Ayat

Terjemahan Per Kata
مَا
tidak ada
يُجَٰدِلُ
yang memperdebatkan
فِيٓ
pada/tentang
ءَايَٰتِ
ayat-ayat
ٱللَّهِ
Allah
إِلَّا
kecuali
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
فَلَا
maka janganlah
يَغۡرُرۡكَ
kamu tertipu
تَقَلُّبُهُمۡ
mondar mandirnya mereka
فِي
dalam
ٱلۡبِلَٰدِ
negeri/kota
مَا
tidak ada
يُجَٰدِلُ
yang memperdebatkan
فِيٓ
pada/tentang
ءَايَٰتِ
ayat-ayat
ٱللَّهِ
Allah
إِلَّا
kecuali
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
فَلَا
maka janganlah
يَغۡرُرۡكَ
kamu tertipu
تَقَلُّبُهُمۡ
mondar mandirnya mereka
فِي
dalam
ٱلۡبِلَٰدِ
negeri/kota
Terjemahan

Tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kufur. Oleh karena itu, janganlah engkau (Nabi Muhammad) tertipu oleh bolak-balik perjalanan mereka di seluruh negeri.
Tafsir

(Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah) yakni Al-Qur'an (kecuali orang-orang yang kafir) dari kalangan penduduk kota Mekah. (Karena itu janganlah mereka pulang-balik dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu) mereka pulang balik untuk mencari penghidupan dalam keadaan selamat, janganlah hal itu membuatmu teperdaya, karena sesungguhnya akibat dan tempat kembali mereka adalah neraka.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 4-6
Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu, janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu. Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka.
Maka betapa (pedihnya) azab-Ku. Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Tuhanmu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka. Allah ﷻ berfirman bahwa tiada yang menolak perkara hak dan berani membantahnya sesudah perkara hak itu jelas dan buktinya telah ada. kecuali orang-orang yang kafir. (Al-Mumin: 4) Yakni orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, hujah, dan bukti-bukti-Nya. Karena itu, janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu. (Al-Mumin: 4) Maksudnya, janganlah kamu teperdaya dengan harta benda, kemewahan, dan perhiasan yang dimiliki orang-orang kafir itu.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (Ali Imran: 196-197) Dan Firman Allah ﷻ: Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Kemudian Allah ﷻ berfirman, menghibur hati Nabi-Nya yang menghadapi sikap kaumnya yang mendustakannya, bahwa bukan hanya dia sendiri yang mengalami nasib tersebut, para nabi sebelumnya pun mengalami hal yang sama.
Kaum mereka masing-masing telah mendustakannya dan menentangnya, bahkan tidak ada yang beriman dari kalangan mereka, melainkan hanya sedikit. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul). (Al-Mumin: 5) Nuh a.s. adalah rasul yang mula-mula diutus oleh Allah untuk melarang penyembahan terhadap berhala. dan juga golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka. (Al-Mumin: 5) dari kalangan tiap-tiap umat sesudah kaum Nuh. dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya. (Al-Mumin: 5) Maksudnya, mereka berusaha keras untuk dapat membunuh rasul mereka dengan segala macam cara yang dapat mereka lakukan, dan di antara mereka ada yang dapat membunuh rasul mereka.
dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran. (Al-Mumin: 5) Yakni mereka melakukan bantahan terhadap perkara yang hak dengan perkara yang syubhat (batil) untuk melenyapkan perkara hak yang sudah jelas dan terang. Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Arim Abun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Barang siapa yang membantu perkara-perkara yang batil untuk melenyapkan perkara yang hak, maka sesungguhnya dia telah terbebas dari jaminan Allah dan jaminan Rasul-Nya.
Firman Allah ﷻ: Karena itu, Aku azab mereka. (Al-Mumin: 5) Yakni Aku binasakan mereka karena mereka telah melakukan dosa-dosa yang besar-besar itu. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku. (Al-Mumin: 5) Artinya, kamu akan mendengar bahwa azab-Ku dan pembalasan-Ku terhadap mereka sangat keras, lagi menyakitkan dan sangat pedih. Qatadah mengatakan bahwa demi Allah azab Allah itu amat keras. Firman Allah ﷻ: Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Tuhanmu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka. (Al-Mumin: 6) Yaitu sebagaimana telah ditetapkan perintah azab atas orang-orang kafir dari kalangan umat-umat terdahulu, telah ditetapkan pula hal yang sama atas orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu, hai Muhammad.
