Ayat
Terjemahan Per Kata
هُوَ
Dia
ٱلَّذِي
yang
يُحۡيِۦ
menghidupkan
وَيُمِيتُۖ
dan mematikan
فَإِذَا
maka apabila
قَضَىٰٓ
Dia menetapkan
أَمۡرٗا
suatu urusan
فَإِنَّمَا
maka sesungguhnya hanyalah
يَقُولُ
Dia berkata
لَهُۥ
kepadanya
كُن
jadilah
فَيَكُونُ
maka jadilah ia
هُوَ
Dia
ٱلَّذِي
yang
يُحۡيِۦ
menghidupkan
وَيُمِيتُۖ
dan mematikan
فَإِذَا
maka apabila
قَضَىٰٓ
Dia menetapkan
أَمۡرٗا
suatu urusan
فَإِنَّمَا
maka sesungguhnya hanyalah
يَقُولُ
Dia berkata
لَهُۥ
kepadanya
كُن
jadilah
فَيَكُونُ
maka jadilah ia
Terjemahan
Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Maka, apabila Dia hendak menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
Tafsir
(Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan) artinya, Dia berkehendak mewujudkan sesuatu (Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' maka jadilah ia.") lafal Fayakuunu dapat pula dibaca Fayakuuna akan tetapi dengan memperkirakan adanya huruf An sebelumnya. Yakni, sesuatu yang dikehendaki itu langsung ada sesudah ada kehendak-Nya, sebagaimana yang telah digambarkan oleh makna firman yang tadi itu.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 66-68
Katakanlah (ya Muhammad), 'Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku, dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya).
Dialah Yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah, maka jadilah ia. Allah ﷻ berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakanlah kepada orang-orang musyrik itu bahwa sesungguhnya Allah ﷻ melarang seseorang menyembah berhala-berhala, tandingan-tandingan, dan sekutu-sekutu selain Dia." Allah ﷻ telah menjelaskan bahwa tiada yang berhak disembah selain Dia sendiri, melalui firman-Nya: Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari 'alaqah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup) sampai tua. (Al-Mumin: 67) Maksudnya, Dialah Yang Menciptakan kamu dalam fase-fase tersebut semuanya dengan sendirian, tiada sekutu bagi-Nya. Dia pulalah Yang mengatur, merencanakan dan menentukan ukuran-ukurannya dalam semuanya itu.
di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Al-Mumin: 67) Yakni sebelum dilahirkan ke alam dunia ini, bahkan gugur sejak masih dalam usia kandungan. Di antara mereka ada yang diwafatkan dalam usia anak-anak dan usia muda, ada pula dalam usia tua sebelum memasuki usia pikun. Seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya: agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan (Al-Hajj:5) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya). (Al-Mumin: 67) Ibnu Juraij mengatakan bahwa ditetapkan demikian agar kamu ingat akan hari berbangkit.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: Dialah yang menghidupkan dan mematikan. (Al-Mumin: 68) Yakni hanya Dia sematalah yang dapat melakukan hal itu, tiada seorang pun yang mampu melakukannya selain Dia. maka apabila Dia menetapkan suatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah, maka jadilah ia. (Al-Mumin: 68) Yaitu tidak dapat ditentang dan tidak dapat dicegah, bahkan apa yang dikehendaki-Nya pasti ada dan pasti terjadi."
Allah selanjutnya menguraikan bahwa menghidupkan dan mematikan manusia dan makhluk lainnya adalah hal yang mudah bagi Allah. Dialah Allah Tuhan Yang Mahakuasa yang menghidupkan makhluk dan Dia pula yang mematikan-nya. Maka apabila Dia hendak menetapkan se-suatu urusan itu adalah sangat mudah, Dia hanya cukup berkata kepada-nya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu. 69. Setelah disimpulkan pada ayat-ayat yang lalu bahwa Allah-lah pe-nguasa alam semesta ini, dan yang berkuasa menghidupkan dan mematikan, maka ayat-ayat berikut kembali menghadapkan perhatian terhadap orang-orang yang mendebat kebenaran wahyu terutama tentang akibat yang akan mereka terima karena perbuatan tersebut. "Apakah kamu, wahai Nabi Muhammad, tidak memperhatikan tentang orang-orang yang selalu membantah dengan batil terhadap semua bukti kebenaran ayat-ayat Allah' Bagaimana jalan pikiran mereka sehingga mereka dapat dipalingkan dari bukti-bukti kebenaran yang sangat jelas dari wahyu itu''.
