Ayat
Terjemahan Per Kata
ثُمَّ
kemudian
ٱسۡتَوَىٰٓ
Dia menuju
إِلَى
kepada
ٱلسَّمَآءِ
langit
وَهِيَ
dan ia/langit
دُخَانٞ
asap
فَقَالَ
lalu Dia berkata
لَهَا
kepadanya
وَلِلۡأَرۡضِ
dan kepada bumi
ٱئۡتِيَا
datanglah kamu berdua
طَوۡعًا
suka hati
أَوۡ
atau
كَرۡهٗا
terpaksa
قَالَتَآ
keduanya berkata
أَتَيۡنَا
kami datang
طَآئِعِينَ
dengan suka hati
ثُمَّ
kemudian
ٱسۡتَوَىٰٓ
Dia menuju
إِلَى
kepada
ٱلسَّمَآءِ
langit
وَهِيَ
dan ia/langit
دُخَانٞ
asap
فَقَالَ
lalu Dia berkata
لَهَا
kepadanya
وَلِلۡأَرۡضِ
dan kepada bumi
ٱئۡتِيَا
datanglah kamu berdua
طَوۡعًا
suka hati
أَوۡ
atau
كَرۡهٗا
terpaksa
قَالَتَآ
keduanya berkata
أَتَيۡنَا
kami datang
طَآئِعِينَ
dengan suka hati
Terjemahan
Dia kemudian menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap. Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Tunduklah kepada-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami tunduk dengan patuh.”
Tafsir
(Kemudian Dia menuju) bermaksud kepada (penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap) masih berbentuk asap yang membumbung tinggi (lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya) menurut perintah-Ku (dengan suka hati atau terpaksa") kedua lafal ini berkedudukan sama dengan Hal, yakni baik dalam keadaan senang hati atau terpaksa (keduanya menjawab, "Kami datang) beserta makhluk yang ada pada kami (dengan suka hati") di dalam ungkapan ini diprioritaskan Dhamir Mudzakkar lagi Aqil; atau khithab kepada keduanya disamakan dengan jamak.
Tafsir Surat Fussilat: 9-12
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.
Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati. Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Ini merupakan keingkaran dari Allah ﷻ terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang menyembah selain-Nya di samping Dia, padahal Allah-lah Yang menciptakan segala sesuatu, Yang Maha Mengalahkan segala sesuatu, Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Fushshilat: 9) Yakni kamu membuat-buat tandingan dan sekutu yang kalian sembah bersama dengan Allah ﷻ Yang demikian itulah Tuhan semesta alam. (Fushshilat: 9) Yaitu Yang menciptakan segala sesuatu itu adalah Tuhan semesta alam. Dalam ayat ini terkandung perincian dari apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. (Yunus: 3) Dalam ayat ini diperincikan hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan bumi secara terpisah dari hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan langit. Disebutkan bahwa pada mulanya Allah menciptakan bumi karena bumi bagaikan fondasi, dan untuk membangun sesuatu itu dimulai dari fondasinya dahulu, setelah itu baru atap, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. (Al-Baqarah: 29), hingga akhir ayat.
Adapun mengenai firman Allah ﷻ yang menyebutkan: Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan kokoh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (An-Nazi'at: 27-33) Disebutkan padanya bahwa penghamparan bumi itu terjadi sesudah penciptaan langit. Penghamparan itu dijelaskan oleh firman-Nya: Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (An-Nazi'at: 31) Ini terjadi sesudah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, kejadiannya sebelum penciptaan langit menurut keterangan nas Al-Qur'an.
Dan dengan nas inilah Ibnu Abbas r.a. mengemukakan jawabannya (terhadap orang yang bertanya kepadanya), menurut apa yang diketengahkan oleh Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini, bagian dari kitab sahihnya. Disebutkan di dalamnya bahwa Al-Minhal telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki berkata kepada Ibnu Abbas r.a. bahwa dirinya benar-benar menemui hal-hal yang menyulitkannya di dalam Al-Qur'an karena menurutnya simpang siur. Lelaki itu membaca firman-Nya: maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Muminun: 101); Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan. (Ash-Shaffat: 27) Dan dalam ayat lain disebutkan: dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun. (An-Nisa: 42) Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Dalam ayat ini mereka menyembunyikan keadaan yang sebenarnya pada diri mereka.
