Ayat
Terjemahan Per Kata
لَخَلۡقُ
sungguh penciptaan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
أَكۡبَرُ
lebih besar
مِنۡ
dari
خَلۡقِ
penciptaan
ٱلنَّاسِ
manusia
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
أَكۡثَرَ
kebanyakan
ٱلنَّاسِ
manusia
لَا
tidak
يَعۡلَمُونَ
mengetahui
لَخَلۡقُ
sungguh penciptaan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
أَكۡبَرُ
lebih besar
مِنۡ
dari
خَلۡقِ
penciptaan
ٱلنَّاسِ
manusia
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
أَكۡثَرَ
kebanyakan
ٱلنَّاسِ
manusia
لَا
tidak
يَعۡلَمُونَ
mengetahui
Terjemahan
Penciptaan langit dan bumi itu sungguh lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Tafsir
(Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi) yakni permulaannya (lebih besar daripada penciptaan manusia) untuk yang kedua kalinya, yaitu mengulanginya (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui) hal tersebut, perihal mereka sama dengan orang buta, sedangkan orang yang mengetahui hal tersebut perumpamaannya sama dengan orang yang melihat.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 57-59
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (sama pula) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan manusia tiada beriman. Allah ﷻ mengingatkan (manusia) bahwa Dia akan mengembalikan penciptaan makhluk pada hari kiamat nanti, dan bahwa hal tersebut amatlah mudah bagi-Nya karena Dialah Yang telah menciptakan langit dan bumi, sedangkan penciptaan keduanya jauh lebih besar daripada penciptaan manusia, baik pada permulaannya maupun pada pengembaliannya.
Maka barang siapa yang mampu berbuat demikian, sudah barang tentu untuk melakukan hal yang lebih mudah darinya teramat mudah baginya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya, (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mumin: 57) Karena itulah mereka tidak merenungkan hujah ini dan tidak memikirkannya, seperti yang dilakukan oleh kebanyakkan orang Arab di masa silam.
Mereka mengakui bahwa Allah ﷻ-lah yang telah menciptakan langit dan bumi, tetapi dalam waktu yang sama mereka mengingkari adanya hari berbangkit karena menganggapnya mustahil dan sikap mereka yang kafir lagi ingkar terhadapnya. Padahal mereka mengakui hal yang jauh lebih besar dari itu yang mereka ingkari. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka.
Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (Al-Mumin: 58) Yakni sebagaimana tidak sama antara orang yang buta yang tidak dapat melihat sesuatu pun dan orang yang dapat melihat sejauh mata memandang, bahkan di antara keduanya terdapat perbedaan yang jauh, maka begitu pula tidak sama antara orang-orang mukmin yang berbakti dengan orang-orang kafir yang pendurhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (Al-Mumin: 58) Artinya, betapa sedikitnya manusia yang mengambil pelajaran dari hal tersebut.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang. (Al-Mumin: 59) Yaitu pasti terjadi dan benar ada. tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan manusia tiada beriman. (Al-Mumin: 59) Yakni tidak mempercayainya, bahkan mendustakannya dan tidak percaya akan keberadaannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah menceritakan kepada kami Asyhab, telah menceritakan kepada kami Malik, dari seorang syekh lanjut usia dari kalangan penduduk Yaman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar apabila hari kiamat itu sudah dekat, malapetaka yang menimpa manusia amat keras dan panas matahari sangat terik.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Titik fokus yang mereka debat dari pemberitaan ayat-ayat Allah itu adalah pada kebangkitan manusia dari alam kubur. Maka, Allah membantahnya dengan menyebut bahwa penciptaan langit dan bumi lebih besar peristiwanya daripada hanya sekadar menciptakan kembali manusia yang sudah mati. Sungguh, bahwa penciptaan langit dan bumi itu, jauh lebih besar serta lebih hebat memperlihatkan kemahakuasaan Allah, daripada hanya sekadar penciptaan manusia kembali untuk bangkit dari kubur. Akan tetapi, kebanyakan manusia, yakni orang-orang yang durhaka, tidak mengetahui hakikat perbandingan antara penciptaan langit dan bumi serta membangkitkan manusia dari kubur. 58. Sangatlah benar bahwa orang-orang yang mampu menangkap hakikat tersebut tidak sama dengan orang yang tidak mampu melakukan dan memahaminya, sehingga Allah menegaskan bahwa tidak sama orang yang buta mata hatinya dengan orang yang mampu melihat dengan mata hatinya, dan dengan demikian, tidak sama pula orang-orang yang beriman kepada kebenaran wahyu Allah dan mengerjakan kebajikan de-ngan orang-orang durhaka yang berbuat kejahatan. Hanya sedikit sekali dari perbandingan itu yang kamu ambil dan jadikan pelajaran, wahai manusia.
