Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِنۡ
maka jika
أَعۡرَضُواْ
mereka berpaling
فَقُلۡ
maka katakanlah
أَنذَرۡتُكُمۡ
aku telah peringatkan kamu
صَٰعِقَةٗ
petir
مِّثۡلَ
seperti
صَٰعِقَةِ
petir
عَادٖ
kaum'Ad
وَثَمُودَ
dan kaum Tsamud
فَإِنۡ
maka jika
أَعۡرَضُواْ
mereka berpaling
فَقُلۡ
maka katakanlah
أَنذَرۡتُكُمۡ
aku telah peringatkan kamu
صَٰعِقَةٗ
petir
مِّثۡلَ
seperti
صَٰعِقَةِ
petir
عَادٖ
kaum'Ad
وَثَمُودَ
dan kaum Tsamud
Terjemahan
Jika mereka berpaling, katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu (azab berupa) petir seperti petir yang menimpa (kaum) ‘Ad dan (kaum) Samud.”
Tafsir
(Jika mereka berpaling) yaitu orang-orang kafir Mekah dari iman sesudah adanya penjelasan ini (maka katakanlah, "Aku memperingatkan kalian) aku mempertakuti kalian (dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud) yakni dengan azab yang akan membinasakan kalian sama dengan azab yang membinasakan mereka.
Tafsir Surat Fussilat: 13-18
Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud. Ketika rasul-rasul datang kepada mereka dari depan dan dari belakang mereka (dengan menyerukan), "Janganlah kamu menyembah selain Allah. Mereka menjawab, "Kalau Tuhan kami menghendaki, tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu diutus membawanya. Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami? Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang Menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.
Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan, sedangkan mereka tidak diberi pertolongan. Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk itu, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.
Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa. Allah ﷻ berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakanlah kepada orang-orang musyrik yang mendustakan kebenaran yang engkau sampaikan kepada mereka, bahwa jika kalian berpaling dari apa yang aku sampaikan kepada kalian dari sisi Allah ini, maka sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan turunnya azab Allah atas kalian, sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang telah mendustakan rasul-rasul Allah." (yaitu) petir seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud. (Fushshilat: 13) Yakni siksaan itu akan menimpa pula orang-orang yang bersepak terjang seperti kedua kaum itu.
Ketika rasul-rasul datang kepada mereka dari depan dan dari belakang mereka. (Fushshilat: 14) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Ad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya. (Al-Ahqaf: 21) Yakni telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan mendatangi kota-kota yang bertetangga dengan negeri tempat kaum 'Ad berada. Mereka diutus oleh Allah kepada penduduknya, memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, seraya membawa berita gembira dan membawa peringatan.
Tidakkah mereka mengambil pelajaran dari apa yang ditimpakan oleh Allah kepada musuh-musuh-Nya, yaitu azab yang membinasakan; dan tidakkah mereka mengambil pelajaran dari apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kekasih-kekasih-Nya, yaitu berbagai macam kenikmatan? Tetapi sekalipun demikian, mereka tidak mau beriman dan tidak mau membenarkan, bahkan mereka mendustakan dan mengingkari rasul-rasul Allah, dan mereka mengatakan: Kalau Tuhan kami menghendaki, tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya. (Fushshilat: 14) Yakni seandainya Allah mengutus rasul-rasul-Nya, tentulah rasul-rasul itu terdiri dari malaikat dari sisi-Nya, bukan manusia.
maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu diutus menyampaikannya. (Fushshilat: 14) hai manusia yang mengaku menjadi rasul, kami tidak akan mengikuti kamu karena kamu adalah manusia, sama seperti kami. Firman Allah ﷻ: Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi. (Fushshilat: 15) Maksudnya, mereka melampaui batas, sewenang-wenang, dan durhaka. dan mereka berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami? (Fushshilat: 15) Mereka telah dianugerahi tubuh yang besar dan kuat sehingga mereka meyakini bahwa dirinya dapat menolak azab Allah dengan kekuatan tubuh mereka.
