Ayat
Terjemahan Per Kata
وَيَٰقَوۡمِ
hai kaumku
إِنِّيٓ
sesungguhnya aku
أَخَافُ
aku takut/khawatir
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
يَوۡمَ
hari
ٱلتَّنَادِ
panggil-memanggil
وَيَٰقَوۡمِ
hai kaumku
إِنِّيٓ
sesungguhnya aku
أَخَافُ
aku takut/khawatir
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
يَوۡمَ
hari
ٱلتَّنَادِ
panggil-memanggil
Terjemahan
Wahai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan (siksaan) hari saling memanggil.
Tafsir
(Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadap kalian akan siksa hari panggil-memanggil) dapat dibaca At-Tanaadi atau At-Tanaadiy dengan memakai huruf Ya pada akhirnya. Artinya ialah hari kiamat, yang pada hari itu banyak sekali panggil-memanggil antara ahli surga dan ahli neraka; setiap panggilan sesuai dengan apa yang dialami oleh pemanggilnya. Maka panggilan yang mengandung kebahagiaan adalah bagi ahli surga dan panggilan yang mengandung kecelakaan adalah bagi ahli neraka; selain itu masih banyak pula jenis panggilan atau seruan lainnya.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 30-35
Dan orang yang beriman itu berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Ad, Tsamud, dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil, (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang yang akan memberi petunjuk." Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu sebelumnya dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika ia meninggal kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya.
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu, (yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. Allah ﷻ melanjutkan kisah seorang laki-laki mukmin dari keluarga Fir'aun, bahwa dia memperingatkan kaumnya akan azab Allah ﷻ di dunia dan akhirat. Untuk itu ia mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Al-Mumin: 30) Yakni orang-orang yang mendustakan para rasul Allah di masa yang silam seperti kaum Nabi Nuh, kaum Ad, kaum Tsamud, dan orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul mereka.
Bagaimana mereka tertimpa azab Allah, dan tiada seorang pun yang dapat menolak atau menyelamatkan mereka dari azab-Nya. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya (Al-Mumin: 31) Sesungguhnya Allah ﷻ membinasakan mereka hanyalah karena dosa-dosa mereka sendiri, juga karena mereka mendustakan rasul-rasul-Nya dan menentang perintah-Nya. Maka Allah melangsungkan kekuasaanNya terhadap mereka dengan menimpakan azab-Nya atas mereka. Kemudian laki-laki itu berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil. (Al-Mumin: 32) Yaitu siksaan hari kiamat. Dinamakan hari panggil-memanggil karena menurut sebagian ulama berdasarkan apa yang telah diceritakan di dalam hadis sangkakala yang mengatakan bahwa sesungguhnya bumi itu apabila berguncang dengan guncangan yang hebat dan mengalami keretakan dari suatu daerah ke daerah yang lain, serta mengalami kehancuran dan gempa, maka manusia pada hari itu lari pontang-panting; sebagian dari mereka memanggil sebagian yang lainnya.
Menurut ulama lainnya antara lain Ad-Dahhaktidak demikian, melainkan hal tersebut terjadi manakala neraka Jahanam didatangkan. Maka manusia lari darinya, lalu para malaikat menghadang mereka dan menggiring mereka ke padang mahsyar, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17) Dan firman-Nya: Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (Ar-Rahman: 33) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., Al-Hasan, dan Ad-Dahhak, bahwa mereka membacanya dengan men-tasydid-kan huruf dal berasal dari naddal ba'iru apabila unta itu binasa dan musnah.
Menurut pendapat yang lain, dikatakan tanad karena pada neraca amal perbuatan terdapat malaikat; apabila amal perbuatan seseorang hamba telah ditimbang dan ternyata timbangan kebaikannya lebih berat, maka malaikat itu berseru dengan sekuat suaranya, "Ingatlah, sesungguhnya si Fulan bin Fulan beroleh kebahagiaan yang tidak akan celaka lagi sesudahnya untuk selama-lamanya." Dan apabila ternyata amal kebaikannya lebih ringan, maka malaikat itu berseru, "Ingatlah, sesungguhnya si Fulan bin Fulan telah celaka!" Qatadah mengatakan bahwa setiap kaum dipanggil sesuai dengan amal perbuatannya, ahli surga dipanggil dengan sebutan ahli surga, dan ahli neraka dipanggil dengan sebutan ahli neraka.
