Ayat

Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يُجَٰدِلُونَ
mereka membantah
فِيٓ
pada
ءَايَٰتِ
ayat-ayat
ٱللَّهِ
Allah
بِغَيۡرِ
dengan tanpa
سُلۡطَٰنٍ
kekuasaan/alasan
أَتَىٰهُمۡ
ia datang pada mereka
إِن
tidak ada
فِي
dalam
صُدُورِهِمۡ
dada mereka
إِلَّا
kecuali
كِبۡرٞ
kebesaran
مَّا
tidaklah
هُم
mereka
بِبَٰلِغِيهِۚ
mencapainya
فَٱسۡتَعِذۡ
maka berlindunglah
بِٱللَّهِۖ
kepada Allah
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
هُوَ
Dia
ٱلسَّمِيعُ
Maha Mendengar
ٱلۡبَصِيرُ
Maha Melihat
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يُجَٰدِلُونَ
mereka membantah
فِيٓ
pada
ءَايَٰتِ
ayat-ayat
ٱللَّهِ
Allah
بِغَيۡرِ
dengan tanpa
سُلۡطَٰنٍ
kekuasaan/alasan
أَتَىٰهُمۡ
ia datang pada mereka
إِن
tidak ada
فِي
dalam
صُدُورِهِمۡ
dada mereka
إِلَّا
kecuali
كِبۡرٞ
kebesaran
مَّا
tidaklah
هُم
mereka
بِبَٰلِغِيهِۚ
mencapainya
فَٱسۡتَعِذۡ
maka berlindunglah
بِٱللَّهِۖ
kepada Allah
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
هُوَ
Dia
ٱلسَّمِيعُ
Maha Mendengar
ٱلۡبَصِيرُ
Maha Melihat
Terjemahan

Sesungguhnya orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah tanpa alasan (bukti) yang sampai kepada mereka, tidaklah ada dalam dada mereka kecuali kesombongan (untuk tujuan) yang tidak akan mereka capai, maka mintalah pelindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Tafsir

(Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah) yakni Al-Qur'an (tanpa alasan) tanpa argumentasi (yang sampai kepada mereka, tidak ada) (dalam dada mereka melainkan hanyalah keinginan akan kebesaran) yakni tinggi diri dan tamak ingin mengatasi kamu (yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya maka mintalah perlindungan) dari kejahatan mereka (kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar) akan semua perkataan mereka (lagi Maha Melihat) keadaan mereka; ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 51-56
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk. Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil, untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir. Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.
Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka, melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Abu Ja'far ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah pertanyaan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia. (Al-Mumin: 50) Yaitu bahwa telah dimaklumi sebagian dari para nabi itu telah dibunuh oleh kaumnya, seperti Nabi Yahya, Nabi Zakaria, dan Nabi Sya'ya; ada pula yang diusir oleh kaumnya keluar dari kalangan mereka; adakalanya hijrah ke negeri lain, seperti Nabi Ibrahim; dan adakalanya diangkat ke langit, seperti Isa.
Lalu manakah yang dimaksud dengan pertolongan yang dijanjikan oleh ayat ini dalam kehidupan dunia? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada dua jawaban, seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut: Pertama, berita yang menyatakan terbunuhnya sebagian nabi itu merupakan pengecualian dari hal yang umum, karena kejadiannya hanya menimpa sebagian kecil saja. Dan hal ini diperbolehkan menurut kaidah bahasa.
Kedua, yang dimaksud dengan 'pertolongan' ialah menimpakan pembalasan bagi mereka dari orang-orang yang menyakiti mereka, apakah pembalasan ini terjadi saat mereka ada di tempat, ataukah saat mereka telah pergi atau sesudah mereka mati, seperti yang dilakukan terhadap para pembunuh Nabi Yahya, Nabi Zakaria, dan Nabi Sya'ya. Allah menguasakan diri mereka kepada orang-orang yang menghina dan mengalirkan darah mereka dari kalangan musuh-musuh mereka.