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? (Fushshilat: 15) Yakni apakah mereka tidak memikirkan siapa yang mereka tantang itu, sesungguhnya Dia Mahabesar Yang telah menciptakan segala sesuatu dan yang telah memberikan segala kekuatan yang diperlukan oleh segala sesuatu? Sesungguhnya azab-Nya amat keras, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Az-Dzariyat: 47) Mereka menantang Yang Maha Mengalahkan dengan memusuhi-Nya dan mengingkari ayat-ayat-Nya serta durhaka kepada rasul-rasul-Nya.
Karena itulah disebutkan di dalam firman berikutnya: Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka. (Fushshilat: 16) Sebagian ulama mengatakan bahwa angin itu sangat kuat tiupannya. Menurut pendapat yang lainnya sangat dingin; dan menurut pendapat yang lainnya lagi angin yang suara gemuruhnya sangat keras. Sebenarnya angin tersebut mempunyai semua sifat yang telah disebutkan di atas. Karena sesungguhnya angin itu selain sangat kuat tiupannya, juga sangat keras, agar hukuman yang ditimpakan kepada mereka sesuai dengan kekuatan yang mereka miliki yang menyebabkan mereka teperdaya karenanya.
Dan sesungguhnya angin itu pun sangat dingin, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6) Yakni sangat dingin dan mempunyai suara gemuruh yang amat menakutkan; dan ada sebuah sungai di negeri Timur diberi nama Sungai Sarsar karena suara alirannya sangat kuat (menimbulkan suara gemuruh). Firman Allah ﷻ: dalam beberapa hari yang sial. (Fushshilat: 16) Artinya, terus-menerus. Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya: selama tujuh malam dan delapan hari secara terus-menerus. (Al-Haqqah: 7) Sebagaimana yang disebutkan pula di dalam firman-Nya: pada hari nahas (sial) yang terus-menerus. (Al-Qamar: 19) Yakni azab mulai menimpa mereka di hari yang nahas itu, kemudian kesialan terus-menerus menimpa mereka hingga semuanya binasa.
selama tujuh malam dan delapan hari secara terus-menerus. (Al-Haqqah: 7) Akhirnya binasalah mereka semuanya tanpa ada seorang pun yang tersisa. Azab yang menghinakan ini menimpa mereka di dunia dan terus disambung dengan azab di akhirat. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan, sedangkan mereka tidak diberi pertolongan. (Fushshilat: 16) Yakni azab di akhirat lebih menghinakan mereka, dan tiada seorang pun yang dapat menolong mereka, sebagaimana ketika di dunia pun mereka tidak diberi pertolongan.
Tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan dan melindungi mereka dari azab Allah dan pembalasan-Nya. Firman Allah ﷻ: Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk. (Fushshilat: 17) Ibnu Abbas r.a. Abul Aliyah, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa hadainahum artinya Kami telah menjelaskan kepada mereka perkara yang hak. Ats-Tsauri mengatakan bahwa artinya Kami telah seru mereka ke jalan Kami. tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk itu. (Fushshilat: 17) Yaitu Kami perlihatkan, Kami jelaskan, dan Kami terangkan kepada mereka perkara yang hak melalui lisan nabi mereka, yaitu Saleh a.s.
Tetapi mereka menentangnya, mendustakannya, dan menyembelih unta betina Allah yang Dia jadikan sebagai tanda dan bukti yang membenarkan nabi mereka. maka mereka disambar petir azab yang menghinakan. (Fushshilat: 17) Allah menimpakan kepada mereka pekikan yang mengguntur, sebagai azab Allah yang menghinakan mereka. disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (Fushshilat: 17) karena mereka mendustakan nabi-Nya dan ingkar kepada-Nya. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Fushshilat: 18) dari kalangan mereka, sehingga mereka tidak terkena azab yang menimpa kaumnya barang sedikit pun, bahkan Allah ﷻ menyelamatkan mereka bersama nabi mereka Saleh a.s. berkat iman dan takwa mereka kepada Allah ﷻ"
Ihwal penciptaan langit dan bumi sebagai bukti kemahakuasaan Allah, yang dijelaskan oleh ayat-ayat terdahulu, ternyata tidaklah membuat orang-orang musyrik Mekah berubah sikap dan keyakinan. Oleh sebab itu, ayat-ayat berikut memerintahkan Nabi Muhammad menyampaikan peringatan berupa pengalaman kaum 'Ad dan Samud yang telah menolak kebenaran. Jika mereka, orang-orang musyrik Mekah, masih saja berpaling dari kebenaran yang disampaikan itu, maka katakanlah kepada mereka, 'Aku telah memperingatkan kamu akan bencana petir seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Samud. '14. Demikianlah, sebagaimana juga dikisahkan oleh Al-Qur'an, ketika para rasul datang kepada masing-masing mereka, kaum 'Ad dan Samud, baik dari arah depan dan juga dari arah belakang mereka. Hal ini bermakna bahwa para rasul itu menyampaikan seruan kebenaran dengan berbagai cara, baik terang-terangan maupun dengan sembunyi-sembunyi. Para rasul itu menyerukan, 'Janganlah kamu menyembah selain Allah. ' Mendengar seruan itu mereka, kaum 'Ad dan Samud menjawab, 'Kalau Tuhan kami menghendaki untuk mengutus rasul, tentu Dia mengutus dan menurunkan malaikat-malaikat-Nya kepada kami, bukan manusia biasa seperti kamu. Maka sesungguhnya dengan kenyataan seperti itu, kami mengingkari wahyu yang engkau sengaja diutus untuk menyampaikannya kepada kami. '.