Menurut pendapat yang lain, hari itu dinamakan yaumut tanad karena ahli surga dan ahli neraka saling memanggil. Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)? Mereka (ahli neraka) menjawab, "benar" (Al-A'raf: 44) Dan seruan ahli neraka kepada ahli surga, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu.
Mereka (ahli surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir. (Al-A'raf: 50) Juga karena adanya saling memanggil antara as-habul A'rafi ahli surga, dan ahli neraka, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surat Al-A'raf. Imam Bagawi memilih pendapat yang mengatakan bahwa hari itu dinamakan yaumut tanad karena terjadinya gabungan dari peristiwa yang telah disebutkan di atas. Pendapatnya ini merupakan pendapat yang baik, hanya Allah-lah Yang lebih Mengetahui.
Firman Allah ﷻ: (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang (Al-Mumin: 33) Yakni pergi melarikan diri. sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 11-12) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah. (Al-Mumin: 33) Yakni tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari azab Allah dan pembalasan-Nya. dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang yang akan memberi petunjuk. (Al-Mumin: 33) Maksudnya, barang siapa yang disesatkan oleh Allah ﷻ, maka tiada seorang pun yang akan dapat memberinya petunjuk selain Dia.
Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu sebelumnya dengan membawa keterangan-keterangan. (Al-Mumin: 34) Yaitu kepada penduduk negeri Mesir; Allah ﷻ telah mengutus kepada mereka seorang rasul sebelum Musa a.s. Dia adalah Yusuf a.s. Dia sebagai 'aziz (perdana menteri) penduduk Mesir, sekaligus sebagai seorang rasul yang menyeru umatnya untuk menyembah Allah ﷻ dengan cara bersikap adil. Tetapi mereka tidak menaatinya dengan taat yang sebenarnya, melainkan hanya karena memandang kedudukannya dan kekayaan duniawinya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya. (Al-Mumin: 34) Yakni lalu kalian putus asa dan kamu katakan dengan nada yang mengandung pengertian menggambarkan keinginan kalian: Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya. (Al-Mumin: 34) Demikian itu karena kekafiran mereka dan ketidakpercayaan mereka kepada rasul.
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu. (Al-Mumin: 34) Yakni keadaan kalian ini adalah sebagaimana keadaan orang yang telah disesatkan oleh Allah karena perbuatannya yang sewenang-wenang dan hatinya ragu kepada kebenaran. Dalam firman selanjutnya disebutkan: (yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. (Al-Mumin: 35) Yaitu orang-orang yang menolak kebenaran dengan kebatilan, dan membantah bukti-bukti tanpa dalil dan alasan dari Allah ﷻ Maka sesungguhnya Allah ﷻ sangat benci terhadap orang yang berperilaku demikian. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. (Al-Mumin: 35) Maksudnya, orang-orang yang beriman pun membenci orang-orang yang sifatnya demikian.
Karena sesungguhnya orang yang bersifat demikian mata hatinya telah dikunci oleh Allah, sehingga ia sesudah itu tidak lagi dapat mengenal kebaikan dan tidak lagi mengingkari kemungkaran. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang sombong. (Al-Mumin: 35) Yakni tidak mau mengikuti perkara yang hak karena merasa besar diri. lagi sewenang-wenang. (Al-Mumin: 35) Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ikrimah, juga dari Asy-Sya'bi; keduanya mengatakan bahwa seorang manusia itu belum dinamakan sebagai seorang yang berlaku sewenang-wenang sebelum ia membunuh dua orang (tanpa alasan yang dibenarkan).