Telah disebutkan pula bahwa Raja Namrud diazab oleh Allah ﷻ dengan azab yang datang dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Sedangkan orang-orang yang menjerumuskan Al-Masih untuk disalib dari kalangan orang-orang Yahudi, Allah menguasakan diri mereka kepada bangsa Romawi, maka bangsa Romawi menindas mereka dan menjadikan mereka hina serta menjadikan musuh mereka menang atas diri mereka. Kemudian sebelum hari kiamat Isa akan turun sebagai pemimpin dan hakim yang adil. Maka Al-Masih membunuh Dajjal dan bala tentaranya dari kalangan orang-orang Yahudi, lalu dibunuhnya semua babi, semua salib dia hancurkan, dan upeti (pajak) ditiadakan, maka ia tidak mau menerima selain Islam.
Ini merupakan pertolongan yang besar, dan demikianlah sunnah Allah pada makhluk-Nya sejak masa dahulu hingga sekarang. Yaitu bahwa Dia akan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia dan menjadikan mereka senang atas pembalasan yang telah menimpa orang-orang yang telah menyakiti mereka. Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan sebuah hadis melalui Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Allah ﷻ berfirman, "Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, berarti dia terang-terangan menantang-Ku untuk perang. Di dalam hadis yang lain disebutkan: Sesungguhnya Aku benar-benar akan membalaskan buat kekasih-kekasih-Ku sebagaimana singa medan perang membalas dendam.
Karena itulah Allah ﷻ membinasakan kaum Nuh, 'Ad, Tsamud, para pemilik sumur Rass, kaum Lut, dan penduduk negeri Madyan serta orang-orang yang semisal dengan mereka dari kalangan orang-orang yang mendustakan para rasul dan menentang kebenaran. Dan Allah ﷻ menyelamatkan kaum mukmin dari kalangan mereka, sehingga tiada seorang pun dari kaum mukmin yang binasa, sedangkan Dia mengazab semua orang kafir sampai ke akar-akarnya tanpa ada seorang pun dari mereka yang luput. As-Saddi mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah mengutus seorang rasul kepada suatu kaum, lalu kaum ini membunuhnya atau ada suatu kaum mukmin yang menyeru kepada perkara yang hak, lalu kaumnya membunuh mereka hingga mereka semuanya binasa melainkan Allah akan membangkitkan bagi mereka orang-orang yang membalaskan dendam mereka.
Kemudian orang-orang yang dibangkitkan oleh Allah itu menuntut darah mereka dari orang-orang yang telah membunuh mereka, yang hal ini terjadi dalam kehidupan dunia. As-Saddi melanjutkan bahwa para nabi dan kaum mukmin banyak yang dibunuh di dunia, dan mereka mendapat pertolongan (dari Allah) padanya (di dunia). Demikian pulalah Allah ﷻ menolong rasul-Nya (Nabi Muhammad ﷺ) dan para sahabatnya dalam menghadapi orang-orang yang menentangnya, menghalang-halanginya, mendustakannya, dan memusuhinya. Kemudian Allah menjadikan kalimahnya adalah yang tertinggi dan agamanya muncul di atas agama yang lainnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya untuk hijrah dari kalangan kaum musyrik ke Madinah.
Dan Allah menjadikan baginya di dalam kota Madinah orang-orang yang menolongnya dan mendukungnya secara penuh. Kemudian Allah menganugerahkan kepadanya pasukan kaum musyrik pada hari Perang Badar, maka Allah memenangkannya atas mereka dan mengalahkan mereka, membunuh para pemimpinnya dan menawan kaum hartawannya, lalu mereka digiring (ke Madinah) dalam keadaan terbelenggu. Sesudah itu Rasulullah ﷺ menganugerahkan kepada mereka pembebasan dengan tebusan yang harus dibayar oleh mereka. Selang beberapa tahun kemudian Allah menaklukkan untuknya kota Mekah, sehingga senanglah hatinya karena kota kelahirannya (yaitu tanah suci) telah jatuh ke tangannya, dan Allah menyelamatkan kota suci dari kekufuran dan kemusyrikan yang telah membudaya sebelumnya.
Sesudah itu Allah menaklukkan negeri Yaman dan tunduklah semua Jazirah Arabia kepadanya, dan manusia mulai memasuki agama Allah secara berbondong-bondong. Kemudian Allah ﷻ mewafatkannya untuk kembali ke sisi-Nya karena ia mempunyai kedudukan yang terhormat di sisi-Nya. Lalu Allah menjadikan para sahabatnya sebagai khalifahnya sepeninggalnya, dan mereka menyampaikan agama Allah kepada manusia sebagai ganti beliau, dan menyeru manusia untuk menyembah Allah ﷻ Mereka telah berhasil membuka banyak negeri dan daerah-daerah, kawasan-kawasan serta kota-kota besar, sehingga dakwah Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia, belahan timur dan belahan baratnya.
