Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berfirman
رَبُّكُمُ
Tuhan kalian
ٱدۡعُونِيٓ
berdo'alah kepada-Ku
أَسۡتَجِبۡ
akan Ku perkenankan
لَكُمۡۚ
bagi kalian
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَسۡتَكۡبِرُونَ
menyombongkan diri
عَنۡ
dari
عِبَادَتِي
menyembah-Ku
سَيَدۡخُلُونَ
mereka akan masuk
جَهَنَّمَ
neraka jahanam
دَاخِرِينَ
keadaan hina
وَقَالَ
dan berfirman
رَبُّكُمُ
Tuhan kalian
ٱدۡعُونِيٓ
berdo'alah kepada-Ku
أَسۡتَجِبۡ
akan Ku perkenankan
لَكُمۡۚ
bagi kalian
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَسۡتَكۡبِرُونَ
menyombongkan diri
عَنۡ
dari
عِبَادَتِي
menyembah-Ku
سَيَدۡخُلُونَ
mereka akan masuk
جَهَنَّمَ
neraka jahanam
دَاخِرِينَ
keadaan hina
Terjemahan
Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”
Tafsir
(Dan Rabb kalian berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian) maksudnya, sembahlah Aku, niscaya Aku akan memberi pahala kepada kalian. Pengertian ini disimpulkan dari ayat selanjutnya, yaitu, (Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk) dapat dibaca Sayadkhuluuna atau Sayudkhaluuna, menurut bacaan yang kedua artinya, mereka akan dimasukkan ke dalam (neraka Jahanam dalam keadaan hina dina") dalam keadaan terhina.
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. Ini merupakan sebagian dari karunia dan kemurahan Allah ﷻ Dia menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan Dia menjamin akan memperkenankan permintaan mereka, seperti apa yang dikatakan oleh Sufyan Ats-Tsauri, bahwa hai orang yang paling dicintai oleh-Nya di antara hamba-hamba-Nya, karena dia selalu meminta kepada-Nya dan banyak meminta kepada-Nya.
Hai orang yang paling dimurkai oleh-Nya di antara hamba-hamba-Nya, karena dia tidak pernah meminta kepada-Nya, padahal tiada seorang pun yang bersifat demikian selain Engkau, ya Tuhanku. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Hal yang semakna telah disebutkan di dalam syair yang mengatakan: ..... Allah murka bila engkau tidak meminta kepada-Nya, sedangkan Bani Adam marah manakala diminta.
Qatadah mengatakan, Ka'bul Ahbar telah mengatakan bahwa umat ini dianugerahi tiga perkara yang belum pernah diberikan kepada suatu umat pun sebelumnya kecuali seorang nabi. Yaitu apabila Allah mengutus seorang nabi, Allah berfirman kepadanya, "Engkau adalah saksi atas umatmu," dan Dia menjadikan kalian sebagai saksi atas umat manusia semuanya. Dan dikatakan kepada nabi yang diutus itu, "Tiada suatu kesempitan pun bagimu dalam agama," dan kepada umat ini dikatakan melalui firman-Nya: dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78) Juga dikatakan kepadanya, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku memperkenankannya bagimu!" Dan kepada umat ini dikatakan oleh firman-Nya: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (Al-Mumin: 60) Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Imam Al-Hafiz Abu Ya'la alias Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna Al-Mausuli telah mengatakan di dalam kitab musnadnya: -: telah menceritakan kepada kami Abu Ibrahim At-Turjumani, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Madani yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan menceritakan hadis berikut dari Anas ibnu Malik r.a., dari Nabi ﷺ dalam hadis yang ia riwayatkan dari Tuhannya. Ia mengatakan: Ada empat perkara, yang satu darinya untuk-Ku dan yang satu untukmu, dan yang satunya lagi antara Aku dan kamu, sedangkan yang terakhir antara kamu dan hamba-hamba-Ku.