Abu Imran Al-Juni dan Qatadah mengatakan bahwa pertanda orang-orang yang berlaku sewenang-wenang itu ialah suka membunuh tanpa alasan yang hak; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Orang yang beriman itu melanjutkan penjelasannya, 'Dan sadarilah, wahai kaumku! Sesungguhnya aku benar-benar khawatir terhadapmu akan siksaan yang akan diturunkan pada hari saling memanggil, yakni ketika setiap orang berteriak meminta tolong. 33. Yaitu pada hari ketika kalian berpaling lalu lari ke belakang guna menghindari siksa, dan ingatlah tidak ada seorang pun yang mampu menyelamatkan kalian dari azab Allah. Dan barang siapa yang memilih ke-sesatan, maka dia dibiarkan sesat oleh Allah, dan apabila seseorang telah dibiarkan sesat oleh Allah niscaya tidak ada sesuatu pun yang mampu memberi petunjuk keluar dari kesesatan itu. '.
Laki-laki beriman dari keluarga Fir'aun itu menyampaikan kepada kaumnya bahwa ia khawatir sekali bila mereka tidak mau beriman dan sebaliknya mengikuti perintah Fir'aun. Mereka akan mengalami nasib yang sama seperti yang telah menimpa umat-umat terdahulu. Umat-umat itu menentang dan mendustakan para rasul yang diutus Allah, seperti umat Nabi Nuh, Kaum 'Ad, Samud, dan umat-umat setelahnya. Mereka semua telah dimusnahkan Allah dengan berbagai bencana sebagai azab, dan tidak ada seorang pun yang dapat menangkis atau menyelamatkan diri. Itulah yang dimaksud yaumul ahzab dalam ayat ini.
Demikianlah hukuman Allah bagi mereka yang kafir di dunia. Allah tidak bertindak aniaya dengan pemusnahan itu, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri dengan melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan murka-Nya. Allah baru menjatuhkan hukuman bila rasul telah menyampaikan dakwahnya dengan sempurna, dan mereka tidak dapat diperbaiki lagi setelah dinasihati berkali-kali. Peristiwa itu hendaknya dijadikan pelajaran oleh rakyatnya. Orang itu berharap nasihatnya diterima oleh kaumnya dan mereka beriman kepada Nabi Musa, tidak membangkang apalagi membunuhnya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SIAPA DAPAT MENOLAK BENCANA ALLAH?
Ayat 28
“Dan berkatalah seorang laki-laki yang beriman dari keluarga Fir'aun yang menyembunyikan imannya."
Aali Fir'aun artinya ialah keluarga Fir'aun. Sama dengan Aali Imraan yang berarti keluarga Imran. Rupanya dengan tidak disangka-sangka oleh Fir'aun sendiri dalam kalangan keluarga terdekatnya sendiri iman kepada Allah Yang Maha Esa telah menjalar, meskipun imannya itu selama ini masih disembunyikannya. Sekarang setelah Fir'aun dengan terang menyatakan maksud hendak membunuh Musa, dia pun mulai pula berterus terang menyatakan imannya dan rasa simpatinya kepada Musa.
Timbullah pertanyaan, “Siapa nama orang ini?"
Setengah ahli tafsir mengatakan namanya Habib.
Ada pula yang mengatakan namanya Syam'an. Dalam Tarikh Thabari tersebut bahwa namanya Khubruk (tetapi pada Tarikh Thabari yang dicetak di Eropa ditulis jubruk).
Ada pula yang mengatakan namanya Hezekiel.
Zamakhsyari mengatakan satu dari dua: Syam'an atau Habib. Dan ada pula yang mengatakan namanya Kharbiil atau Hazbiil.
Jadi tersaat lima atau enam nama, dan tidak ada satu pun yang lebih pasti dari yang lain.
Sebab itu lebih baik kita berpegang kepada Al-Qur'an saja, yaitu tidak dijelaskan siapa namanya oleh Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ karena tidak ada pula hadits Nabi di dalam salah satu tafsir yang muktamad menyebutkan nama itu. Meskipun nama itu tidak diberitahu oleh Allah, namun dia sebagai Mukmin telah tercatat di sisi Allah. Mungkin ada hikmah tertinggi dari Allah tidak menyebut nama ini. Yaitu akan menjadi renungan bagi tiap-tiap pejuang Mukmin yang ikhlas bahwa tidaklah penting nama disebut orang asal bercatat di sisi Allah. Akan jadi teladan bagi orang yang berjuang dengan ikhlas, yang disebut dalam bahasa Jawa, “Sepi ing pamrih, came inggawe".
