Ayat
Terjemahan Per Kata
تَدۡعُونَنِي
kamu menyeruku
لِأَكۡفُرَ
supaya aku kafir
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَأُشۡرِكَ
dan aku mempersekutukan
بِهِۦ
dengan-Nya
مَا
apa-apa
لَيۡسَ
tidak
لِي
bagiku
بِهِۦ
tentang itu
عِلۡمٞ
pengetahuan
وَأَنَا۠
dan/padahal aku
أَدۡعُوكُمۡ
aku menyeru kamu
إِلَى
kepada
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Perkasa
ٱلۡغَفَّـٰرِ
Maha Pengampun
تَدۡعُونَنِي
kamu menyeruku
لِأَكۡفُرَ
supaya aku kafir
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَأُشۡرِكَ
dan aku mempersekutukan
بِهِۦ
dengan-Nya
مَا
apa-apa
لَيۡسَ
tidak
لِي
bagiku
بِهِۦ
tentang itu
عِلۡمٞ
pengetahuan
وَأَنَا۠
dan/padahal aku
أَدۡعُوكُمۡ
aku menyeru kamu
إِلَى
kepada
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Perkasa
ٱلۡغَفَّـٰرِ
Maha Pengampun
Terjemahan
Kamu menyeruku agar kufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang tidak ada padaku pengetahuan tentangnya, padahal aku menyerumu (beriman) kepada Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.
Tafsir
(-Kenapa- kalian menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kalian -beriman- kepada Yang Maha Perkasa) Yang Maha Menang atas semua perkara-Nya (lagi Maha Pengampun?) kepada orang yang bertobat kepada-Nya.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 41-46
Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Mengapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui, padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun? Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka.
Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.
Laki-laki mukmin dari kalangan keluarga Fir'aun berkata kepada mereka (kaumnya), "Mengapa aku seru kalian ke jalan keselamatan," yaitu menyembah Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan membenarkan rasul-Nya yang telah diutus-Nya. tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Mengapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui? (Al-Mumin: 41-42) Maksudnya, tanpa pengetahuan dan tanpa dalil (bukti), padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun? (Al-Mumin: 42) Yakni Dia dalam Keperkasaan dan Keagungan-Nya masih tetap mengampuni dosa orang yang bertobat kepada-Nya.
Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya. (Al-Mumin: 43) Yaitu memang benar. Menurut As-Saddi dan Ibnu Jarir, makna firman-Nya, "La jarama" artinya benar. Ad-Dahhak mengatakan bahwa La jarama artinya bukan dusta. Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna firman-Nya, "La jarama, ialah tidak sebenarnya apa yang kamu seru supaya aku beriman kepadanya, yaitu berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang kalian ada-adakan itu.
tidak dapat memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia maupun di akhirat. (Al-Mumin: 43) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah berhala itu tidak dapat berbuat apa-apa. Qatadah mengatakan, berhala itu tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat pula menolak mudarat. As-Saddi mengatakan bahwa berhala itu tidak dapat menjawab orang yang menyerunya, baik di dunia ini maupun di akhirat. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa orang-orang yang menyerunya? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6) Dan firman Allah ﷻ: Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (Fatir: 14) Adapun firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah. (Al-Mumin: 43) Yakni kelak di negeri akhirat, maka Allah akan membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. (Al-Mumin: 43) Artinya, mereka kekal di dalamnya karena sikap mereka yang berlebihan, yaitu mempersekutukan Allah ﷻ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. (Al-Mumin: 44) Nanti kalian akan mengetahui kebenaran dari apa yang telah kuperintahkan dan yang kularangkan kepada kalian. Kalian juga akan mengetahui nasihatku kepada kalian dan penjelasanku kepada kalian, maka kalian semua akan mengingatnya pada hari itu dan menyesalinya, tetapi tidak ada manfaatnya lagi bagi kalian penyesalan.
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. (Al-Mumin: 44) Yakni aku bertawakal kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya dan memutuskan hubungan dengan kalian, lalu menjauh dari kalian. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Al-Mumin: 44) Yaitu Dia Maha Mengetahui tentang mereka, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah Maka dia memberi petunjuk kepada siapa yang berhak mendapatkannya, dan menyesatkan siapa yang berhak disesatkan. Dia mempunyai alasan yang sangat kuat dan hikmah yang sempurna dalam ketentuannya ini, dan takdir-Nya pasti terlaksana.
Firman Allah ﷻ: Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka. (Al-Mumin: 45) Yakni di dunia ini dan di akhirat. Adapun di dunia, Allah menyelamatkannya bersama Musa a.s.; dan di akhirat Allah menyelamatkannya (dan neraka) dengan dimasukkan ke dalam surga. dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. (Al-Mumin: 45) Yaitu dengan ditenggelamkan di laut, kemudian di akhirat dipindahkan darinya ke neraka Jahim, karena sesungguhnya arwah mereka di setiap pagi dan petang dihadapkan kepada neraka sampai hari kiamat nanti.