Adapun mengenai yang untuk-Ku ialah hendaknya engkau menyembah-Ku, tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Adapun yang untukmu dari-Ku ialah amal kebaikan apa pun yang engkau lakukan, Aku akan membalasnya untukmu. Dan adapun yang antara Aku dan kamu ialah engkau berdoa dan Aku yang memperkenankannya. Adapun yang antara engkau dan hamba-hamba-Ku ialah retakanlah untuk mereka apa yang engkau relakan untuk dirimu sendiri.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Zar, dari Yasi' Al-Kindi, dari An-Nu'man ibnu Basyir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya doa itu ibadah. Kemudian beliau ﷺ membaca firman-Nya: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mumin: 60) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-habus Sunan, Imam Turmuzi, Imam Nasai, Imam Ibnu Majah, Ibnu Abu Hatim, dan Ibnu Jarir; semuanya melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Abu Daud telah meriwayatkan hadis ini dan juga Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Jarir melalui hadis Syu'bah, dari Mansur dan Al-A'masy, keduanya dari Zar dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Yunus, dari Usaid ibnu Asim ibnu Mahram, telah menceritakan kepada kami An-Nu'man ibnu Abdus Salam, telah menceritakan kepada kami Sufyan Ats-Tsauri dari Mansur, dari Zar dengan sanad yang sama. Ibnu Hibban dan Imam Hakim telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing; Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih. (5) ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepadaku Abu Saleh Al-Madani (seorang syekh dari kalangan penduduk Madinah) yang telah mendengar hadis ini dari Abu Saleh dan sesekali ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Saleh menceritakan hadis berikut dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang tidak pernah berdoa kepada Allah ﷻ, Allah murka terhadapnya. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal, dan sanad hadis ini tidak mengandung cela. Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Marwan Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Sabih Abul Malih, bahwa ia pernah mendengar Abu Saleh menceritakan hadis ini dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang tidak pernah meminta kepada-Nya, maka Dia akan murka terhadapnya.
Ibnu Mu'in mengatakan bahwa Abul Malih ini nama aslinya adalah Subaih, demikianlah menurut Abdul Gani ibnu Sa'id. Adapun Abu Saleh, nama gelarnya adalah Al-Khuzi penduduk lereng Al-Khuz, menurut Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya. Hal yang sama disebutkan di dalam riwayatnya dengan sebutan Abul Malih Al-Farisi, dari Abu Saleh Al-Khuzi, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang tidak pernah meminta kepada Allah, maka Dia murka terhadapnya. Al-Hafiz Abu Muhammad Al-Hasan ibnu Abdur Rahman Ar-Ramhurmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Na'il ibnu Najih, telah menceritakan kepadaku Aiz ibnu Habib, dari Muhammad ibnu Sa'id yang mengatakan bahwa ketika Muhammad ibnu Maslamah Al-Ansari meninggal dunia, kami menjumpai pada gantungan pedangnya sebuah tulisan: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya pada sisa hari-hari usia kalian terdapat limpahan rahmat Tuhan kalian, maka memohonlah kalian kepada-Nya, mudah-mudahan ada suatu doa yang bertepatan dengan limpahan rahmat itu yang akan membuat bahagia pelakunya dengan kebahagiaan yang dia tidak akan merugi lagi sesudahnya untuk selama-lamanya.
Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku. (Al-Mumin: 60) Yakni dari berdoa kepada-Ku dan dari mengesakan-Ku, kelak akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan hina dina, yakni terhina lagi dikecilkan. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Ibnu Ajlan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Orang-orang yang sombong digiring pada hari kiamat seperti semut-semut kecil, tetapi berupa manusia; mereka diliputi oleh segala sesuatu kehinaan, hingga dimasukkan ke dalam suatu penjara di dalam neraka Jahanam yang dikenal dengan nama Bulis.
Tempat itu diliputi oleh intinya api neraka; mereka diberi minuman dari Tinatul Khabal alias perasan keringat penghuni neraka. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar dari Wuhaib ibnul Ward mengatakan, telah menceritakan kepadanya seorang lelaki yang mengatakan bahwa pada suatu hari ia berjalan di negeri Romawi, lalu ia mendengar ada suara tanpa rupa dari puncak bukit yang mengatakan, "Ya Tuhanku, aku merasa heran dengan orang yang mengenal-Mu, mengapa dia berharap kepada seseorang selain Engkau.
