Meskipun Al-Qur'an diturunkan oleh Allah de-ngan sebab sifat-Nya yang penuh kasih, penuh sayang terhadap hamba-hamba-Nya, jangan sampai hamba-hamba itu mensaat celaka, baik kekosongan hidup selama di atas dunia, atau masuk neraka Jahannam sesampai di akhirat, dan meskipun kasih sayang Allah menghendaki agar hamba-hamba-Nya itu mensaat tempat yang layak di dalam surga yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, namun si hamba tadi masih banyak yang berpaling, mereka tiada peduli.
“Maka tidaklah mereka itu mau mendengar."
Mereka berpaling dan mereka tidak mau mendengarkan seruan Allah itu, padahal untuk kebahagiaan mereka sendiri. Mereka masih suka juga berjalan di atas kegelapan kufur.
Ayat 5
“Dan mereka berkata, ‘Pada hati kami ada penutup dari apa yang kamu seru kami kepadanya.'"
Artinya, meskipun telah panjang lebar engkau menyebut, membaca, dan menerangkan apa yang engkau katakan Al-Qur'an atau wahyu itu, namun hati ini masih tertutup,belum bisa masuk ke dalamnya."Dan di dalam telinga kami ada penyumbat." Sehingga bagaimanapun engkau menyorak-nyorakkannya, namun telinga-telinga kami ini masih tersumbat sehingga tidak ada yang saat kami dengarkan."Dan di antara kami dengan engkau ada pendinding," sehingga jarak di antara kita, engkau dan kami adalah jauh sekali. Engkau tidak saat masuk kepada kami karena dihambat oleh dinding itu dan kami pun tidak akan mendekat kepada engkau karena dibatas oleh dinding itu. Oleh sebab itu,
“Maka bekerjalah engkau, kami pun bekerja pula."
Tidak usah kita mencampuri, engkau boleh meneruskan pekerjaanmu itu dalam kalangan pengikutmu, jangan mendekat kepada kami dan kami pun akan bekerja pula membela agama dan keyakinan kami, engkau pun tidak usaha campur tangan.
Sebab turun ayat ini ada tersebut di dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh al-fmam Abd bin Humaid, sebuah hadits dengan sanadnya yang diterima dari sahabat Rasulullah Jabir bin Abdullah (semoga ridha Allah atas keduanya)."Pada suatu hari berkumpullah pemuka-pemuka Quraisy itu lalu mereka mengambil suatu keputusan. ‘Cobalah tengok siapa di antara kamu yang lelaih tinggi pengetahuannya tentang ilmu sihir, ilmu tenung (kahanah) dan yang ahli pula dalam hal syair. Maka hendaklah dia pergi mendatangi orang ini, yang telah memecah-belahkan jamaah persatuan kita, mengacaukan urusan kita dan mencela-cela agama kita! Ajaklah dia bicara dan tanyakan benar-benar kepadanya apa sebenarnya yang dia ingini.'
Lalu mereka mengeluarkan pensaat, ‘Di antara kita ini tidak ada orangyang lebih pintar dalam segala yang disebutkan itu melainkan Utbah bin Rabi'ah.'
Lalu mereka sampaikan pensaat itu kepada Utbah dan mereka berkata, “Hai Abu Walid, engkaulah melakukan tugas ini!'
Tugas itu diterimanya dan dia pun segera pergi menemui Muhammad ﷺ Setelah bertemu, berkatalah dia, ‘Hai Muhammad, coba jawab pertanyaanku! Manakah yang baik, eng-kaukah atau ayahmu Abdullah?'
Nabi Muhammad ﷺ diam.
Lalu Utbah meneruskan pertanyaannya pula, ‘Hai Muhammad! Mana yang lebih baik, engkau atau nenekmu Abdul Muthalib?'
