Ayat
Terjemahan Per Kata
وَذَٰلِكُمۡ
dan yang demikian itu
ظَنُّكُمُ
persangkaanmu
ٱلَّذِي
yang
ظَنَنتُم
kamu telah menyangka
بِرَبِّكُمۡ
terhadap Tuhanmu
أَرۡدَىٰكُمۡ
Dia menjerumuskan kamu
فَأَصۡبَحۡتُم
maka jadilah kamu
مِّنَ
termasuk
ٱلۡخَٰسِرِينَ
orang-orang yang rugi
وَذَٰلِكُمۡ
dan yang demikian itu
ظَنُّكُمُ
persangkaanmu
ٱلَّذِي
yang
ظَنَنتُم
kamu telah menyangka
بِرَبِّكُمۡ
terhadap Tuhanmu
أَرۡدَىٰكُمۡ
Dia menjerumuskan kamu
فَأَصۡبَحۡتُم
maka jadilah kamu
مِّنَ
termasuk
ٱلۡخَٰسِرِينَ
orang-orang yang rugi
Terjemahan
Itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu. (Dugaan) itu telah membinasakan kamu sehingga jadilah kamu termasuk orang-orang yang rugi.
Tafsir
(Dan yang demikian itu) menjadi Mubtada (adalah prasangka kalian) menjadi Badal dari lafal Dzaalika (yang kalian sangka terhadap Rabb kalian) menjadi Na`at, sedangkan Khabar Mubtada ialah (akan menghancurkan kalian) akan membinasakan diri kalian sendiri (maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi.").
Tafsir Surat Fussilat: 19-24
Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? Kulit mereka menjawab, "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada yang pertama kali dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Jika mereka bersabar (menderita azab), maka nerakalah tempat diam mereka; dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya.
Firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan (semuanya). (Fushshilat: 19) Maksudnya, ceritakanlah kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah itu hari ketika mereka dikumpulkan di dalam neraka. Yakni Malaikat Zabaniyah (juru siksa) mengumpulkan mereka semuanya dari yang pertama hingga yang terakhir, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. (Maryam: 86) Yakni mereka digiring ke neraka dalam keadaan kehausan yang sangat. Firman Allah ﷻ: Sehingga apabila mereka sampai ke neraka. (Fushshilat: 20) Yaitu mereka telah sampai ke neraka dan berdiri di pinggirnya.
pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Fushshilat: 20) Amal perbuatan yang telah mereka kerjakan di masa yang silam dan yang terkemudian, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan Allah ﷻ Dan mereka berkata kepada kulit mereka,, "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? (Fushshilat: 21) Mereka mencela anggota tubuh mereka dan kulit mereka sendiri karena semuanya bersaksi terhadap diri mereka. Maka pada saat itu semua anggota tubuh mereka menjawab: Kulit mereka menjawab, "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada yang pertama kali. (Fushshilat: 21) Yakni Dia tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.
". ". Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Qadim, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Ubaid Al-Maktab, dari Asy-Sya'bi, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah ﷺ kelihatan tertawa dan tersenyum, lalu beliau ﷺ bersabda, "Tidakkah kalian menanyakan kepadaku mengapa aku tertawa?" Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau tertawa?" Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Aku merasa heran dengan bantahan yang dilakukan oleh seseorang hamba terhadap Tuhannya di hari kiamat. Hamba itu berkata, "Ya Tuhanku, bukankah Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan aniaya terhadap diriku?-" Tuhan menjawab, "Benar. Hamba itu berkata, "Sesungguhnya aku tidak mau menerima saksi terhadap diriku kecuali dari pihakku.
Maka Allah ﷻ berkata, "Bukankah sudah cukup Aku sebagai Saksi (mu) dan para malaikat yang mulia juru tulis amal perbuatan? Ini diulangi berkali-kali. Kemudian dikuncilah mulut si hamba itu dan berkatalah semua anggota tubuhnya, menceritakan apa yang telah diperbuatnya (selama di dunia). Maka si hamba itu berkata (kepada semua anggota tubuhnya), "Celaka dan siallah kalian semua, dahulu aku membelamu." Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pula hadis ini melalui Abu Amir Al-Asadi, dari Ats-Tsauri, dari Ubaid Al-Maktab, dari Fudail ibnu Amr, dari Asy-Sya'bi. Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa ia belum pernah mengetahui ada perawi yang meriwayatkan hadis ini dari Anas selain Asy-Sya'bi.