Dan apabila hari kiamat telah terjadi, maka arwah mereka bergabung dengan jasadnya masing-masing di dalam neraka. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (Al-Mumin: 46) Yakni paling keras sakitnya dan paling besar azabnya. Ayat ini merupakan dalil pokok di kalangan mazhab ahli sunnah wal jama'ah yang menyatakan adanya azab di alam barzakh (alam kubur), yaitu firman Allah ﷻ: Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang. (Al-Mumin: 46) Akan tetapi, timbul suatu pengertian bahwa tidak diragukan lagi ayat ini adalah ayat Makkiyyah, dan mereka telah menjadikannya sebagai dalil yang menunjukkan adanya azab kubur di alam barzakh.
". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim alias Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sa'id ibnu Amr ibnu Sa'id ibnul As, telah menceritakan kepada kami Sa'id (yakni ayahnya), dari Aisyah r.a., bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi yang menjadi pelayannya, maka tidak sekali-kali Aisyah berbuat suatu kebaikan kepadanya, melainkan ia mendoakan bagi Aisyah, "Semoga Allah memelihara dirimu dari siksa kubur." Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah ﷺ masuk menemuinya, maka ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah siksa kubur itu ada sebelum hari kiamat?" Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada. Siapa yang menduga demikian?" Aisyah menjawab, "Wanita Yahudi ini, tidak sekali-kali aku berbuat baik kepadanya melainkan dia mendoakan bagiku, 'Semoga Allah memelihara dirimu dari siksa kubur'." Rasulullah ﷺ bersabda, "Orang-orang Yahudi itu pendusta dan terhadap Allah mereka lebih pendusta lagi, tiada azab sebelum hari kiamat." Kemudian selang beberapa waktu menurut apa yang dikehendaki Allah, pada suatu hari beliau ﷺ keluar di tengah hari seraya memakai kain selimut, sedangkan kedua mata beliau memerah, lalu beliau berseru dengan suara yang sangat keras: Alam kubur itu bagaikan sepotong malam hari yang sangat gelap.
Hai manusia, sekiranya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu banyak menangis dan sedikit tertawa. Hai manusia, mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, karena sesungguhnya siksa kubur itu benar (adanya). Sanad hadis ini sahih dengan syarat Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya. -: "". ". Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dan Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi meminta-minta kepadanya, maka ia memberinya, lalu wanita Yahudi itu berdoa "Semoga Allah menyelamatkan dirimu dari siksa kubur." Siti Aisyah r.a. tidak suka dengan hal tersebut.
Dan ketika ia melihat Nabi ﷺ datang, maka ia menanyakan hal itu kepada Nabi ﷺ, dan Nabi ﷺ menjawab, "Tidak ada" Kemudian setelah peristiwa ini berlalu, Rasulullah ﷺ bersabda: Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan disiksa di dalam kubur kalian. Hadis ini pun dengan syarat keduanya. Maka timbullah pertanyaan, bagaimanakah menggabungkah antara hal ini dan keadaan ayat sebagai ayat Makkiyyah yang mengandung kesimpulan dalil yang menunjukkan adanya siksa kubur? Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa ayat ini hanya menunjukkan bahwa arwah itu ditampilkan di hadapan neraka di setiap pagi dan petang di alam barzakh, dan tidak ada suatu pengertian pun yang menunjukkan menjalarnya rasa sakit arwah sampai kepada tubuh (jasad) kasarnya di alam kubur, karena hal tersebut hanya khusus terjadi pada roh.
Adapun mengenai terjadinya azab pada jasad dan rasa sakit karena azab itu, maka tiada suatu dalil pun yang menunjukkan ke arahnya melainkan hanya melalui sunnah, yaitu dalam hadis-hadis yang dapat diterima, seperti yang akan dikemukakan kemudian. Dapat pula dikatakan bahwa sesungguhnya ayat ini hanya menunjukkan adanya azab bagi orang-orang kafir di alam barzakhnya, dan tidak mengandung suatu kepastian yang menyatakan adanya azab bagi orang mukmin di alam kuburnya karena dosa yang dilakukannya.
Di antara dalil yang memperkuat pendapat ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah ﷺ masuk ke dalam rumahnya yang pada saat itu di hadapan Aisyah ada seorang wanita Yahudi, sedangkan Siti Aisyah berkata (kepada wanita Yahudi itu), "Apakah kamu meyakini bahwa kamu diazab dalam kuburmu?" Maka Rasulullah ﷺ terkejut, lalu bersabda, "Sesungguhnya yang diazab (dalam kubur) hanyalah orang Yahudi." Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kami tinggal beberapa malam sesudah peristiwa itu, kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: Ingatlah, sesungguhnya kalian akan diazab di dalam kubur (mu). Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ sesudah peristiwa itu selalu memohon perlindungan kepada Allah dari azab kubur. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Muslim, dari Harun ibnu Sa'id dan Harmalah, keduanya dari Ibnu Wahb, dari Yunus ibnu Yazid Al-Aili, dari Az-Zuhri dengan sariad yang sama.