Utbah meneruskan kata-katanya pula, “Kalau engkau katakan bahwa ayahmu dan nenekmu itu yang lebih baik maka semuanya adalah menyembah kepada tuhan-tuhan yang engkau caci dan hinakan itu. Kalau engkau katakan bahwa engkau lebih baik, coba terangkan dengan jelas supaya kami dengar kata-kata engkau. Demi Allah, tidaklah kami melihat seekor kambing hitam dalam kaum kita yang lebih celaka dan malapetaka kepada kaum kita melebihi engkau. Engkau pecahkan jamaah kami, engkau kacaukan urusan kami, engkau cela agama kami dan engkau beri malu kami dalam kalangan seluruh Arab sehingga pecahlah berita di antara mereka bahwa dalam Quraisy sekarang ada seorang tukang sihir, dalam Quraisy sekarang ada seorang tukang tenung. Demi Allah tidak ada yang kami tunggu sekarang kecuali seumpama ratap tangisnya seorang perempuan bunting sehingga berkelahi antara kita sama kita dan kita punah semua karena pedang kita sendiri.
Hai Muhammad, kalau memang engkau jantan, berhentilah dari pekerjaan ini. Kalau engkau menginginkan harta, akan kami kumpulkan harta itu untuk engkau sehingga engkau satu-satunya yang paling kaya di antara kami. Kalau engkau ingin hendak berbini muda, pilihlah di antara perempuan-perempuan Qu-raisy ini mana yang engkau senangi; akan kami beri engkau bini sepuluh.'
Setelah selesai Utbah bin Raba'ah atau Abui Walid itu berkata, bertanyalah Nabi ﷺ, ‘Apakah engkau sudah selesai?'
Utbah menjawab, ‘Sudah!'
Lalu Rasulullah ﷺ membaca surah Fushshilat ini sejak dari ayatnya yang pertama sampai kepada ayat 13.
“Kalau mereka masih berpaling, katakanlah, ‘Aku ancam kamu dengan pekik seumpama pekik yang memusnahkan ‘Ad dan Tsamud."‘ (Fushshilat:13)
Sampai di situ bersoraklah Utbah, ‘Sudah! Sudah! Cukup.' Lalu disambungnya dengan pertanyaan, ‘Lain dari itu ada jugakah lagi?'
‘Tidak ada lagi!' (Maksud Nabi ﷺ tidak ada lagi sambungan sekarang). Lalu kembalilah Utbah kepada Quraisy yang menyuruhnya. Lalu mereka bertanya, ‘Apa kabarnya?'
Utbah menjawab, ‘Menurut perasaanku segala yang terguris di hati kalian semua telah aku sampaikan kepadanya.'
Mereka bertanya pula, ‘Apa jawabnya?' Utbah menjawab, ‘Memang, dia menjawab. Tetapi sungguh saya tidak mengerti apa arti dari jawaban itu. Yang aku ingat hanyalah bahwa dia mengancam bahwa kalau kita tidak mau memerhatikan seruannya, kita akan ditimpa oleh malapetaka sebagaimana yang menimpa ‘Ad dan Tsamud!'
‘Heran!' kata mereka selanjutnya."Dia bercakap dalam bahasa Arab, tetapi engkau mengatakan tidak paham apa yang dia katakan.'
Utbah menjawab, ‘Memang! Demi Allah! Aku tidak mengerti apa yang dia baca itu selain dari pekik yang keras akan menimpa, seperti yang diderita oleh ‘Ad dan Tsamud."‘
Hadits ini telah dirawikan juga oleh Abu Ya'la dan disalinkan juga oleh al-Baghawi dalam tafsirnya.
Ada lagi satu riwayat yang lain bahwa setelah didengarnya ayat-ayat panggal pertama sampai ayat 13 dari surah Fushshilat itu. Utbah terdiam tak saat bercakap dan dia berpisah dengan Muhammad ﷺ dengan mengingatkan walau bagaimana namun hubungan kekeluargaan tetap ada. Sesudah itu dia pulang ke rumahnya dan tidak dia pergi menemui ketua-ketua Quraisy, beberapa lamanya dia mengurung diri di rumah.
Melihat keadaan itu berkata Abu Jabal kepada Quraisy, “Hai sekalian Quraisy! Pada pensaatku si Utbah ini sudah terpengaruh oleh Muhammad dan telah jadi pengikutnya dan dia telah terpesona oleh hidangan makan Muhammad, Semuanya ini tidak lain adalah karena Utbah merasa ada suatu yang diingininya dari Muhammad. Sekarang, mari kita menemui Utbah!"