Dan Allah ﷻ telah berfirman: Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? (An-Nazi'at: 27) sampai dengan firman-Nya: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30) Maka Allah menyebutkan penciptaan langit sebelum penciptaan bumi. Lalu dalam ayat lainnya Allah ﷻ telah berfirman: Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa. (Fushshilat: 9) sampai dengan firman-Nya: Kami datang dengan suka hati. (Fushshilat: 11) Dalam ayat ini disebutkan bahwa penciptaan bumi itu sebelum penciptaan langit. Dan Allah ﷻ telah berfirman: Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab: 5) Dalam ayat yang lainnya disebutkan: Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Fath: 19) Dan dalam ayat yang lainnya lagi disebutkan: Dan adalah Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa: 134) Yakni memakai kana yang artinya dahulu, setelah itu tidak lagi menyandang sifat-sifat tersebut. Maka Ibnu Abbas r.a. menjawab, bahwa firman Allah ﷻ: maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Muminun: 101) Kejadian yang disebutkan dalam ayat ini ialah di saat tiupan sangkakala yang pertama.
Disebutkan pula oleh firman-Nya: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68) Maka tidak ada pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Dan pada tiupan yang kedua disebutkan oleh firman-Nya: Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan. (Ash-Shaffat: 27) Adapun mengenai firman Allah ﷻ yang menyebutkan: Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Dan firman Allah ﷻ: dan mereka tidak menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun. (An-Nisa: 42) Karena sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa orang-orang yang mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Allah, lalu orang-orang musyrik berkata, (kepada sesama mereka), "Marilah kita katakan, 'Kami bukanlah orang-orang yang mempersekutukan Allah'." Lalu dikuncilah mulut mereka dan berkatalah tangan-tangan mereka.
Maka pada saat itu diketahui bahwa mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allah suatu kejadian pun. Dan pada saat itu disebutkan oleh firman-Nya: Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah. (An-Nisa: 42), hingga akhir ayat. Mengenai firman Allah ﷻ: menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9) Kemudian Allah ﷻ menciptakan langit, lalu Dia menuju ke langit dan menjadikannya tujuh langit dalam dua hari yang lainnya. Setelah itu baru dia menghamparkan bumi, yakni mengeluarkan airnya, tumbuh-tumbuhannya, dan menciptakan gunung-gunung, padang-padang pasir, dan lain-lainnya dalam dua hari berikutnya.
Hal inilah yang dimaksud dengan makna menghamparkannya. Dan firman Allah ﷻ: menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9) Dia menciptakan bumi dan segala sesuatu yang ada padanya dalam empat hari, dan Dia menciptakan langit dalam dua hari. Mengenai firman-Nya: Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab: 5) dan ayat-ayat lainnya yang memakai ungkapan yang sama, yakni kana menunjukkan bahwa Allah ﷻ menyifati Zat-Nya dengan demikian. Hal ini diungkapkan oleh firman-Nya yang berarti menunjukkan pengertian bahwa Dia masih tetap bersifat demikian.
Karena sesungguhnya Allah ﷻ itu tidak sekali-kali menghendaki sesuatu, melainkan mendapatkan apa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah jangan sekali-kali Al-Qur'an di fahami olehmu dengan pemahaman yang keliru sehingga akibatnya akan memusingkan dirimu, karena sesungguhnya tiap-tiap Kalamullah itu (Al-Qur'an) berasal dari sisi-Nya. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Addi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Amr, dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal (yakni Ibnu Amr). Lalu disebutkan hadis yang telah disebutkan di atas. Firman Allah ﷻ: menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9) Yakni pada hari Ahad dan hari Senin.