Untuk mengembalikan jiwa kita sebagai Muslim kepada perjuangan yang ikhlas itu.
Jangan sampai mendaftarkan nama minta diangkat jadi pahiawan atau perintis kemerdekaan atau yang lain. Karena penghargaan dari manusia belum tentu diridhai oleh Allah atau belum tentu diakui-Nya karena dicampuri oleh riya.
Waktu kecilnya Musa, dihanyutkan dia oleh ibunya di dalam sebuah peti yang tahan air lalu disambut orang di istana. Kemudian yang diperintah menyusukan anak itu ialah ibunya sendiri padahal Fir'aun tidak tahu. Sekarang datang masanya pula Musa sudah datang kembali melakukan dakwahnya, membawa Bani Israil kepada kemerdekaan dan menginsafkan Fir'aun bahwa dia bukan Tuhan. Dia bermaksud hendak membunuh Musa, namun yang menghalanginya bukan orang lain, melainkan orang dari kalangan keluarganya sendiri. Alangkah kayanya Allah. Dia bertanya, “Apakah akan kamu bunuh seorang laki-laki yang mengatakan Tuhanku ialah Allah?" Apakah menyatakan pengakuan bahwa Allah-lah Tuhanku suatu kesalahan? Apakah berniat hendak membunuh orang yang mengakui bahwa dirinya bertuhan itu bukan kesalahan yang paling besar?
Perkataan yang begini bunyinya saat menyadarkan bagi orang yang sombong. Dan tidak pula akan berani bertanya demikian kalau yang bertanya itu tidak pula mempunyai rasa bahwa dirinya tidaklah lebih rendah dari yang ditanyai. Dengan bunyi pertanyaan ini saja saat dibuktikan bahwa orang beriman yang ini adalah orang terdekat yang disegani oleh Fir'aun. Ada riwayat mengatakan dia saudara sepupu Fir'aun (anak pamannya). “Padahal dia telah datang kepada kamu dengan berbagai keterangan dari Tuhan kamu?" Sehingga kalaulah kamu mempunyai pikiran yang waras dan teratur tidaklah akan saat kamu menolak keterangan-keterangan dan alasan-alasan yang dia kemukakan. “Dan jika memang dia berdusta maka atas tanggungannya sendirilah dustanya itu." Artinya kalau seruan dan keterangan-keterangan yang dibawanya itu dusta adanya, dia pasti akan kehabisan bahan dan pasti tidak akan mensaat sambutan dari masyarakat kaumnya dan tidaklah kamu akan mensaat kerugian dari kedustaannya itu, melainkan dia sendirilah yang akan rugi. Karena kalau dustanya terbukti orang mesti lari dari dia. “Dan jika dia adalah benar" dan dakwah dan seruannya itu benar-benar dari utusan dari Allah, “Maka akan menimpalah kepada kamu apa yang dia ancamkan" kalau kamu teruskan juga menghalang-halangi langkahnya dan bermaksud pula hendak membunuhnya. Sebab tidaklah kamu akan terlepas dari hukuman Allah jika utusan-Nya yang kamu ganggu dan sakiti.
“Sesungguhnya Allah tidaklah akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta."
Teranglah bahwa pertimbangan yang diberikan oleh orang yang beriman dan menyembunyikan imannya ini laksana seligi balik bertimbal. Yaitu kalau Musa itu yang berbohong dia pasti dihukum oleh Allah. Sebab itu tidaklah ada faedahnya bagi kamu jika kamu bunuh. Sebab kalau dia pendusta, Allah sendiri yang akan menghukumnya. Tetapi kalau dia di pihak yang benar maka kamulah yang akan dihukum oleh Allah kalau utusan Allah kamu sakiti. Di waktu yang demikian kamu pulalah yang jadi orang yang melampaui batas dan pendusta. Perkataan yang dia keluarkan ini benar-benar menunjukkan bahwa dia memang seorang yang beriman kepada kekuasaan Allah.