Pada ayat ini dinyatakan bahwa orang-orang yang meng-ingkari seruan rasul dan membantah ayat-ayat Allah adalah orang-orang yang dalam hatinya penuh dengan keangkuhan dan takabur. Mereka enggan menerima kebenaran karena pengaruh hawa nafsu. Mereka ingin berkuasa dan dijadikan pemimpin dalam masyarakat, serta merasa sebagai orang yang paling berkuasa. Keinginan mereka inilah yang menyebabkan mereka mengingkari ayat-ayat Allah. Menurut mereka, keinginan itu tidak akan tercapai jika mereka mengikuti seruan rasul, karena dengan mengikuti seruan rasul berarti mereka meninggalkan agama nenek moyang yang mereka hormati selama ini.
Kemudian Allah menerangkan bahwa sekalipun orang-orang kafir itu selalu berusaha untuk menghancurkan Nabi Muhammad dan para pengikutnya, namun mereka tidak akan mencapai cita-cita itu. Sebab, Allah selalu membantu Nabi Muhammad dengan merendahkan, menghinakan, dan memusnahkan musuh-musuhnya dan usaha-usaha mereka.
Allah lalu memerintahkan Nabi agar selalu mohon perlindungan kepada-Nya untuk mematahkan tipu daya dan usaha orang-orang musyrik itu. Allah Maha Mendengar segala permintaan dan permohonan hamba-Nya, mengetahui setiap getaran jiwa dan melihat segala perbuatan hamba-hamba-Nya.
(57) Pada ayat ini, Allah mengemukakan salah satu bukti adanya hari kebangkitan pada hari Kiamat nanti. Dia menerangkan bahwa menciptakan langit dan bumi lebih "berat" dan "sukar" dibanding dengan menciptakan manusia, baik pada waktu pertama kali menciptakannya maupun pada waktu mengulanginya kembali. Langit dan bumi beserta segala isinya tidak terhingga luas dan besarnya. Tidak terhitung jumlah planet-planet di sana. Tidak terhitung jumlah binatang dan tumbuh-tumbuhan yang ada padanya. Gunung-gunung dan sungai-sungai yang mengalir tidak bisa dilacak semua oleh manusia. Hukum-hukum dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengannya tidak bisa diketahui oleh manusia seluruhnya. Oleh karena itu, orang-orang musyrik jangan sekali-kali mengira bahwa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta manusia yang ada di dalamnya, tidak sanggup membangkitkan manusia kembali pada hari Kiamat atau menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Tidak sesuatu pun yang sukar bagi Allah, semua mudah bagi-Nya.
Allah berfirman:
Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, dan Dia kuasa menghidupkan yang mati? Begitulah; sungguh, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (al-A.hqaf/46: 33)
Ayat 57 Surah az-Zumar ini seolah menekankan bahwa penciptaan alam semesta ini jauh lebih rumit (besar) daripada penciptaan manusia (hal ini tentu dalam pandangan manusia karena bagi Allah tidak ada yang rumit sedikit pun). Padahal dari jumlah tulisan hasil pemikiran dan temuan, pengungkapan teori terciptanya alam semesta ini lebih banyak dan lebih pesat perkembangannya dibandingkan dengan perkembangan teori kejadian manusia yang sampai saat ini masih dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan belum terjawab dan fakta-fakta yang kontroversial. Dilihat dari waktu keberadaannya secara ilmu pengetahuan, manusia (homo sapiens) diperkirakan muncul pada 40.000 tahun yang lalu, kurun waktu ini bukan apa-apa dibandingkan umur alam semesta yang diperkirakan telah berada semenjak 7 miliar tahun yang lalu, apalagi jika dibandingkan dengan sejarah peradaban manusia yang jejaknya ditemukan hanya sekitar 7000 tahun yang lalu. Tampaknya pengetahuan kita tentang kejadian alam semesta inipun sebenarnya tidak lebih banyak dari apa yang kita ketahui tentang kejadian manusia.