Allah memerintahkan agar Rasulullah menyampaikan kepada orang-orang musyrik bahwa Allah yang wajib disembah itu adalah Tuhan Yang menghidupkan manusia dari tidak ada kepada ada, menghidupkan kembali sesudah matinya, dan mematikan seluruh makhluk pada waktu-waktu yang telah ditentukan-Nya. Dia adalah Tuhan Yang Mahakuasa dan Maha Pencipta. Jika berkehendak menciptakan sesuatu, Allah cukup mengatakan, "Jadilah," maka jadilah sesuatu itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
BEBERAPA SIFAT KEBESARAN ALLAH
Ayat 61
“Allah yang telah menjadikan malam bagi kamu supaya kamu menenteramkan diri padanya dan siang terang benderang."
Pada pangkal ayat ini diperingatkan kepada kita bagaimana erat pertalian hidup kita dengan peredaran malam dengan siang. Perputaran bumi mengedari matahari dalam jangka waktunya yang tertentu, dalam peredaran umum jangka panjang dalam setahun, bumi itu pun berputar pula dalam jangka yang sehari semalam sekeliling dirinya. Laksana bola yang disepak; dalam dia melambung cara bulatan, dia pun berputar kencang pula dalam dirinya. Inilah yang menimbulkan siang dan malam. Bagian yang tidak kena oleh cahaya matahari menjadilah malam. Di waktu malam kita manusia dapat menenteramkan diri, mengumpulkan kekuatan baru, menenangkan urat-urat saraf yang halus. Adanya hari malam menimbulkan kesejukan dan sejuk membawa kesegaran. Setelah genap edaran satu malam itu, fajar pun menyingsing, atau putaran bumi mulai dikenal dengan cahaya matahari, mulailah siang. Dan siang menjadi terang benderang. Mata dapat melihat kembali apa yang ada di kelilingnya. Tersentak manusia dari tidur lalu bangun untuk menghadapi kegiatan hidup lagi, sampai matahari terbenam pula, atau sampai putaran bumi tadi terbelakang pula dan cahaya matahari.
“Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia atas manusia; akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur."
Peredaran malam dan siang itu adalah puncak karunia paling besar dari Allah kepada manusia. Dengan adanya ukuran tertentu dalam setahun menyebabkan pula peredaran udara di antara musim gugur, musim dingin, musim berkembang, dan musim panas. Pergantian musim menentukan suhu udara, suhu udara memilih apa pula buah-buahan yang bermusim. Ombak di laut pun ditentukan oleh musim pula. Musim barat dan timur, musim utara dan selatan. Itu pun menentukan pula macam ikan yang keluar. Ada saja agak sedikit perubahan musim dan kebiasaannya, telah besar pengaruhnya kepada kehidupan manusia. Misalnya masa untuk menanam padi dan masa untuk menuai. Pelayaran di lautan pun menilik musim. Di zaman modern sekarang ini dipelajari orang dengan saksama keadaan udara, berawan atau tidak, waktu mana hujan turun, ditumpak yang mana. Sampai orang saat mengadakan pesawat radar untuk mengetahui suhu udara; kalau di laut untuk mengetahui kabut tebal. Allah menganugerahkan aneka warna kemudahan bagi manusia. Tetapi ada juga manusia yang tidak bersyukur atas karunia Allah itu. Dia pun lalai dan lengah, bahkan ada yang durhaka.
Ayat 62
“Demikian itulah Allah, Tuhan kamu, pencipta segala sesuatu."
Inilah keyakinan yang timbul setelah melihat dan memerhatikan alam sekeliling, sete:ah memerhatikan pergantian siang dar malam dengan segala akibatnya. Dengan memerhatikan peredaran bumi mengelilingi matahari dalam ukuran waktu tertentu, bagaimana bumi itu diselimuti malam bila dia terbelakang dari cahaya matahari, dan orang pun menyesuaikan diri dengan kegelapan malam, udara jadi lembab dan sejuk, urat saraf tidak tegang lagi dan orang mulai tidur istirahat. Dan kemudian matahari terbit, burung-burung bernyanyi, di bawah naungan siang yang terang benderang.