Lalu dia lanjutkan pula,
Ayat 29
“Wahai kaumku!"
Diserunya kaumnya itu, terutama Fir'aun sendiri yang dibantu oleh orang besar-besar atau wazir-wazirnya, terutama Hamaan dan Qarun. “Padamulah kekuasaan hari ini" Allah telah memberi peluang bagimu buat berkuasa. “Kamu berkuasa di muka bumi." Seruan kepada kaumnya ini ialah memperingatkan bahwa kekuasaan memerintah adalah anugerah atau kesempatan yang diberikan oleh Allah! Demikian menurut keyakinan dari hamba Allah yang beriman dan menyembunyikan imannya itu. Maka peluang yang telah diberikan Allah sekarang ini, di masa ini, sehingga memerintah di muka bumi, terutama di muka bumi, hendaklah dipelihara baik-baik. Hendaklah berlaku adil dan jangan sewenang- wenang. Dia menerangkan akibat kalau yang berkuasa berlaku zalim. “Maka siapakah yang akan menolong kita dari bencana Allah jika dia datang menimpa kita?" Yang memberikan kesempatan buat berkuasa ialah Allah sendiri. Maka kalau Allah mendatangkan ben-cana, siapakah agaknya yang sanggup menangkis bencana itu? Tentu saja tidak ada, karena manusia dan tenaganya sangatlah terbatas.
“Berkata Fir'aun." Sebab Fir'aun rupanya merasa takut kalau anjuran atau pandangan diberikan oleh keluarganya yang telah beriman itu terpaham oleh orang lain. Kalau ini diterima orang, tentu kekuasaannya dan wibawanya akan berkurang. Sebab itu dia berkata, “Aku tidak akan menunjukkan kepada kamu melainkan apa yang aku pikirkan." Sebab aku sebagai seorang raja telah mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik dan bijaksana.
“Dan tidaklah akan aku beri petunjuk kepada kamu melainkan jalan yang benar."
Dengan hasutannya yang demikian kepada rakyatnya, Fir'aun bermaksud hendak menghilangkan seruan orang yang beriman tetapi menyembunyikan iman itu. Sebab Fir'aun telah merasa dalam hatinya bahwa kata-kata orang beriman yang menyembunyikan imannya itu dapat diterima oleh akal orang-orang yang mendengarnya.
Ayat 30
“Dan berkata orang yang telah beriman itu, ‘Wahai kaumku!'"
Dia seru kaumnya dengan tidak merasa bosan karena kasihannya kepada mereka. Lalu dia berkata selanjutnya,
“Sesungguhnya aku takut akan menimpamu serupa dengan hari orang-orang yang bersekutu."
Artinya bahwa orang yang beriman tapi menyembunyikan imannya itu memberi ingat kepada kaumnya tentang golongan-golongan manusia masa lampau yang melawan menentang rasul Allah; bagaimana jadinya mereka? Adakah yang selamat dari hukum Allah. Orang yang beriman itu tidak merasa sampai hati kalau kaumnya dipukul pula oleh Allah dengan adzab siksaan sebagai yang telah dihukumkan kepada golongan-golongan purbakala itu.
Ayat 31
“Seumpama yang menimpa kaum Nuh."
Yang ditenggelamkan Allah dengan topan yang besar sehingga habis lulus belaka masuk lautan. “Dan ‘Ad," yang diutus Allah kepada mereka Nabi Hud. “Dan Tsamud" yang diutus tuhan kepada mereka Nabi Shalih. ‘Ad dan Tsamud adalah dari suku-suku Arab yang di zaman Nabi Muhammad tidak ada lagi karena telah punah. “Dan mereka yang sesudah mereka" artinya dan banyak lagi golongan yang lain sesudah itu diberi adzab siksaan yang setimpal oleh Allah.
“Dan tidaklah Allah bermaksud hendak aniaya kepada hamba-hamba."