Pada akhir ayat ini, Allah menerangkan bukti-bukti yang dikemukakan itu dan amat sedikit manusia yang mau berpikir untuk mencari kebenaran yang hakiki. Mereka terlalu dipengaruhi hawa nafsu dan kesenangan dunia yang sifatnya hanya sementara. Mereka juga tidak mau mendengar dan menyadari bahwa Allah Mahakuasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MASALAH PENCIPTAAN!
Ayat 56
“Sesungguhnya orang-orang yang mempertentangkan tentang ayat-ayat Allah, dengan tidak menguasai persoalan yang mendalang kepada mereka."
Golongan orang yang tidak mau beriman, bahkan mencari ayat-ayat Allah yang akan dibantahnya atau dipertengkarkannya atau di-perdebatkannya. Di segala zaman ada saja orang semacam itu. Mereka tidak tahu, tetapi tidak tahu bahwa mereka tidak tahu. Mereka tidak menguasai persoalan, namun mereka hendak membicarakannya juga. Memperkatakan tentang ketuhanan tidak dengan ilmu."Tidak ada dalam dada mereka selain ingin kebesaran,"atau selain dari keinginan supaya disangka oleh orang-orang bodoh bahwa beliau segala tahu."Yang sekali-kali tidaklah dia akan tercapai olehnya." Sekali-kali tidaklah dia akan saat mencapai kebesaran dengan cara yang demikian. Bahkan itu cuma akan memperlihatkan kebodohan dan kesempitan ilmunya saja.
Lalu Allah memberikan bimbingan kepada Rasul-Nya, “Maka berlindunglah engkau kepada. Karena hanya dengan terus-menerus melindungkan diri kepada Altah-lah orang-orang yang seperti itu saat diatasi. Sebab orang-orang itu ingin kebesaran, orang-orang itu adalah orang sombong. Lama kelamaan rahasia, kelemahannya itu akan terbuka juga; “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar," segala pembicaraan yang menunjukkan kekosongan dada dan ilmu,
“Lagi Maha Melihat"
Tingkah laku orang yang bergerak karena didorong oleh kekosongan batin.
Hal yang disebut dalam ayat ini selalu saja dihadapi oleh Rasul dan orang-orang yang telah menyediakan dan mengurbankan diri untuk menjawat warisan Rasul, Bahkan orang-orang yang telah dirusakkan jalan pikirannya oleh penjajah, dengan tidak disadarinya, telah mengemukakan berbagai perdebatan atau menimbulkan pertengkaran tentang ayat-ayat Allah. Mereka itu mengakui dirinya pintar dan bebas berpikir, padahal kebebasan berpikir kalau dipergunakan untuk persoalan yang ti-dak dikuasai, sangAllah janggal yang membuat tertawa bagi orang yang budiman, meskipun barangkali mengagumkan orang yang bodoh.
Ayat 57
“Sesungguhnya penciptaan semua langit dan bumi lebih besar, dari penciptaan manusia. Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah mengetahui."
Disebutkan seperti ini oleh Allah untuk menolak kesombongan yang disebutkan pada ayat 56 tadi. Kadang-kadang manusia tidak tahu dirinya, ayat-ayat Allah pun hendak diperdebatkannya, dipertengkarkannya. Dengan demikian dia merasa dirinya besar! Malahan diberi Allah mereka sedikit pengetahuan yang tadinya gaib bagi mereka, sampai saat mengetahui rahasia atom, sampai manusia pun telah menginjak bulan. Lantaran itu dia lupa diri. Disangkanya dirinya besar, sehingga Allah pun hendak didebatnya.
Kerap manusia lupa diri. Lupa akan kelemahannya. Kekuatan mengalir ke dalam dirinya dari luar, bukan memancar dari dalam. Kekuatan itu datang dari sumber segala kekuatan: kekuatan Allah! Karena sombongnya diputuskannya pertalian dengan Allah dan dia hendak tegak sendiri, didabiknya dadanya dan dibusungkannya, merasa bahwa segala sesuatu bisa dikuasainya, sebab dia telah berilmu.
Sebab itu ingatlah lanjutan ayat,
Ayat 58
“Dan tidaklah, bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat."