Selanjutnya agama Islam ini tetap tegak dalam keadaan diberi pertolongan oleh Allah dan dimenangkan sampai hari kiamat terjadi. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mumin: 51) Yakni kelak pada hari kiamat kemenangan yang diperoleh akan lebih besar dan lebih agung serta lebih mulia. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan asyhad ialah para malaikat.
Firman Allah ﷻ: (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya. (Al-Mumin: 52) Ini merupakan badal (kata ganti) dari firman-Nya: dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mumin: 51) Ulama lainnya membacanya dengan rafa' menjadi yaumun seakan-akan menurutnya menjadi tafsir bagi kalimat yang sebelumnya. dan pada hari berdirinya saksi-saksi, (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya. (Al-Mumin: 51 -52) Yang dimaksud dengan orang-orang zalim ialah orang-orang musyrik, yakni alasan dan tebusan mereka tidak dapat diterima sama sekali. dan bagi merekalah laknat. (Al-Mumin: 52) Maksudnya, dijauhkan dan diusir dari rahmat Allah ﷻ dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk (Al-Mumin: 52) Yaitu neraka. Menurut As-Saddi, artinya seburuk-buruk tempat tinggal dan tempat istirahat adalah neraka.
Ali ibnu Abu Talhah telah mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk. (Al-Mumin: 52) Yakni kesudahan yang paling buruk. Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa. (Al-Mumin: 53) Yakni hidayah dan cahaya yang diutuskan oleh Allah ﷻ kepadanya untuk menyampaikannya. dan Kami wariskan kepada Bani Israil kitab Taurat. (Al-Mumin: 53) Maksudnya, Kami jadikan kesudahan yang baik bagi mereka dan Kami wariskan kepada negeri mereka Fir'aun, harta bendanya, penghasilannya, dan tanahnya berkat kesabaran mereka dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah ﷻ dan mengikuti rasul-Nya (yaitu Musa a.s.) dan di dalam Kitab yang diwariskan kepada mereka (yaitu kitab Taurat) terkandung: petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir. (Al-Mumin: 54) Yakni akal yang sehat dan bersih.
Firman Allah ﷻ: Maka bersabarlah (hai Muhammad), karena sesungguhnya janji Allah itu benar. (Al-Mumin: 55) Kami telah menjanjikan kepadamu bahwa Kami akan meninggikan kalimahmu dan menjadikan kesudahan yang baik bagimu dan bagi orang-orang yang mengikutimu, Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan apa yang Kami ceritakan kepadamu ini adalah benar, tiada keraguan padanya. Firman Allah ﷻ: dan mohonlah ampunan untuk dosamu. (Al-Mumin: 55) Ini merupakan anjuran yang menggugah umatnya untuk banyak membaca istigfar, memohon ampun kepada Allah.
dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang. (Al-Mumin: 55) Yakni di penghujung siang hari dan permulaan malam hari. dan pagi hari. (Al-Mumin: 55) Maksudnya, permulaan siang hari dan penghujung malam hari. Firman selanjutnya menyebutkan: Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. (Al-Mumin: 56) Yaitu mereka menolak perkara yang hak dengan perkara yang batil dan menolak alasan yang benar dengan keraguan yang merusak tanpa bukti dan tanpa alasan dari Allah.
tidak ada dalam dada mereka melainkah hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya. (Al-Mumin: 56) Yakni tiadalah yang tersimpan di dalam dada mereka kecuali kesombongan yang mempengaruhi diri mereka untuk tidak mengikuti perkara yang hak, dan menghina orang yang mendatangkan perkara yang hak kepada mereka. Dan tiadalah tujuan mereka yang mengarah kepada perbuatan memadamkan perkara yang hak dan meninggikan kalimah yang batil membawa hasil apa pun bagi mereka.