Ayat ini menerangkan perintah Allah kepada Nabi Muhammad agar menyeru kepada orang-orang kafir untuk beriman kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada pada keduanya. Jika mereka tidak menerima ajakan itu dan berpaling, Rasulullah diperintahkan untuk mengingatkan mereka tentang azab yang akan ditimpakan Allah kepada setiap orang yang ingkar kepada-Nya. Di antara azab yang pernah ditimpakan kepada orang-orang yang ingkar ialah suara keras yang mengguntur dari langit dan memusnahkan semua yang dikenainya, seperti yang pernah ditimpakan kepada kaum 'Ad, kaum Samud, penduduk Aikah, dan sebagainya. Malapetaka itu menimpa mereka karena mengingkari seruan rasul yang diutus kepada mereka dan mengabaikan peringatan para rasul itu. Rasulullah menambahkan bahwa jika mereka tidak ingin ditimpa malapetaka seperti itu, maka ikutilah seruan yang disampaikannya dan agar hanya menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Seruan Rasulullah itu ditanggapi orang-orang musyrik dengan sikap angkuh dan sombong. Mereka mengingkarinya dengan mengatakan bahwa sekiranya Allah hendak mengutus para rasul kepada manusia, tentu Dia tidak akan mengutus manusia seperti Nabi Muhammad. Akan tetapi, Allah akan mengutus orang-orang yang mempunyai kelebihan dari manusia biasa, mempunyai kekuatan gaib, sanggup mengabulkan langsung segala yang diminta orang-orang yang diserunya, seperti malaikat, jin dan sebagainya. Menurut mereka, rasul yang diangkat dari manusia biasa tidak akan bisa memerkenankan permintaan orang-orang yang diserunya karena tidak mempunyai kelebihan apa pun. Sementara, menurut mereka, Allah belum berkehendak mengutus rasul itu. Itulah sebabnya mereka mengingkari kerasulan Nabi Muhammad.
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab " Ad-Dalail" dan Ibnu Asakir dari Jabir bin 'Abdullah. Ia mengatakan bahwa Abu Jahal dan para pemimpin kaum Quraisy berkata, "Sesungguhnya kurang jelas bagi kita apa yang disampaikan oleh Muhammad itu, jika kamu menemukan seorang ahli sihir, tenung, dan syair, maka hendaklah ia berbicara dengannya, dan datang kepada kita untuk menerangkan maksud yang disampaikan Muhammad ﷺ itu." 'Utbah bin Rabi'ah berkata, "Demi Allah, aku benar-benar telah mendengar sihir, tenung, dan syair. Aku benar-benar memahami rumpun engkau hai Muhammad adalah orang yang paling baik dalam rumpun keluarga Abdul Muththalib?" Muhammad tidak menjawab. 'Utbah berkata lagi, "Mengapa engkau mencela tuhan-tuhan kami dan menganggap kami sesat? Jika engkau menghendaki wanita, pilihlah olehmu sepuluh wanita yang paling cantik yang kamu kehendaki dari suku Quraisy ini. Jika engkau menghendaki harta, kami kumpulkan harta itu sesuai dengan yang kamu perlukan."