Imam Muslim dan Imam Nasai telah mengetengahkan hadis ini dari Abu Bakar ibnu Abun Nadr, dari Abun Nadr, dari Ubaidillah ibnu Abdur "Rahman Al-Asyja'i, dari Ats-Tsauri dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Nasai mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada seorang perawi meriwayatkan hadis ini dari Ats-Tsauri selain dari Al-Asyja'i, padahal kenyataannya tidaklah seperti apa yang dikatakannya, sebagaimana yang telah pembaca saksikan sendiri.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Humaid ibnu Hilal yang mengatakan bahwa Abu Burdah telah menceritakan, "Abu Musa pernah mengatakan bahwa orang kafir dan orang munafik dipanggil untuk menjalani hisab (perhitungan amal perbuatan), lalu Allah ﷻ memperlihatkan kepadanya semua amal perbuatan yang telah dikerjakannya (semasa di dunia). Kemudian ia mengingkarinya seraya berkilah, 'Ya Tuhanku, demi Keagungan-Mu, sesungguhnya malaikat ini telah mencatat terhadapku hal-hal yang tidak pernah kulakukan." Malaikat pencatat amal perbuatan berkata kepadanya, 'Bukankah kamu telah melakukan anu dan anu di hari anu dan di tempat anu?' Ia menjawab, 'Tidak, demi Keagungan-Mu, ya Tuhanku, aku tidak pernah melakukannya.' Apabila si hamba itu berkata demikian, maka dikuncilah mulutnya (sehingga tidak dapat bicara, dan yang bicara adalah semua anggota tubuhnya)." Al-Asy'ari mengatakan, sesungguhnya ia menduga bahwa anggota tubuhnya yang mula-mula berbicara adalah paha kanannya.
[] (4) Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Hasan, dari Ibnu Lahi'ah yang mengatakan bahwa Darij telah meriwayatkan dari Abul Lais, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Apabila hari kiamat tiba, kepada orang kafir ditampakkan amal perbuatannya, lalu ia mengingkarinya dan membantahnya. Lalu Allah berkata, "Mereka itu adalah para tetanggamu yang bersaksi terhadapmu. Ia mengatakan, "Mereka dusta.Lalu Allah berkata, "Mereka adalah keluarga dan kaum kerabatmu.
Ia menjawab, "Mereka dusta. Allah berkata, "Bersumpahlah kamu, lalu mereka (orang-orang kafir) bersumpah, kemudian Allah ﷻ membungkam mulut mereka dan bersaksilah terhadap mereka anggota-anggota tubuhnya, lalu Allah memasukkan mereka ke dalam neraka. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad ibnu Abdul Waris yang mengatakan bahwa ayahnya pernah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Muslim ibnu Sabih Abud Duha, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ia berkata kepada Ibnul Azraq, "Sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan dialami oleh semua manusia suatu saat yang dalam waktu itu mereka tidak dapat berpikir, tidak dapat beralasan, dan tidak dapat berbicara sebelum mereka diberi izin.
Setelah diberi izin bagi mereka untuk bicara, maka mereka melakukan bantahan; orang yang mempersekutukan Allah mengingkari perbuatannya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya sebagaimana mereka bersumpah kepada kalian. Maka pada saat mereka mengingkari perbuatannya, Allah membangkitkan saksi-saksi dari diri mereka sendiri (untuk bersaksi terhadap mereka), yaitu kulit mereka, mata mereka, tangan, dan kaki mereka, sedangkan mulut mereka dikunci. Setelah itu dibukalah mulut mereka, maka mulut mereka membantah anggota tubuh lainnya, dan anggota tubuh lainnya berkata kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: 'Allah yang telah menjadikan segala sesuatu pandai bicara telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada yang pertama kali dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.' (Fushshilat: 21) Maka lisan mereka pun mengakui perbuatannya yang pada sebelumnya mengingkarinya." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, dari Abdur Rahman ibnu Jubair Al-Hadrami, dari Rafi' Abul Hasan yang menceritakan tentang seseorang yang mengingkari amal perbuatannya.
