Ayat
Terjemahan Per Kata
مَّنۡ
barang siapa
عَمِلَ
berbuat
صَٰلِحٗا
kebaikan
فَلِنَفۡسِهِۦۖ
maka untuk dirinya sendiri
وَمَنۡ
dan barang siapa
أَسَآءَ
berbuat jahat
فَعَلَيۡهَاۗ
maka atasnya
وَمَا
dan tidaklah
رَبُّكَ
Tuhanmu
بِظَلَّـٰمٖ
berbuat aniaya
لِّلۡعَبِيدِ
terhadap hamba-hambanya
مَّنۡ
barang siapa
عَمِلَ
berbuat
صَٰلِحٗا
kebaikan
فَلِنَفۡسِهِۦۖ
maka untuk dirinya sendiri
وَمَنۡ
dan barang siapa
أَسَآءَ
berbuat jahat
فَعَلَيۡهَاۗ
maka atasnya
وَمَا
dan tidaklah
رَبُّكَ
Tuhanmu
بِظَلَّـٰمٖ
berbuat aniaya
لِّلۡعَبِيدِ
terhadap hamba-hambanya
Terjemahan
Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat jahat, maka (akibatnya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).
Tafsir
(Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka pahalanya untuk dirinya sendiri) ia beramal untuk dirinya sendiri (dan barang siapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya sendiri) bahaya dari perbuatan jahatnya itu kembali kepada dirinya sendiri (dan sekali-kali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba-Nya) Dia bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seorang pun walaupun sebesar dzarrah." (Q.S. An-Nisa, 40).
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-(Nya). Firman Allah ﷻ: Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri. (Fushshilat: 46) Yakni sesungguhnya manfaat dari perbuatannya itu kembali kepada dirinya sendiri. dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fushshilat: 46) Yaitu sesungguhnya akibat dari perbuatannya itu akan menimpa dirinya sendiri. dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-(Nya). (Fushshilat: 46) Artinya, Dia tidak menyiksa seseorang melainkan atas dasar dosa yang dilakukannya, dan Dia tidak mengazab seseorang melainkan sesudah tegaknya alasan terhadap yang bersangkutan, yaitu dengan mengutus rasul-Nya kepadanya.
[Selesailah Juz ke-24].
Oleh sebab itu, sadarilah apa yang telah diajarkan oleh Al-Qur'an itu bahwa barang siapa mengerjakan kebajikan maka pahalanya untuk dirinya sendiri, dan barang siapa berbuat jahat maka dosanya menjadi tanggungan dirinya sendiri, bukan dibebankan kepada orang lain. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya yang durhaka itu. 47. Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa tidak seorang pun yang mampu mengetahui terjadinya Kiamat, hanya kepada-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat itu dikembalikan. Hanya Dia Yang Maha Mengetahui kapan terjadinya dan perincian kejadiannya. Tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya, dan tidak seorang perempuan pun yang mengandung dan yang melahirkan, melainkan semuanya dengan sepengetahuan-Nya. Dialah yang mengetahui secara pasti dan segala perinciannya. Pada hari Kiamat itu, Dia (Allah) menyeru mereka, yakni orang-orang musyrik, 'Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu, yaitu berhala-berhala yang di dunia dahulu kamu sembah dan kamu duga dapat menyelamatkanmu dari siksaan-Ku'' Mereka menjawab, 'Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang dapat menjadi saksi yang memberi kesaksian pada hari ini. '.
Pada akhir ayat surah ini, Allah menerangkan balasan yang akan diberikan terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia. Barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dalam kehidupan dunia ini, melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menghentikan larangan-larangan-Nya, berarti ia telah berusaha berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri dengan memperoleh pahala yang besar. Barang siapa yang ingkar kepada Allah berarti ia telah berusaha berbuat keburukan untuk dirinya dengan memperoleh siksa yang sangat pedih di akhirat nanti. Seseorang dihukum sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya, mustahil Allah mengazab seseorang karena perbuatan orang lain.
Allah berfirman:
Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan. (al-An'am/6: 164)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 43
“Tidaklah apa yang dikatakan kepada engkau"
Yaitu oleh orang-orang yang kafir itu,
“Melainkan apa yang telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum engkau juga." Tegasnya, jika rasul-rasul di zaman itu dimaki dan dicerca maka begitu pulalah nasib segala orang yang berjuang menegakkan kebenaran di segala masa, dahulu, dan sekarang.
“Sesungguhnya Tuhan engkau benarlah mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih."
Cela dan maki mestilah kejadian. Kalau tidak bukanlah perjuangan. Tetapi sikap Allah telah ditunjukkan terhadap kepada ini. Pertama sikap ampunan, kedua sikap hukuman. Kalau yang memaki dan mencela semata-mata turut-turutan dan semata-mata mengekor belaka, ikhtiarkanlah memberi mereka pengertian yang baik. Makanya mereka mencela dan memaki, lain tidak ialah karena tidak tahu belaka. Maka beritahuiah dia! Jangan lekas naik darah. Nabi, ﷺ sendiri pernah berdoa,
“Ya Allah! Berilah petunjuk kaumku karena sesungguhnya mereka itu tidaklah tahu."