Mereka mendapat tenaga baru, lalu berkemas dan bekerja mencari rezeki sepanjang hari, sampai malam pula. Melihat itu semuanya timbullah kesan, bahwa demikian itulah Allah, Tuhan kamu. Pencipta segala sesuatu. Sama sekali itu Dia yang mengaturnya. Tidak mungkin atau mustahil dia teratur demikian rupa, kalau tidak ada yang mengatur. Demikian itulah Allah. Allah dikenal dari sebab perbuatan-Nya dan bekas kuasa-Nya, dari jejak aturan-Nya."Tidak ada Tuhan melainkan Dia." Allah itu mestilah Mahapandai; maka tidaklah ada Allah yang sepandai Dia. Dia pastilah Mahakuasa; tidak ada Yang Mahakuasa, selain Dia. Maka ingatlah dikatakan bahwa akal yang sehat pasti sampai kepada keputusan percaya akan adanya Allah. Mengingkari adanya Allah adalah permulaan dari orang menyeleweng dari akalnya. Sebab itu maka ujung ayat berkata,
“Bagaimanakah kamu hendak dipalingkan?"
Dan siapa yang akan memalingkan dengan kenyataan kebenaran itu? Tentu saja perdayaan dari hawa nafsu sendiri atau setan iblis belaka. Ayat selanjutnya mengatakan tentang sebab perpalingan itu.
Ayat 63
“Seperti demikianlah dipalingkan orang-orang yang terhadap ayat-ayat Allah adalah selalu mengingkari."
Di ayat ini ditegaskan bahwasanya perpalingan timbul karena ingkar. Ingkar timbul karena tidak mau tahu. Memang kadang-kadang perangai manusia itu demikian. Asal membantah, tidak senang hatinya kalau tidak membantah. Asal menang sendiri; tidak senang hatinya kalau tidak saat mematahkan orang lain. Oleh sebab itu maka pangkal ayat menyebutkan “kadzaalika". Seperti demi-kianlah. Dalam bahasa Arab, kafir orang yang demikian dinamakan kafir ‘inaad. Artinya keras kepala tidak menentu.
Kemudian itu sekali lagi diperingatkan oleh Allah bagaimana jaminan-Nya terhadap manusia.
Ayat 64
“Allah-lah yang telah menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit menjadi bangunan."
Supaya bumi bisa menjadi tempat menetap manusia diberikanlah di atas permukaannya berbagai kemudahan, sehingga ingatlah manusia hidup terjamin di atasnya. Tanahnya menumbuhkan kayu-kayuan dan pohon untuk bahan perumahan, atau sayur-sayuran atau buah-buahan. Lautnya menghasilkan ikan untuk dimakan. Hujannya diatur turun untuk menyiram bumi itu jadi subur. Di segala bagian bumi ada saja tempat buat manusia hidup. Bukit dan gunung pemagarnya dari embusan keras angin.
Langit menjadi bangunan, untuk atap tempat berteduh yang dihiasi dengan bintang-ge-mintang. Matahari memberikan sinar dan bulan memberikan cahaya. Semuanya itu cocok buat manusia menjalin hidup."Dan Dia membentuk kamu maka sangatlah bagusnya Dia memberi bentukmu." Yang terbagus di antara sekalian makhluk yang diberi hak buat hidup oleh Allah di muka bumi, baik binatang yang buas dan yang jinak, ataupun burung yang terbang di udara, ataupun serangga yang menjalar di bumi. Maka bersabdalah Rasulullah ﷺ,
“Allah telah menciptakan Adam menurut bentuk-Nya." (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad bin Hambal)
Yang dimaksud dengan hadits yang shahih ini tentu saat dimaklumi oleh orang yang bijak pandai. Yaitu Allah membentuk Adam atau membentuk manusia menurut bentuk Allah itu sendiri. Bagaimana bentuk Allah? Yang terang ialah bahwa Allah itu indah; maka manusia pun dibuat-Nya indah pula. Maka janganlah orang salah memahamkan lalu mengatakan bahwa Allah itu serupa de-ngan manusia atau manusia itu serupa dengan Allah. Yang dibentuk dengan bentuk menurut Allah di sini niscaya tidak lain ialah dari segi keindahan."Dan Dia beri kamu rezeki dari yang baik-baik" Rezeki yang baik-baik dari berbagai anugerah dan pemberian. Akal yang cerdas adalah termasuk rezeki yang baik-baik. Budi pekerti yang tersaat pada perikemanusiaan adalah termasuk rezeki yang baik-baik. Harta berupa emas dan perak adalah termasuk rezeki yang baik-baik. Makanan yang halal, padi yang tumbuh di sawah, jagung dan gandum, berbagai buah-buahan yang manis, yang mengenyangkan perut, semuanya termasuk rezeki yang baik-baik, anugerah kepada manusia."Demikian itulah Allah, Tuhan kamu!" Oleh sebab itu jika karena kecerdasan akalmu, engkau mensaat kejayaan hidup, pujalah Allah dan ingatlah akan Dia. Jika diberinya kekayaan, emas dan perak, pujilah Dia. Diberinya makanan yang cukup dengan menghamparkan bumi bagi tumbuhnya apa yang ditanam, pujilah Allah. Karena tidak ada selain Dia yang sanggup memberi demikian murah dan terbuka.