Ia mengatakan bahwa lalu Allah ﷻ berisyarat kepada mulut lelaki itu, maka dengan serta merta mulutnya bungkam karena lidahnya membesar sehingga memenuhi rongga mulutnya, maka ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian Allah ﷻ berkata kepada anggota tubuh lain lelaki itu, "Berbicaralah dan bersaksilah terhadapnya!" Maka bersaksilah terhadapnya pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, kemaluannya, kedua tangan dan kedua kakinya, menceritakan segala sesuatu yang telah dilakukannya (sewaktu di dunia). Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan banyak hadis dan atsar mengenai masalah ini, yaitu dalam tafsir firman-Nya: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65) sehingga tidak perlu lagi diulangi di sini.
-: [] ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salim At-Ta'ifi, dari Abu Khaisam, dari Abuz Zubair, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa ketika kami kembali bergabung dengan Rasulullah ﷺ seusai hijrah kami dari negeri seberang laut, maka beliau ﷺ bersabda, "Tidakkah kalian ceritakan kepadaku keajaiban-keajaiban yang pernah kalian lihat semasa di negeri Habsyah?" Lalu ada seorang pemuda dari kalangan mereka menjawab, "Baiklah, wahai Rasulullah. Ketika kami sedang duduk, tiba-tiba berlalulah pada kami seorang nenek-nenek dari kalangan para rahib mereka, yang di atas kepalanya terdapat sekulah air yang dibawanya.
Kemudian nenek-nenek itu bersua dengan seorang pemuda dari kalangan mereka, lalu pemuda itu mendorong nenek tersebut dari belakang sehingga nenek itu jatuh terjerembab ke depan di atas lututnya, dan pecahlah guci yang dibawanya. Setelah ia berdiri tegak, lalu ia menoleh ke belakang ke arah pemuda itu seraya berkata, 'Hai pengkhianat, engkau kelak akan mengetahui, bila Allah meletakkan Kursi dan menghimpun orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian; pada hari itu tangan dan kaki berbicara menceritakan apa yang dilakukan oleh mereka, kamu akan mengetahui bagaimanakah urusan diriku dan dirimu kelak di hadapan (peradilan)Nya'." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Dia benar dia (nenek-nenek itu) benar, Allah tidak akan menyucikan suatu kaum yang tidak membela orang lemah mereka dari kekejaman orang kuat mereka.
Hadis ini garib bila dipandang dari segi jalur periwayatannya. Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan hadis ini di dalam Kitabul Ahwal, bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salim dengan sanad yang sama. Firman Allah ﷻ: Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) Yakni seluruh anggota tubuh mereka, juga kulit mereka, berkata kepada mereka saat mereka mencelanya karena telah bersaksi terhadap mereka, "Mengapa kalian menyembunyikan dari kami apa yang dahulu kalian telah perbuat.
Bahkan kalian berterus terang melakukan kekafiran dan durhaka kepada Allah, sedangkan kalian tidak mempedulikan-Nya, menurut dugaan kalian, mengingat kalian tidak meyakini bahwa Dia mengetahui semua perbuatan kalian." Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu. (Fushshilat: 22-23) Dugaan yang tidak benar ini adalah keyakinan kalian, karena kalian meyakini bahwa Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kalian perbuat.
Hal inilah yang merusak dan membinasakan diri kalian di hadapan Tuhan kalian. maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23) Yakni kelak di tempat pemberhentian di hari kiamat, kalian merugikan diri kalian sendiri dan keluarga kalian. -: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ammar, dari Abdur Rahman ibnu Yazid, dari Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa pada suatu hari ia menutupi dirinya dengan kain kelambu Ka'bah di Ka'bah, lalu datanglah tiga orang lelaki, yaitu seorang Quraisy dan dua orang iparnya dari kabilah Saqif, atau seorang Saqif bersama dua orang Quraisy saudara iparnya.