Ya Tuhanku, aku merasa heran terhadap orang yang mengenal-Mu, mengapa dia meminta keperluan-keperluannya kepada seseorang selain Engkau." Lelaki itu melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia pergi dan selanjutnya terjadilah malapetaka yang amat besar. Lelaki itu melanjutkan kisahnya, bahwa kemudian suara itu menyerukan lagi, "Ya Tuhanku, aku heran kepada orang yang mengenal-Mu, mengapa dia melakukan sesuatu yang menyebabkan Engkau murka, sedangkan dia memuaskan selain Engkau." Wuhaib mengatakan bahwa itulah yang dimaksud dengan petaka yang amat besar.
Lelaki itu melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia berseru terhadap suara itu, "Jin atau manusiakah engkau?" Suara itu menjawab, "Tidak, aku adalah seorang manusia, sibukkanlah dirimu dengan urusanmu dan janganlah mencampuri yang bukan urusanmu!""
Dengan semakin dekat hari Kiamat, Allah kemudian mengajak manusia dengan kasih sayang-Nya agar datang dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku dengan mendekatkan diri, niscaya akan Aku perkenankan bagimu apa yang kamu harapkan berupa hidayah dan anugerah nikmat. Sesungguhnya orang-orang yang angkuh dan sombong sehingga membuat mereka tidak mau menyembah-Ku, mereka akan masuk ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. '61. Ajakan untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah adalah merupakan keniscayaan semata yang harus dilakukan oleh manusia. Sebenarnya disembah ataupun tidak, Allah tetaplah sebagai Pencipta alam semesta. Ayat ini dan ayat-ayat berikut mengukuhkan kenisca-yaan tersebut. Allah-lah yang menjadikan malam itu gelap untukmu agar kamu dapat beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang agar kamu dapat bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup. Sungguh, Allah benar-benar memiliki karunia yang tiada terhingga yang dilimpahkan-Nya kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur atas karunia itu.
Pada ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia berdoa kepada-Nya. Jika mereka berdoa niscaya Dia akan memperkenankan doa itu.
Ibnu 'Abbas, adh-ahhak, dan Mujahid mengartikan ayat ini, "Tuhan kamu berfirman, 'Beribadahlah kepada-Ku, niscaya Aku akan membalasnya dengan pahala." Menurut mereka, di dalam Al-Qur'an, perkataan doa bisa pula diartikan dengan ibadah seperti pada firman Allah:
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah inatsan (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka. (an-Nisa'/4: 117)
Dalam hadis, Nabi bersabda:
Doa itu ialah ibadah. (Riwayat at-Tirmidzi dari an-Nu'man bin Basyir)
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa doa dalam ayat ini berarti "permohonan".
Sebenarnya doa dan ibadah itu adalah sama dari sisi bahasa. Hanya yang pertama berarti khusus sedang yang kedua berarti umum. Doa adalah salah satu bentuk atau cara dari ibadah. Hal ini berdasar hadis:
Doa itu adalah inti ibadah. (Riwayat at-Tirmidzi dari Anas bin Malik)
Dan hadis Nabi saw:
Diriwayatkan dari 'aisyah, dia berkata, "Nabi ﷺ ditanya orang, 'Ibadah manakah yang paling utama? Beliau menjawab, 'Doa seseorang untuk dirinya." (Riwayat al-Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas, maka doa dalam ayat ini dapat diartikan dengan ibadah. Hal ini dikuatkan oleh lanjutan ayat yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk ke dalam neraka yang hina."
Ayat ini merupakan peringatan dan ancaman keras kepada orang-orang yang enggan beribadah kepada Allah. Ayat ini juga merupakan pernyataan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seakan-akan Allah mengatakan, "Wahai hamba-hamba-Ku, menghambalah kepada-Ku, selalulah beribadah dan berdoa kepada-Ku. Aku akan menerima ibadah dan doa yang kamu lakukan dengan ikhlas, memperkenankan permohonanmu, dan mengampuni dosa-dosamu".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MASALAH PENCIPTAAN!
Ayat 56
“Sesungguhnya orang-orang yang mempertentangkan tentang ayat-ayat Allah, dengan tidak menguasai persoalan yang mendalang kepada mereka."