Bahkan sebaliknya perkara yang hak itulah yang ditinggikan, sedangkan pendapat dan tujuan merekalah yang direndahkan dan tak terpakai. maka mintalah perlindungan kepada Allah. (Al-Mumin: 56) agar terhindar dari perbuatan yang semisal dengan apa yang dilakukan oleh mereka. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (A 1-Mumin: 56) atau agar terhindar dari kejahatan perbuatan yang semisal dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah tanpa alasan yang dibenarkan.
Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir. Ka'b dan Abu Aliyah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka melainkah hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya. (Al-Mumin: 56) Abul Aliyah mengatakan bahwa yang demikian itu karena mereka mengira Dajjal adalah salah seorang dari mereka, dan bahwa mereka akan menguasai bumi dengannya.
Maka Allah ﷻ berfirman kepada NabiNya dan memerintahkan kepadanya agar memohon perlindungan kepada-Nya dari fitnah Dajjal. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mumin: 56) Pendapat ini garib dan menyimpang jauh dari kebenaran, sekalipun ia diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitabnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Orang-orang durhaka itu mendustakan wahyu Allah dengan cara mendebat untuk menolak apa yang dikandung oleh wahyu Allah tersebut. Sesungguhnya orang-orang yang senantiasa mendebat untuk menolak kebenaran ayat-ayat Allah yang begitu jelas dan terang benderang tanpa alasan dan bukti-bukti yang sampai kepada mereka, maka yang ada dalam dada mereka hanyalah keinginan akan kebesaran dan keangkuhan agar dapat menyaingimu, wahai Nabi Muhammad, yang hal itu pasti tidak akan pernah mereka capai. Maka oleh sebab itu, mintalah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dia, Maha Mendengar lagi Maha Melihat. '57. Titik fokus yang mereka debat dari pemberitaan ayat-ayat Allah itu adalah pada kebangkitan manusia dari alam kubur. Maka, Allah membantahnya dengan menyebut bahwa penciptaan langit dan bumi lebih besar peristiwanya daripada hanya sekadar menciptakan kembali manusia yang sudah mati. Sungguh, bahwa penciptaan langit dan bumi itu, jauh lebih besar serta lebih hebat memperlihatkan kemahakuasaan Allah, daripada hanya sekadar penciptaan manusia kembali untuk bangkit dari kubur. Akan tetapi, kebanyakan manusia, yakni orang-orang yang durhaka, tidak mengetahui hakikat perbandingan antara penciptaan langit dan bumi serta membangkitkan manusia dari kubur.
Pertolongan Allah kepada para rasul dan orang-orang yang beriman itu adalah salah satu dari sunatullah seperti yang pernah dianugerahkan kepada Musa. Oleh karena itu, Nabi Muhammad diminta untuk bersabar atas sikap dan tindakan orang-orang musyrik yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah. Allah pasti menolongnya dengan mengokohkan barisan kaum Muslimin dan mengangkat posisi agama Islam melebihi kepercayaan yang mereka anut Nabi Muhammad diperintahkan untuk selalu bertobat dan bertasbih pagi dan petang, sebagaimana firman Allah:
Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). (Hud/11: 114)
Dengan selalu salat mengingat Allah dan bertasbih pagi dan petang itu, maka Rasulullah beribadah seperti yang dilakukan para malaikat. Allah berfirman:
Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang. (al-Anbiya'/21: 19-20)
Rasulullah ﷺ diperintahkan bertobat bukan berarti beliau telah melakukan perbuatan dosa, tapi maksudnya ialah dengan sering melakukan tobat dan mohon ampun, maka jiwa semakin suci dan bersih, tidak ada satu pun kotoran yang mengotorinya. Jika Nabi yang terbebas dari segala dosa masih disuruh bertobat, maka bagi umat dan pengikutnya akan lebih lagi. Mereka harus cepat dan lebih sering bertobat.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Al-Qur'an mengajarkan agar orang-orang yang beriman selalu bertobat, memohon ampun kepada Allah, dan mengerjakan amal saleh. Jika seseorang telah bertobat dan memohon ampun maka jiwanya menjadi suci dan bersih. Amal yang dikerjakan oleh orang yang bersih jiwanya akan langsung diterima Allah.
Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa orang yang tidak suci dan bersih hatinya karena tidak bertobat dan mohon ampun kepada Allah, maka amalnya tidak diterima oleh Allah atau tidak dianggap sebagai amal yang saleh.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MASALAH PENCIPTAAN!