“Maka Mahaagunglah Allah, Tuhan Sarwa Sekalian Alam."
Dan beruntunglah manusia karena saat merasakan dan keresapkan keagungan Allah.
Ayat 65
“Dialah yang hidup, tidak ada Tuhan melainkan Dia."
Untuk merasakan bahwa Allah itu hidup, resapkanlah kehidupan itu sendiri dalam dirimu. Resapkanlah kehidupan itu di dalam makhluk bernyawa yang ada di kelilingmu. Pada binatang ternak yang engkau pelihara, pada kucing yang menggeser-gesarkan kepalanya kepada kamu ketika engkau pulang. Pada anjing menggoyangkan ekornya melihat majikan tiba. Pada bunga mawar yang meng-angkat pucuknya setelah dia disirami. Timbullah kesan bahwa seluruh yang disaati hidup ini mustahillah dia hidup kalau tidak ada sumber kehidupan yang sejati, abadi dan azali, yang dari dia datang segala kehidupan dan kepadanya kembali nyawa itu bila jasmani tidak sanggup memilik nyawa itu lagi. Tidak ada Allah yang sanggup menganugerahkan hidup selain Dia."Maka serulah Dia!" Sembahlah Dia, berdoalah kepada-Nya, bermohonlah dan bermunajAllah. Bulatkan tujuan kepada-Nya saja, “Dalam keadaan kamu semua memurnikan agama untuk-Nya." Yaitu apabila kesadaran bertuhan sudah ada, dan paham bahwa Dia adalah Esa, tidak bersekutu yang lain sedikit, secuil pun dengan Dia, tujuan pun murnilah kepada-Nya dan segala gerak hidup tidaklah terlepas dari beragama.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan Sarwa Sekalian Alam."
Memang, tidak ada tempat menumpahkan segala pujian, besarnya dan kecilnya melainkan hanya kepada Allah sendiri saja.
Ayat 66
“Katakanlah! Sesungguhnya aku dilarang bahwa akan menyembah apa yang kamu seru selain Allah tatkala telah datang kepadaku keterangan-keterangan daripada Tuhanku."
Inilah disiplin keras pada diri Nabi. Sejak semula dia telah menerangkan bahwa dia tidak bisa menyembah kepada berhala-berhala yang dipuja dan diseru oleh kaumnya itu. Dia tidak bisa berbuat demikian, sebab Allah telah memberikan keterangan dengan perantaraan wahyu bahwa perbuatan itu salah. Berhala dan yang lain-lain, selain Allah, adalah makhluk Allah belaka, sama keadaan manusia yang memuja berhala dengan berhala itu sendiri, sama-sama ciptaan Allah. Malahan manusia lebih tinggi dari berhala yang mereka buat, sebab berhala itu hanya benda beku tidak bernyawa. Sedang manusia adalah hidup dan hidupnya itu sebagai anugerah dari Allah, bahkan nyawa manusia adalah dikeluarkan dari dalam perbendaharaan Allah untuk dipasangkan ke dalam tubuh manusia.
“Dan diperintahkan aku bahwa menyerah kepada Tuhan semesta alam."
Dengan ujung ayat ini ditegaskan bahwa Nabi ﷺ memberikan contoh lebih dahulu. Dia menyerah langsung kepada Allah pencipta alam semesta, tidak dengan perantaraan yang lain. Jiwa insan adalah besar, dirinya dijadikan Allah menurut bentuk-Nya. Bagaimana dia akan menyerah kepada yang selain Allah?
Di dalam ayat, Nabi menegaskan bahwa beliau diperintahkan Allah agar menyerah atau memberikan dirinya kepada Allah. Menyerahkan diri adalah arti dari kalimat uslimu, yang setelah diawali dengan huruf an menjadi Uslima. Di dalamnya terkandung kalimat islam. Nabi Muhammad disuruh menjadi pelopor menyerahkan diri bulat-bulat kepada Allah, Tuhan semesta alam. Kepada yang tidak boleh menyerah. Bekasnya pun tersaat dalam sikap sujud. Kepada siapa pun seorang Muslim tidak akan bersujud, namun kepada Allah mereka sujud sampai keningnya tercecah ke atas tanah, ke pasir sekalipun. Bahkan di waktu itulah dia lebih dekat kepada Allah daripada di waktu yang silam.