Golongan orang yang tidak mau beriman, bahkan mencari ayat-ayat Allah yang akan dibantahnya atau dipertengkarkannya atau di-perdebatkannya. Di segala zaman ada saja orang semacam itu. Mereka tidak tahu, tetapi tidak tahu bahwa mereka tidak tahu. Mereka tidak menguasai persoalan, namun mereka hendak membicarakannya juga. Memperkatakan tentang ketuhanan tidak dengan ilmu."Tidak ada dalam dada mereka selain ingin kebesaran,"atau selain dari keinginan supaya disangka oleh orang-orang bodoh bahwa beliau segala tahu."Yang sekali-kali tidaklah dia akan tercapai olehnya." Sekali-kali tidaklah dia akan saat mencapai kebesaran dengan cara yang demikian. Bahkan itu cuma akan memperlihatkan kebodohan dan kesempitan ilmunya saja.
Lalu Allah memberikan bimbingan kepada Rasul-Nya, “Maka berlindunglah engkau kepada. Karena hanya dengan terus-menerus melindungkan diri kepada Altah-lah orang-orang yang seperti itu saat diatasi. Sebab orang-orang itu ingin kebesaran, orang-orang itu adalah orang sombong. Lama kelamaan rahasia, kelemahannya itu akan terbuka juga; “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar," segala pembicaraan yang menunjukkan kekosongan dada dan ilmu,
“Lagi Maha Melihat"
Tingkah laku orang yang bergerak karena didorong oleh kekosongan batin.
Hal yang disebut dalam ayat ini selalu saja dihadapi oleh Rasul dan orang-orang yang telah menyediakan dan mengurbankan diri untuk menjawat warisan Rasul, Bahkan orang-orang yang telah dirusakkan jalan pikirannya oleh penjajah, dengan tidak disadarinya, telah mengemukakan berbagai perdebatan atau menimbulkan pertengkaran tentang ayat-ayat Allah. Mereka itu mengakui dirinya pintar dan bebas berpikir, padahal kebebasan berpikir kalau dipergunakan untuk persoalan yang ti-dak dikuasai, sangAllah janggal yang membuat tertawa bagi orang yang budiman, meskipun barangkali mengagumkan orang yang bodoh.
Ayat 57
“Sesungguhnya penciptaan semua langit dan bumi lebih besar, dari penciptaan manusia. Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah mengetahui."
Disebutkan seperti ini oleh Allah untuk menolak kesombongan yang disebutkan pada ayat 56 tadi. Kadang-kadang manusia tidak tahu dirinya, ayat-ayat Allah pun hendak diperdebatkannya, dipertengkarkannya. Dengan demikian dia merasa dirinya besar! Malahan diberi Allah mereka sedikit pengetahuan yang tadinya gaib bagi mereka, sampai saat mengetahui rahasia atom, sampai manusia pun telah menginjak bulan. Lantaran itu dia lupa diri. Disangkanya dirinya besar, sehingga Allah pun hendak didebatnya.
Kerap manusia lupa diri. Lupa akan kelemahannya. Kekuatan mengalir ke dalam dirinya dari luar, bukan memancar dari dalam. Kekuatan itu datang dari sumber segala kekuatan: kekuatan Allah! Karena sombongnya diputuskannya pertalian dengan Allah dan dia hendak tegak sendiri, didabiknya dadanya dan dibusungkannya, merasa bahwa segala sesuatu bisa dikuasainya, sebab dia telah berilmu.
Sebab itu ingatlah lanjutan ayat,
Ayat 58
“Dan tidaklah, bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat."
Orang buta berjalan meraba-raba di pinggir bendul kehidupan, tidak tahu entah ke mana akan pergi. Orang yang nyalang matanya dapat melangkah lebih bebas. Buta mata demikian, lebih lagi kalau buta hati."Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh tidaklah sama dengan orang yang durhaka." Orang yang nyalang matanya melihat dan mengetahui, tahu dia mana tempat yang berlubang dan mana yang berbahaya dan dia pun menyingkir. Tetapi orang yang buta tidak melihat, tidak mengetahui di mana dia berdiri, ke mana akan pergi dan apa yang ada di kelilingnya. Sebab itu selalulah dia salah menaksir alam sekelilingnya, terjerembab dia jatuh karena butanya.
