Ayat

Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلسَّاعَةَ
hari kiamat
لَأٓتِيَةٞ
pasti akan datang
لَّا
tidak ada
رَيۡبَ
keraguan
فِيهَا
di dalamnya
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
أَكۡثَرَ
kebanyakan
ٱلنَّاسِ
manusia
لَا
tidak
يُؤۡمِنُونَ
beriman
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلسَّاعَةَ
hari kiamat
لَأٓتِيَةٞ
pasti akan datang
لَّا
tidak ada
رَيۡبَ
keraguan
فِيهَا
di dalamnya
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
أَكۡثَرَ
kebanyakan
ٱلنَّاسِ
manusia
لَا
tidak
يُؤۡمِنُونَ
beriman
Terjemahan

Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang. Tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.
Tafsir

(Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan) artinya, tidak diragukan lagi (tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman) kepadanya.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 57-59
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (sama pula) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan manusia tiada beriman. Allah ﷻ mengingatkan (manusia) bahwa Dia akan mengembalikan penciptaan makhluk pada hari kiamat nanti, dan bahwa hal tersebut amatlah mudah bagi-Nya karena Dialah Yang telah menciptakan langit dan bumi, sedangkan penciptaan keduanya jauh lebih besar daripada penciptaan manusia, baik pada permulaannya maupun pada pengembaliannya.
Maka barang siapa yang mampu berbuat demikian, sudah barang tentu untuk melakukan hal yang lebih mudah darinya teramat mudah baginya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya, (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mumin: 57) Karena itulah mereka tidak merenungkan hujah ini dan tidak memikirkannya, seperti yang dilakukan oleh kebanyakkan orang Arab di masa silam.
Mereka mengakui bahwa Allah ﷻ-lah yang telah menciptakan langit dan bumi, tetapi dalam waktu yang sama mereka mengingkari adanya hari berbangkit karena menganggapnya mustahil dan sikap mereka yang kafir lagi ingkar terhadapnya. Padahal mereka mengakui hal yang jauh lebih besar dari itu yang mereka ingkari. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka.
Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (Al-Mumin: 58) Yakni sebagaimana tidak sama antara orang yang buta yang tidak dapat melihat sesuatu pun dan orang yang dapat melihat sejauh mata memandang, bahkan di antara keduanya terdapat perbedaan yang jauh, maka begitu pula tidak sama antara orang-orang mukmin yang berbakti dengan orang-orang kafir yang pendurhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (Al-Mumin: 58) Artinya, betapa sedikitnya manusia yang mengambil pelajaran dari hal tersebut.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang. (Al-Mumin: 59) Yaitu pasti terjadi dan benar ada. tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan manusia tiada beriman. (Al-Mumin: 59) Yakni tidak mempercayainya, bahkan mendustakannya dan tidak percaya akan keberadaannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah menceritakan kepada kami Asyhab, telah menceritakan kepada kami Malik, dari seorang syekh lanjut usia dari kalangan penduduk Yaman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar apabila hari kiamat itu sudah dekat, malapetaka yang menimpa manusia amat keras dan panas matahari sangat terik.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Setelah menegaskan bahwa menciptakan langit dan bumi merupakan pekerjaan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan membangkitkan manusia dari kubur, maka sekarang Allah mempertegas keniscayaan akan datangnya Kiamat. Sesungguhnya hari Kiamat yang dijanjikan itu pasti akan datang, tidak ada keraguan tentang kedatangan-nya sedikit pun. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak beriman walaupun sudah terlalu banyak bukti yang diperlihatkan untuk itu. 60. Dengan semakin dekat hari Kiamat, Allah kemudian mengajak manusia dengan kasih sayang-Nya agar datang dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku dengan mendekatkan diri, niscaya akan Aku perkenankan bagimu apa yang kamu harapkan berupa hidayah dan anugerah nikmat. Sesungguhnya orang-orang yang angkuh dan sombong sehingga membuat mereka tidak mau menyembah-Ku, mereka akan masuk ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. '.
Setelah Allah menerangkan bukti-bukti adanya hari Kiamat dan hari kebangkitan, maka Dia menegaskan bahwa hari Kiamat itu pasti datang. Pada waktu itu, seluruh manusia dihidupkan kembali, setiap mereka diperhitungkan amalnya dengan penuh keadilan di hadapan mahkamah Allah. Tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari pengadilan Tuhan itu.
