Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
ءَاتَيۡنَا
telah Kami berikan
مُوسَى
Musa
ٱلۡكِتَٰبَ
kitab
فَٱخۡتُلِفَ
maka ia diperselisihkan
فِيهِۚ
didalamnya
وَلَوۡلَا
dan jika tidak
كَلِمَةٞ
kalimat/ketetapan
سَبَقَتۡ
telah lewat/terdahulu
مِن
dari
رَّبِّكَ
Tuhanmu
لَقُضِيَ
tentu diputuskan
بَيۡنَهُمۡۚ
diantara mereka
وَإِنَّهُمۡ
dan sesungguhnya mereka
لَفِي
benar-benar dalam
شَكّٖ
keraguan
مِّنۡهُ
dari padanya
مُرِيبٖ
kebingungan
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
ءَاتَيۡنَا
telah Kami berikan
مُوسَى
Musa
ٱلۡكِتَٰبَ
kitab
فَٱخۡتُلِفَ
maka ia diperselisihkan
فِيهِۚ
didalamnya
وَلَوۡلَا
dan jika tidak
كَلِمَةٞ
kalimat/ketetapan
سَبَقَتۡ
telah lewat/terdahulu
مِن
dari
رَّبِّكَ
Tuhanmu
لَقُضِيَ
tentu diputuskan
بَيۡنَهُمۡۚ
diantara mereka
وَإِنَّهُمۡ
dan sesungguhnya mereka
لَفِي
benar-benar dalam
شَكّٖ
keraguan
مِّنۡهُ
dari padanya
مُرِيبٖ
kebingungan
Terjemahan
Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa, lalu ia (kitab itu) diperselisihkan. Seandainya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Tuhanmu (bahwa orang-orang yang mendustakan Al-Qur’an akan ditunda penyiksaannya), niscaya telah dilaksanakan hukuman di antara mereka. Sesungguhnya mereka benar-benar dalam kebimbangan dan keraguan terhadapnya.
Tafsir
(Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Kitab) yakni Taurat (lalu diperselisihkan tentang Taurat itu) ada yang mempercayainya dan ada pula yang mendustakannya, sama dengan apa yang dialami oleh Al-Qur'an. (Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabbmu) yang telah memutuskan untuk menangguhkan hisab dan pembalasan bagi semua makhluk sampai hari kiamat nanti (tentulah telah diputuskan di antara mereka) di dunia ini tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (Dan sesungguhnya mereka) yaitu orang-orang yang mendustakan terhadap Al-Qur'an (benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan terhadap Al-Qur'an) mereka benar-benar ragu terhadapnya.
Tafsir Surat Fussilat: 44-45
Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab, tentulah mereka mengatakan, "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah (patut Al-Qur'an) dalam bahasa asing, sedangkan (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah, "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh. Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat, lalu diperselisihkan tentang Taurat itu.
Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya mereka terhadap Al-Qur'an benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan. Setelah menyebutkan kefasihan, paramasastra, dan kekukuhan Al-Qur'an dalam lafaz dan maknanya, yang sekalipun demikian orang-orang musyrik tidak mau beriman kepadanya, lalu Allah mengingatkan bahwa kekafiran mereka kepada Al-Qur'an timbul dari keingkaran dan sikap menentang mereka.
Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan kalau Al-Qur'an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir), niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya. (Asy-Syu'ara: 198-199) Demikian pula seandainya Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa asing, tentulah mereka akan mengatakan dengan nada menentang dan ingkar. Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah (patut Al-Qur'an) dalam bahasa asing, sedangkan (rasul adalah orang) Arab? (Fushshilat: 44) Yakni niscaya mereka akan mengatakan, "Mengapa ayat-ayatnya tidak dijelaskan dengan bahasa Arab?" Dan tentulah mereka mengingkarinya seraya berkata, "Mengapa bahasa asing diturunkan kepada lawan bicara yang berbahasa Arab lagi tidak memahaminya?" Ini sebagai terjemahan bebas dari ucapan mereka, "Apakah patut Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa asing, sedangkan rasul adalah orang Arab?" Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan As-Saddi serta lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan ucapan mereka "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah patut Al-Qur'an dalam bahasa asing, sedangkan rasul adalah orang Arab?" ialah mengapa sebagiannya tidak diturunkan dengan bahasa asing dan sebagian lainnya dengan bahasa Arab? Demikianlah menurut pendapat Al-Hasan Al-Basri, dan dia selalu membacanya demikian, yakni tanpa hamzah istifham pada lafaz ajamiyyun.