Setelah Rasulullah mendengar ucapan 'Utbah, beliau membaca Surah Fushshilat ini sejak permulaan ayat sampai kepada ayat ini, yang menerangkan malapetaka yang pernah ditimpakan kepada kaum 'Ad, dan Samud. Mendengar ayat yang dibacakan Rasulullah saw, Utbah diam seribu bahasa, lalu pulang ke rumahnya, tidak langsung kepada kaumnya. Tatkala kaumnya melihat 'Utbah dalam keadaan demikian, mereka mengatakan bahwa 'Utbah telah kena sihir Muhammad. Lalu mereka mencari 'Utbah dan berkata kepadanya, "Ya 'Utbah, engkau tidak datang kepada kami itu adalah karena engkau telah kena sihir." Maka 'Utbah marah dan bersumpah tidak akan berbicara lagi dengan Muhammad, kemudian ia berkata, "Demi Allah, aku benar-benar telah berbicara dengannya, lalu ia menjawab dengan satu jawaban yang menurut pendapatku jawaban itu bukan syair, bukan sihir, dan bukan pula tenung. Tatkala ia sampai kepada ucapan: petir yang seperti menimpa kaum 'Ad dan Samud, aku pun diam seribu bahasa. Aku benar-benar mengetahui bahwa Muhammad itu, apabila ia mengatakan sesuatu, ia tidak berdusta, dan ia takut kepada azab yang akan menimpa itu."
Sebagaimana diketahui bahwa 'Utbah termasuk pemuka Quraisy dan orang yang berpengetahuan luas di antara mereka. Di samping seorang sastrawan ia juga mengetahui seluk-beluk sihir dan tenung yang dipercayai orang pada waktu itu. Kebungkaman 'Utbah itu menunjukkan bahwa hatinya telah beriman kepada Rasulullah, tetapi karena pengaruh nafsu dan kedudukan, maka ia mengingkari suara hatinya. Demikian pula halnya dengan kebanyakan orang-orang musyrik. Hatinya telah beriman dan ia telah takut kepada azab yang akan ditimpakan kepadanya seandainya ia tidak beriman, tetapi mereka tetap tidak beriman karena khawatir akan dikucilkan oleh kaumnya. Oleh karena itu, mereka mencari-cari alasan untuk menutupi hati mereka dengan mengatakan bahwa mustahil Allah mengangkat seorang rasul dari golongan manusia biasa. Jika Allah mengangkat rasul, tentu rasul itu dari golongan malaikat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
ANCAMAN SHAA'IQAH (PETIR)
Ayat 13
“Maka jika mereka berpaling,"
Tidak mau mereka mendengarkan baik-baik, malahan sebagaimana telah tersebut dalam ayat 5, mereka katakan bahwa hati mereka telah tertutup, telinga mereka telah tersumbat
dan di antara mereka dengan kebenaran yang dibawa Rasul itu telah ada dinding."Ka-takanlah," kepada mereka itu, hai Rasul-Ku, bahwa,
“Aku lelah memperingatkan kepada kamu dari hal petir, seumpama petir ‘Ad dan Tsamud."
Artinya mudah saja bagi Allah menurunkan adzab-Nya, sebagai adzab yang telah diturunkan kepada kaum Tsamud, kaum Nabi Shalih dan kaum ‘Ad, umat Nabi Hud. Kedua kaum itu adalah termasuk bangsa Arab tua yang telah punah.
Ayat 14
“Tatkala datang kepada mereka rasul-rasul dari hadapan mereka dan dari belakang mereka."
Artinya bahwa kepada kaum yang dua itu Allah telah mengutus rasul dan sebelum mereka pun telah diutus juga Rasul, sehingga walaupun masanya telah berlalu namun berita tentang umat yang telah dihukum Allah itu sampai juga kepada mereka. Di pangkal ayat Rasulullah disuruh memperingatkan tentang adzab yang akan datang. Pada ‘Ad dan Tsamud itu adzab dimulai dengan datangnya petir lebih dahulu. Shaa'iqah atau petir baru permulaan adzab! Rasul-rasul itu semuanya menyampaikan satu seruan pokok saja; “Supaya mereka jangan menyembah melainkan kepada Allah." Inilah yang menjadi pokok dari semua dakwah yang disampaikan oleh sekalian rasul, tidak lain. Tidak ada seorang rasul pun yang menyeru orang supaya mempersekutukan Allah dengan yang lain, baik dengan dirinya rasul itu sendiri.