Ayat 56
“Sesungguhnya orang-orang yang mempertentangkan tentang ayat-ayat Allah, dengan tidak menguasai persoalan yang mendalang kepada mereka."
Golongan orang yang tidak mau beriman, bahkan mencari ayat-ayat Allah yang akan dibantahnya atau dipertengkarkannya atau di-perdebatkannya. Di segala zaman ada saja orang semacam itu. Mereka tidak tahu, tetapi tidak tahu bahwa mereka tidak tahu. Mereka tidak menguasai persoalan, namun mereka hendak membicarakannya juga. Memperkatakan tentang ketuhanan tidak dengan ilmu."Tidak ada dalam dada mereka selain ingin kebesaran,"atau selain dari keinginan supaya disangka oleh orang-orang bodoh bahwa beliau segala tahu."Yang sekali-kali tidaklah dia akan tercapai olehnya." Sekali-kali tidaklah dia akan saat mencapai kebesaran dengan cara yang demikian. Bahkan itu cuma akan memperlihatkan kebodohan dan kesempitan ilmunya saja.
Lalu Allah memberikan bimbingan kepada Rasul-Nya, “Maka berlindunglah engkau kepada. Karena hanya dengan terus-menerus melindungkan diri kepada Altah-lah orang-orang yang seperti itu saat diatasi. Sebab orang-orang itu ingin kebesaran, orang-orang itu adalah orang sombong. Lama kelamaan rahasia, kelemahannya itu akan terbuka juga; “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar," segala pembicaraan yang menunjukkan kekosongan dada dan ilmu,
“Lagi Maha Melihat"
Tingkah laku orang yang bergerak karena didorong oleh kekosongan batin.
Hal yang disebut dalam ayat ini selalu saja dihadapi oleh Rasul dan orang-orang yang telah menyediakan dan mengurbankan diri untuk menjawat warisan Rasul, Bahkan orang-orang yang telah dirusakkan jalan pikirannya oleh penjajah, dengan tidak disadarinya, telah mengemukakan berbagai perdebatan atau menimbulkan pertengkaran tentang ayat-ayat Allah. Mereka itu mengakui dirinya pintar dan bebas berpikir, padahal kebebasan berpikir kalau dipergunakan untuk persoalan yang ti-dak dikuasai, sangAllah janggal yang membuat tertawa bagi orang yang budiman, meskipun barangkali mengagumkan orang yang bodoh.
Ayat 57
“Sesungguhnya penciptaan semua langit dan bumi lebih besar, dari penciptaan manusia. Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah mengetahui."
Disebutkan seperti ini oleh Allah untuk menolak kesombongan yang disebutkan pada ayat 56 tadi. Kadang-kadang manusia tidak tahu dirinya, ayat-ayat Allah pun hendak diperdebatkannya, dipertengkarkannya. Dengan demikian dia merasa dirinya besar! Malahan diberi Allah mereka sedikit pengetahuan yang tadinya gaib bagi mereka, sampai saat mengetahui rahasia atom, sampai manusia pun telah menginjak bulan. Lantaran itu dia lupa diri. Disangkanya dirinya besar, sehingga Allah pun hendak didebatnya.
Kerap manusia lupa diri. Lupa akan kelemahannya. Kekuatan mengalir ke dalam dirinya dari luar, bukan memancar dari dalam. Kekuatan itu datang dari sumber segala kekuatan: kekuatan Allah! Karena sombongnya diputuskannya pertalian dengan Allah dan dia hendak tegak sendiri, didabiknya dadanya dan dibusungkannya, merasa bahwa segala sesuatu bisa dikuasainya, sebab dia telah berilmu.
Sebab itu ingatlah lanjutan ayat,
Ayat 58
“Dan tidaklah, bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat."
Orang buta berjalan meraba-raba di pinggir bendul kehidupan, tidak tahu entah ke mana akan pergi. Orang yang nyalang matanya dapat melangkah lebih bebas. Buta mata demikian, lebih lagi kalau buta hati."Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh tidaklah sama dengan orang yang durhaka." Orang yang nyalang matanya melihat dan mengetahui, tahu dia mana tempat yang berlubang dan mana yang berbahaya dan dia pun menyingkir. Tetapi orang yang buta tidak melihat, tidak mengetahui di mana dia berdiri, ke mana akan pergi dan apa yang ada di kelilingnya. Sebab itu selalulah dia salah menaksir alam sekelilingnya, terjerembab dia jatuh karena butanya.