Mereka berperut buncit semuanya, tetapi pengetahuan mereka minim sekali. Lalu mereka mengatakan suatu pembicaraan yang terdengar kurang jelas oleh Abdullah ibnu Mas'ud (yang sedang bersembunyi di balik kain kelambu Ka'bah). Salah seorang dari mereka mengatakan, "Bagaimanakah pendapat kalian, apakah Allah mendengar perkataan kita sekarang ini?" Yang lain menjawab, "Sesungguhnya bila kita keraskan suara kita, Dia mendengarnya. Tetapi bila kita tidak mengeraskannya, Dia tidak mendengarnya." Yang lainnya lagi mengatakan, "Bila Dia mendengar sesuatu dari pembicaraan kita, berarti Dia mendengar semuanya." Abdullah ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menceritakan peristiwa itu kepada Nabi ﷺ Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) sampai dengan firman-Nya: termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dari Hannad, dari Abu Mu'awiyah dengan sanad yang semisal.
Imam Ahmad, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi telah mengetengahkannya pula melalui hadis Sufyan Ats-Tsauri, dari Al-A'masy, dari Imarah ibnu Umair, dari Wahb ibnu Rabi'ah, dari Abdullah ibnu Mas'ud dengan lafaz yang semisal. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadis kedua Sufyan (Sufyan Ats-Tsauri dan Sufyan ibnu Uyaynah), keduanya dari Mansur, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Abdullah ibnu Sakhbarah, dari Ibnu Mas'ud r.a. ". Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) Nabi ﷺ bersabda: Sesungguhnya kamu dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan mulut yang tersumbat dan mula-mula anggota tubuh seseorang dari kamu yang berbicara adalah paha (kaki) dan tangannya.
Ma'mar mengatakan bahwa lalu Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu. (Fushshilat: 23) Kemudian Al-Hasan mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Allah ﷻ telah berfirman, "Aku selalu bersama hamba-Ku menurut dugaannya terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya bila dia menyeru-Ku. Kemudian Al-Hasan diam seraya merenungkannya, lalu mengatakan, "Ingatlah, sesungguhnya amal perbuatan manusia itu menurut prasangka mereka terhadap Tuhan mereka. Adapun orang mukmin, maka dia berbaik prasangka terhadap Tuhannya, karenanya ia beramal baik. Adapun orang kafir dan orang munafik, keduanya berburuk prasangka terhadap Allah, karena itu keduanya beramal buruk." Kemudian Al-Hasan mengatakan bahwa Allah ﷻ telah berfirman: Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) sampai dengan firman-Nya: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu. (Fushshilat: 23), hingga akhir ayat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Ismail Al-Qas alias Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Laila, dari Abu Zubair, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Jangan sekali-kali seseorang dari kalian mati, melainkan dalam keadaan berbaik prasangka kepada Allah. Karena sesungguhnya ada suatu kaum yang menjadi binasa karena buruk prasangka mereka kepada Allah. Allah ﷻ telah berfirman: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23) Adapun firman Allah ﷻ: Jika mereka bersabar (menderita azab), maka nerakalah tempat diam mereka; dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya. (Fushshilat: 24) Yakni sama saja bagi mereka apakah mereka tahan atau tidak tahan berada di dalam neraka, tiada jalan keluar bagi mereka darinya dan tiada pula jalan selamat bagi mereka darinya.
Jika mereka mengemukakan alasannya, maka tiada suatu alasan pun dari mereka yang diterima, dan tiada suatu hambatan pun yang dilenyapkan bagi mereka. Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan. (Fushshilat: 24) Yaitu mereka meminta agar dikembalikan ke dunia, maka tiada jawaban bagi permintaan mereka. Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan firman Allah ﷻ yang menceritakan keadaan mereka: Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat.
