Ayat

Terjemahan Per Kata
مَّا
tidak
يُقَالُ
dikatakan
لَكَ
kepadamu
إِلَّا
kecuali
مَا
apa
قَدۡ
sesungguhnya
قِيلَ
dikatakan
لِلرُّسُلِ
kepada rasul-rasul
مِن
dari
قَبۡلِكَۚ
sebelum kamu
إِنَّ
sesungguhnya
رَبَّكَ
Tuhanmu
لَذُو
benar-benar mempunyai
مَغۡفِرَةٖ
ampunan
وَذُو
dan mempunyai
عِقَابٍ
siksaan/hukuman
أَلِيمٖ
pedih
مَّا
tidak
يُقَالُ
dikatakan
لَكَ
kepadamu
إِلَّا
kecuali
مَا
apa
قَدۡ
sesungguhnya
قِيلَ
dikatakan
لِلرُّسُلِ
kepada rasul-rasul
مِن
dari
قَبۡلِكَۚ
sebelum kamu
إِنَّ
sesungguhnya
رَبَّكَ
Tuhanmu
لَذُو
benar-benar mempunyai
مَغۡفِرَةٖ
ampunan
وَذُو
dan mempunyai
عِقَابٍ
siksaan/hukuman
أَلِيمٖ
pedih
Terjemahan

Apa yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu tidak lain adalah apa yang telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelummu. Sesungguhnya Tuhanmu pasti mempunyai ampunan dan azab yang pedih.
Tafsir

(Tidaklah ada yang dikatakan kepadamu itu) yakni kedustaan (kecuali) sebagaimana (apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mempunyai ampunan) buat orang-orang yang beriman (dan hukuman yang pedih) bagi orang-orang kafir.
Tafsir Surat Fussilat: 40-43
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia.
Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih. Firman Allah Swt.: Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami. (Fushshilat: 40) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa ilhad artinya meletakkan perkataan bukan pada tempatnya. Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah kekafiran dan ingkar. Firman Allah Swt.: mereka tidak tersembunyi dari Kami. (Fushshilat: 40) Di dalam kalimat ini terkandung ancaman yang keras dan kecaman yang sangat kuat.
Yakni Allah Swt. itu mengetahui siapa yang ingkar kepada ayat-ayat-Nya, asma-asma-Nya serta sifat-sifatnya, dan kelak Dia akan membalas perbuatannya itu dengan siksaan dan azab. Firman Allah Swt.: Maka apakah orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat?. (Fushshilat: 40) Yakni apakah yang ini sama dengan yang itu? Sebagai jawabannya tentu saja tidak sama. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan dengan nada ancaman yang ditujukan kepada orang-orang yang kafir: Perbuatlah apa yang kamu kehendaki. (Fushshilat: 40) Mujahid, Ad-Dahhak, dan Ata Al-Khurrasani mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini: Perbuatlah apa yang kamu kehendaki. (Fushshilat: 40) Bahwa di dalamnya terkandung janji yang baik atau janji yang buruk.
Dengan kata lain, sesungguhnya Dia mengetahui kalian dan melihat semua amal perbuatan kalian. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Fushshilat: 40) Selanjutnya dalam ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an datang kepada mereka. (FussiIat: 41) Menurut Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Qatadah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan zikir ialah Al-Qur'an. dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. (Fushshilat: 41) Yakni Al-Qur'an itu perkasa, tiada seorang pun yang dapat mendatangkan hal yang semisal dengannya.
Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya. (Fushshilat: 42) Artinya, tiada jalan bagi kebatilan untuk menyusup ke dalamnya, karena ia diturunkan dari Tuhan semesta alam. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman selanjutnya: yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42) Yaitu Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatan-Nya, lagi Maha Terpuji dalam semua perintah dan larangan-Nya terhadap makhluk-Nya, lagi Maha Terpuji kesudahan dan tujuan-tujuan-Nya.