Tetapi apa sambutan mereka kepada rasul-rasul itu?
“Mereka berkata, ‘Kalau Tuhan kami itu menghendaki, niscaya diturunkannya malaikat.'" Sambutan ini benar-benar mengejek kepada rasul. Di dalam jawaban ini jelas bahwa mereka masih mengakui ada Allah, sebagaimana disaati pada tiap-tiap kaum dan bangsa. Tetapi mereka sengaja mempersekutukan yang lain dengan Allah itu. Kalau rasul-rasul menyampaikan ancaman bahwa kalau mereka masih terus-menerus mempersekutukan yang lain dengan Allah, niscaya Allah akan menyuruh malaikat turun mendatangkan adzab! Sekarang mereka ejek rasul itu, dengan mengakui bahwa kalau Allah itu mau tentu saja bisa dikirimnya malaikat buat mengadzab kami. Akan tetapi karena kami ini tetap mempercayai Allah itu satu, dan kami menyembah yang lain hanya semata-mata untuk menyampaikan pemujaan kami kepada Allah saja, tentu Allah tidak marah dan tentu malaikat tidak akan disuruhnya turun mengadzab kami.
“Maka sesungguhnya kami dengan apa yang kamu diutus membawanya itu tidaklah percaya"
Tegasnya mereka menyatakan terus terang bahwa ajakan Rasul agar mereka hanya menyembah kepada Allah saja, tidak boleh menyembah yang lain, tidaklah mereka percaya bahwa itu perintah dari Allah. Apa salahnya kita menyembah pula kepada yang lain kalau kita masih tetap mengakui bahwa Allah itu ada dan tunggal. Tuhan-tuhan yang lain itu tidak lain hanyalah sekadar pembantu Allah. Mereka berjasa kepada kita, tidakkah patut mereka kita hormati?
Demikianlah maksud isi dan bantahan mereka itu.
Mereka bantah Rasul dengan ejekan.
Ayat 15
“Maka Adapun Ad, mereka menyombong di muka bumi dengan tidak benar."
Menyombong di muka bumi tidaklah benar jika dilakukan oleh manusia. Apa yang akan mereka sombongkan di muka bumi ini? Padahal mereka tidak akan selamat hidup di dunia ini kalau tidak ada jaminan dari Allah?
“Dan mereka berkata, ‘Siapa yang lebih sangat kuat dari kami?"‘
Inilah yang disebut dalam pepatah Minangkabau, “Dikacak lengan lah bak lengan, di-kacah betis lah bak betis," dari berasa besar dan kuat benar, sehingga menanyakan kepada orang lain, adakah orang yang sekuat kami. Itu pun satu gejala kesombongan yang telah melampaui batas. Biasanya kalau kesombongan sudah sampai demikian, akan lekaslah orang tersungkur jatuh, tidak saat ditahan oleh siapa pun."Apakah tidak mereka lihat bahwasanya Allah Yang Menciptakan mereka itu, Dialah yang lebih kuat dari mereka."
Pada mulanya kaum ‘Ad itu merasa diri sangat kuat, sehingga mendabik dada dan bertanya, menantang kaum lain yang ada di keliling mereka, siapa yang lebih kuat dari mereka. Lalu datang peringatan, apakah mereka tidak melihat, tidak memerhatikan bahwa yang lebih kuat itu ialah Allah sendiri?
Memang sebelum malapetaka datang manusia bisa saja menyombong mengatakan diri sangat kuat. Padahal betapa pun pertahanan dan pembinaan kekuatan diatur manusia, bila Allah menunjukkan kuasa-Nya, segala bangunan yang disangka manusia kuat kukuh itu dalam sebentar waktu, kadang-kadang sekejap mata saja hancurlah segala bangunan tadi.
“Dan adalah mereka itu sangat mengingkari akan ayat-ayat Kami"
Apa jua pun pesan, wasiat, nasihat dan pengajaran yang disampaikan kepada mereka oleh Nabi mereka, Nabi Hud tidak ada yang mereka acuhkan. Mereka tidak mau mendengar, mereka tidak mau peduli. Mereka tetap merasa kuat.