Demikian juga orang yang beriman dan beramal saleh, tidaklah ia sama dengan orang yang durhaka, yang hidup tidak mempunyai tujuan. Iman adalah cahaya di dalam hati, cahaya dalam jiwa dan memberi sinar ke muka, Kedurhakaan membuat jiwa jadi gelap, tidak tentu ranah tujuan. Durhaka membuat hati jadi buta,
“Sedikit sekali kamu yang ingat itu."
Kalau kita ingat niscaya kita waspada. Kalau waspada niscaya kita selamat. Sebab pengalaman kita mengajari kita bahwa jalan yang mulia itu bersakit dan bersusah, namun hati rasa bahagia. Jalan durhaka mulanya enak, namun akhirnya penyesalan dan gelap!
Selanjutnya Allah memberi ingat, apa yang perlu sangat diingat.
Ayat 59
“Sesungguhnya Kiamat itu pastilah akan datang."
Itulah yang mesti kamu ingat terlebih dahulu, sehingga umurmu ini tidak akan buang-buang percuma."Tidak ada keraguan lagi padanya." Bukankah maut sendiri adalah kesaksian yang nyata tentang akan adanya hari Kiamat? Alangkah sia-sia orang yang hidup di dunia tidak ada amal yang ditinggalkan dan tidak ada catatan baik yang akan dibawa menghadap Allah? Perubahan-perubahan yang selalu terdapat dalam alam, dari tidak ada kepada ada dan akhirnya lenyap, adalah bukti yang tidak meragukan bahwa kesudahannya semua akan rusak. Dan sesudah rusak akan diperbaiki kembali dalam bentuk yang lain.
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau percaya."
Ada yang mengatakan percaya dengan mulutnya, tetapi tidak terbukti dalam perbuatannya. Ada yang berpegang teguh pada dunia ini seakan-akan tidak hendak dilepaskannya, padahal tiba-tiba dilepaskannya juga.
Ayat 60
“Dan berfirmanlah Tuhan kamu, ‘Berserulah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.'"
Apabila dibaca Al-Qur'an dengan teliti, dengan hati iba dan menyerah, serta diketahui pula akan isinya, kita baca urutan ayat-ayat tadi, memang terasalah kecilnya diri kita ini di hadapan kebesaran Allah. Timbul takut dan cemas! Terasa belum ada artinya amalan kita dibandingkan dengan nikmat yang kita terima. Banyak kesalahan dan kelalaian selama ini. Lalu timbul pertanyaan, masihkah aku ini akan diterima Allah sebagai hamba-Nya yang berarti?
Maka datanglah ayat Allah memuaskan dahaga jiwa dan pertanyaan hati iba itu. “Berserulah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." Berserulah, berdoalah, memohonlah, dan hamparkanlah sayap penghargaan yang tidak pernah putus.
Seruan kepada Allah, munajat atau doa mempunyai beberapa adab yang mesti dijaga. Pertama hendaklah ikhlas hati kepada-Nya semata-mata tidak teringat yang lain sama sekali dan langsung! Kedua percaya bahwa permohonan niscaya akan dikabulkan. Ketiga menanam kepercayaan penuh bahwa ber-tawajjuh berdoa adalah taufik atau bimbingan dari Allah sendiri yang keuntungannya pertama ialah memperdekat diri kepada-Nya. Adapun terkabulnya doa adalah karunia kedua.
Ahli-ahli ilmu jalan ke akhirat menunjukkan pula pengalaman lain dalam hendak menyusun doa. Hendaklah terlebih dahulu ditanamkan makrifat kepada Allah. Mengingat kelemahan kita dan kekuatan-Nya, kehinaan kita dan kemuliaan-Nya, kemiskinan kita dan kekayaan-Nya. Tahu di mana kita dan di mana Dia. Kita memohon dari bawah, Dia memberi dari atas; Dia Allah kita hamba, Dia Khaliq kita makhluk.