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. (Fushshilat: 43) Qatadah dan As-Saddi serta selain keduanya telah mengatakan bahwa maksud ayat ialah tiada suatu kedustaan pun yang ditujukan kepadamu melainkan telah dikatakan pula terhadap rasul-rasul sebelummu oleh kaumnya masing-masing. Sebagaimana mereka didustakan, kamu pun didustakan pula; dan sebagaimana mereka bersabar dalam menghadapi gangguan kaumnya, maka bersabarlah kamu dalam menghadapi gangguan kaummu.
Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, baik dia maupun Ibnu Abu Hatim tidak meriwayatkan pendapat lainnya. Firman Allah Swt.: Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar mempunyai ampunan. (Fushshilat: 43) kepada orang yang mau bertobat kepada-Nya. dan hukuman yang pedih. (Fushshilat: 43) terhadap orang yang terus-menerus dalam kekafiran, keingkaran, dan keterlaluannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan. (Fushshilat: 43) ketika telah diturunkan, maka Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya tiada ampunan dan maaf dari Allah, niscaya tiada seorang pun yang merasa hidup tenang. Dan seandainya tidak ada ancaman dan siksaan-Nya, niscaya setiap orang akan mengandalkan amalnya masing-masing.
Jelaslah sekarang, dari ungkapan ayat-ayat yang lalu, tindakan durhaka yang dilakukan oleh para pendurhaka yang memaki dan mengejek nabi dan rasul sama saja dengan apa yang dilakukan oleh musyrik Mekah terhadap Nabi Muhammad. 'Apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir musyrik Mekah kepadamu wahai Nabi Muhammad, apakah itu menyangkut dirimu, ataupun menyangkut Al-Qur'an, tidak lain adalah sama dengan apa yang telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelummu. Oleh sebab itu, bersabarlah atas makian dan ejekan mereka. Sungguh, Tuhanmu akan melindungi dan membimbingmu, dan Dia mempunyai ampunan bagi orang-orang beriman dan mempunyai azab yang pedih untuk orang-orang yang durhaka. '44. Salah satu pernyataan orang-orang durhaka itu tentang Al-Qur'an adalah bahwa mereka telah menutup hati dari Al-Qur'an (ayat 5). Pernyataan itu sebenarnya ungkapan lain dari pengingkaran bahwa mereka sebenarnya tidak mau mengerti dengan Al-Qur'an. Dan sekiranya Al-Qur'an yang Kami turunkan itu, Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab atau dalam bahasa Arab tetapi tidak jelas maknanya bagi orang-orang kafir itu, niscaya mereka mengatakan dengan nada mengecam, 'Mengapa tidak dijelaskan dan diperinci apa maksud ayat-ayatnya'' Kecaman orang-orang kafir itu dijawab Allah dalam Al-Qur'an sendiri, 'Apakah patut Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa selain bahasa Arab, sedangkan rasul yang membawanya dan masyarakat yang ditujunya ketika itu adalah orang Arab yang berbahasa Arab' Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, 'Al-Qur'an itu secara khusus adalah sebagai petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan sedangkan bagi orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan Al-Qur'an itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mere-ka itu seperti orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh sehingga mereka tidak mendengar panggilan orang yang memanggil. ''.
Ayat ini merupakan hiburan Allah bagi Nabi saw yang sedih karena sikap dan perbuatan orang-orang musyrik terhadap Al-Qur'an yang disampaikannya. Allah mengatakan bahwa sikap, tindakan, dan ucapan-ucapan yang dilakukan orang-orang musyrik yang mendustakan ayat-ayat Allah itu, sama dengan tindakan dan ucapan-ucapan yang disampaikan oleh umat-umat terdahulu kepada rasul-rasul mereka. Walaupun demikian, mereka tetap bersabar dan tabah dalam menyampaikan risalahnya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad juga diperintahkan untuk sabar dan tabah, sebagaimana rasul-rasul sebelumnya. Beliau juga diminta untuk tetap pada seruannya.