Ayat 16
“Maka Kami kirimlah kepada mereka angin sharshar pada hari-hari yang sangat celaka."
Angin sharshar ialah angin yang sangat keras dan kencang bercampur dengan udara sangat dingin dan kedengaran suaranya menderu dari sangat kencangnya. Kadang-kadang pohon yang besar bisa tumbang terbongkar dari uratnya karena sangat kerasnya tiupan angin itu. Orang yang tengah berpakaian bisa copot pakaian yang dipakainya karena ditarik oleh angin."Supaya Kami rasakan kepada mereka adzabyang hina di kala hidup di dunia."
“Dan sesungguhnya adzab akhirat adalah lebih hina," dan yang mereka derita di dunia itu belum seberapa. Adzab dunia itu berhenti sendiri jika mereka telah mati. Tetapi mulai menghadapi alam akhirat adzab itu akan disambung lagi dengan yang lebih hebat,
“Dan mereka tidaklah akan ditolong."
Mereka tidak akan ditolong lagi di akhirat itu, sebab peringatan telah diberikan terlebih dahulu oleh rasul-rasul mereka semasa masih di dunia dan setelah rasul-rasul itu dipanggil Allah kehadirat-Nya, wahyu Ilahi masih tetap tertulis untuk dijadikan pegangan hidup.
Ayat 17
“Dan Adapun Tsamud."
Yang telah diutus Allah kepada mereka itu Nabi Shalih, “Maka telah Kami beri petunjuk mereka."
Nabi Shalih telah diperintah Allah menyampaikan petunjuk kepada mereka. Pokok petunjuk itu pun tidak lain ialah mencegah dan melarang mereka mempersekutukan sesuatu dengan Allah. Sembahlah Allah yang Maha Esa, jangan menyembah kepada yang lain. Maka banyaklah bantahan mereka pada mulanya kepada Rasulullah ﷺ yang bernama Saleh itu. Maka pada satu waktu karena keengganan mereka hendak menerima petunjuk juga, mereka kemukakan suatu syarat. Kalau syarat itu dipenuhi oleh Nabi Shalih, mereka bersedia menuruti ajaran Nabi Shalih. Syarat itu ialah supaya Nabi Shalih memintakan kepada Allah, agar diadakan suatu tanda kebesaran Allah, yaitu supaya diadakan seekor unta yang sangat besar. Kalau Nabi Shalih sanggup mengadakan unta itu. mereka akan percaya.
Nabi Shalih telah memohonkan itu kepada Allah. Tetapi ada syarat pula, yaitu air yang akan diminum di pagi hari. Kalau hari ini giliran minuman unta, penduduk Tsamud tidak boleh mengambil air. Kalau besoknya giliran penduduk mengambil air, untanya akan pergi jauh ke padang pasir dan tidak bertemu manusia.
Setelah syarat itu dipenuhi oleh kaum Tsamud, unta itu pun diadakan dengan izin Allah dan berlakulah pemberian air beberapa waktu lamanya. Mereka telah diberi petunjuk oleh Allah. Sebagian telah menyatakan iman kepada dakwah Nabi Shalih, tetapi sebagian lagi."Tetapi mereka lebih menyukai kebutaan daripada petunjuk."
Mulanya telah aman tenteram hidup kaum Tsamud dengan bimbingan Nabi Shalih. Tetapi tidak pula hentinya godaan dari Iblis, dengan munculnya beberapa pemuda yang tidak senang dengan ketenteraman, yang mencari-cari pasal buat memecahkan persatuan. Ada pemuda peminum tuak, pemabuk yang tidak merasa senang mengapa harus dibagi air minum antara mereka dengan unta. Padahal minuman yang akan mereka minum mesti dicampur dengan air biasa, sedang air biasa tidak ada persediaan di rumah tempat mereka minum-minum. Perempuan lacur yang menyediakan ‘minuman keras tidak bersedia air. Si pemabuk marah karena adanya aturan berganti minum dengan unta itu. Pada malam itu juga mereka langgar janji, mereka sauk air padahal giliran unta. Ketika ada yang mengancam kalau dilanggar perjanjian bisa berbahaya, timbul niat jahat mereka hendak membunuh unta itu sendiri.