Demikian juga orang yang beriman dan beramal saleh, tidaklah ia sama dengan orang yang durhaka, yang hidup tidak mempunyai tujuan. Iman adalah cahaya di dalam hati, cahaya dalam jiwa dan memberi sinar ke muka, Kedurhakaan membuat jiwa jadi gelap, tidak tentu ranah tujuan. Durhaka membuat hati jadi buta,
“Sedikit sekali kamu yang ingat itu."
Kalau kita ingat niscaya kita waspada. Kalau waspada niscaya kita selamat. Sebab pengalaman kita mengajari kita bahwa jalan yang mulia itu bersakit dan bersusah, namun hati rasa bahagia. Jalan durhaka mulanya enak, namun akhirnya penyesalan dan gelap!
Selanjutnya Allah memberi ingat, apa yang perlu sangat diingat.
Ayat 59
“Sesungguhnya Kiamat itu pastilah akan datang."
Itulah yang mesti kamu ingat terlebih dahulu, sehingga umurmu ini tidak akan buang-buang percuma."Tidak ada keraguan lagi padanya." Bukankah maut sendiri adalah kesaksian yang nyata tentang akan adanya hari Kiamat? Alangkah sia-sia orang yang hidup di dunia tidak ada amal yang ditinggalkan dan tidak ada catatan baik yang akan dibawa menghadap Allah? Perubahan-perubahan yang selalu terdapat dalam alam, dari tidak ada kepada ada dan akhirnya lenyap, adalah bukti yang tidak meragukan bahwa kesudahannya semua akan rusak. Dan sesudah rusak akan diperbaiki kembali dalam bentuk yang lain.
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau percaya."
Ada yang mengatakan percaya dengan mulutnya, tetapi tidak terbukti dalam perbuatannya. Ada yang berpegang teguh pada dunia ini seakan-akan tidak hendak dilepaskannya, padahal tiba-tiba dilepaskannya juga.
Ayat 60
“Dan berfirmanlah Tuhan kamu, ‘Berserulah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.'"
Apabila dibaca Al-Qur'an dengan teliti, dengan hati iba dan menyerah, serta diketahui pula akan isinya, kita baca urutan ayat-ayat tadi, memang terasalah kecilnya diri kita ini di hadapan kebesaran Allah. Timbul takut dan cemas! Terasa belum ada artinya amalan kita dibandingkan dengan nikmat yang kita terima. Banyak kesalahan dan kelalaian selama ini. Lalu timbul pertanyaan, masihkah aku ini akan diterima Allah sebagai hamba-Nya yang berarti?
Maka datanglah ayat Allah memuaskan dahaga jiwa dan pertanyaan hati iba itu. “Berserulah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." Berserulah, berdoalah, memohonlah, dan hamparkanlah sayap penghargaan yang tidak pernah putus.
Seruan kepada Allah, munajat atau doa mempunyai beberapa adab yang mesti dijaga. Pertama hendaklah ikhlas hati kepada-Nya semata-mata tidak teringat yang lain sama sekali dan langsung! Kedua percaya bahwa permohonan niscaya akan dikabulkan. Ketiga menanam kepercayaan penuh bahwa ber-tawajjuh berdoa adalah taufik atau bimbingan dari Allah sendiri yang keuntungannya pertama ialah memperdekat diri kepada-Nya. Adapun terkabulnya doa adalah karunia kedua.
Ahli-ahli ilmu jalan ke akhirat menunjukkan pula pengalaman lain dalam hendak menyusun doa. Hendaklah terlebih dahulu ditanamkan makrifat kepada Allah. Mengingat kelemahan kita dan kekuatan-Nya, kehinaan kita dan kemuliaan-Nya, kemiskinan kita dan kekayaan-Nya. Tahu di mana kita dan di mana Dia. Kita memohon dari bawah, Dia memberi dari atas; Dia Allah kita hamba, Dia Khaliq kita makhluk.