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya. (Fushshilat: 10) Allah menjadikan bumi penuh dengan berkah, yakni dapat menerima kebaikan, benih-benih tanaman, dan dapat dibajak. Allah menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dan tempat-tempat yang layak untuk ditanami dan dijadikan lahan pertanian, yang hal ini dilakukanNya dalam dua hari yaitu hari Selasa dan hari Rabu yang bila digabungkan dengan dua hari yang sebelumnya menjadi empat hari.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dalam empat hari genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Fushshilat: 10) Yaitu bagi orang yang mau bertanya tentang hal tersebut untuk menambah wawasan pengetahuannya. Ikrimah dan Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia menentukan kadar makanan-makanan (penghuni)nya. (Fushshilat: 10) Dia menjadikan pada tiap-tiap bagian bumi keistimewaannya tersendiri yang tidak dapat dimiliki oleh bagian yang lainnya, misalnya di negeri Yaman terkenal dengan 'asb-nya, di Sabur terkenal dengan saburi-nya, sedangkan di Ar-Ray terkenal dengan tayalisah-nya.
Ibnu Abbas, Qatadah, dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Fushshilat: 10) Maksudnya, bagi orang yang ingin mengetahui tentangnya. Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Fushshilat: 10) Yakni sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya; bagi orang yang mempunyai keperluan terhadap rezeki atau kebutuhan, sesungguhnya Allah ﷻ menentukan baginya makanan dan keperluan yang dibutuhkannya. Pendapat ini mirip dengan apa yang dikatakan oleh mereka sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. (Ibrahim: 34) Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah ﷻ: Kemudian Dia menuju ke langit dan langit itu masih merupakan asap. (Fushshilat: 11) Yaitu asap air yang naik membumbung saat bumi diciptakan. lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. (Fushshilat: 11) Artinya, turutilah perintah-Ku dan tunduklah kepada kemauan-Ku dengan taat atau terpaksa. Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Sulaiman ibnu Musa, dari Mujahid dan Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. (Fushshilat: 11) Allah ﷻ berfirman kepada langit, "Munculkanlah matahari, rembulan, dan bintang-bintang (ciptaan)-Ku!" Dan berfirman kepada bumi, "Belahlah kamu untuk sungai-sungaimu dan keluarkanlah buah-buahanmu!" Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati.(Fushshilat: 11) Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah.
Keduanya menjawab, "Tidak, bahkan kami datang dengan suka rela penuh ketaatan kepada-Mu bersama semua makhluk yang hendak Engkau ciptakan, yaitu malaikat, jin, dan manusia yang ada pada kami, semuanya taat kepada Engkau." Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari sebagian ahli bahasa yang telah mengatakan bahwa suatu pendapat ada yang menakwilkan bahwa keduanya diperlakukan sebagaimana perlakuan terhadap makhluk yang berakal berikut dengan pembicaraan keduanya.
Menurut pendapat lain, sesungguhnya yang berkata demikian dari bagian bumi ialah tempat Ka'bah berada, dan dari langit ialah bagian yang berada di atas Ka'bah (Baitul Ma'mur). Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seandainya keduanya menolak, tidak mau datang, niscaya Allah memerintahkan agar keduanya diazab dengan suatu azab yang keduanya dapat merasakan rasa sakitnya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. (Fushshilat: 12) Artinya, Allah selesai menyempurnakan ciptaan langit menjadi tujuh langit dalam dua hari, yakni hari Kamis dan hari Jumat. dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. (Fushshilat: 12) Yakni Dia mengatur dan menetapkan pada tiap-tiap langit segala sesuatu yang diperlukannya berupa para malaikat dan lain-lainnya yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Dia. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang. (Fushshilat: 12) Maksudnya, bintang-bintang yang bercahaya yang tampak di mata penduduk bumi.
dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. (Fushshilat: 12) Yaitu sebagai penjaga-penjaga dari setan-setan yang bermaksud mencuri-curi dengar pembicaraan para malaikat. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 12) Yakni Mahaperkasa Yang mengalahkan segala sesuatu dan menundukkannya, lagi Yang Maha Mengetahui tentang semua gerakan dan diamnya semua makhluk. ". ". [: 38] Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hanad ibnus Sirri, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Sa'id Al-Baqqal, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas.