Ayat yang lain yang sama isinya dengan ayat ini ialah firman-Nya:
Demikianlah setiap kali seorang Rasul yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, mereka (kaumnya) pasti mengatakan, "Dia itu pesihir atau orang gila." (adz-dzariyat/51: 52)
Sebagian ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa maksud ayat ini adalah sesungguhnya yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, seperti ajaran keesaan Allah, dan memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada-Nya, sama dengan yang pernah disampaikan kepada para rasul yang diutus sebelumnya. Hal ini adalah wajar karena agama Allah itu mempunyai azas dan prinsip yang sama. Semuanya sama-sama menentukan dan memerintahkan untuk menghambakan diri hanya kepada Allah, sama-sama percaya kepada adanya hari kebangkitan, dan sebagainya. Seandainya ada perbedaan, maka perbedaan itu bukanlah berhubungan dengan azas atau prinsip, tetapi hanyalah yang berhubungan dengan furu' atau yang bukan prinsip. Hal ini perlu karena perbedaan keadaan, masa, dan tempat.
Penafsiran ini sesuai dengan firman Allah:
Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya? (an-Nisa'/4: 163)
Jika ayat ini dihubungkan dengan ayat-ayat yang sesudahnya, maka pendapat yang pertamalah yang lebih sesuai, karena pembicaraan ayat-ayat yang sesudahnya berhubungan dengan sikap orang-orang musyrik terhadap Al-Qur'an. Tetapi jika dihubungkan dengan ayat-ayat sebelumnya, maka pendapat yang kedualah yang sesuai, karena pembicaraan berhubungan dengan Al-Qur'an, sebagai wahyu yang di dalamnya tidak terdapat kesalahan dan kekurangan. Dalam penafsiran, ayat ini dimasukkan ke dalam kelompok ayat-ayat sesudahnya.
Pada akhir ayat ini diterangkan kepada Nabi Muhammad bahwa Tuhannya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Yang berhak disembah itu adalah juga Tuhan Yang Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat, dan juga memberi siksaan yang sangat pedih kepada orang-orang kafir lagi sombong dan tidak mau bertobat.
Ayat 43
“Tidaklah apa yang dikatakan kepada engkau"
Yaitu oleh orang-orang yang kafir itu,
“Melainkan apa yang telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum engkau juga." Tegasnya, jika rasul-rasul di zaman itu dimaki dan dicerca maka begitu pulalah nasib segala orang yang berjuang menegakkan kebenaran di segala masa, dahulu, dan sekarang.
“Sesungguhnya Tuhan engkau benarlah mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih."
Cela dan maki mestilah kejadian. Kalau tidak bukanlah perjuangan. Tetapi sikap Allah telah ditunjukkan terhadap kepada ini. Pertama sikap ampunan, kedua sikap hukuman. Kalau yang memaki dan mencela semata-mata turut-turutan dan semata-mata mengekor belaka, ikhtiarkanlah memberi mereka pengertian yang baik. Makanya mereka mencela dan memaki, lain tidak ialah karena tidak tahu belaka. Maka beritahuiah dia! Jangan lekas naik darah. Nabi, saw. sendiri pernah berdoa,
“Ya Allah! Berilah petunjuk kaumku karena sesungguhnya mereka itu tidaklah tahu."
Semoga asal kamu pandai memberikan pengertian, bukan semata-mata dengan murka dan naik darah, orang begitu akan surut kepada kebenaran. Tetapi kalau sudah diberi mengerti, namun dia tidak juga mau mengerti, diberi paham, tidak juga mau paham, malahan bertambah keras kepala, bersikaplah yang keras. Di sinilah perlunya orang mensaat hukuman yang setimpal.
Ayat 44
“Dan jika Kami jadikan dianya Al-Qur'an dalam bahasa ‘Ajam, niscayatah mereka itu akan bevkata,Alangkah baiknya dijelaskannya ayat-ayatnya dalam bahasa ‘Ajam dan bahasa Anab?"