Yang kedua hendaklah sesudah makrifat itu tumbuh dengan suburnya rasa cinta kepada-Nya. Cinta yang sangat mendalam, sehingga kepentingan diri tidak diingat lagi, yang diingat hanya perintah-Nya dan larangan-Nya. Bahkan yang diingat hanyalah Dia. Bilamana cinta telah mendalam, apa saja yang diberikan oleh Yang Dicintai itu diterima dengan tangan dan hati terbuka. Disuruhnya pergi dicegahnya berhenti. Tidak diberi-Nya pun tidak apa-apa.
Permohonan atau doa yang paling buruk ialah jika Allah hanya dijadikan sebagai jembatan saja untuk menuju suatu keinginan. Bila keinginan telah tercapai, Allah pun dilupakan.
Dan janganlah gelisah atau mengeluh jika yang diminta tidak lekas terkabul. Karena yang demikian itu adalah tanda bukti bahwa makrifat kepada Allah belum ada. Yang ada barulah mementingkan diri sendiri.
Maka tersebutlah di dalam suatu riwayat (atsaar) atau hadits bahwa adalah seorang hamba Allah datang menghadapi menadahkan tangannya berdoa memohon sesuatu. Setelah mendengar bunyi doanya, berkatalah Allah kepada malaikat, “Beri apa yang diminta oleh hamba-Ku itu, tetap jangan lekas-lekas diberikan. Karena Aku senang sekali mendengarkan doanya."
Lalu mendoa pula hamba yang lain. Maka berkatalah Allah kepada malaikat, “Berikan lekas apa yang dimintanya, biar dia segera pergi. Karena aku tidak senang mendengarkan suaranya."
Menurut sebuah hadits yang dirawikan oleh Tirmidzi dan lain-lain yang diterimanya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang ingin gembira bahwa Allah akan mengabulkan permohonannya di waktu dalam kesulitan, hendaklah dia memperbanyak doa di waktu dia dalam kelapangan." (HR at-Tirmidzi)
Lanjutan, “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku." Artinya bahwa dia terlalu percaya kepada diri sendiri, sehingga tidak ingat lagi hendak berhubungan dengan Allah, tidak beribadah, tidak bermunajat, tidak bertawakal, tidak cinta dan tidak ridha.
“Akan masuklah mereka ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
Orang biasa takabur, sombong, angkuh ketika badannya kuat, hartanya banyak atau mendapat kekuasaan tertinggi. Mereka kerap kali lupa bahwa hari tidaklah panas terus: panas berganti dengan hujan. Topan berganti dengan angin tenang. Dan angin tenang pun akan berganti dengan angin topan. Ombak di laut saat membawa pasang naik dan juga pasang surut. Kalau manusia ingat pergantian keadaan, tidaklah dia akan sombong.
Maka tersebutlah di dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterimanya dari Ali bin Husain, dan dia ini menerimanya pula dari Abu Bakar bin Muhammad bin Yazid bin Khunais, bahwa Abu Bakar ini mendengar dari ayahnya menerima berita dari Wuhaib bin Alward, bahwa ada seorang Islam ditawan dalam satu peperangan di negeri Rum. Tiba-tiba sedang dia kesepian dalam tawanan itu kedengaran olehnya satu suara bersipongang dari lereng gunung, begini bunyinya:
“Ya Tuhanku! Heran aku karena ada orang yang mengaku kenal kepada Engkau;
Mengapa ia mengharapkan sesuatu dari yang selain Engkau?
Ya Tuhanku, heran aku, ada orang yang mengaku mengenal kepada Engkau;
Mengapa dia mengeluh mengadukan halnya kepada yang selain Engkau!
Mendengarkan suara yang tidak jelas dan mana datangnya itu, terasalah malapetaka besar itu akan datang.
Tiba-tiba terdengar sekali lagi.
“Ya Tuhanku! Heran aku, mengapa orang yang mengatakan mengenal kepada engkau, padahal diperbuatnya perbuatan yang menimbulkan murka-Mu, karena mengharapkan ridha orang lain."
Lalu kata orang yang mendengar suara itu, “Lalu aku panggil dia! ‘Hai yang empunya suara dan seruan, jinkah engkau atau manusia?"‘
“Saya adalah manusia," jawabnya. Dan katanya pula, “Tidak perlu engkau selidiki siapa aku, cukuplah engkau persiapkan dirimu sendiri dengan makrifat."