Hal yang sama disebutkan pula dalam suatu riwayat yang bersumber dari Sa'id ibnu Jubair. Takwil seperti ini menunjukkan pengertian lebih tegas dalam sikap ingkar dan menentang. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: Katakanlah, "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. (Fushshilat: 44) Yakni katakanlah, hai Muhammad, bahwa Al-Qur'an ini bagi orang yang beriman kepadanya merupakan petunjuk bagi kalbunya dan penawar bagi semua keraguan dan kebimbangan yang ada di dalam dadanya.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan. (Fushshilat: 44) Maksudnya, mereka tidak memahami apa yang terkandung di dalamnya. sedangkan Al-Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. (Fushshilat: 44) Yaitu tidak memperoleh petunjuk dari keterangan yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82) Adapun firman Allah ﷻ: Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh. (Fushshilat: 44) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah jauh dari pengertian hati mereka.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah seakan-akan orang-orang yang diajak bicara oleh Al-Qur'an seperti orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh, yang artinya tentu saja mereka tidak dapat mendengar seruan itu dan tidak pula memahaminya. Menurut hemat saya, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja.
Mereka tuli, bisu, dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (Al-Baqarah: 171) Ad-Dahhak mengatakan bahwa kelak di hari kiamat mereka diseru dengan nama panggilan yang paling buruk lagi paling hina. As-Saddi mengatakan, dahulu Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. sedang duduk di majelis seorang lelaki dari kalangan kaum muslim yang sedang melakukan peradilan. Tiba-Tiba lelaki itu berkata, "Kupenuhi panggilannya!" Maka Umar r.a. bertanya, "Mengapa engkau mengucapkan jawaban seruan, apakah engkau melihat seseorang atau ada seseorang yang memanggilmu?" Lelaki itu menjawab, "Ada seruan yang memanggilku dari balik laut." Maka Umar r.a. berkata, "Mereka itu orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh." Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat, lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. (Fushshilat: 45) Yakni Musa didustakan dan disakiti.
Ini untuk menghibur hati Nabi ﷺ yang menghadapi hal yang sama dari kaumnya, maka Allah memerintahkan kepadanya untuk bersabar melalui firman-Nya: Maka bersabarlah kamu seperti sabarnya orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul. (Al-Ahqaf: 35) Adapun firman Allah ﷻ: Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Tuhanmu. (Fushshilat: 45) yang menetapkan ditangguhkannya hisab sampai hari mereka dikembalikan, yaitu hari kiamat. tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. (Fushshilat: 45) Yakni pastilah disegerakan azab bagi mereka, tetapi Allah telah menetapkan bagi mereka suatu hari yang mereka tidak akan dapat selamat dari hari itu.
Dan sesungguhnya mereka terhadap Al-Qur'an benar-benar berada dalam keragu-raguan yang membingungkan. (Fushshilat: 45) Artinya, tiadalah kedustaan yang mereka lancarkan terhadap Al-Qur'an berdasarkan keyakinan kepada apa yang mereka ungkapkan, bahkan mereka ragu dengan apa yang mereka katakan terhadap Al-Qur'an lagi tidak yakin dengan pendapat mereka sendiri. Demikianlah menurut pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir sehubungan dengan takwil ayat ini, dan takwil yang dikemukakannya itu dapat diterima; hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui."