Bahkan mereka lebih berhak dan lebih diprioritaskan untuk menerima azab keras dari Allah. Karena orang yang mendustakan engkau, maka tidak lagi ada harapan untuk dapat mempercayai selain engkau. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Adalah suatu keniscayaan bahwa tidak ada orang yang memperdebatkan tentang kebenaran dari ayat-ayat Allah dengan tujuan memperolok-olokkan atau menimbulkan keraguan terhadapnya, kecuali apa yang dilakukan oleh orang-orang yang kafir. Karena itu, janganlah engkau wahai Nabi Muhammad tertipu oleh keberhasilan usaha mereka yang menghasilkan berbagai kesenangan yang mereka peroleh di seluruh negeri. 5. Sebelum mereka, orang-orang musyrik Mekah, mendustakan wahyu Allah, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu setelah mereka telah terlebih dahulu melakukan hal yang sama, yakni mendustakan rasul-rasul Allah, dan setiap umat ketika itu juga telah merencanakan tipu daya terhadap rasul mereka untuk menawannya bahkan sampai mencelakakannya, dan mereka membantah dengan alasan yang batil untuk melenyapkan kebenaran yang dibawa oleh para rasul itu. Karena itu, Aku, Allah Yang Mahaperkasa, tawan dan siksa mereka dengan azab. Maka camkanlah dengan sungguh-sungguh bahwa betapa pedihnya azab-Ku'.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa hanya orang-orang kafir yang tidak senang kepada kebenaran, suka mendebat, menentang, dan mendustakan isi Al-Qur'an serta menuduhnya yang bukan-bukan. Di antara perkataan mereka adalah bahwa Al-Qur'an itu hanya syair, sihir, dongeng orang-orang dahulu, atau tuduhan lainnya yang meremehkan. Padahal, sudah jelas dan diketahui oleh umum bahwa semua isi Al-Qur'an itu adalah benar. Suatu perdebatan yang sifatnya mempertanyakan isi Al-Qur'an adalah perbuatan yang sangat tercela dan merupakan suatu kekafiran, sebagaimana sabda Nabi Muhammad:
Memperdebatkan isi Al-Qur'an adalah kekafiran. (Riwayat A.hmad dari Abu Hurairah)
Adapun perdebatan yang mempersoalkan sesuatu dengan maksud untuk mencari dan menguatkan sesuatu yang hak, menjelaskan yang masih samar-samar, mengambil suatu pengertian hukum, menolak paham-paham dan kepercayaan yang menyimpang dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, serta menentang pengertian yang meremehkan isi Al-Qur'an, adalah perbuatan yang baik dan terpuji. Bahkan, yang demikian itu adalah perbuatan yang menjadi tugas para nabi.
Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan Nabi Muhammad supaya jangan teperdaya dengan kemewahan yang diperoleh para penentangnya, kebebasan gerak mereka dari satu kota ke kota yang lain, berjual-beli dan berdagang seenaknya sehingga memperoleh kekayaan yang bertumpuk-tumpuk. Bagaimanapun juga, kesemuanya itu mempunyai batas, dan sifatnya sementara paling lama sama dengan umurnya. Sesudah itu mereka akan mendapat siksaan yang amat pedih di akhirat. Firman Allah:
Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal. (ali 'Imran/3: 196-197).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-MU'MIN
(SEORANG YANG BERIMAN)
SURAH KE-40, 85 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -85)
***
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih,
Ayat 1
“Haa Miim."
Tujuh surah berturut-turut dimulai dengan Haa Miim: (1) al-Mu'min atau Ghaafir, (2) Fushshilat, (3) asy-Syuuraa, (4) az-Zukhruf, (5) ad-Dukhaan, (6) al-Jaatsiyah, dan (7) al-Ahqaaf. Kumpulan dari ketujuh surah yang dimulai dengan Haa Miim ini dinamai surah al-Hawaamiim.
Disalinkan oleh al-Qurthubi di dalam tafsirnya sebuah hadits yang dirawikan oleh Anas bin Malik, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
“Al-Hawaamiim adalah perhiasan Al-Qur'an."