Sekalipun hari Kiamat itu pasti datang, dan telah ditegaskan bahwa orang-orang kafir akan masuk neraka dan orang-orang yang beriman akan masuk surga, namun sedikit sekali manusia yang mau percaya dan beriman, bahkan mereka mendustakannya.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MASALAH PENCIPTAAN!
Ayat 56
“Sesungguhnya orang-orang yang mempertentangkan tentang ayat-ayat Allah, dengan tidak menguasai persoalan yang mendalang kepada mereka."
Golongan orang yang tidak mau beriman, bahkan mencari ayat-ayat Allah yang akan dibantahnya atau dipertengkarkannya atau di-perdebatkannya. Di segala zaman ada saja orang semacam itu. Mereka tidak tahu, tetapi tidak tahu bahwa mereka tidak tahu. Mereka tidak menguasai persoalan, namun mereka hendak membicarakannya juga. Memperkatakan tentang ketuhanan tidak dengan ilmu."Tidak ada dalam dada mereka selain ingin kebesaran,"atau selain dari keinginan supaya disangka oleh orang-orang bodoh bahwa beliau segala tahu."Yang sekali-kali tidaklah dia akan tercapai olehnya." Sekali-kali tidaklah dia akan saat mencapai kebesaran dengan cara yang demikian. Bahkan itu cuma akan memperlihatkan kebodohan dan kesempitan ilmunya saja.
Lalu Allah memberikan bimbingan kepada Rasul-Nya, “Maka berlindunglah engkau kepada. Karena hanya dengan terus-menerus melindungkan diri kepada Altah-lah orang-orang yang seperti itu saat diatasi. Sebab orang-orang itu ingin kebesaran, orang-orang itu adalah orang sombong. Lama kelamaan rahasia, kelemahannya itu akan terbuka juga; “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar," segala pembicaraan yang menunjukkan kekosongan dada dan ilmu,
“Lagi Maha Melihat"
Tingkah laku orang yang bergerak karena didorong oleh kekosongan batin.
Hal yang disebut dalam ayat ini selalu saja dihadapi oleh Rasul dan orang-orang yang telah menyediakan dan mengurbankan diri untuk menjawat warisan Rasul, Bahkan orang-orang yang telah dirusakkan jalan pikirannya oleh penjajah, dengan tidak disadarinya, telah mengemukakan berbagai perdebatan atau menimbulkan pertengkaran tentang ayat-ayat Allah. Mereka itu mengakui dirinya pintar dan bebas berpikir, padahal kebebasan berpikir kalau dipergunakan untuk persoalan yang ti-dak dikuasai, sangAllah janggal yang membuat tertawa bagi orang yang budiman, meskipun barangkali mengagumkan orang yang bodoh.
Ayat 57
“Sesungguhnya penciptaan semua langit dan bumi lebih besar, dari penciptaan manusia. Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah mengetahui."
Disebutkan seperti ini oleh Allah untuk menolak kesombongan yang disebutkan pada ayat 56 tadi. Kadang-kadang manusia tidak tahu dirinya, ayat-ayat Allah pun hendak diperdebatkannya, dipertengkarkannya. Dengan demikian dia merasa dirinya besar! Malahan diberi Allah mereka sedikit pengetahuan yang tadinya gaib bagi mereka, sampai saat mengetahui rahasia atom, sampai manusia pun telah menginjak bulan. Lantaran itu dia lupa diri. Disangkanya dirinya besar, sehingga Allah pun hendak didebatnya.
Kerap manusia lupa diri. Lupa akan kelemahannya. Kekuatan mengalir ke dalam dirinya dari luar, bukan memancar dari dalam. Kekuatan itu datang dari sumber segala kekuatan: kekuatan Allah! Karena sombongnya diputuskannya pertalian dengan Allah dan dia hendak tegak sendiri, didabiknya dadanya dan dibusungkannya, merasa bahwa segala sesuatu bisa dikuasainya, sebab dia telah berilmu.
Sebab itu ingatlah lanjutan ayat,
Ayat 58
“Dan tidaklah, bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat."