Semoga asal kamu pandai memberikan pengertian, bukan semata-mata dengan murka dan naik darah, orang begitu akan surut kepada kebenaran. Tetapi kalau sudah diberi mengerti, namun dia tidak juga mau mengerti, diberi paham, tidak juga mau paham, malahan bertambah keras kepala, bersikaplah yang keras. Di sinilah perlunya orang mensaat hukuman yang setimpal.
Ayat 44
“Dan jika Kami jadikan dianya Al-Qur'an dalam bahasa ‘Ajam, niscayatah mereka itu akan bevkata,Alangkah baiknya dijelaskannya ayat-ayatnya dalam bahasa ‘Ajam dan bahasa Anab?"
Keterangan:
Bahasa ‘Ajam ialah lawan dari bahasa Arab. Segala bahasa, yang bukan bahasa Arab, walaupun bahasa mana pun, semuanya itu bernama bahasa ‘Ajam. Bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, bahkan semua bahasa ialah bahasa ‘Ajam. Oleh sebab itu maka bahasa di dunia ini hanya dua macam saja: Arab dan ‘Ajam! Maka yang jadi kritik oleh tukang mengkritik ini ialah bahwa bahasa yang dipakai katanya bahasa Arab, padahal yang mengucapkannya adalah orang ‘Ajam. Padahal apakah salahnya? Biar pun orangnya orang ‘Ajam, kalau lidahnya fasih dan kena bacaannya?
“Katakanlah! Dianya adalah untuk orang-orang yang beriman jadi petunjuk dan obat." Orang yang beriman tidaklah memeriksa! apakah yang mengatakan itu orang yang bukan Arab, meskipun lidahnya Arab. Bukan sedikit kejadian bahwa yang menyebarkan pengetahuan bahasa Arab itu bukanlah orang Arabsaja.YangtidakArabpun banyak. Beberapa banyak di tanah India orang yang bukan Arab memajukan ilmu pengetahuan Islam, padahal dia bukan Arab. Seumpama Syekh Waliullah Dahlawi, dan lain-lain. Yang penting ialah petunjuk dan obat yang dibawanya, janganlah dilihat siapa yang berkata, melainkan nilailah apa-apa yang dikatakannya."Dan bagi orang-orang yang tidak beriman, pada telinga mereka adalah bersumbat, dan dia atas mereka adalah gelap." Alangkah banyaknya penghalang bagi petunjuk akan masuk, pertama telinga bersumbat sehingga pengajaran tidak didengarnya. Dan atas mereka adalah gelap gulita, sehingga susah akan masuk kepadanya pengajaran. Sebab itu dengan tegas Allah berfirman tentang orang ini,
“Orang-orang itu adalah dipanggil dari tempat yang jauh."
Sebab itu sangAllah susahnya akan terdengar olehnya pengajaran. Sebab tempatnya terlalu jauh, tidak didengarnya, walau bagus bagaimanapun pengajaran yang akan disampaikan kepadanya.
Ayat 45
“Dan sesungguhnya telah Kami datangkan at-Kltab kepada Musa maka berselisihlah mereka tentang itu."
Kitab telah turun kepada Musa, tetapi karena memahamkan menurut kehendak masing- masing orang saja, tidak ada tempat kembali, timbullah perselisihan. Masing-masing mengatakan bahwa pihak dialah yang benar, yang lain salah belaka.
“Kalau tidaklah suatu kalimat yang telah terdahulu danipada Tuhan engkau, niscaya telah binasalah di antara mereka (karena perselisihan itu). Dan sesungguhnya mereka benar-benarlah syak padanya, lagi ragu-ragu."
Maka untuk menghilangkan rasa keragu- raguan itu belajarlah kepada yang pandai, janganlah dicukupkan pengetahuan setengah jalan, laksana bunga kembang tak jadi. Itulah yang mendatangkan ragu-ragu, tidak membawa keyakinan. Dan kuatkanlah beramal karena Allah.
Ayat 46
“Barangsiapa yang beramal yang saleh mereka itu adalah untuk dirinya."
Mana yang telah engkau ketahui dengan yakin, sesudah engkau lihat contoh teladan yang baik dengan sanak saudaramu, kerjakanlah itu. Amal yang baik, hasil dari usaha sendiri, hasil dari pengalaman dan percobaan sendiri, keuntungannya bukan buat orang lain, melainkan buat diri sendiri."Dan barangsiapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya." Di sini jelaslah bahwa kita sudah dipersilakan memilih, jika kita mau yang baik, yang untung ialah kita. Berbuat jahat yang rugi kita juga, tidak pula orang lain. Sebab itu timbanglah dan halusilah baik-baik. Sebab,
“Dan sekali-kali tidaklah Tuhan engkau akan berlaku zalim (aniaya) kepada hamba-hamba-Nya."