Yang kedua hendaklah sesudah makrifat itu tumbuh dengan suburnya rasa cinta kepada-Nya. Cinta yang sangat mendalam, sehingga kepentingan diri tidak diingat lagi, yang diingat hanya perintah-Nya dan larangan-Nya. Bahkan yang diingat hanyalah Dia. Bilamana cinta telah mendalam, apa saja yang diberikan oleh Yang Dicintai itu diterima dengan tangan dan hati terbuka. Disuruhnya pergi dicegahnya berhenti. Tidak diberi-Nya pun tidak apa-apa.
Permohonan atau doa yang paling buruk ialah jika Allah hanya dijadikan sebagai jembatan saja untuk menuju suatu keinginan. Bila keinginan telah tercapai, Allah pun dilupakan.
Dan janganlah gelisah atau mengeluh jika yang diminta tidak lekas terkabul. Karena yang demikian itu adalah tanda bukti bahwa makrifat kepada Allah belum ada. Yang ada barulah mementingkan diri sendiri.
Maka tersebutlah di dalam suatu riwayat (atsaar) atau hadits bahwa adalah seorang hamba Allah datang menghadapi menadahkan tangannya berdoa memohon sesuatu. Setelah mendengar bunyi doanya, berkatalah Allah kepada malaikat, “Beri apa yang diminta oleh hamba-Ku itu, tetap jangan lekas-lekas diberikan. Karena Aku senang sekali mendengarkan doanya."
Lalu mendoa pula hamba yang lain. Maka berkatalah Allah kepada malaikat, “Berikan lekas apa yang dimintanya, biar dia segera pergi. Karena aku tidak senang mendengarkan suaranya."
Menurut sebuah hadits yang dirawikan oleh Tirmidzi dan lain-lain yang diterimanya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang ingin gembira bahwa Allah akan mengabulkan permohonannya di waktu dalam kesulitan, hendaklah dia memperbanyak doa di waktu dia dalam kelapangan." (HR at-Tirmidzi)
Lanjutan, “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku." Artinya bahwa dia terlalu percaya kepada diri sendiri, sehingga tidak ingat lagi hendak berhubungan dengan Allah, tidak beribadah, tidak bermunajat, tidak bertawakal, tidak cinta dan tidak ridha.
“Akan masuklah mereka ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
Orang biasa takabur, sombong, angkuh ketika badannya kuat, hartanya banyak atau mendapat kekuasaan tertinggi. Mereka kerap kali lupa bahwa hari tidaklah panas terus: panas berganti dengan hujan. Topan berganti dengan angin tenang. Dan angin tenang pun akan berganti dengan angin topan. Ombak di laut saat membawa pasang naik dan juga pasang surut. Kalau manusia ingat pergantian keadaan, tidaklah dia akan sombong.
Maka tersebutlah di dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterimanya dari Ali bin Husain, dan dia ini menerimanya pula dari Abu Bakar bin Muhammad bin Yazid bin Khunais, bahwa Abu Bakar ini mendengar dari ayahnya menerima berita dari Wuhaib bin Alward, bahwa ada seorang Islam ditawan dalam satu peperangan di negeri Rum. Tiba-tiba sedang dia kesepian dalam tawanan itu kedengaran olehnya satu suara bersipongang dari lereng gunung, begini bunyinya:
“Ya Tuhanku! Heran aku karena ada orang yang mengaku kenal kepada Engkau;
Mengapa ia mengharapkan sesuatu dari yang selain Engkau?
Ya Tuhanku, heran aku, ada orang yang mengaku mengenal kepada Engkau;
Mengapa dia mengeluh mengadukan halnya kepada yang selain Engkau!
Mendengarkan suara yang tidak jelas dan mana datangnya itu, terasalah malapetaka besar itu akan datang.
Tiba-tiba terdengar sekali lagi.
“Ya Tuhanku! Heran aku, mengapa orang yang mengatakan mengenal kepada engkau, padahal diperbuatnya perbuatan yang menimbulkan murka-Mu, karena mengharapkan ridha orang lain."
Lalu kata orang yang mendengar suara itu, “Lalu aku panggil dia! ‘Hai yang empunya suara dan seruan, jinkah engkau atau manusia?"‘
“Saya adalah manusia," jawabnya. Dan katanya pula, “Tidak perlu engkau selidiki siapa aku, cukuplah engkau persiapkan dirimu sendiri dengan makrifat."