Dapat pula dikatakan bahwa sesungguhnya ayat ini menunjukkan arwah diazab di alam barzakhnya, tetapi bukan berarti tubuh kasar yang ada di dalam kuburnya ikut merasakannya. Ketika hal mengenai ini diwahyukan kepada Nabi ﷺ, maka barulah Nabi ﷺ memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. ". Imam Bukhari telah meriwayatkan melalui hadis Syu'bah, dari Asy'as, dari Ibnu Abusy Sya'sa, dari ayahnya, dari Masruq, dari Aisyah r.a. bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi masuk menemuinya, lalu wanita Yahudi itu mengatakan, "Kami berlindung kepada Allah dari azab kubur." Maka Aisyah r.a. menanyakan azab kubur itu kepada Rasulullah ﷺ, dan beliau menjawab: Benar, azab kubur itu adalah hak (benar).
Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa tidak sekali-kali ia melihat Rasulullah ﷺ sesudah peristiwa itu bila telah selesai dari salatnya, melainkan memohon perlindungan dari azab kubur. Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ dengan segera membenarkan berita yang disampaikan oleh wanita Yahudi tersebut dan mengakuinya. Sedangkan dalam hadis-hadis yang sebelumnya dinyatakan bahwa pada mulanya beliau ﷺ mengingkari hal tersebut, hingga turunlah kepadanya wahyu yang menerangkannya. Barangkali keduanya merupakan dua peristiwa hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui dan hadis-hadis mengenai azab kubur banyak sekali. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: pada pagi dan petang. (Al-Mumin: 46) Maksudnya, di setiap pagi dan petang selama dunia masih berputar. Dikatakan kepada mereka, "Hai kaum Fir'aun, inilah tempat tinggal kalian," dengan nada mencemoohkan dan kecaman serta menghina mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka (Fir'aun dan kaumnya) sekarang berada di dalam neraka di setiap pagi dan petang hingga hari kiamat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Abdur Rahman ibnu Sarwan, dari Huzail, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya arwah para syuhada berada di dalam perut burung-burung hijau yang terbang bebas di dalam surga membawa mereka ke mana pun yang mereka kehendaki.
Dan sesungguhnya arwah anak-anak kecil kaum mukmin berada di dalam perut burung-burung pipit yang terbang bebas di dalam surga membawa mereka sekehendak mereka, lalu burung-burung itu hinggap di lentera-lentera yang bergantung di 'Arasy. Dan sesungguhnya arwah Fir aun dan kaumnya berada di dalam perut burung-burung hitam yang setiap pagi dan petang pergi ke neraka Jahanam.
Yang demikian itulah pengertian ditampakkan kepada mereka neraka pada pagi dan petang'. Ats-Tsauri telah meriwayatkannya dari Abu Qais, dari Abul Huzail ibnu Syurahbil, dari perkataan Ibnu Mas'ud r.a. sehubungan dengan nasib arwah Fir'aun dan kaumnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi di dalam hadis Isra melalui riwayat Harun Al-Abdi, dari Abu Sa'id Al-Khudn r.a., dari Rasulullah ﷺ yang antara lain disebutkan bahwa kemudian aku dibawa pergi menuju ke tempat sejumlah banyak orang yang semuanya laki-laki. Tiap orang dari mereka mempunyai perut sebesar rumah yang besar; mereka dalam keadaan terbelenggu dengan memakai pakaian kaum Fir'aun, dan kaum Fir'aun ditampakkan kepada mereka neraka di setiap pagi dan petang.
dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (Al-Mumin: 46) Fir'aun bersama kaumnya seperti unta yang terkena racun; mereka menumbukkan dirinya pada batu dan pohon, sedangkan mereka tidak sadar dengan perbuatannya itu. ". ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Akhram, telah menceritakan kepada kami Amir ibnu Mudrik Al-Harisi, telah menceritakan' kepada kami Atabah ibnu Yaqzhan, dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq, dari Syihab, dari Ibnu Mas'ud r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda, "Tidak sekali-kali seseorang berbuat kebaikan dari kalangan orang muslim ataupun orang kafir, melainkan Allah memberi balasan." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah balasan orang kafir itu?" Nabi ﷺ menjawab: jika dia telah menyambung tali persaudaraan atau memberikan suatu sedekah atau mengerjakan kebaikan, maka Allah memberinya balasan berupa harta, anak, kesehatan, dan lain sebagainya yang serupa.
Kami bertanya, "Lalu apakah balasan baginya di negeri akhirat nanti?" Rasulullah ﷺ menjawab: Azab tanpa penderitaan (yang harus diterimanya) Lalu beliau ﷺ membaca firman-Nya: Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras. (Al-Mumin: 46) Al-Bazzar telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dari Zaid ibnu Akhram, kemudian ia mengatakan bahwa kami tidak mengetahui Zaid ibnu Akhram mempunyai isnad selain hadis ini. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Karim ibnu Abu Umair, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Muhammad Al-Fazzari Al-Balkhi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Auza'i saat ditanya oleh seorang lelaki yang mengatakan kepadanya, "Semoga Allah merahmatimu, kami telah melihat banyak burung yang keluar dari dalam laut menuju ke arah barat.