Hanad mengatakan bahwa ia telah membaca semua hadis (yang antara lain menceritakan) bahwa orang-orang Yahudi datang kepada Nabi ﷺ, lalu menanyainya tentang penciptaan langit dan bumi. Maka Rasulullah ﷺ menjawab, bahwa Allah ﷻ menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin; menciptakan gunung-gunung pada hari Selasa berikut semua manfaat dan kegunaan yang ada di dalamnya; dan menciptakan pepohonan, air, perkotaan, bangunan-bangunan, dan tanah-tanah yang tak berpenghuni pada hari Rabu; inilah yang dimaksud dengan masa empat hari. Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)wya dalam empat masa genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Fushshilat: 9-10) Yakni bagi orang yang menanyakannya. Dia menciptakan langit pada hari Kamis; dan pada hari Jumat Dia menciptakan bintang-bintang, matahari, rembulan, dan para malaikat sampai waktu tinggal tiga saat lagi. Kemudian pada saat waktu tinggal dua saat lagi Allah menimpakan malapetaka terhadap segala sesuatu yang digunakan oleh manusia, dan pada saat yang terakhir Dia menciptakan Adam, lalu menempatkannya di dalam surga.
Dia memerintahkan kepada iblis untuk bersujud kepada Adam, dan Allah mengusir Adam dari surga di saat yang terakhir. Kemudian orang-orang Yahudi berkata, "Kemudian bagaimanakah kisah selanjutnya, hai Muhammad?" Nabi ﷺ bersabda bahwa kemudian Allah Istiwa di atas 'Arasy. Orang-orang Yahudi berkata, "Engkau benar, sekiranya saja engkau sempurnakan." Mereka mengatakan, "Kemudian Allah beristirahat (sesudah itu)." Maka Nabi ﷺ marah dengan kemarahan yang sangat, lalu turunlah firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan.
Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan. (Qaf: 38-39) Hadis ini mengandung garabah. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dari Ismail ibnu Umayyah dari Ayyub ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Rafi', dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ memegang tangannya, lalu bersabda: Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu dan menciptakan padanya gunung-gunung pada hari Ahad, dan menciptakan pepohonan pada hari Senin, dan menciptakan hal yang tidak disukai pada hari Selasa,dan menciptakan cahaya pada hari Rabu, dan menyebarkan hewan-hewan padanya pada hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat sesudah ashar, yang merupakan makhluk terakhir, diciptakan pada saat yang terakhir dari waktu hari Jumat, yaitu dalam waktu antara ashar sampai malam.
Maka hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Nasai di dalam kitabnya masing-masing melalui hadis Ibnu Juraij dengan sanad yang sama, dan hadis ini merupakan salah satu dari hadis-hadis garib yang ada dalam kitab sahih. Imam Bukhari di dalam kitab Tarikhnya telah menganalisisnya, untuk itu ia mengatakan bahwa sebagian dari mereka meriwayatkannya melalui Abu Hurairah r.a. dan Ka'bul Ahbar, dan ini adalah yang paling sahih."
Dari menguraikan ihwal penciptaan bumi dan sarana kehidupan bagi makhluk yang mendiaminya, Al-Qur'an kemudian beralih kepada ihwal penciptaan langit. Kemudian Dia, yakni perintah atau kekuasaan-Nya menuju ke langit dan langit ketika itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, 'Datanglah kamu berdua menuruti perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa. ' Mendengar perintah itu, keduanya, langit dan bumi, lalu menjawab, 'Kami datang kepada-MU ya Allah dengan tunduk dan patuh guna mengikuti aturan-Mu. '12. Ayat ini masih menjelaskan tentang penciptaan langit. Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam waktu dua masa, dan pada setiap langit Dia mewahyukan dan menetapkan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat dengan bumi, Kami hiasi dengan bintang-bintang yang bersinar cemerlang, dan Kami ciptakan bintang-bintang itu untuk memelihara langit dengan pemeliharaan yang sempurna. Demikianlah ketentuan Allah berlaku, dan Dia adalah Zat Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.
Pada ayat ini Allah menerangkan keadaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya. Sekalipun ada yang mencoba menerangkan keadaan asap yang dimaksud, baik yang dikemukakan oleh pendeta-pendeta Yahudi, maupun oleh para ahli yang telah mencoba menyelidikinya, namun belum ada keterangan yang pasti yang menerangkan keadaan dan hakikat asap itu.
Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat di atas menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Peristiwa tersebut ditandai dengan terjadinya peristiwa yang oleh para ilmuwan disebut Big Bang. Peristiwa tersebut sangat jelas terlihat pada surah al-Anbiya'/21 ayat 30 yang penggalannya berbunyi demikian: "....bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami pisahkan..." .
Ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan maupun teori, secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan dari "asap" yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan sangat panas. Kumpulan ini terdiri atas sejumlah besar kekuatan atom yang saling berkaitan dan berada di bawah tekanan yang sangat kuat. Jari-jari kumpulan yang berbentuk bola ini diperkirakan sekitar 5 juta kilometer. Cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat (yang biasa disebut Big Bang), dan mengakibatkan terbentuk dan terpencarnya berbagai benda langit. Hal ini sudah menjadi prinsip yang teruji dan menjadi dasar dalam kosmologi modern. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, para peneliti saat ini dapat menyaksikan "kelahiran" bintang dengan menggunakan teleskop yang sangat canggih. Teori mengenai bentukan "asap" sebagai asal-muasal suatu bintang, juga telah disebutkan dalam Surah Fushshilat/41: 11 di atas.
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi, dan sebagainya) terbentuk dari "asap" yang sama, maka para pakar menyimpulkan bahwa bumi dan isi langit seluruhnya adalah satu kesatuan sebelumnya. Dari material "asap" yang sama ini, kemudian mereka terpisah satu sama lain. Hal yang demikian ini juga telah diungkapkan oleh Al-Qur'an dalam Surah al-Anbiya'/21: 30 tersebut di atas.
Pada ayat ini, seolah-olah Allah menerangkan bahwa bumi lebih dahulu diciptakan dari langit dengan segala isinya, termasuk di dalamnya matahari, bulan, dan bintang-bintang. Ayat yang lain menerangkan bahwa Allah menciptakan langit lebih dahulu dari menciptakan bumi. Oleh karena itu, ada sebagian mufasir yang mencoba mengompromikan kedua ayat ini. Menurut mereka, dalam perencanaan, Allah lebih dahulu merencanakan bumi dengan segala isinya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, Allah menciptakan langit dengan segala isinya lebih dahulu, kemudian sesudah itu baru menciptakan bumi dengan segala isinya.
Setelah selesai menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, Allah memerintahkan keduanya untuk datang kepada-Nya, baik dalam keadaan senang maupun terpaksa. Langit dan bumi mengatakan bahwa mereka akan datang dengan tunduk dan patuh. Kemudian Allah bertitah kepada langit, "Perhatikanlah sinar mataharimu, cahaya bulanmu, cahaya gemerlap dari binatang-bintang, hembuskanlah anginmu, edarkanlah awanmu, sehingga dapat menurunkan hujan." Allah berfirman pula kepada bumi, "Alirkanlah sungai-sungaimu, serta tumbuhkanlah tanaman-tanaman dan pohon-pohonmu." Keduanya menjawab, "Kami penuhi segala perintah-Mu dengan patuh dan taat."
Sebagian ahli tafsir menafsirkan "datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka atau terpaksa" dengan "jadilah kamu keduanya menurut Sunnah-Ku yang telah Aku tetapkan, jangan menyimpang sedikit pun dari ketentuan-Ku itu, ikutilah proses-proses kejadianmu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan." Dengan kata lain dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan kepada langit dan bumi untuk menyempurnakan kejadiannya sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan, seperti bumi akan tercipta pada saatnya, demikian pula gunung-gunung, air, udara, binatang-binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Semuanya akan terjadi pada waktu yang ditentukan-Nya, tidak ada satu pun yang menyimpang dari ketentuan-Nya.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kejadian langit dan bumi itu, mulai dari terjadinya sampai kepada bentuk yang ada sekarang, melalui proses-proses tertentu sesuai dengan sunah Allah. Segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit akan ada pada waktunya, dan akan hilang atau musnah pada waktunya pula, sesuai dengan keadaan langit dan bumi pada waktu itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
RENUNGAN
Ayat 9
“Katakanlah!"