Orang buta berjalan meraba-raba di pinggir bendul kehidupan, tidak tahu entah ke mana akan pergi. Orang yang nyalang matanya dapat melangkah lebih bebas. Buta mata demikian, lebih lagi kalau buta hati."Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh tidaklah sama dengan orang yang durhaka." Orang yang nyalang matanya melihat dan mengetahui, tahu dia mana tempat yang berlubang dan mana yang berbahaya dan dia pun menyingkir. Tetapi orang yang buta tidak melihat, tidak mengetahui di mana dia berdiri, ke mana akan pergi dan apa yang ada di kelilingnya. Sebab itu selalulah dia salah menaksir alam sekelilingnya, terjerembab dia jatuh karena butanya.
Demikian juga orang yang beriman dan beramal saleh, tidaklah ia sama dengan orang yang durhaka, yang hidup tidak mempunyai tujuan. Iman adalah cahaya di dalam hati, cahaya dalam jiwa dan memberi sinar ke muka, Kedurhakaan membuat jiwa jadi gelap, tidak tentu ranah tujuan. Durhaka membuat hati jadi buta,
“Sedikit sekali kamu yang ingat itu."
Kalau kita ingat niscaya kita waspada. Kalau waspada niscaya kita selamat. Sebab pengalaman kita mengajari kita bahwa jalan yang mulia itu bersakit dan bersusah, namun hati rasa bahagia. Jalan durhaka mulanya enak, namun akhirnya penyesalan dan gelap!
Selanjutnya Allah memberi ingat, apa yang perlu sangat diingat.
Ayat 59
“Sesungguhnya Kiamat itu pastilah akan datang."
Itulah yang mesti kamu ingat terlebih dahulu, sehingga umurmu ini tidak akan buang-buang percuma."Tidak ada keraguan lagi padanya." Bukankah maut sendiri adalah kesaksian yang nyata tentang akan adanya hari Kiamat? Alangkah sia-sia orang yang hidup di dunia tidak ada amal yang ditinggalkan dan tidak ada catatan baik yang akan dibawa menghadap Allah? Perubahan-perubahan yang selalu terdapat dalam alam, dari tidak ada kepada ada dan akhirnya lenyap, adalah bukti yang tidak meragukan bahwa kesudahannya semua akan rusak. Dan sesudah rusak akan diperbaiki kembali dalam bentuk yang lain.
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau percaya."
Ada yang mengatakan percaya dengan mulutnya, tetapi tidak terbukti dalam perbuatannya. Ada yang berpegang teguh pada dunia ini seakan-akan tidak hendak dilepaskannya, padahal tiba-tiba dilepaskannya juga.
Ayat 60
“Dan berfirmanlah Tuhan kamu, ‘Berserulah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.'"
Apabila dibaca Al-Qur'an dengan teliti, dengan hati iba dan menyerah, serta diketahui pula akan isinya, kita baca urutan ayat-ayat tadi, memang terasalah kecilnya diri kita ini di hadapan kebesaran Allah. Timbul takut dan cemas! Terasa belum ada artinya amalan kita dibandingkan dengan nikmat yang kita terima. Banyak kesalahan dan kelalaian selama ini. Lalu timbul pertanyaan, masihkah aku ini akan diterima Allah sebagai hamba-Nya yang berarti?
Maka datanglah ayat Allah memuaskan dahaga jiwa dan pertanyaan hati iba itu. “Berserulah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." Berserulah, berdoalah, memohonlah, dan hamparkanlah sayap penghargaan yang tidak pernah putus.
Seruan kepada Allah, munajat atau doa mempunyai beberapa adab yang mesti dijaga. Pertama hendaklah ikhlas hati kepada-Nya semata-mata tidak teringat yang lain sama sekali dan langsung! Kedua percaya bahwa permohonan niscaya akan dikabulkan. Ketiga menanam kepercayaan penuh bahwa ber-tawajjuh berdoa adalah taufik atau bimbingan dari Allah sendiri yang keuntungannya pertama ialah memperdekat diri kepada-Nya. Adapun terkabulnya doa adalah karunia kedua.
Ahli-ahli ilmu jalan ke akhirat menunjukkan pula pengalaman lain dalam hendak menyusun doa. Hendaklah terlebih dahulu ditanamkan makrifat kepada Allah. Mengingat kelemahan kita dan kekuatan-Nya, kehinaan kita dan kemuliaan-Nya, kemiskinan kita dan kekayaan-Nya. Tahu di mana kita dan di mana Dia. Kita memohon dari bawah, Dia memberi dari atas; Dia Allah kita hamba, Dia Khaliq kita makhluk.