Ayat 67
“Dialah yang telah menciptakan kamu dari tanah."
Yaitu bahwa tubuh jasmani ini, badan kasar ini seluruhnya diambil bahannya dari tanah. Tidak ada dari bahan lain. Tidak ada anasir yang diambil dari binatang lain atau satelit lain. Dia masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanannya dan minumannya. Makanan terdiri dari sayur atau buah-buahan atau kacang-kacangan; semuanya dari tanah. Atau dari daging binatang ternak; itu pun dibesarkan olehrumput yang dimakannya dari tanah. Atau dari daging ikan yang mengisap air di tempat ikan itu berenang. Zat-zat makanan itu memperkaya darah manusia. Darah itulah yang mengandung mani atau sperma atau khama.
Mani atau khama itu keluar setelah terjadi persetubuhan di antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Di dalam rahim (peranakan) kedua mani yang bertemu itu bercampur dan berpadu jadi satu. Itulah yang disebutkan pada lanjutan ayat, “Kemudian itu dari nuthfah," yaitu mani yang telah bergumpal jadi satu empat puluh hari lamanya, yang kian lama dia kian membeku jadi darah; “Kemudian itu dari ‘alaqah." Artinya jadi darah segumpal, sudah lebih beku dari nuthfah itu. Di dalam surah al-Mu'minuun (orang-orang yang beriman) ada disebutkan bahwa sesudah masa jadi ‘alaqah dia akan bertambah membeku sehingga menjadi mudhghah, yaitu daging segumpal."Kemudian itu Dia keluarkan kamu jadi anak kecil (bayi)." Yaitu setelah genap bulannya, ada yang tercepat lebih sedikit tujuh bulan dan ada yang terbiasa, yaitu sembilan bulan lebih beberapa hari.
Masa menjadi anak kecil itu ialah sejak lahir sampai masa saat turun dari bendungan ibu dan saat berjalan sendiri. Sejak kecil disusukan ibu, dipangku ibu, digendong, dan dibuaikan. Diasuh dengan penuh kasih, sampai pandai merangkak, tegak dan jatuh, lalu tegak dan jatuh lagi, kemudian tegak dan tegak dan tidak jatuh lagi."Kemudian supaya sampailah kedewasaan kamu." Masa mulai mata terbuka menghadapi hidup. Sampai sanggup berjalan sendiri dengan mempergunakanpertimbangan akal, memilih yang baik menjauhi yang buruk, mengambil yang manfaat menghindarkan yang mudharat."Kemudian supaya jadilah kamu orang tua," kalau Allah menghendaki umur panjang."Maka setengah di antara kamu ada yang diwafatkan dari sebelumnya," yakni sebelum tua, sebelum saat mengembangkan sayap, sehingga tidak jarang yang mati muda atau masih dalam sarat menyusu, dalam bendungan ibu."Dan supaya sampai kamu kepada ajal yang telah ditentukan." Karena masing-masing orang tidaklah sama ajalnya, tidak sama janjinya dan nasibnya; ada yang mati muda dan ada yang sampai tua.
“Dan supaya kamu berpaham."
Artinya supaya mengerti dan yakinlah kamu bahwa segalanya itu semata-mata Allahlah yang menentukan, tidak dicampuri oleh tangan yang lain sedikit jua pun. Tidak ada manusia itu sendiri pada hakikatnya yang berkuasa atas dirinya sendiri. Tidak ada satu manusia pun yang saat mengelakkan diri jika janji itu datang.
Ini pun lebih dijelaskan lagi pada ayat yang berikutnya.
Ayat 68
“Dialah yang menghidupkan dan mematikan."
Dia yang memberi nyawa sejak cukupnya penciptaan di dalam rahim ibu. Ketika itulah kehidupan mulai dipasangkan ke dalam tubuh jasmani. Dan Dia pula yang mematikan apabila waktunya telah datang. Manusia hanya menunggu panggilan itu. Tiba panggilan, tidak ada yang saat mengelak. “Dan apabila Dia telah memutuskan sesuatu, berkatalah Dia kepadanya, ‘Jadilah!'" Atau adalah, atau terlaksanalah, atau adalah, atau muncullah,
“Maka dia pun jadi!"
Tidak ada yang saat berusaha untuk tidak jadi.