Sama dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Mekah yang memperselisihkan Al-Qur'an, hal yang sama juga terjadi atas kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Firman Allah, 'Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Musa Kitab Taurat, lalu Kitab Taurat itu diperselisihkan oleh Bani Israil. Sekiranya tidak ada keputusan yang terdahulu dari Tuhanmu, yakni menunda jatuhnya siksa sampai nanti pada hari yang ditetapkan, niscaya orang-orang kafir itu pasti sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya mereka menyikapi Al-Qur'an itu benar-benar dalam keraguan yang mendalam, terutama terhadap kepastian-nya se-bagai wahyu yang berasal dari Allah. 46. Oleh sebab itu, sadarilah apa yang telah diajarkan oleh Al-Qur'an itu bahwa barang siapa mengerjakan kebajikan maka pahalanya untuk dirinya sendiri, dan barang siapa berbuat jahat maka dosanya menjadi tanggungan dirinya sendiri, bukan dibebankan kepada orang lain. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya yang durhaka itu.
Selanjutnya Allah menyampaikan kepada Nabi Muhammad agar tidak menyusahkan diri karena orang-orang Mekah itu berselisih pendapat tentang Al-Qur'an. Hal yang seperti itu telah dilakukan pula oleh umat-umat yang dahulu terhadap rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah mengatakan bahwa Dia telah menurunkan Taurat kepada Musa, untuk disampaikan kepada Bani Israil. Mereka pun telah berselisih pendapat pula tentang Taurat itu. Ada yang membenarkan dan ada pula yang mendustakan. Ada yang beriman kepada Musa dan ada pula yang kafir kepadanya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad diperintahkan untuk tidak berputus asa dalam menyampaikan agama Allah, dan bersabar menghadapi tindakan orang-orang kafir itu. Nabi ﷺ juga diperintahkan untuk mengikuti jejak para rasul yang menyampaikan agama-Nya.
Kemudian Allah menyampaikan bahwa orang-orang kafir itu tidak segera menerima azab karena perbuatannya itu, karena azab itu ditangguhkan pelaksanaannya sampai kepada waktu yang ditentukan. Hal itu adalah sesuai dengan ketetapan-Nya bahwa Dia menangguhkan azab bagi orang-orang kafir sampai hari Kiamat. Seandainya tidak ada ketetapan yang demikian itu, tentu telah diputuskan Allah perselisihan mereka dengan orang-orang yang beriman.
Allah berfirman:
Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (al-Qamar/54: 46)
Dan firman Allah:
Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim/14: 42)
Allah menerangkan bahwa sebab-sebab kehancuran dan azab yang menimpa orang-orang musyrik adalah karena mereka sangat ragu-ragu dan bingung tentang Al-Qur'an. Karena bingung dan ragu, mereka mengingkarinya dan tidak mengindahkan dakwah Rasulullah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 43
“Tidaklah apa yang dikatakan kepada engkau"
Yaitu oleh orang-orang yang kafir itu,
“Melainkan apa yang telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum engkau juga." Tegasnya, jika rasul-rasul di zaman itu dimaki dan dicerca maka begitu pulalah nasib segala orang yang berjuang menegakkan kebenaran di segala masa, dahulu, dan sekarang.
“Sesungguhnya Tuhan engkau benarlah mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih."
Cela dan maki mestilah kejadian. Kalau tidak bukanlah perjuangan. Tetapi sikap Allah telah ditunjukkan terhadap kepada ini. Pertama sikap ampunan, kedua sikap hukuman. Kalau yang memaki dan mencela semata-mata turut-turutan dan semata-mata mengekor belaka, ikhtiarkanlah memberi mereka pengertian yang baik. Makanya mereka mencela dan memaki, lain tidak ialah karena tidak tahu belaka. Maka beritahuiah dia! Jangan lekas naik darah. Nabi, ﷺ sendiri pernah berdoa,
“Ya Allah! Berilah petunjuk kaumku karena sesungguhnya mereka itu tidaklah tahu."
Semoga asal kamu pandai memberikan pengertian, bukan semata-mata dengan murka dan naik darah, orang begitu akan surut kepada kebenaran. Tetapi kalau sudah diberi mengerti, namun dia tidak juga mau mengerti, diberi paham, tidak juga mau paham, malahan bertambah keras kepala, bersikaplah yang keras. Di sinilah perlunya orang mensaat hukuman yang setimpal.
Ayat 44
“Dan jika Kami jadikan dianya Al-Qur'an dalam bahasa ‘Ajam, niscayatah mereka itu akan bevkata,Alangkah baiknya dijelaskannya ayat-ayatnya dalam bahasa ‘Ajam dan bahasa Anab?"