Burung-burung itu berbulu putih, gelombang demi gelombang; tiada yang mengetahui bilangannya kecuali hanya Allah ﷻ Dan apabila hari telah petang, burung-burung itu kembali dalam keadaan hitam legam bulunya." Al-Auza'i mengatakan, "Kamu telah menyaksikannya dengan mata kepalamu sendiri?" Lelaki itu menjawab, "Benar." Maka Al-Auza'i mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam perut burung-burung itu terdapat arwah Fir'aun dan kaumnya, ditampakkan kepada mereka neraka di setiap pagi dan petang, lalu kembali ke sarang mereka, sedangkan bulu mereka telah hangus terbakar hingga menjadi hitam.
Di malam hari bulu hitam itu rontok, lalu muncul kembali bulu putihnya, setelah itu burung-burung itu pergi lagi menuju ke neraka setiap pagi, dan petangnya kembali ke sarangnya. Demikianlah kebiasaan yang terjadi pada mereka di dunia. Apabila kiamat telah terjadi, Allah berfirman: Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras. (Al-Mumin: 46) Al-Auza'i mengatakan bahwa mereka (Fir'aun dan bala tentaranya) berjumlah kurang lebih enam ratus ribu personel.
". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya seseorang di antara kalian apabila mati, ditampakkan kepadanya setiap pagi dan petang kedudukannya. Jika dia termasuk ahli surga, maka surgalah yang ditampakkan kepadanya; dan jika dia ahli neraka, maka yang ditampakkan kepadanya adalah neraka. Lalu dikatakan kepadanya, "Inilah tempatmu kelak sampai Allah membangkitkan kamu untuk menempatinya di hari kiamat. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Malik dengan sanad yang sama."
Mengapa pula kamu menyeruku agar memilih jalan untuk kafir kepada Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang mempersekutukan-Nya dengan sesuatu hal yang aku sendiri tidak mempunyai ilmu tentang hal itu, padahal aku menyerumu agar beriman kepada Allah, Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun'43. Sudah pasti dan tidak dapat disangkal lagi bahwa apa yang kamu serukan sedemikian rupa kepadaku agar aku beriman kepadanya, bukanlah suatu seruan yang baik yang akan berguna bagi kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Dan sadarilah bahwa sesungguhnya tempat kembali kita pada akhirnya pasti kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas dengan berbuat durhaka kepada Allah, mereka itu-lah orang-orang yang akan menjadi penghuni neraka.
Selanjutnya orang mukmin itu menyatakan, "Kamu sekalian menyeru dan mengajakku mengingkari Allah dan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang tidak mempunyai alasan yang benar dan tidak ada bukti-bukti yang dapat diyakini kebenarannya, yang menyatakan bahwa menyekutukan Tuhan itu adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan aku menyeru dan mengajakmu agar kamu sekalian mengesakan Allah, tidak ada Tuhan yang lain selain Dia. Yang Mahakuasa lagi Mahaperkasa, dengan bukti-bukti yang nyata. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun dosa-dosa hamba-Nya.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 36
“Dan berkata Fir'aun, ‘Hai Haman! Buatkan untukku sebuah bangunan, supaya aku saat sampai ke pintu-pintu.'"
Ayat 37
“Pintu-pintu semua langit."
Dengan ini Fir'aun memerintahkan kepada wazirnya yang bernama Hamaan, supaya dibangun sebuah bangunan besar dan tinggi, untuk dari sana dia naik ke langit, masuk dari pintu-pintu langit itu, “Supaya saat aku menengok kepada Tuhan si Musa itu." Saya hendak naik ke langit dari bangunan yang aku perintahkan engkau membangunkannya itu. Sampai di sana aku akan masuk ke segala langit itu dari pintunya masing-masing. Di sana akan aku periksa di mana dia apa yang dikatakan olfeh si Musa sebagai Tuhan itu.
Lebih baik juga kita salinkan apa yang tertulis dalam setengah kitab tafsir tentang bangunan tinggi yang diperintahkan oleh Fir'aun kepada Haman membuatnya ini.