Al-Hawaamiim ialah nama dari ketujuh surah yang dipangkali dengan huruf Haa Miim itu. Dan ketujuh surah itu diturunkan di Mekah.
Tentang huruf Haa Miim itu sendiri berbagai pula pensaat ulama tentang maksudnya. Ikrimah mengatakan bahwa berdasar kepada sabda Nabi ﷺ sendiri, huruf Haa
Miim itu adalah satu di antara nama-nama Allah dan salah satu dari anak kunci pembuka perbendaharaan Allah.
Ibnu Abbas mengatakan pula, “Haa Miim adalah satu di antara nama-nama Allah Yang Mahaagung."
Dan satu riwayat pula dari Ibnu Abbas ada pertalian di antara huruf-huruf di pangkal surah-surah.
Alif Laam Raa di pangkal surah Yuunus, surah Huud, surah Yuusuf, surah Ibraahiim, dan surah al-Hijr.
Haa Miim di pangkal 7 surah al-Mu'min atau Ghaafir, Fushshilat, asy-Syuuraa, az-Zukhruf, ad-Dukhkhan, al-Jaatsiyah, dan al-Ahqaaf.
Nuun di pangkal surah al-Qalam.
Setelah dipertemukan ketiga huruf-huruf di pangkal surah itu, jadilah dia:
الر + حم + ن
ar-Rahmaan.
Atha al-Khurasani berkata bahwa huruf Haa adalah isyarat daripada nama Allah;
- Hamiid yang berarti Yang Maha Terpuji,
- Hannaan yang berarti Maharindu akan hamba-Nya,
- Haliim yang berarti tidak segera marah, dan
- Hakiim yang berarti Mahabijaksana.
Dan huruf al-Miim adalah isyarat kepada nama-nama Allah
- Malik yang berarti Maharaja diraja
- Majiid yang berarti yang Mahamulia,
- Mannaan, yang berarti suka memberi,
- Mutakabbir yang berarti membesarkan diri, dan
- Mushawwir yang berarti Yang Memberi bentuk.
Mujahid menafsirkan secara sederhana saja, yaitu “Haa Miim ialah salah satu susun huruf sebagai pembukaan surah."
Dan ada lagi beberapa penafsiran lain yang tidaklah ada penafsiran itu yang kita tolak bahkan bolehlah kita terima semuanya sebagai mengambil kesan bagaimana mendalamnya orang merenungkan maksud daripada Al-Qur'an dan tiap-tiap hurufnya.
Ayat 2
“Penurunan Al-Kitab itu ialah dari Allah."
Dengan pangkal ayat ini diteguhkanlah keimanan dan keyakinan tiap-tiap Muslim bahwasanya al-Kitab itu, yaitu Al-Qur'an adalah turun langsung dari Allah dan bukanlah dia karangan Muhammad ﷺ dan bukan pula ilham dari yang lain. Sebagaimana pengakuan kita akan adanya nabi-nabi yang lain dan rasul-rasul yang lain menerima wahyu langsung dari Allah, demikian pulalah iman kita tentang wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad ﷺ. Dari kehidupan Nabi Muhammad ﷺ sendiri sudah saat kita membuktikan bahwa Al-Kitab ini bukanlah karangannya sendiri karena sebelum dia menjadi Rasul dalam usia 40 masuk 41 tahun belumlah dikenal bahwa pernah dia mengarang suatu rangkuman kata-kata, baik tersusun sebagai syair atau sebagai suatu pidato yang disebut menurut ilmu berpidato (retorika). Bahkan ketika mula dia menerima wahyu itu di atas jabal Nur di dalam Gua Hira, ketika dia disuruh membaca oleh Jibril dikatakannya terus terang bahwa dia tidaklah pandai membaca. Bagaimana dia akan pandai mengarang suatu buku, kalau kiranya membaca saja pun dia tidak pandai?