Sedang Nabi Shalih melakukan dakwah di tempat lain, mereka telah membuat kumpulan jahat pergi membunuh unta itu, sampai mati. Dengan demikian mereka merasa telah terlepas dari Ikatan janji. Di sinilah dikiaskan oleh ayat, “Mereka lebih menyukai buta dari petunjuk!" (Lihat surah asy-Syams ayat 11 sampai 15)
Di dalam surah an-Naml ayat 48 sampai 50 diterangkan pula maksud jahat mereka yang lain, yaitu hendak membunuh Nabi Shalih secara khianat mengintipnya di tempat sepi. Sembilan orang pemuka dari mereka yang bermaksud jahat itu telah mengatur siasat hendak melakukan makar terhadap beliau. Tetapi sebelum mereka bertindak, Allah-lah yang bertindak lebih dahulu membinasakan mereka. Dalam masa tiga hari mereka ditimpa terlebih dahulu oleh sakit panas dan di hari yang keempat mereka dihancurkan semua bersama kaum mereka yang menuruti langkah mereka. Pada hari yang keempat itu kedengaranlah suara pekik atau teriakan yang sangat keras dan mengerikan bunyinya, (Huud ayat 67); semua mereka jatuh jadi bangkai dan tinggallah rumah-rumah mereka jadi kosong, padahal selama ini mereka membanggakan karena ketinggian seni bangunan mereka. “Mereka bawa batu-batu besar dari gunung ke lembah untuk membangun." (al-Fajr ayat 9) “Di lembah yang rendah itu mereka mendirikan gedung-gedung yang megah dan gunung-gunung mereka pahat untuk dijadiakn rumah tempat tinggal." (al-Ahzaab ayat 23). Sehingga boleh dikatakan bahwa pada zaman Tsamud itu orang sudah pandai membuat rumah gedung di kota tempat tinggal dan di gunung tempat istirahat, sebagaimana kebiasaan di kota-kota besar di Jawa sekarang!
“Maka disambarlah mereka oleh petir adzab yang amat hina." Di dalam surah Huud ayat 67 yang teiah kita salinkan di atas itu dikatakan bahwa terdengar pekik atau teriakan yang amat keras dan mengerikan. Di ayat ini sekarang dikatakan bahwa petirlah yang datang menyambar. Di surah al-A'raaf disebut rajfah, artinya gempa. Kita pun ingatlah memaklumi bahwasanya semua kejadian itu bisa saja tali bertali, berturut-turut. Karena sedetik dua detik saja sesudah kilat sabung-menyabung atau petir memancarkan sinarnya bagai cemeti di udara, suara petir itu ketika menghantamkan cemetinya memang sangat mengerikan. Bila petir menghantam cemeti apinya bumi setempat bisa berguncang. Adzab itu semuanya membuat mereka jadi hina, terkejar ke sana terdorong kemari, memekik meraung tidak tahu diri lagi, panik tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Semuanya itu ialah,
“Tersebab apa yang telah mereka usahakan."
Semuanya dari salah mereka sendiri; mereka mungkiri janji, mereka bunuh unta Allah lalu mereka makan pula ramai-ramai dan kemudian mereka hendak meneruskan pula membunuh Nabi Allah dengan secara keji. Di hari pertama, kedua dan ketiga mereka telah merasakan kejahatan ini tidak akan diampuni lagi oleh Allah. Ada tafsir mengatakan bahwa di hari pertama, muka mereka berwarna kuning, hari kedua berwarna merah laksana darah dan di hari ketiga berwarna hitam.
Ayat 18
“Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman."
Sebab orang-orang yang beriman itu dengan bimbingan Nabi Shalih sendiri telah berangkat lebih dahulu meninggalkan tempat itu sebelum adzab Allah datang. Apalah lagi mereka tidak turut bersekongkol membunuh unta, tidak pula turut memakan daging unta itu.
“Dan adalah mereka itu orang-orang yang bertakwa."
Di dalam kesempatan yang lain Allah telah memperingatkan juga bahwa orang yang telah menjadi auliaa Allah tidaklah mereka akan merasa takut menghadapi bahaya yang akan datang dan tidaklah mereka akan merasa duka cita ditimpa malapetaka itu.