Orang buta berjalan meraba-raba di pinggir bendul kehidupan, tidak tahu entah ke mana akan pergi. Orang yang nyalang matanya dapat melangkah lebih bebas. Buta mata demikian, lebih lagi kalau buta hati."Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh tidaklah sama dengan orang yang durhaka." Orang yang nyalang matanya melihat dan mengetahui, tahu dia mana tempat yang berlubang dan mana yang berbahaya dan dia pun menyingkir. Tetapi orang yang buta tidak melihat, tidak mengetahui di mana dia berdiri, ke mana akan pergi dan apa yang ada di kelilingnya. Sebab itu selalulah dia salah menaksir alam sekelilingnya, terjerembab dia jatuh karena butanya.
Demikian juga orang yang beriman dan beramal saleh, tidaklah ia sama dengan orang yang durhaka, yang hidup tidak mempunyai tujuan. Iman adalah cahaya di dalam hati, cahaya dalam jiwa dan memberi sinar ke muka, Kedurhakaan membuat jiwa jadi gelap, tidak tentu ranah tujuan. Durhaka membuat hati jadi buta,
“Sedikit sekali kamu yang ingat itu."
Kalau kita ingat niscaya kita waspada. Kalau waspada niscaya kita selamat. Sebab pengalaman kita mengajari kita bahwa jalan yang mulia itu bersakit dan bersusah, namun hati rasa bahagia. Jalan durhaka mulanya enak, namun akhirnya penyesalan dan gelap!
Selanjutnya Allah memberi ingat, apa yang perlu sangat diingat.
Ayat 59
“Sesungguhnya Kiamat itu pastilah akan datang."
Itulah yang mesti kamu ingat terlebih dahulu, sehingga umurmu ini tidak akan buang-buang percuma."Tidak ada keraguan lagi padanya." Bukankah maut sendiri adalah kesaksian yang nyata tentang akan adanya hari Kiamat? Alangkah sia-sia orang yang hidup di dunia tidak ada amal yang ditinggalkan dan tidak ada catatan baik yang akan dibawa menghadap Allah? Perubahan-perubahan yang selalu terdapat dalam alam, dari tidak ada kepada ada dan akhirnya lenyap, adalah bukti yang tidak meragukan bahwa kesudahannya semua akan rusak. Dan sesudah rusak akan diperbaiki kembali dalam bentuk yang lain.
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau percaya."
Ada yang mengatakan percaya dengan mulutnya, tetapi tidak terbukti dalam perbuatannya. Ada yang berpegang teguh pada dunia ini seakan-akan tidak hendak dilepaskannya, padahal tiba-tiba dilepaskannya juga.
Ayat 60
“Dan berfirmanlah Tuhan kamu, ‘Berserulah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.'"
Apabila dibaca Al-Qur'an dengan teliti, dengan hati iba dan menyerah, serta diketahui pula akan isinya, kita baca urutan ayat-ayat tadi, memang terasalah kecilnya diri kita ini di hadapan kebesaran Allah. Timbul takut dan cemas! Terasa belum ada artinya amalan kita dibandingkan dengan nikmat yang kita terima. Banyak kesalahan dan kelalaian selama ini. Lalu timbul pertanyaan, masihkah aku ini akan diterima Allah sebagai hamba-Nya yang berarti?
Maka datanglah ayat Allah memuaskan dahaga jiwa dan pertanyaan hati iba itu. “Berserulah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." Berserulah, berdoalah, memohonlah, dan hamparkanlah sayap penghargaan yang tidak pernah putus.
Seruan kepada Allah, munajat atau doa mempunyai beberapa adab yang mesti dijaga. Pertama hendaklah ikhlas hati kepada-Nya semata-mata tidak teringat yang lain sama sekali dan langsung! Kedua percaya bahwa permohonan niscaya akan dikabulkan. Ketiga menanam kepercayaan penuh bahwa ber-tawajjuh berdoa adalah taufik atau bimbingan dari Allah sendiri yang keuntungannya pertama ialah memperdekat diri kepada-Nya. Adapun terkabulnya doa adalah karunia kedua.
Ahli-ahli ilmu jalan ke akhirat menunjukkan pula pengalaman lain dalam hendak menyusun doa. Hendaklah terlebih dahulu ditanamkan makrifat kepada Allah. Mengingat kelemahan kita dan kekuatan-Nya, kehinaan kita dan kemuliaan-Nya, kemiskinan kita dan kekayaan-Nya. Tahu di mana kita dan di mana Dia. Kita memohon dari bawah, Dia memberi dari atas; Dia Allah kita hamba, Dia Khaliq kita makhluk.