Maka pergilah mereka bersama-sama menemui Utbah, lalu Abu Jahal memulai berkata,
“Hai Utbah! Apa yang menahan engkau sehingga tidak menemui kami lagi? Tentu engkau sudah tertarik dengan agama Muhammad dan engkau merasakan enak makanannya. Kalau engkau memerlukan barang sesuatu kepada kamilah minta, jangan kepada Muhammad. Apa yang engkau perlukan kami cukupi,"
Mendengar perkataan Abu Jahal itu Utbah marah sekali, sampai dia bersumpah bahwa dia tidak akan bercakap-cakap selama-lamanya dengan Muhammad. Lalu dia berkata, “Demi Allah! Kalian semua sudah tahu bahwa di kalangan Quraisy sayatah yang terkaya. Soalnya bukan saya memerlukan apa-apa dari Muhammad. Melainkan kalian suruh aku menemui dia dan saya sebut apa yang menjadi perkataan kita selama ini terhadap dirinya. Maka dijawabnyalah ucapan-ucapanku itu dengan susun kata yang -demi Allah, demi Allah-kata-kata itu bukan syair, bukan tenung dan bukan sihir; dibacanya ayat-ayat yang isinya mengancam akan menimpa ke atas barangsiapa yang tidak memedulikan seruannya, bahwa mereka akan ditimpa oleh shaa'iqah, suara yang sangat keras yang membinasakan Ad dan Tsamud. Sesampai di sana aku tak tahan mendengar. Aku minta kepadanya, demi hubungan keluarga di antara kita agar hentikan bacaan itu sehingga itu, jangan diteruskan lagi. Kalian sendiri sudah tahu selama ini bahwa Muhammad itu jika bercakap tidak pernah campur dusta. Saya merasa takut akan menimpa adzab Allah kepada kalian."
Ayat selanjutnya ialah jawab Nabi Muhammad ﷺ menurut yang dituntunkan oleh Allah.
Ayat 6
“Katakanlah! Aku ini hanyalah manusia seperti kamu juga."
Ini adalah jawab yang tawadhu, merendahkan diri, dan mengatakan yang sebenarnya. Tidaklah ada kelebihanku dari kalian semua. Aku adalah manusia seperti kamu juga."Diwahyukan kepadaku bahwa Allah kamu itu hanyalah Allah Yang Satu." Allah Yang Satu itu ialah Allah."Maka tetaplah kamu di jalan itu." Jangan lagi diubah-ubah. Dalam jiwa murnimu, Allah itu Satu jua adanya."Dan mohonkanlah ampun kepada-Nya," Jika selama ini kamu telah tersesat mempersekutukan yang lain dengan Dia.
“Dan kecelakaanlah bagi orang-orang yang mempersekutukan."
Orang yang mempersekutukan Allah adalah orang yang diancam oleh kecelakaan. Di dunia ini hidupnya akan berkacau karena tujuan tidak mantap tetap menuju yang satu.
Ayat 7
“(Yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat."
Orang yang mempersekutukan yang lain dengan Allah, tidaklah mempunyai tujuan hidup yang tetap dan teguh, sebab bercabang. Sebab itu maka tujuan hidupnya pada hakikatnya tidak ada. Dia mengumpulkan harta hanya semata-mata mengumpul. Dia tidak tahu mengapa harta itu dikumpul. Dia tidak ingat bahwa di atas dunia ini manusia tidaklah akan sanggup hendak sendiri. Orang seorang mesti selalu bertali dan herhubungan dengan orang lain. Menunaikan zakat adalah menanam dan memupuk rasa syukur kepada Allah menerima rezeki yang Dia anugerahkan, supaya dialirkan pula kepada orang yang melarat.
“Dan mereka terhadap akhirat, mereka tidak mau percaya."
Karena ketidakadaan kepercayaan kepada hari akhirat itu hidupnya bimbang terus, sehingga sampai matinya dia tidak akan merasakan nikmat dari harta itu. Sebaliknya dengan orang yang beriman.
Ayat 8
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh bagi mereka adalah pahala yang tidak putus-putus."
Pahala itu tidak akan putus-putus mereka rasakan, sebab kelapangan hati dan rasa cinta telah dinikmatinya sejak di dunia. Maka rasa bahagia itu pun tiadalah akan putus dirasakannya sampai di dalam surga.