Katakanlah wahai Rasul-Ku, “Apakah sesungguhnya suatu yang patut bila kamu kafir terhadap Yang Menciptakan bumi dalam dua hari?" Artinya, kalau engkau pergunakan pikiranmu yang waras tidaklah patut kamu kafir, tidak percaya kepada Allah Yang Mahakuasa dalam kekuasaan. Kebesaran dan keagungan-Nya. Dia yang menciptakan bumi yang begini luas dalam masa dua hari. ‘Dan kamu jadikan baginya sekutu-sekutu." Adakah patut kalau engkau mempergunakan pikiran yang waras, kalau engkau katakan bahwa Maha Pencipta itu ada ber-kawan-kawan, berkongsi-kongsi, bertolong-tolongan, bergotong royong menciptakan bumi ini? Maka Yang Mahakuasa, menciptakan bumi yang begini besar dalam dua hari, bukanlah sama halnya dengan alam yang Dia ciptakan, yang perlu bergotong royong, bantu-membantu lebih dahulu entah berapa lamanya, baru saat menciptakan alam ini. Allah ini lain dari yang kamu sangkakan itu.
“Demikian itulah Tuhan Sarwa Sekalian Alam."
Mengatakan bahwa Maha Pencipta seluruh alam itu adalah tuhan berkongsi-kongsi, bersekutu-sekutu yang lain dengan Dia adalah satu kekafiran paling besar, suatu pemikiran yang kacau tidak teratur. Pikirkanlah, Dia menciptakan bumi dalam dua hari.
Ayat 10
“Dan Dia menjadikan padanya gunung-gunung pengukuh di atasnya."
Dia jadikan bumi itu bergunung-gunung, ber-Himalaya di Asia, ber-Kilimanjaro di Afrika, ber-Pegunungan Alpen di Eropa,dan ber-Gunung Fuji di Kepulauan Jepang, ber-Bukit Barisan di lintasan Pulau Sumatera, dan Kinabalu di Pulau Kalimatan dan beratus-ratus pegunungan lagi di permukaan bumi adalah rawa asia yang berarti pengukuh dan peneguh. Gunung-gunung adalah penghambat angin, laksana katalisator pembagi strum listrik jangan langsung saja, dan juga penampung hujan supaya dia mengalir dengan teratur dari puncak gunung itu membelah bumi tempat air lalu menjadi sungai."Dan Dia memberkahinya." Artinya membuat bumi itu saat didiami dan tempat tinggal tetap (garaaran) bagi manusia, sebagai tersebut dalam ayat 64 surah al-Mu'min yang baru lalu."Dan me-nentukan padanya kadar persiapan makanannya." Maka bukanlah bumi itu semata-mata dijadikan saja bahkan oleh karena Allah hendak menjadikannya tempat hidup bagi manusia yang akan diangkatnya menjadi khaiifeh-Nya, dipersiapkan pulalah dalam bumi itu kadar makanan buat manusia dan buat segala makhluk bernyawa yang hidup di permukaan bumi: sejak dari binatang di hutan, binatang ternak, serangga yang menjalar, ikan di laut dan burung yang terbang di udara. Semuanya sudah ditakdirkan, dan kita artikan sudah dikadarkan, sudah dihinggakan persiapan makanannya. “Di dalam empat hari," maksudnya ialah bahwa jumlah masa menciptakan bumi adalah dua hari dan ditambah dengan persiapan persediaan penampungan segala makhluk yang bernyawa tadi disediakan dalam dua hari pula, jadi berjumlah dalam masa empat hari. Kemudian di ujung ayat disebutkan pula perihal persediaan makanan tadi.
“Yang sama sesuai bagi yang memohonkannya."
Maksud ujung ayat ialah bahwa kadar persiapan makanan yang disediakan Allah di muka bumi itu adalah sesuai bagi yang memohonkannya. Maka tidaklah ada kekacauan di antara makanan ikan dengan makanan burung.
Ayat 11
“Kemudian itu Dia pun menuju kepada langit"
Al-Qurthubi menafsirkan istiwa dengan
“Menyengaja hendak menciptanya dan menuju hendak membentuknya."
“Sedang dia adalah asap." Yaitu bahwa langit itu berupa asap, disebut juga dengan lebih jelas, yaitu masih semacam gas. Di antara langit yang diperlihatkan kepada kita sekarang menyerupai asap atau gas itu ialah kumpulan bintang yang dinamai bintang susu, kumpulan berjuta bintang yang karena dari sangat jauhnya dari alam bumi kita ini, hanya seperti asap, seperti gas atau seperti susu saja kelihatannya.
“Lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu keduanya dalam keadaan taat atau terpaksa.'" Arti yang terkandung dalam firman Allah kepada langit dan bumi itu, supaya datang keduanya, baik secara taat, patuh, dan menurut, ataupun secara terpaksa, namun semuanya mesti datang. Mesti! Tidak saat tidak. Karena semuanya itu akan diatur oleh Allah dengan peraturan yang ketat, yang keras, yang segaris jua pun tidak boleh berubah.
“Keduanya berkata, ‘Kami datang dalam keadaan taat.'"
Kami akan patuh dan menurut, selangkah kami tidak akan mendahului garis yang ditentukan Allah buat kami, dan selangkah pun tidak akan mundur. Maka berjalanlah alam menurut aturan tertentu, tidak berubah-ubah, tidak boleh berubah.
Ayat ini saat kita jelaskan lagi tafsirnya dengan ayat 18 dari surah al-Hajj, yang menyatakan bahwa sujud kepada Allah siapa saja dan apa saja yang berada di semua langit dan siapa saja yang berada di bumi, demikian juga matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pohon-pohon kayu, segala binatang yang merangkak dan banyak pula di antara manusia. Tetapi banyak pula manusia itu yang mesti disiksa, diadzab. Sebab dia tidak sadar bahwa hidupnya sudah pasti mesti sujud kepada peraturan, tetapi hatinya sendiri banyak yang lupa bahwa hidupnya sudah pasti sujud, tetapi dia tidak mau sujud.
Ayat 12
“Maka Dia melaksanakannya tujuh langit dalam dua hari."
Yaitu setelah Allah memulai tujuannya ke langit dan telah diberi ingat kepada langit dan bumi agar tunduk, taat atau terpaksa, diatur langit dalam tujuh tingkat dalam dua hari. Tentang tujuh tingkat ini pun, yang paling baik bagi kita ialah menyerahkan maksud dan tafsirnya kepada Allah juga. Ilmu manusia tidak akan mencapai bagaimana hakikat yang dikatakan tujuh itu. Ada orang yang mencoba menafsirkan bahwa tujuh langit ialah tujuh satelit! Lalu mereka hitung bintang-bintang satelit itu sampai tujuh. Tetapi bumi sendiri pun termasuk di dalamnya, matahari sendiri pun ada penafsir yang memasukkan di dalam yang tujuh itu pula. Sekarang tafsir yang demikian sudah dianggap kolot. Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan tujuh langit ialah tujuh galaksi, kumpulan berjuta-juta bintang yang berada di sekeliling mataharinya sendiri-sendiri. Kemudian ternyata bahwa galaksi itu tidak tujuh, bahkan beribu-ribu.
Ada pula yang mengatakan bahwa bulan terletak di langit yang pertama dan matahari di langit yang keempat.
Semua tafsir yang demikian tidak ada pegangannya. Lebih baik diterima keseluruhan apa yang difirmankan Allah bahwa langit tujuh. Yang mana dia, kita tidak di-beritahu secara terperinci. Bahkan dengan jelas dikatakan bahwa hujan turun dari langit. Setelah manusia naik kapal udara sekarang ini, kerap kali jelas bahwa hujan itu turun dari dalam awan yang berada di bawah kapal terbang yang sedang terbang itu.
Bagi kita manusia pun pernah juga disebut apa yang dikatakan langit."Langit ialah yang di atas kita".
Maka apabila kita telah mendengar dari ilmu alam, ahli geologi, dan ahli perbintangan tentang alam raya ini dan kita dengar pula tentang apa yang disebut perhitungan tahun cahaya, ingatlah kita memahamkan apa yang dimaksud dengan ucapan Allahu Akbar. Allah Mahabesar atau Allah Mahaagung. Dan saat kita pahamkan bahwa jika tersebut bahwa sesudah Allah menjadikan bumi, Allah pun berpindah ke langit, maksudnya buka berpindah sebagai kita berpindah. Melainkan semata-mata memindahkan urusan belaka. Karena di hadapan kebesaran Allah, ketujuh petala langit dan bumi dan bintang-bintang tidak ada yang berjarak jauh. Dan kalau Allah berfirman pula bahwa Dia melaksanakan ketujuh langit itu dalam dua hari, saat pula kita pahamkan apa yang dimaksud dengan hari, yaitu sebagai kita memikirkan dua hari mulai penyempurnaan kejadian bumi tadi pula.