Menurut suatu riwayat dari Qatadah yang disalinkan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya, setelah diperintahkan oleh Fir'aun kepada Haman membangunkan bangunan itu dikumpulkan oleh Haman 50.000 tukang selain daripada beribu-ribu kuli dan pengikut. Diperintahkannya mendirikan kilang (pabrik) batu tembok, dikumpulkan pula kayu-kayuan dan dibuat pula kilang untuk membuat besi buat paku. Setelah semuanya itu siap, lalu dimulai membangun suatu bangunan yang sangat tinggi yang belum pernah ada bangunan setinggi itu sejak Allah menciptakan semua langit dan bumi, sehingga dari sangat tingginya maka tukang-tukangnya tidak sanggup berdiri lama di puncaknya. Menurut keterangan as-Suddi setelah bangunan itu siap, Fir'aun naik ke puncaknya, lalu dia memanah ke langit dengan panahnya. Kemudian panah itu pun kembali jatuh ke bawah telah berlumur darah di ujungnya. Maka dengan bangga Fir'aun memanggil orang-orang besarnya membe-ritahukan bahwa Tuhan Musa itu telah mati karena luka kena panahnya."Inilah buktinya, darahnya berbekas di panahku!" Menurut keterangan as-Suddi selanjutnya, karena murkanya Allah mendengar ocehan Fir'aun itu diperintahkan oleh Tuhan jibril pergi meremukkan bangunan atau menara tinggi itu. Lalu dilakukan Jibrillah sepanjang yang diperintahkan Allah, dipukulnya bangunan itu dengan sayapnya lalu patah tiga. Satu patahan jatuh ke atas tentara Fir'aun maka matilah ditimpanya tidak kurang dari sejuta tentara. Sepotong lagi jatuh ke laut dan sepotong lagi jatuh ke barat dan mati binasa tiap-tiap orang yang diperintahkan bekerja untuk membangun itu. Tetapi al-Qurthubi menutup cerita ini dengan kata, “Dan Allah-lah yang lebih tahu akan kebenarannya."
Tetapi Fakhruddin ar-Razi sebagai seorang ahli pikir Islam yang besar, di dalam tafsirnya menolak keras cerita semacam itu. Dengan tegas dia mengatakan bahwa cerita itu hanyalah dongeng yang tidak saat dipertanggungjawabkan. Beliau berpensaat bahwa tidak mungkin Fir'aun sebagai seorang raja besar akan berpikir sebodoh itu, hendak mendirikan bangunan tinggi sebagai tangga untuk naik ke langit memeriksai langit hendak mencari di langit mana Tuhan si Musa itu berada. Menurut ar-Razi tidak mungkin Fir'aun memerintahkan suatu hal yang tidak bisa dilakukan, kecuali kalau dia gila! Dan kalau nyata bahwa dia gila tentulah Allah tidak akan mengutus Musa dibantu dengan Harun buat menyampaikan dakwah kepada Fir'aun. Menurut ar-Razi ucapan Fir'aun ini hanya semata-mata cemooh atau ejekan saja kepada Musa, sebab Fir'aun tidak mempercayai ada Allah di langit. Buat dia keterangan Musa bahwa Allah itu ada di langit adalah omong kosong. Itu sebabnya maka sambil mengejek dia mengatakan bahwa dia hendak mendaki langit dengan membangun demikian. Maka begitu pulalah menurut Fir'aun mustahilnya ada Allah di langit.
Sampai dengan berani dia menegaskan pensaatnya, “Dan keras sangkaku si Musa itu seorang pendusta."
Menurut bahasa umum kalimat zhann artinya ialah persangkaan yang berat kepada sesuatu. Tetapi satu-satu kali saat diartikan zhann itu dengan makna yakin. Jadi perkataan Fir'aun di sini lebih tepat jika diartikan, “Ada keyakinanku bahwa si Musa ini adalah seorang pendusta." Yang dikatakannya perkataan Musa yang dusta itu ialah mengatakan bahwa ada Allah selain Fir'aun. Kata-kata itu bohong. Tidak ada Tuhan yang lain. Jika Musa mengatakan ada Allah di langit, aku pun berani naik ke langit mencari di sudut langit yang mana Allah itu ada.
Samalah sikapnya ini dengan sikap kaum komunis dan kaum ateis (zindiq) yang tidak percaya bahwa Allah ada. Ucapan Fir'aun minta diadakan tukis buat memanjat langit untuk mencari di mana Tuhan itu bersembunyi sama bunyinya dengan perkataan seorang di antara kosmonot Rusia yang telah menjelajah ruang angkasa dengan pesawat Lunik yang terkenal itu. Dia berkata, “Telah saya jelajah ruang angkasa luas itu, saya cari ke mana-mana, saya teropong ke segala penjuru, namun Tuhan yang disebut-sebut orang beragama itu tidak pernah bertemu karena dia memang tidak ada."
Tetapi ketika seorang penjelajah udara yang lain dari Amerika, yang orang Amerika menamainya astronot pergi pula menjelalah udara, setelah kembali ke bumi mengatakan kepada wartawan yang menemu ramahnya tentang kesannya di ruang angkasa luas lepas itu, dia berkata, “Bertambah aku terkatung hening sepi di ruang angkasa mahaluas itu bertambah percayatah aku akan adanya Tuhan."
Sebab itu jelaslah bahwa kalau yang mengarungi ruang angkasa itu jalan hidupnya berdasar iman, dia akan merasakan dengan segenap jiwa raganya bahwa Allah ada. Kian lama dia kian yakin. Sebab dia merasa mustahil bahwa cakrawala seluas sehebat itu tidak ada yang mengaturnya, padahal dia teratur. Kalau dia tidak tampak oleh mata, bukanlah berarti bahwa Dia tidak ada.