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. Allah berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.(Al-Muminun: 106-108)"
Dan sungguh itulah dugaan buruk-mu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhan yang telah berbuat baik kepada-mu, dan sekarang ternyata dugaan itulah yang telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk dalam kelompok orang yang rugi,24. Agar terasa betapa besar murka Allah terhadap musuh-musuh-Nya itu, maka pembicaraan tidak ditujukan kepada mereka, karena mereka tidak layak lagi untuk diajak bicara, tetapi dikatakan bahwa meskipun mereka bersabar atau menahan rasa pedih atas azab neraka, maka memang yang pantas nerakalah yang menjadi tempat tinggal mereka, dan jika mereka minta belas kasihan agar diampuni dan diringankan siksanya, maka mereka itu tidak termasuk orang yang pantas dikasihani untuk diberi ampunan dan keringanan siksa.
Dugaan orang-orang kafir bahwa Allah tidak mengetahui dan tidak melihat perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukannya adalah persangkaan yang tidak baik. Persangkaan yang demikian akan menimbulkan keberanian untuk melakukan perbuatan-perbuatan terlarang, sehingga berakibat kerugian pada diri sendiri. Akibat persangkaan yang demikian itu, mereka akan mendapat kerugian dan kehinaan di dunia dan azab pedih di akhirat nanti.
Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa sangkaan yang baik ialah meyakini bahwa Allah mengetahui segala perbuatan hamba-Nya sejak dari yang halus sampai kepada yang besar, sejak dari yang nampak sampai kepada yang tersembunyi, dan Allah mengetahui segala isi hatinya.
Jika seseorang telah memercayai yang demikian, maka ia selalu meneliti segala yang akan diperbuatnya, mana yang diridai Allah dan mana yang tidak diridai-Nya. Ia akan menghentikan serta menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak diridai Allah, karena ia telah yakin bahwa Allah melihat dan mengetahui semua perbuatannya itu.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud., dan Ibnu Majah dari Jabir bin 'Abdullah:
Rasulullah ﷺ bersabda, "Kamu jangan sekali-kali mati kecuali berbaik sangka kepada Allah. (Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Para ulama berpendapat bahwa sangkaan itu ada dua macam: pertama, sangkaan yang baik, yaitu menyangka bahwa Allah mempunyai rahmat, keutamaan, dan kebaikan yang akan dilimpahkan-Nya kepada manusia, sebagaimana tersebut dalam hadis Qudsi:
Allah berfirman, "Aku menuruti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku."(Riwayat Muslim dari Anas)
Kedua, sangkaan yang jelek, yaitu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui segala perbuatan hamba-hamba-Nya.
Menurut Qatadah, sangkaan itu ada dua macam, yaitu: pertama, sangkaan yang menyelamatkan seperti yang diterangkan firman Allah:
Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. (al-haqqah/69: 20)
Dan firman Allah:
(Yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (al-Baqarah/2: 46)
Kedua, sangkaan yang merusak, seperti yang diterangkan firman Allah ini.
Umar bin Khaththab berkata tentang ayat ini, "Mereka adalah orang-orang yang terus-menerus berbuat maksiat, tidak bertobat dari perbuatan itu, dan mereka berdebat tentang ampunan Tuhan, sehingga mereka meninggalkan dunia tidak membawa apa-apa." Kemudian Umar membaca ayat ini.
Al-hasan al-Bashri berkata, "Sesungguhnya satu kaum yang diperdaya oleh angan-angannya yang kosong sehingga mereka meninggal dunia, dan tiadalah mereka mempunyai suatu kebaikan pun. Salah seorang dari mereka berkata, 'Sesungguhnya aku berbaik sangka terhadap Tuhanku. Sesungguhnya ia telah berdusta. Jika baik sangkaannya, tentu baik pula amalnya." Kemudian Al-hasan al-Bashrimembaca ayat ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MUSUH-MUSUH ALLAH
Ayat 19
“Dan (ingatlah) di hati akan dihantarkan musuh-musuh Allah ke dalam neraka."
Orang-orang yang hidupnya penuh dengan sikap permusuhan terhadap Allah, tidak percaya disertai menghambat jalan Allah dan menentang seruan Rasul, bahwa mereka akan dihantarkan dengan serba kehinaan masuk neraka.
“Lalu mereka akan dikumpul-kumpulkan."
Dikumpul-kumpulkan di sana setumpuk, di situ setumpuk di bawah penjagaan malaikat penjaga neraka atau yang disebut Malaikat Zabaniyah, yang diperlakukan dengan hina.