Pada lanjutan ayat berfirman Allah bahwa Dia MahaperkSsa. Sebab itu, Dia Mahakuasa dan sanggup membuat hamba-Nya yang tidak pandai membaca dan menulis itu menerima wahyu yang begitu tinggi tarafnya, dibawakan oleh Malaikat Jibril. Berturut-turut wahyu itu turun selama 23 tahun, yaitu 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Inilah yang kemudian dibukukan dijadikan mushaf oleh khalifah yang pertama Abu Bakar Shiddiq dan dilanjutkan menyalin kepada beberapa naskah oleh khalifah ketiga, Amiril Mukminin Utsman bin Affan.
“Maha Mengetahui"
Maka oleh karena Allah itu Maha Mengetahui keadaan seluruhnya, di antara keadaan manusia yang dijadikan-Nya khalifah di muka bumi, diturunkannyalah wahyu untuk kebahagiaan dan keselamatan mereka dunia dan akhirat, jangan sampai mereka handam karam seluruhnya atau tersesat kepada jalan yang salah karena tidak ada bimbingan. Maka isi Al-Qur'an benar-benar menunjukkan betapa luasnya pengetahuan Allah atas keadaan yang Dia hadapi pada hamba-hamba-Nya.
Ayat 3
“Pemberi ampun dosa."
Pangkal ayat 3 ini bertalian dengan ayat 53 dan surah yang sebelumnya, surah az-Zumar, yang di sana Allah menyuruh Rasul-Nya menyampaikan pesan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang selama ini telah melampaui batas-batas, telah banyak berbuat dosa, agar mereka janganlah berputus asa dari rahmat Allah karena Allah sanggup memberi ampun dosa semuanya, karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Pintu untuk minta ampun itu selalu terbuka."Penerima Tobat," mana hamba-hamba-Nya yang kembali kepada jalan yang benar, mereka akan diterima oleh Allah, bahkan disebutkanlah bahwa Allah turun sendiri mendekati hamba-hamba-Nya buat mendengarkan tobatnya.
“Turunlah Tuhan kita, Yang Mahamulia dan Ma-hatinggi tiap-tiap malam ke langit dunia (langit terdekat), ketika tinggal sepertiga malam. Dia berkata, ‘Siapakah yang hendak berdoa kepada-Ku, supaya Aku kabulkan doanya? Siapa yang akan memohon kepada-Ku? Agar Aku beri apa yang dia minta! Siapa yang akan memohon ampun? Supaya Aku beri ampunan." (HR Bukhari dan Muslim)
Tetapi, “Sangat berat siksaan-Nya." Sungguh pun Dia pemberi tobat, namun yang tidak mau juga mengerti, yang acuh tak acuh, yang hanya mengharapkan kasih Allah tetapi tidak ingat akan murka Allah, maka sangat berAllah siksaan yang akan diterimanya. Itulah sebabnya maka di samping Allah menyediakan surga bagi orang yang beramal saleh, Dia pun menyediakan neraka bagi orang yang durhaka. Maka apabila Allah menghukum, bukanlah karena kekejaman melainkan karena keadilan. Adalah mustahil bagi Allah yang bersifat kasih dan sayang bilamana tidak diimbangi dengan keadilan. Sebagaimana keperkasaan Allah diimbangi juga oleh kebijaksanaan. Di situlah terletak kesempurnaan sifat Allah.
Firman Allah,
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah itu sangat keras siksaan-Nya dan bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Penyayang." (al-Maa'idah: 98)
“Yang empunya karunia; yaitu karunia yang berkepanjangan, yang tidak putus-putus.
Selama nyawa masih dikandung badan, selama itu pula karunia di dunia ini masih ada. Persediaan masih cukup. Dan karunia utama sesudah nyawa ialah akal pikiran, yang dengan dia kita manusia saat bergerak berusaha sendiri, dengan tidak lepas dari pengawasan Allah."Tiada Tuhan melainkan Dia." Yang sanggup memberi ampun jika berdosa, yang sanggup memberi tobat jika kembali ke jalan yang benar, dan yang nikmat-Nya tidak berkeputusan hanya Allah saja. Yang lain tidak ada karena yang lain adalah alam semata-mata, di bawah kekuasaan-Nya. Sebab itu maka Allah hanya Dia saja.
“Kepada-Nyalah akan kembali."
Dari Dia kita datang, dengan seizin dan atas kemauan-Nya maka kita berada dalam dunia ini untuk sementara waktu. Nanti akan kembali kepada-Nya jua.