Dan kalau orang itu tidak beriman atau diatur demikian rupa dengan suatu disiplin yang keras supaya membuang iman jauh-jauh, meskipun tidak takjub dalam hatinya melihat keindahan alam dan keagungan ruang angkasa, dia akan mengatakan juga bahwa dia tidak melihat apa-apa. Meskipun hatinya merasakan itu, namun dia mesti mengatakan tidak. Kalau dia ingin selamat berdiam di negerinya. Dan kalau desakan mengatakan ada itu bertambah keras, dia akan lari meninggalkan negerinya dan mencari assylum (pelindungan) suaka politik ke negeri lain.
Pendeknya, Fir'aun itu samalah keadaan dengan kaum ateis dan komunis zaman sekarang dalam hal sama-sama tidak percaya ada Allah.
"Dan demikianlah dirasakan baik pada Fir'aun amalannya yang buruk." Oleh karena merasa diri paling atas, sebagai raja yang berkuasa tidak berbatas, dia merasa bahwa perbuatannya semua adalah benar sebab dia raja. Kata-katanya mengatasi segala kata, sebab dia raja. Perintahnya tidak boleh dibantah, sebab dia raja."Dan ingatlah dia dari jalan." Artinya segala rencananya yang buruk penuh kesombongan itu, bagaimanapun dia mengatur selalu tersekat dan terhalang,
“Dan tidaklah ada tipu daya Fir'aun itu selain dari kegagalan."
Sebab dia hendak memungkiri kekuasaan Allah dan hendak berlaku menurut kekuasaannya sendiri. Tentu saja dia pasti gagal. Semuanya ini untuk menjadi tamsil dan ibarat bagi manusia seluruhnya bahwa segala rencana hendak menantang Allah adalah usaha yang gagal.
Ayat 38
“Dan berkata orang yang beriman itu, Wahai kaumku! ikutilah aku akan aku tunjukkan kepada kamu jalan yang benar."
Orang yang beriman dan menyembunyikan imannya itu tidaklah berkuasa, tetapi ucapan yang dikeluarkannya adalah benar dan dia sendiri pun yakin akan kebenarannya.
Oleh sebab yakinnya akan kebenaran pendiriannya dan didorong pula oleh rasa kasih sayang kepada kaumnya, disampaikannya jugalah seruannya.
Ayat 39
“Wahai kaumku! Kehidupan dunia ini hanyalah hiasan sementara."
Perhiasan yang kita pakai hanya sementara masih hidup. Jika nyawa telah putus, perhiasan itu ditinggali orang dari tubuh kita dan kita pun pergi dengan tidak membawa apa-apa. Kebesaran, pangkat, dan kemegahan hanya sementara badan sehat; kalau sudah penyakitan semuanya itu tidak berguna lagi. Seorang Fir'aun naik adalah karena menggantikan Fir'aun yang telah lalu. Sebelum yang telah lalu itu mati, yang jadi Fir'aun sekarang belum ada arti apa-apa. Dan bilamana telah mati pula, lekas diganti orang dengan yang hidup. Meskipun ada dalam kepercayaan orang Mesir purbakala itu bahwa seorang yang telah mati akan hidup kembali dalam keadaan yang lain, lalu tubuh raja yang mati dibalsem, dijadikan murni, namun oleh manusia yang datang ribuan tahun di belakang kuburan itu dibongkar dan tubuh yang telah dimurnikan itu dibongkar lalu dikedaikan dalam museum. Oleh sebab itu tidaklah ada artinya perhiasan hidup di dunia ini kalau kiranya jiwa tidak mempunyai latar belakang keimanan dan kepercayaan kepada kuasa gaib.
“Dan sesungguhnya akhirat, itulah dia negeri yang kekal."
Oleh sebab itu alangkah baiknya jika sementara hidup di dunia dengan perhiasan sementara ini kita bersedia menghadapi akhirat, hari yang kekal dengan iman dan dengan perbuatan yang baik, tunduk percaya kepada Allah disertai cinta dan kasih kepada sesama manusia.
Orang yang beriman itu meneruskan lagi ajaran Nabi Musa yang diterimanya secara diam-diam tentang cara bersedia menghadapi hari akhirat itu. Ujarnya selanjutnya.
Ayat 40
“Barangsiapa beramal yang bunuk maka tidaklah dia akan diganjari melainkan dengan yang sebanding."
Artinya bahwa dengan sangat teliti amalan yang buruk itu diberi ganjaran dosa sebanding dengan buruk amalan itu, tidak lebih. Karena ganjaran dosa itu bukanlah karena kebencian dari Allah, melainkan karena keadilan-Nya jua. Sekali-kali bukan karena dendam Allah. Sebab itu pada pemeriksaan atas amalan yang buruk itu sangAllah teliti, supaya hukuman jangan lebih berat dari kesalahan,
“Dan barangsiapa beramal yang saleh dari laki-laki dan perempuan, padahal dia pun beriman, maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga. Akan mendapat rezeki mereka di sana dengan tidak dihitung-hitung."