“Dan Dia mewahyukan kehendak-Nya pada tiap-tiap langit." Yaitu menyampaikan perintah kepada tiap-tiap langit itu tentang tugasnya masing-masing, supaya berjalan pula dengan teratur menurut jalan yang telah digariskan Allah, tidak boleh berubah barang satu detik pun. Itulah yang terkadang dinamai sunnatullah dan terkadang dinamai Namus al-Akbar.
“Dan Kami perhiasi langit dunia dengan pelita-pelita dan pemeliharaanPerhiasan langit dunia, yaitu langit yang masih saat dicapai oleh penglihatan mata kita, entah berapa pun jaraknya, itulah bintang-bintang yang berkelap kelip indah di waktu malam itu. Dalam ayat ini dianya disebut pelita-pe-lita saja dan dia disebut perhiasan. Pada kalimat perhiasan dan pelita tergabunglah rasa keindahan. Atau rasa keharuan melihat betapa cantiknya dan cahayanya di malam hari. Semua orang tahu bahwa semuanya itu adalah bintang-bintang. Dengan sebab pelita hiasan alam di malam hari itu, tertariklah perasaan buat mengagumi alam, meskipun orang yang menjuruskan perhatiannya kepada ilmu astronomi mengatakan bahwa bintang-bintang itu adayangbesarnya seratus kali bumi, seribu kali bumi atau sekian juta kali bumi. Karena tempatnya yang sangat jauh, hanya cahayanya saja yang sampai ke bumi kita ini. Kemudian dikatakan pula oleh ahli penyelidik bahwa ada di antara pelita alam itu yang jauh jaraknya dari bumi 1.000 tahun cahaya atau satu juta tahun cahaya atau seratus juta tahun cahaya. Sehingga ada kemungkinan, menurut teori relatif Einstein, bahwa bintang yang kelihatan sebagai pelita itu, ada yang telah satu juta tahun tidak ada di tempatnya itu lagi dan yang kita lihat itu hanya tinggal cahayanya saja.
Kemudian dikatakan pula bahwa di samping dia semuanya itu adalah pelita penghias langit, yang telah ditiru orang di waktu malam dengan menghiasi kota-kota besar dengan lampu neon warna-warni, ada lagi hal yang lain yang patut diperhatikan, yaitu bahwa bintang-bintang itu bukan saja pelita indah dari alam, melainkan mempunyai juga tugas lain yang lebih berat, yaitu pemeliharaan.
Dalam ayat-ayat yang lain dalam Al-Qur'an ada juga diterangkan bahwa ada di antara bintang-bintang itu yang menjadi pengawal dan pengawas terhadap setan dan jin yang hendak mencoba mengacau peredaran namus tadi; mencoba hendak mendengar-dengar rahasia langit, mencuri pendengaran. Namun bila saja mereka mendekat, mereka telah dipanah hingga tersungkur jatuh terbakar atau lari.
Dan boleh pula kita ingat bagaimana pentingnya pertalian di antara satu bintang dengan bintang yang lain, karena perseimbangan jarak yang membawa perseimbangan jalan putaran alam, yang satu berkait dengan yang lain, sehingga tempat tiap-tiap bintang itu telah tetap. Itulah yang dinamai falak. Sehingga edaran bumi mengelilingi matahari pun tidak boleh berkisar daripada dua belas gugusan bintang-bintang, Februari gugusan bintang anu, sampai kepada Desember, sehingga ukuran waktu terbit dan terbenamnya matahari saat dipastikan, atau tengah harinya, Zhuhur dan Asharnya, Maghrib dan Isyanya.
“Demikianiah takdir dari Yang Mahaper-kasa." Keperkasaan Allah itu tampak pada kepatuhan alam itu sendiri menaati aturan, sehingga tidak ada satu pun yang saat membangkang ataupun membuat aturan sendiri. Karena membuat aturan sendiri di luar aturan Allah adalah kehancuran.
“Lagi Yang Mahatahu."