Yang kedua hendaklah sesudah makrifat itu tumbuh dengan suburnya rasa cinta kepada-Nya. Cinta yang sangat mendalam, sehingga kepentingan diri tidak diingat lagi, yang diingat hanya perintah-Nya dan larangan-Nya. Bahkan yang diingat hanyalah Dia. Bilamana cinta telah mendalam, apa saja yang diberikan oleh Yang Dicintai itu diterima dengan tangan dan hati terbuka. Disuruhnya pergi dicegahnya berhenti. Tidak diberi-Nya pun tidak apa-apa.
Permohonan atau doa yang paling buruk ialah jika Allah hanya dijadikan sebagai jembatan saja untuk menuju suatu keinginan. Bila keinginan telah tercapai, Allah pun dilupakan.
Dan janganlah gelisah atau mengeluh jika yang diminta tidak lekas terkabul. Karena yang demikian itu adalah tanda bukti bahwa makrifat kepada Allah belum ada. Yang ada barulah mementingkan diri sendiri.
Maka tersebutlah di dalam suatu riwayat (atsaar) atau hadits bahwa adalah seorang hamba Allah datang menghadapi menadahkan tangannya berdoa memohon sesuatu. Setelah mendengar bunyi doanya, berkatalah Allah kepada malaikat, “Beri apa yang diminta oleh hamba-Ku itu, tetap jangan lekas-lekas diberikan. Karena Aku senang sekali mendengarkan doanya."
Lalu mendoa pula hamba yang lain. Maka berkatalah Allah kepada malaikat, “Berikan lekas apa yang dimintanya, biar dia segera pergi. Karena aku tidak senang mendengarkan suaranya."
Menurut sebuah hadits yang dirawikan oleh Tirmidzi dan lain-lain yang diterimanya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang ingin gembira bahwa Allah akan mengabulkan permohonannya di waktu dalam kesulitan, hendaklah dia memperbanyak doa di waktu dia dalam kelapangan." (HR at-Tirmidzi)
Lanjutan, “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku." Artinya bahwa dia terlalu percaya kepada diri sendiri, sehingga tidak ingat lagi hendak berhubungan dengan Allah, tidak beribadah, tidak bermunajat, tidak bertawakal, tidak cinta dan tidak ridha.
“Akan masuklah mereka ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
Orang biasa takabur, sombong, angkuh ketika badannya kuat, hartanya banyak atau mendapat kekuasaan tertinggi. Mereka kerap kali lupa bahwa hari tidaklah panas terus: panas berganti dengan hujan. Topan berganti dengan angin tenang. Dan angin tenang pun akan berganti dengan angin topan. Ombak di laut saat membawa pasang naik dan juga pasang surut. Kalau manusia ingat pergantian keadaan, tidaklah dia akan sombong.
Maka tersebutlah di dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterimanya dari Ali bin Husain, dan dia ini menerimanya pula dari Abu Bakar bin Muhammad bin Yazid bin Khunais, bahwa Abu Bakar ini mendengar dari ayahnya menerima berita dari Wuhaib bin Alward, bahwa ada seorang Islam ditawan dalam satu peperangan di negeri Rum. Tiba-tiba sedang dia kesepian dalam tawanan itu kedengaran olehnya satu suara bersipongang dari lereng gunung, begini bunyinya:
“Ya Tuhanku! Heran aku karena ada orang yang mengaku kenal kepada Engkau;
Mengapa ia mengharapkan sesuatu dari yang selain Engkau?
Ya Tuhanku, heran aku, ada orang yang mengaku mengenal kepada Engkau;
Mengapa dia mengeluh mengadukan halnya kepada yang selain Engkau!
Mendengarkan suara yang tidak jelas dan mana datangnya itu, terasalah malapetaka besar itu akan datang.
Tiba-tiba terdengar sekali lagi.
“Ya Tuhanku! Heran aku, mengapa orang yang mengatakan mengenal kepada engkau, padahal diperbuatnya perbuatan yang menimbulkan murka-Mu, karena mengharapkan ridha orang lain."
Lalu kata orang yang mendengar suara itu, “Lalu aku panggil dia! ‘Hai yang empunya suara dan seruan, jinkah engkau atau manusia?"‘
“Saya adalah manusia," jawabnya. Dan katanya pula, “Tidak perlu engkau selidiki siapa aku, cukuplah engkau persiapkan dirimu sendiri dengan makrifat."