Ayat 20
“Sehingga apabila mereka sudah sampai ke sana."
Mereka pun diperiksai kembali oleh ma-laikat-malaikat itu atas perintah Allah tentang sebab-sebab yang membawa mereka sampai masuk ke tempat adzab yang sakit ini.
“Menjadi saksilah atas mereka pendengaran mereka dan penglihatan mereka dan kulit-kulit mereka atas apa yang telah mereka amalkan."
Artinya bahwa dalam pemeriksaan itu tidaklah saat mereka akan memberikan keterangan yang dusta untuk melepaskan diri. Karena saksi bukan datang dari luar diri, bahkan bagian dari diri mereka.
Ayat 21
“Mereka berkata kepada kulit mereka."
Atau mereka dakwah kulit mereka sendiri."Mengapa kamu jadi saksi atas kami?" Mengapa kamu sampai hati membukakan rahasia kami di hadapan Allah? “Mereka" yaitu kulit mereka itu, menjawab, “Yang membuat kami bercakap ialah Allah yang membuat bercakap segala sesuatu." Maka bukanlah semata-mata lidah dan bibir manusia saja yang diberi Allah kesanggupan bercakap. Kulit manusia meskipun bisu, bisa juga bercakap. Misalnya kerling mata saat bercakap sambil diam bahwa mata itu tidak jujur. Pendengaran telinga bisa bercakap, meskipun dia diam, bahwa dia tidak tertarik mendengar ayat Al-Qur'an; yang lebih menariknya hanyalah cerita luncah dan cabul, musik yang merangsang selera rendah dan nafsu syahwat. Kulit pun, meskipun tidak bermulut, tetapi keseluruhannya bisa bercakap mengatakan bahwa waktu hidupnya dia adalah seorang pezina dan lain sebagainya.
“Dan Dialah Yang Menciptakan kamu sejak semula dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan"
Bahkan sejak manusia muncul ke permukaan dunia ini, dia pun telah mulai bercakap, meskipun mulutnya belum pandai bertutur. Dengan bahasa tangis, ibunya saat mengetahui apakah yang dikehendakinya, apakah dia lapar, apakah dia haus, apakah kain popoknya sudah basah, apakah dia kepanasan, apakah dia kedinginan.
Kadang-kadang dalam hidup ini pun sesama manusia tidak saat didustai. Mulut mengatakan lain, tetapi perangai, isyarat tangan, kerdip mata, liar mata, sikap langkah, semuanya itu bercakap menunjukkan hal yang sebenarnya. Manusia yang arif bijaksana, yang pandangannya menembus hati karena imannya, lagi tidak saat ditipu dengan susun kata, karena dia mempunyai firasat, karena dia memandang dengan nur Allah, kononlah Allah Ta'aala sendiri.
Itu sebabnya maka ayat yang selanjutnya memberikan lagi keterangan lebih tegas.
Ayat 22
“Dan tidaklah kamu saat benselindung bahwa jadi saksi atas kamu pendengaran kamu dan tidak pula penglihatan kamu dan tidak pula kulit-kulit kamu."
Ayat ini adalah peringatan kepada manusia yang hidupnya penuh dengan keraguan ketika masih hidup di dunia ini. Mentang-mentang dia bertindak seorang tidak ada manusia lain yang melihat dia berjalan pada gelap gulita malam, atau sedang dia berada jauh dari anak dan istrinya, dan orang sekampung yang mengenalnya, misalnya dalam mengembara berlepas lelah di negeri yang jauh, janganlah disangka bahwa tidak ada yang melihat. Pendengaran mendengar apa yang kita kerjakan, penglihatan melihat apa yang kita perbuat dan kulit-kulit manusia turut menyaksikan bahwa turut terlibat dalam perbuatan itu.
“Tetapi kamulah yang menyangka Allah tidak akan tahu yang terbanyak dari apa yang kamu amalkan."