Dalam ayat ini kita bertemu beberapa kandungan ayat yang indah, yang membuktikan bahwa memang benarlah bahwa dia wahyu. Di sini disebut bahwa tidak ada perbedaan penghargaan terhadap laki-laki dengan perempuan. Asal sama-sama beramal, keduanya sama-sama berhak dan sama-sama mensaat ganjaran Allah. Di pangkal ayat yang menerangkan tentang hukum setimpal terhadap yang berbuat yang buruk, hanya laki-laki saja yang disebut. Perempuan tidak! Orang yang mendalami perasaan Al-Qur'an akan merasakan betapa dalamnya hikmah yang terkandung dalam perbedaan itu. Kepada perempuan tidaklah perlu ditunjukkan ancaman yang ngeri-ngeri. Karena perempuan yang beriman itu sebenarnya bergantung juga kepada cara bimbingan laki-laki. Ahli-ahli fiqih pun masih bertikai paham tentang dosa yang sama diperbuat oleh laki-laki dengan perempuan. Misalnya bersetubuh siang hari dalam bulan puasa, perempuan tidak kena tuntutan kaflarah, sebab dia hanya menerima. Kerap kali dia hanya digagahi. Anak perempuan yang diperkosa tidak dituntut buat turut dirajam. Yang dirajam ialah laki-laki yang memerkosanya. Tetapi di dalam berbuat kebajikan samalah aktifnya laki-laki beriman dengan perempuan beriman. Pada Yaumul Usrah, hari masa kesukaran harta di Madinah, padahal Rasulullah ﷺ akan memimpin peperangan di musim panas ke Tabuk, perempuan menanggalkan perhiasan mereka buat gotong royong belanja perang. Dalam berbuat baik umumnya mereka didorong oleh iman mereka sendiri.
Kemudian itu mengeluhlah dia dan sambil mengeluh dia berkata,
Ayat 41
“Wahai kaumku! Bagaimanakah aku ini? Aku seru kamu kepada jalan yang selamat dan kamu seru aku kepada neraka."
Perkataan ini tampaknya adalah tangkisan dari hamba Allah yang beriman itu kepada kaumnya, yang mengajak dia supaya tetap memegang teguh kepercayaan yang lama, terutama menganggap raja Fir'aun sebagai Allah dan dengan demikian saat meneruskan penindasan terhadap yang iemah. Niscaya bukanlah dengan mulut mereka mengajak orang beriman itu masuk neraka. Mereka hanya mengajaknya supaya berpegang saja dengan kepercayaan yang lama, yaitu keper-cayaan musyrik, menuhankan raja. Dalam perumpamaan zaman sekarang ialah mendewakan pemimpin. Menganggap raja sebagai tuhan yang turun dari langit, yang tidak pernah bersalah dan tidak boleh disalahkan.
Dalam seruan orang yang beriman itu selanjutnya dijelaskannya pertalian menyeru dan mengajak masuk neraka dengan mengajak mempersekutukan Allah, bahwa hakikat keduanya itu adalah satu,
Ayat 42
“Kamu seru aku supaya aku kafir kepada Allah dan supaya aku persekutukan dengan Dia barang yang tidak ada bagiku ilmu padanya."
Padahal hatiku dan pikiranku telah bulat pada keyakinan bahwa Allah itu hanya satu, “Tidak ada Tuhan selain Allah", dan tidak masuk dalam akalku, tidak termasuk dalam ilmuku, dalam penyelidikanku, dalam pikiranku yang sehat bahwa ada pula tuhan yang lain selain Dia, lalu kamu ajak aku mempersekutukan Allah Yang Maha Esa itu dengan barang yang tidak ada, barang yang mustahil menjadi Tuhan pula selain Allah. Maka sebelum aku masuk neraka di akhirat, di dunia ini sendiri pun aku telah masuk neraka, karena dibakar oleh peperangan dalam batinku sendiri, tersebab perbuatanku kelak akan berlawanan dengan keyakinanku.
“Padahal aku menyeru kamu kepada Yang Mahaperkasa, Maha Pemberi Ampun."
Artinya ialah bahwa aku mengajak kamu kepada kebebasan!
Sesungguhnya hidup dengan mempunyai kepercayaan, mempunyai aqidah bahwa ada Allah Pencipta Alam, Yang Mahaperkasa adalah suatu hidup yang bernilai dan hidup yang mempunyai sesuatu tempat bertanggung jawab budi. Dengan kepercayaan kepada Tuhan manusia yang satu tidak akan merasa bahwa dirinya lebih mulia dari manusia yang lain. Atau sebaliknya tidaklah ada yang akan merasa bahwa dirinya lebih hina dan rendah dari yang lain. Semua orang merasa sama martabat dan derajatnya di hadapan satu Tuhan, Dan kalau manusia merasa khilaf atau alpa atau bersalah, dengan adanya kepercayaan kepada Allah akan ada tempatnya memohon pelindungan dan ampunan. Berbeda dengan hidup orang yang tidak mempunyai pemusatan kepercayaan. Orang hanya akan berbuat jika berhadapan dengan manusia, Kalau dia dalam sepi sendirian atau terpencil dia berani saja berbuat sesuka hati, biar pun merugikan orang lain. Sebab dia tidak percaya ada Allah akan mengamat-amati perbuatannya yang salah.