Ayat 4
“Tidaklah ada yang berbantah-bantahan tentang ayat-ayat Allah kecuali orang-orang yang kafir."
Yang dimaksud dengan berbantah-bantahan atau membantah ayat-ayat Allah ialah orang yang menanggapi ayat Allah dengan cara batil, dengan tidak jujur, semata-mata hanya hendak menolak kebenaran, atau menyalahartikan dan menyelewengkan maksudnya.
“Maka janganlah membuat silau engkau bersimpang-siwi mereka di dalam negeri-negeri."
Sudah dijelaskan bahwasanya orang yang mencari saja pasal-pasal yang akan dibantah dari ayat-ayat Allah tidak lain adalah orang kafir. Kalau tidak ada sikap kufur tidaklah mereka akan berani bersikap begitu tidak sopan. Biasanya orang-orang itu kaya, berkuasa atau merasa diri pintar. Ini banyak kita alami dalam kita mempertahankan agama kita yang kita cintai ini.
Kaum orientalis Barat memperdalam pengetahuan mereka tentang agama Islam bukanlah karena hendak mereka imani, melainkan karena hendak mereka cari segi-segi kelemahannya, untuk memperlemah iman orang Islam sendiri yang kurang ilmunya tentang agamanya sendiri. Kaum orientalis ini dibelanjai oleh negara-negara penjajah dan oleh misi dan zending agama Kristen, Mereka karang buku-buku dan dengan paksa buku-buku yang mereka karang itu diajarkan dan dibaca oleh orang Islam sendiri yang mensaat pendidikan penjajahan. Lama-lama kita mendengar celaan kepada ajaran Islam bukan lagi dari kaum penjajah, melainkan dari orang-orang yang mensaat didikan Barat dan masih mengakui Islam, Sejak itu banyaklah kita dengar bantahan atau usaha melemahkan ayat-ayat Al-Qur'an,
Misal satu di antaranya ialah karena agama Islam mengizinkan orang beristri lebih dari satu sampai berempat, maka dimasukkanlah celaan kepada Islam bahwa agama ini tidak memberi penghargaan yang layak bagi kaum perempuan. Bahwa agama Islam agama yang hanya mementingkan syahwat saja. Sebab agama Islam membolehkan poligami.
Padahal agama Islam hanya membolehkan bagi siapa yang sanggup dari segi perbelanjaan dan kalau orang takut tidak akan adil, hendaklah satu saja. Mereka yang membantah ayat poligami ini sengaja melupakan, tidak mau menyelidiki dari segi ilmu biologi bahwasanya banyaklah orang laki-laki yang tidak merasa puas syahwatnya kalau istrinya hanya satu. Sebab itu maka di dunia Barat yang agamanya tidak mengizinkan poligami itu istri yang resmi, yang dibawa ke gereja hanya satu, tetapi orang laki-laki bebas berbuat sekehendak hati bergaul dengan perempuan yang bukan istrinya berapa dia sanggup, sedang anaknya tidaklah masuk dalam perhitungan hukum. Sedang dalam Islam anak dari sekalian istri itu sama haknya dan sama bagian waris yang akan mereka terima.
Secara jujur tidak pula mau mereka itu mengadakan statistik berapa banyaknya orang yang beristri lebih dari satu itu menurut peraturan agama Islam itu di dalam dunia Islam. Mereka tidak mau menyelidiki sampai ke sana, bahwasanya yang beristri berdua tidaklah sampai 5% buat seluruh dunia dan yang beristri tiga orang tidaklah sampai 2% dan yang beristri berempat tidaklah sampai 0.5%. Lalu bandingkan dengan kehidupan modern materislistis orang Barat yang berpoligami, meskipun agama mereka tidak mengakui.