Keterangan:
Bahasa ‘Ajam ialah lawan dari bahasa Arab. Segala bahasa, yang bukan bahasa Arab, walaupun bahasa mana pun, semuanya itu bernama bahasa ‘Ajam. Bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, bahkan semua bahasa ialah bahasa ‘Ajam. Oleh sebab itu maka bahasa di dunia ini hanya dua macam saja: Arab dan ‘Ajam! Maka yang jadi kritik oleh tukang mengkritik ini ialah bahwa bahasa yang dipakai katanya bahasa Arab, padahal yang mengucapkannya adalah orang ‘Ajam. Padahal apakah salahnya? Biar pun orangnya orang ‘Ajam, kalau lidahnya fasih dan kena bacaannya?
“Katakanlah! Dianya adalah untuk orang-orang yang beriman jadi petunjuk dan obat." Orang yang beriman tidaklah memeriksa! apakah yang mengatakan itu orang yang bukan Arab, meskipun lidahnya Arab. Bukan sedikit kejadian bahwa yang menyebarkan pengetahuan bahasa Arab itu bukanlah orang Arabsaja.YangtidakArabpun banyak. Beberapa banyak di tanah India orang yang bukan Arab memajukan ilmu pengetahuan Islam, padahal dia bukan Arab. Seumpama Syekh Waliullah Dahlawi, dan lain-lain. Yang penting ialah petunjuk dan obat yang dibawanya, janganlah dilihat siapa yang berkata, melainkan nilailah apa-apa yang dikatakannya."Dan bagi orang-orang yang tidak beriman, pada telinga mereka adalah bersumbat, dan dia atas mereka adalah gelap." Alangkah banyaknya penghalang bagi petunjuk akan masuk, pertama telinga bersumbat sehingga pengajaran tidak didengarnya. Dan atas mereka adalah gelap gulita, sehingga susah akan masuk kepadanya pengajaran. Sebab itu dengan tegas Allah berfirman tentang orang ini,
“Orang-orang itu adalah dipanggil dari tempat yang jauh."
Sebab itu sangAllah susahnya akan terdengar olehnya pengajaran. Sebab tempatnya terlalu jauh, tidak didengarnya, walau bagus bagaimanapun pengajaran yang akan disampaikan kepadanya.
Ayat 45
“Dan sesungguhnya telah Kami datangkan at-Kltab kepada Musa maka berselisihlah mereka tentang itu."
Kitab telah turun kepada Musa, tetapi karena memahamkan menurut kehendak masing- masing orang saja, tidak ada tempat kembali, timbullah perselisihan. Masing-masing mengatakan bahwa pihak dialah yang benar, yang lain salah belaka.
“Kalau tidaklah suatu kalimat yang telah terdahulu danipada Tuhan engkau, niscaya telah binasalah di antara mereka (karena perselisihan itu). Dan sesungguhnya mereka benar-benarlah syak padanya, lagi ragu-ragu."
Maka untuk menghilangkan rasa keragu- raguan itu belajarlah kepada yang pandai, janganlah dicukupkan pengetahuan setengah jalan, laksana bunga kembang tak jadi. Itulah yang mendatangkan ragu-ragu, tidak membawa keyakinan. Dan kuatkanlah beramal karena Allah.
Ayat 46
“Barangsiapa yang beramal yang saleh mereka itu adalah untuk dirinya."
Mana yang telah engkau ketahui dengan yakin, sesudah engkau lihat contoh teladan yang baik dengan sanak saudaramu, kerjakanlah itu. Amal yang baik, hasil dari usaha sendiri, hasil dari pengalaman dan percobaan sendiri, keuntungannya bukan buat orang lain, melainkan buat diri sendiri."Dan barangsiapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya." Di sini jelaslah bahwa kita sudah dipersilakan memilih, jika kita mau yang baik, yang untung ialah kita. Berbuat jahat yang rugi kita juga, tidak pula orang lain. Sebab itu timbanglah dan halusilah baik-baik. Sebab,
“Dan sekali-kali tidaklah Tuhan engkau akan berlaku zalim (aniaya) kepada hamba-hamba-Nya."