Karena Allah Yang Mahakaya tidaklah berkepentingan dengan penganiayaan itu. Semua yang dihukum Allah adalah sepadan dengan kesalahan yang mereka perbuat.
Ayat 32
“Dan hai kaumku! Sesungguhnya aku takut akan menimpa kepada kamu pada hari panggil-memanggil kelak"
Menurut tafsiran dari Ibnu Katsir, “Hari panggil-memanggil," atau “Yaumat Tanaad", ialah apabila serunai sangkakala itu telah ditiup kelak. Pada tiupan yang pertama semua yang masih hidup di waktu itu akan matilah, rata mati, tidak ada kecuali. Kemudian ditiup pula serunai sangkakala yang kedua kali maka bangunlah segala yang telah mati itu buat menghadapi hidup yang baru. Maka pada masa tiupan pertama tadi, seluruh bumi berguncang, manusia lari ke sana kemari membawa untung dan bingung, lalu panggil-memanggil, himbau-menghimbau, tetapi tidak peduli-memedulikan lagi.
Ayat 33
“(Yaitu) pada hari kamu berpaling ke belakang."
Yaitu susunan kata lain daripada orang yang mencoba hendak mengelakkan diri dari kenyataan, laksana orang yang memicingkan matanya karena ketakutan. Padahal dengan matanya terpicing, bukanlah berarti bahwa bahaya saat dielakkan."Tidak ada bagi kamu seorang pun yang akan membela dari ancaman Allah." Peringatan seperti ini selalu disaati di dalam Al-Qur'an. Bahwa di waktu itu tidak ada orang yang akan sanggup membela. Sebab itu, dari masa hidup di dunia yang sekarang ini, sebelum mati dan sebelum datang hari Kiamat, ajar dan didiklah diri menggantungkan harapan langsung kepada Allah saja, jangan kepada yang lain. Karena di hari akhirat itu kelak manusia akan berhadapan dengan Allah langsung jua. Bila hukuman yang akan diterima maka hukuman itu adalah hukuman langsung dari Allah. Kalau mensaat rahmat dan karunia, itu pun langsung dari Allah.
“Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya yang akan memberi petunjuk."
Ujung ayat ini bagi orang yang beriman adalah jadi pendorong untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah agar Allah memberinya petunjuk. Itulah sebabnya maka surah al-Faatihah, sebagai Ummul Kitab (ibu dari seluruh surah dalam Al-Qur'an) dijadikan bacaan wajib pada tiap-tiap rakaat shalat. Satu dari ayat al-Faatihah, yaitu ayat 5 isinya ialah memohonkan agar Allah memberi kita petunjuk kepada jalan yang benar. Karena kalau kita disesatkan oleh Allah, tidak seorang pun orang lain yang saat memberi kita petunjuk.
Tetapi ayat ini akan menambah sesatnya, yang putus asa. Apabila dia telah malas mengerjakan ibadah kepada Allah atau sudah enggan berbuat amal yang saleh, bisa saja dia bertahan pada ujung ayat ini, “Saya sudah ditakdirkan Tuhan buat jadi orang sesat. Tidak seorang pun yang sanggup memberiku petunjuk lagi, sebab Tuhan telah menutup pintu." Inilah satu kesalahan berpikir.
Ayat 34
“Dan sesungguhnya telah datang kepada kamu Yusuf tempo dahulu dengan berbagai keterangan."
Ini adalah masih sebagai sambungan dari orang beriman dari keluarga Fir'aun yang me-nyembunyikan imannya itu, memperingatkan kembali kepada Fir'aun dan keluarganya kaum Qubthi, bahwasanya pada zaman yang telah lalu telah diutus Allah pula kepada mereka Yusuf membawa berbagai keterangan tentang kewajiban manusia menyembah kepada Allah Allah Yang Maha Esa."Namun masih tetap kamu dalam keraguan dari apa yang dia bawa kepada kamu."