Mereka cemoohkan karena di dalam Al-Qur'an ada menyebutkan bahwa di dalam surga itu kelak akan disediakan anak bidadari untuk menghibur orang laki-laki. Mereka mencemooh, mengapa tidak sedia bidadara untuk orang perempuan. Mengapa sampai di akhirat pun masih saja tidak ada persamaan hak di antara laki-laki dengan perempuan. Kalau laki-laki diberi hadiah penghibur anak bidadari, mengapa orang perempuan tidak dihibur dengan anak bidadara. Mereka ukur kesucian yang ditanamkan oleh Al-Qur'an, agar orang perempuan merasa bangga dengan kesetiaan pada suami, supaya dibongkar pendidikan itu dan tukar dengan kebebasan orang perempuan memelihara pula gundik laki-laki. Padahal di dalam Al-Qur'an pun ada ayat-ayat yang menerangkan adanya anak muda-muda sebagai bidadari laki-laki yang disifatkan sebagai mutiara yang tersimpan indah di dalam giwang, Namun Al-Qur'an ketika menerangkannya tidaklah menyebut-nyebut bahwa bidadari laki-laki itu disediakan buat perempuan bersuami, melainkan disebutkan saja. Yang saat dipahamkan bahwa orang perempuan muda, gadis-gadis perawan yang mati muda belum sempat bersuami, besar kemungkinan, untuk mereka bidadari laki-laki atau bidadara itu disediakan Allah.
Banyak lagi contoh-contoh lain yang mereka timbulkan keraguan dan bantahan terhadap Al-Qur'an, mengenai segala bidang kehidupan. Sampai ada yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu hanya semata-mata mengajarkan untuk beribadah kepada Allah. Al-Qur'an tidak meninggalkan peraturan untuk mengatur negara. Mereka mempropagandakan lebih baik mengikuti ideologi ajaran manusia sebagai materialisme, mandsme atau liberalisme Barat, daripada mengikuti ajaran Islam.
Ayat 4 ini telah menegaskan bahwa orang-orang pembantah ayat-ayat Allah ini tidak lain adalah orang-orang kafir. Orang yang beriman sejati jangan sampai terpesona, jangan sampai silau jika orang-orang semacam ini bersilang siur dalam negeri-negeri atau tegasnya janganlah terpesona, janganlah silau jika orang-orang semacam itu yang memegang tampuk kekuasaan.
Diperingatkan di ujung ayat supaya Rasul ﷺ, demikian juga orang-orang yang beriman jangan sampai silau atau terpesona melihat orang-orang semacam itu bersilang siur, pergi dan pulang, hilir dan mudik dalam negeri-negeri, dari daerah ke daerah, dari benua ke benua karena kekuasaan sedang ada di tangan mereka. Kesombongan orang kafir itu tidak akan lama. Bagaimanapun mereka bergerak, mengatur segala macam siasat, kekuasaan, kesempatan, korupsi, penipuan, dan mempertahankan kekuasaan dengan segala macam tipu daya jahat, tidaklah mereka akan sanggup menentang kekuatan alam dan kekuasaan pencipta alam.
Contoh orang semacam ini sudah banyak dilihat. Kalau kekuasaan mereka terasa terlalu lama, lain tidak hanyalah karena orang yang menderita penindasannya tidak sabar. Di dalam Al-Qur'an di mana ada saja kesempatan, Allah memberi ingat contoh kaum yang kafir pembantah ayat-ayat Allah itu. Mereka binasa dan sabilillah atau jalan Allah terentang juga masih panjang dan masih dijalani orang, sedang mereka yang menentang itu hanya tinggal jadi kenangan dan contoh dari kerbau yang menanduk bukit dengan tanduknya.
Bukit tersenyum-senyum saja, namun tanduk si kerbau patah dan dia tersungkur.
Ayat 5
“Telah mendustakan sebelum mereka kaum Nuh dan golongan-golongan yang sesudah mereka."