Selanjutnya orang yang beriman itu berkata pula,
Ayat 43
“Tidak ragu lagi bahwasanya apa yang kamu seru aku kepadanya itu tidaklah ada baginya seruan di dunia dan tidak di akhirat."
Yaitu bahwa tidak syak, tidak ragu lagi bahwasanya apa yang kamu seru itu, yang kamu ajak pula aku supaya menyerunya, tidak ada pengaruhnya sedikit jua pun, tidak ada tindakannya, tidak ada garis yang digariskannya untuk dilalui oleh manusia. Semua tidak termasuk barang yang berarti, baik di dunia ini ataupun di akhirat kelak, dia hanya bertuah karena kamu tuahkan, jadi sakti karena kamu yang menyaktikan. Tempat kembali segala urusan hanya satu saja, yaitu Allah, la tidak usah diragukan lagi."Dan sesungguhnya tempat kembali kita ialah kepada Allah." Sebab, Dialah sebenarnya Allah, yang kepada-Nya kita semuanya akan kembali, yang menentukan pahala bagi yang berbuat baik dan menentukan hukuman bagi barangsiapa yang durhaka. Dan itu ditegaskan oleh orang yang beriman itu.
“Dan bahwa sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas adalah mereka penghuni neraka."
Tidak peduli apakah yang melampaui batasnya sebagai hamba Allah itu seorang raja seperti Fir'aun ataupun yang lain, nerakalah akan tempat mereka.
Ayat 44
“Maka akan teringatlah kamu apa yang aku katakan kepadamu ini."
Yang tampaknya selama ini disembunyikan saja oleh orang-orang yang beriman itu dalam hatinya. Sekarang karena kasih sayangnya kepada kaumnya ditumpahkannya perasaannya itu. Dia tidak pula peduli lagi nasib apa yang akan menimpa dirinya dan kezaliman Fir'aun, Lama-kelamaan kalian akan teringat apa yang aku katakan itu."Dan aku akan menyerahkan urusanku kepada Allah." Apa jua pun bala bencana yang akan menimpa diriku, aku telah pasrah kepada Allah.
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Memandang kepada hamba-hamba-Nya."
Sebagai orang yang teguh imannya dia tampaknya tidak peduli lagi apa yang akan kejadian atas dirinya, malahan dia merasa sesuatu yang merekan dalam jiwanya kalau kata penting ini tidak dia sampaikan. Sesudah itu mati pun dia bersedia.
Ayat 45
“Maka dipeliharakan Allah-lah akan dia dari kejahatan rencana buruk mereka."
Maksud hendak melepaskan sakit hati kepadanya tidak berhasil karena dia dipelihara oleh Allah.
Maksud Fir'aun hendak menganiayanya tidak berhasil, fbnu Katsir mengatakan bahwa dia dipelihara Allah dari maksud Fir'aun hendak menganiayanya. Dicarinya dia di mana-mana tidak bertemu lagi.
Qatadah mengatakan, “Dia adalah seorang Qubthi (sebangsa dengan Fir'aun). Dia melepaskan diri dari incaran Fir'aun dan bersama-sama berangkat dengan Nabi Musa ketika Bani Israil dipimpin Musa meninggalkan Mesir.
Muqatil mengatakan, “Setelah kata-kata yang begitu tajam dikeluarkannya, yang benar-benar bertentangan dengan pendirian Fir'aun, bermaksudlah Fir'aun hendak membunuhnya. Setelah mendengar itu dia pun lari meninggalkan Mesir. Ada yang mengatakan bahwa dia bersembunyi ke gunung. Tetapi setelah dicari, tidaklah bertemu."
Semuanya ini ingatlah kita maklumi, sebagai akibat dari perjuangan keyakinan. Keluarga Fir'aun berpihak kepada Musa dan menganut ajarannya, sedang kaum Musa sendiri sebagai Qarun menjadi orang yang belot dari Musa.
Istri Fir'aun, Asiyah, membela Musa sampai besar. Sedang istri Nuh dan Luth tidak mengacuhkan ajaran suami mereka.
“Dan dikepunglah golongan Fir'aun itu oleh seburuk-buruk adzab."
Yaitu tenggelam digulung laut di tengah Lautan Qulzum.
Ayat 46
“Neraka ditampakkan kepada mereka pagi dan petang."
Karena hidup hanya melakukan zalim dan aniaya. Dan pada waktu berdiri Kiamat kelak,
“Masukkanlah golongan Fir'aun itu kepada yang sekeras-keras adzab."