Nabi Yusuf sebagai putra dari Nabi Ya'qub, cucu dari Nabi Ishaq, dan cicit dari Nabi Ibrahim, sudah terang bahwa beliau bukanlah orang Qubthi. Bangsanya tentu saja bangsa nenek moyangnya, yang datang dari seberang Laut Qulzum di daratan Jazirah Arab. Mereka berasal dari negeri Ur tanah Sumeria. Seperti kita ketahui di dalam surah Yuusuf, beliau mulanya sampai ke Mesir sebagai budak belian karena dijual oleh saudara-saudaranya sendiri. Sampai di Mesir beliau suatu waktu dimasukkan ke dalam penjara karena dianggap oleh orang-orang besar kerajaan Mesir bahwa dia itu membahayakan bagi rumah tangga mereka karena istri orang-orang besar itu jatuh cinta kepadanya. Tetapi setelah raja Mesir bermimpi, diketahui bahwa yang saat menakbirkan mimpi itu hanyalah Yusuf, lalu dia dikeluarkan dan menakbirkan mimpi raja dan seterusnya dia diangkat menjadi men-teri besar kerajaan Mesir. Meskipun dia orang pendatang ternyata dia dihormati dan ternyata pula dia pun adalah seorang rasul Allah. Setelah dia berkuasa didatangkannyalah ayahnya Ya'qub dan saudaranya yang sebelas ke Mesir. Maka berkembanglah anak cucu dari dua belas anak Ya'qub (Bani lsrail) di Mesir sampai datang Nabi Musa. Menurut Will Durant, mereka masuk Mesir 1650 sebelum Masehi, keluar 1220 sebelum Masehi. Dan menurut penyelidikan ahli-ahli sejarah, raja Mesir waktu itu bukanlah bangsa Kopti, raja tidak bergelar Fir'aun, Mereka adalah bangsa Hyksos, salah satu nama kabilah Arab yang menyerang Mesir dan menaklukkan. Sebab itu di dalam surah Yuusuf itu tidak disebut Fir'aun sebagai gelar raja, melainkan disebut al-Malik, yang berarti raja saja. “Sehingga apabila dia telah meninggal, kamu berkata, ‘Sekali-kali Tuhan tidak lagi akan mengutus Rasul sesudah dia.'" Dengan ucapan ini ternyata pada umumnya nenek moyang mereka pun umumnya masih ragu-ragu mengikuti Yusuf sehingga setelah Yusuf mati, mereka tidak begitu mengharapkan lagi kedatangan rasul lain.
Lebih kurang 400 tahun di belakang, setelah anak-anak Ya' qub yang disebut Bani lsrail berkembang biak di Mesir, datanglah Nabi Musa. Ini pun hendak ditolak pula mentah-mentah oleh keluarga Fir'aun, tegasnya pihak yang berkuasa dalam negeri.
“Demikianlah disesatkan oleh Allah barangsiapa yang melampaui batas, lagi ragu-ragu."
Ayat selanjutnya menjelaskan lagi perangai orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu itu,
Ayat 35
“Orang-orang yang mempertengkarkan pada ayat-ayat Allah tidak dengan alasan yang sampai kepada mereka."
Artinya kalau datang ayat-ayat Allah bukanlah mereka musyawarah bagaimana supaya saat diamalkan, melainkan jadi buah pertengkaran dan perdebatan."Amat besarlah dosanya di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman." Umumnya mereka sangat ahli memperdebatkan dan bertengkar, berkhi-lafiyah tentang perintah Allah, bukan buat diamalkan, melainkan buat mencari jalan keluar. Sebab itu Allah mengutuk dan orang yang beriman pun bosan dengan mereka.
“Demikianlah Allah mencap hati tiap-tiap orang yang sombong lagi angkuh."
Mau menang sendiri.
Hati telah dicap, telah ditutup diberi ma-terai, diberi lak, sehingga tidak terbuka lagi buat menerima kebenaran.
Inilah nasihat dan peringatan keras yang diberikan oleh orang beriman dari keluarga Fir'aun yang selama ini menyembunyikan bahwa dia telah beriman. Karena Fir'aun dan keluarganya masih menyangka dia itu kawan sendiri, mudahlah dia menyampaikan nasihat berterus terang.