Tantangan-tantangan terhadap ayat-ayat Allah dari orang yang kafir itu telah dimulai oleh kaum Nabi Nuh terhadap Nabi Nuh sendiri. Nabi Nuhlah yang mula-mula sekali ditugaskan Allah menjadi Rasul membawa syari'at. Sebab itu, kaumnya pulalah pembantah pertama terhadap ayat-ayat Allah. Sesudah kaum Nabi Nuh barulah berturut-turut golongan dan kaum yang lain menentang dan membantah ayat-ayat Allah. Sebagai kaum ‘Ad terhadap Hud, kaum Tsamud terhadap Nabi Shalih, penduduk Madyan terhadap Nabi Syu'aib, penduduk negeri Sadum terhadap Nabi Luth dan yang lebih hebat ialah tantangan Fir'aun terhadap Nabi Musa dan Harun. “Dan telah bermaksud jahat tiap-tiap umat terhadap rasul mereka karena hendak membunuhnya." Bukan saja mereka membantah ayat-ayat Allah, bahkan rasul itu sendiri hendak mereka bunuh. Banyak di antara nabi-nabi itu yang kaumnya berniat jahat hendak membunuhnya. Kaum Tsamud pernah bermufakat rahasia hendak membunuh Nabi Shalih. Nabi Ibrahim telah dihukum hendak dibakar, tetapi api tidak mau membakar badannya. Bahkan ada di antara nabi-nabi itu yang langsung terbunuh, sebagai Nabi Zakariya dan putra beliau Nabi Yahya. Nabi isa menurut keyakinan kita kaum Muslimin, percobaan kaumnya hendak membunuhnya telah digagalkan oleh Allah, diganti dengan pengkhianat yang menjual beliau kepada musuh-musuhnya. “Dan mereka pun membantah dengan yang batil karena hendak menindas yang benar." Semacam inilah yang selalu dikerjakan oleh orang-orang yang kafir, yang membantah
ayat-ayat Allah dalam menghalangi dakwah Rasul. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang batil mereka mencobakan segala upaya hendak menindas atau hendak menghancurkan yang benar. Tetapi oleh karena hakikat yang batil itu tidak ada, samalah usaha mereka itu dengan orang yang berusaha hendak mencampur dan memadukan di antara minyak dengan air. Dia selalu mesti mengguncangkan botol tempat air dengan minyak itu disatukan; diguncang selalu, diguncang selalu, supaya dia kelihatan telah bercampur jadi satu. Dia tidak boleh berhenti sedetik jua pun. Karena asal saja dia berhenti berguncang, di saat itu juga air segera turun ke bawah berkumpul sesama air dan minyak segera mengapung ke atas dan berkumpul sesama minyak."Maka Aku ambil sikap terhadap mereka". Yaitu bahwa Allah pun menentukan keputusan-Nya. Yang batil tidak akan lama bertahan. Bertahannya hanya selama cahaya kebenaran itu belum meliputi. Kalau “Matahari kebenaran" sudah naik, dengan sendirinya yang batil sebagai lambang dari kegelapan itu akan sima, dengan tidak suatu kekuatan pun yang saat menahannya. Semua penantang rasul Allah itu hancur, musnah, runtuh, tenggelam, dan punah.
“Maka betapa jadinya siksaan-Ku?"
Jadinya ialah bahwa yang benar juga yang menang dan yang batil juga yang sirna. Dan itu hanyalah soal waktu semata.
Ayat 6
“Dan demikianlah telah beritaku kepulasan Tuhan engkau atas orang-orang yang kafir."
Inilah semacam sunnatullah! Kekasaran bantahan, keberanian menentang dari pihak yang kafir dan menolak kebenaran Ilahi itu selalu menjadi ujian bagi teguhnya kebenaran Ilahi itu. Segala yang menantang rasul-rasul Allah dan membantah ayat-ayat Allah sejak zaman Nabi Nuh dan golongan-golongan yang sesudahnya itu telah dibinasakan Allah. Maka demikian pulalah yang akan terjadi dengan kaum musyrikin dan kafir di negeri Mekah tatkala mereka menentang Muhammad dan membantah ayat-ayat Allah. Dan demikian jugalah yang akan terjadi seterusnya sampai ke akhir zaman, asal saja pembela-pembela agama Allah yang datang sesudah Nabi benar-benar memberikan dirinya dan hartanya buat menjadi penerus dari gerakan Nabi, penyambut perjuangan Nabi, pewaris dari dakwah Nabi. Karena telah kita alami sifat perjuangan, yaitu bahwasanya setelah tercapai kemenangan, belumlah berarti bahwa jihad telah selesai. Masih akan ada orang kafir membantah ayat Allah, menentang agama Allah dan pembela agama Allah berjuang pula terus, namun si kafir pasti gagal.
“Bahwasanya mereka adalah penghuni neraka."
Maka jihad menegakkan agama Allah itu tidaklah akan berhenti karena masih akan banyak di tiap pergantian masa orang kafir yang membantahnya. Tetapi tantangan dan bantahan itu jualah yang menambah ujian imannya orang yang beriman.