Maka tersebutlah di dalam sebuah hadits yang diterima daripada Anas bin Malik (semoga ridha Allah atas diri beliau), khadam dan Rasulullah ﷺ bahwasanya beliau mengatakan bahwa pada suatu waktu Rasulullah ﷺ tergelak sendirian. Lalu beliau bertanya,
“Apakah kalian tidak hendak bertanya mengapa aku tertawa.'"
Lalu sahabat-sahabat yang hadir bertanya, “Mengapa engkau tertawa, ya Rasulullah?" Nabi menjawab,
“Aku tercengang dari sebab seorang hamba Allah mendebat Tuhannya di hari Kiamat. Dia berkata, ‘Ya Tuhanku! Bukankah Allah berjanji tidak akan menganiaya aku' Allah menjawab, ‘Memang Aku berjanji begitu.'"
Lalu hamba tadi berkata pula, ‘Sesungguhnya aku tidak mau menerima seorang saksi pun ke-cuali yang datang dari diriku sendiri!'
Maka berkatalah Allah Yang Mahamulia, lagi Mahatinggi, ‘Tidakkah sudah cukup Aku sendiri jadi saksi dan malaikat-malaikat yang mulia yang selalu menuliskan segala yang pernah kamu amalkanV Namun permohonan ini diulanginya juga berkali-kali.
Maka berkatalah Rasulullah ﷺ, “Lalu ditutup Allah mulutnya dan bercakaplah seluruh bagian tubuhnya menceritakan apa yang pernah diamalkannya. Akhirnya berkatalah si hamba Allah itu, ‘Jauhlah kamu (hai, bagian-bagian tubuhku) dan lumAllah kamu. Dan kamu semuanya aku telah didebat!'" (HR al-Bazzar)
Ayat 23
“Dan demikianlah persangkaan kamu yang kamu sangkakan terhadap Tuhan kamu."
Tersebut pulalah dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Muslim dan Imam Ahmad dan Tirmidzi, yang berasal dan hadits Abdurrahman bin Yazid dan Abdullah bin Mas'ud (semoga ridha Allah atas diri beliau), bahwa pada suatu hari ketika Abdullah bin Mas'ud terselubung di bawah kiswah (selubung hitam Ka'bah) lalu datanglah tiga orang Quraisy dan dua orang kawannya dari Tsaqif, orangnya gendut, gendut perutnya, hati mereka tampaknya kurang paham tentang agama. Mereka berbisik-bisik, tidak aku dengar apa bisikannya itu. Lalu seorang di antara mereka berkata, “Bagaimana pensaatmu, apakah Allah mendengar percakapan ini?"
Kawannya menjawab, “Kalau kita bicara agak keras, tentu didengarnya. Tetapi kalau kita bercakap perlahan-lahan, tidaklah akan didengarnya." Yang seorang lagi menyela, dengan katanya, “Kalau sebagian telah didengarnya, niscaya semua didengarnya."
Abdullah berkata seterusnya, “Cerita ini aku sampaikan kepada Nabi ﷺ, maka turunlah ayat ini. ‘Dan tidaklah kamu saat berselindung bahwa jadi saksi atas kamu pendengaran kamu' dan seterusnya, sampai ‘dan demikianlah persangkaan kamu yang kamu sangkakan terhadap Allah kamu.'"
“Telah dibinasakannya kamu, maka jadilah kamu orang-orang yang rugi."
Menjadi rugilah mereka itu karena salah sangka terhadap Allah, disangka Allah tidak akan melihat, disangka Allah tidak akan menyaksikan apa yang mereka amalkan. Lalu mereka berbuat semau-maunya, memperturutkan hawa nafsu. Kesudahannya mereka dibinasakan Allah karena kesalahan tindakan dan rugilah hidupnya karena hidup tidak beriman dan beramal saleh maka tidaklah ada bekal yang akan dibawa menghadapi Allah di hari akhirat.
Maka berkatalah ulama yang terkenal, Imam Hasan al-Bishri,
“Ketahuilah olehmu bahwasanya amalan manusia adalah sekadar menurut sangkanya terhadap Allah mereka. Orang yang beriman, berbaik sangkalah dia kepada Allah maka dibuatnyalah
yang tidak mematuhinya pun akan mensaat adzab dan siksaan juga.
“Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang rugi."