Yang kedua hendaklah sesudah makrifat itu tumbuh dengan suburnya rasa cinta kepada-Nya. Cinta yang sangat mendalam, sehingga kepentingan diri tidak diingat lagi, yang diingat hanya perintah-Nya dan larangan-Nya. Bahkan yang diingat hanyalah Dia. Bilamana cinta telah mendalam, apa saja yang diberikan oleh Yang Dicintai itu diterima dengan tangan dan hati terbuka. Disuruhnya pergi dicegahnya berhenti. Tidak diberi-Nya pun tidak apa-apa.
Permohonan atau doa yang paling buruk ialah jika Allah hanya dijadikan sebagai jembatan saja untuk menuju suatu keinginan. Bila keinginan telah tercapai, Allah pun dilupakan.
Dan janganlah gelisah atau mengeluh jika yang diminta tidak lekas terkabul. Karena yang demikian itu adalah tanda bukti bahwa makrifat kepada Allah belum ada. Yang ada barulah mementingkan diri sendiri.
Maka tersebutlah di dalam suatu riwayat (atsaar) atau hadits bahwa adalah seorang hamba Allah datang menghadapi menadahkan tangannya berdoa memohon sesuatu. Setelah mendengar bunyi doanya, berkatalah Allah kepada malaikat, “Beri apa yang diminta oleh hamba-Ku itu, tetap jangan lekas-lekas diberikan. Karena Aku senang sekali mendengarkan doanya."
Lalu mendoa pula hamba yang lain. Maka berkatalah Allah kepada malaikat, “Berikan lekas apa yang dimintanya, biar dia segera pergi. Karena aku tidak senang mendengarkan suaranya."
Menurut sebuah hadits yang dirawikan oleh Tirmidzi dan lain-lain yang diterimanya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang ingin gembira bahwa Allah akan mengabulkan permohonannya di waktu dalam kesulitan, hendaklah dia memperbanyak doa di waktu dia dalam kelapangan." (HR at-Tirmidzi)
Lanjutan, “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku." Artinya bahwa dia terlalu percaya kepada diri sendiri, sehingga tidak ingat lagi hendak berhubungan dengan Allah, tidak beribadah, tidak bermunajat, tidak bertawakal, tidak cinta dan tidak ridha.
“Akan masuklah mereka ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
Orang biasa takabur, sombong, angkuh ketika badannya kuat, hartanya banyak atau mendapat kekuasaan tertinggi. Mereka kerap kali lupa bahwa hari tidaklah panas terus: panas berganti dengan hujan. Topan berganti dengan angin tenang. Dan angin tenang pun akan berganti dengan angin topan. Ombak di laut saat membawa pasang naik dan juga pasang surut. Kalau manusia ingat pergantian keadaan, tidaklah dia akan sombong.
Maka tersebutlah di dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterimanya dari Ali bin Husain, dan dia ini menerimanya pula dari Abu Bakar bin Muhammad bin Yazid bin Khunais, bahwa Abu Bakar ini mendengar dari ayahnya menerima berita dari Wuhaib bin Alward, bahwa ada seorang Islam ditawan dalam satu peperangan di negeri Rum. Tiba-tiba sedang dia kesepian dalam tawanan itu kedengaran olehnya satu suara bersipongang dari lereng gunung, begini bunyinya:
“Ya Tuhanku! Heran aku karena ada orang yang mengaku kenal kepada Engkau;
Mengapa ia mengharapkan sesuatu dari yang selain Engkau?
Ya Tuhanku, heran aku, ada orang yang mengaku mengenal kepada Engkau;
Mengapa dia mengeluh mengadukan halnya kepada yang selain Engkau!
Mendengarkan suara yang tidak jelas dan mana datangnya itu, terasalah malapetaka besar itu akan datang.
Tiba-tiba terdengar sekali lagi.
“Ya Tuhanku! Heran aku, mengapa orang yang mengatakan mengenal kepada engkau, padahal diperbuatnya perbuatan yang menimbulkan murka-Mu, karena mengharapkan ridha orang lain."
Lalu kata orang yang mendengar suara itu, “Lalu aku panggil dia! ‘Hai yang empunya suara dan seruan, jinkah engkau atau manusia?"‘
“Saya adalah manusia," jawabnya. Dan katanya pula, “Tidak perlu engkau selidiki siapa aku, cukuplah engkau persiapkan dirimu sendiri dengan makrifat."