Keterangan:
Bahasa ‘Ajam ialah lawan dari bahasa Arab. Segala bahasa, yang bukan bahasa Arab, walaupun bahasa mana pun, semuanya itu bernama bahasa ‘Ajam. Bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, bahkan semua bahasa ialah bahasa ‘Ajam. Oleh sebab itu maka bahasa di dunia ini hanya dua macam saja: Arab dan ‘Ajam! Maka yang jadi kritik oleh tukang mengkritik ini ialah bahwa bahasa yang dipakai katanya bahasa Arab, padahal yang mengucapkannya adalah orang ‘Ajam. Padahal apakah salahnya? Biar pun orangnya orang ‘Ajam, kalau lidahnya fasih dan kena bacaannya?
“Katakanlah! Dianya adalah untuk orang-orang yang beriman jadi petunjuk dan obat." Orang yang beriman tidaklah memeriksa! apakah yang mengatakan itu orang yang bukan Arab, meskipun lidahnya Arab. Bukan sedikit kejadian bahwa yang menyebarkan pengetahuan bahasa Arab itu bukanlah orang Arabsaja.YangtidakArabpun banyak. Beberapa banyak di tanah India orang yang bukan Arab memajukan ilmu pengetahuan Islam, padahal dia bukan Arab. Seumpama Syekh Waliullah Dahlawi, dan lain-lain. Yang penting ialah petunjuk dan obat yang dibawanya, janganlah dilihat siapa yang berkata, melainkan nilailah apa-apa yang dikatakannya."Dan bagi orang-orang yang tidak beriman, pada telinga mereka adalah bersumbat, dan dia atas mereka adalah gelap." Alangkah banyaknya penghalang bagi petunjuk akan masuk, pertama telinga bersumbat sehingga pengajaran tidak didengarnya. Dan atas mereka adalah gelap gulita, sehingga susah akan masuk kepadanya pengajaran. Sebab itu dengan tegas Allah berfirman tentang orang ini,
“Orang-orang itu adalah dipanggil dari tempat yang jauh."
Sebab itu sangAllah susahnya akan terdengar olehnya pengajaran. Sebab tempatnya terlalu jauh, tidak didengarnya, walau bagus bagaimanapun pengajaran yang akan disampaikan kepadanya.
Ayat 45
“Dan sesungguhnya telah Kami datangkan at-Kltab kepada Musa maka berselisihlah mereka tentang itu."
Kitab telah turun kepada Musa, tetapi karena memahamkan menurut kehendak masing- masing orang saja, tidak ada tempat kembali, timbullah perselisihan. Masing-masing mengatakan bahwa pihak dialah yang benar, yang lain salah belaka.
“Kalau tidaklah suatu kalimat yang telah terdahulu danipada Tuhan engkau, niscaya telah binasalah di antara mereka (karena perselisihan itu). Dan sesungguhnya mereka benar-benarlah syak padanya, lagi ragu-ragu."
Maka untuk menghilangkan rasa keragu- raguan itu belajarlah kepada yang pandai, janganlah dicukupkan pengetahuan setengah jalan, laksana bunga kembang tak jadi. Itulah yang mendatangkan ragu-ragu, tidak membawa keyakinan. Dan kuatkanlah beramal karena Allah.
Ayat 46
“Barangsiapa yang beramal yang saleh mereka itu adalah untuk dirinya."
Mana yang telah engkau ketahui dengan yakin, sesudah engkau lihat contoh teladan yang baik dengan sanak saudaramu, kerjakanlah itu. Amal yang baik, hasil dari usaha sendiri, hasil dari pengalaman dan percobaan sendiri, keuntungannya bukan buat orang lain, melainkan buat diri sendiri."Dan barangsiapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya." Di sini jelaslah bahwa kita sudah dipersilakan memilih, jika kita mau yang baik, yang untung ialah kita. Berbuat jahat yang rugi kita juga, tidak pula orang lain. Sebab itu timbanglah dan halusilah baik-baik. Sebab,
“Dan sekali-kali tidaklah Tuhan engkau akan berlaku zalim (aniaya) kepada hamba-hamba-Nya."