Ayat
Terjemahan Per Kata
فَلَمَّا
maka ketika
جَآءَهُم
dia datang kepada mereka
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
مِنۡ
dari
عِندِنَا
sisi kami
قَالُواْ
mereka berkata
ٱقۡتُلُوٓاْ
bunuhlah
أَبۡنَآءَ
anak-anak lelaki
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
مَعَهُۥ
bersama dengan dia
وَٱسۡتَحۡيُواْ
dan biarkan hidup
نِسَآءَهُمۡۚ
perempuan-perempuan mereka
وَمَا
dan tidaklah
كَيۡدُ
tipu daya
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
إِلَّا
kecuali
فِي
dalam
ضَلَٰلٖ
kesesatan
فَلَمَّا
maka ketika
جَآءَهُم
dia datang kepada mereka
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
مِنۡ
dari
عِندِنَا
sisi kami
قَالُواْ
mereka berkata
ٱقۡتُلُوٓاْ
bunuhlah
أَبۡنَآءَ
anak-anak lelaki
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
مَعَهُۥ
bersama dengan dia
وَٱسۡتَحۡيُواْ
dan biarkan hidup
نِسَآءَهُمۡۚ
perempuan-perempuan mereka
وَمَا
dan tidaklah
كَيۡدُ
tipu daya
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
إِلَّا
kecuali
فِي
dalam
ضَلَٰلٖ
kesesatan
Terjemahan
Ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa kebenaran dari Kami, mereka berkata, “Bunuhlah anak laki-laki orang-orang yang beriman bersama dia dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka.” Tidaklah tipu daya orang-orang kafir itu kecuali sia-sia belaka.
Tafsir
(Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran) yakni dengan membawa perkara yang hak (dari sisi Kami, mereka berkata, "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup) yakni biarkanlah tetap hidup (wanita-wanita mereka." Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia belaka) yakni menjerumuskan mereka sendiri dalam kebinasaan.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 23-27
Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Firaun, Haman, dan Qarun; maka mereka berkata, "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta. Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan membawa kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata, "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.
Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya), "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. Dan Musa berkata, "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab." Allah ﷻ berfirman, menghibur hati Nabi-Nya Muhammad ﷺ yang tengah menghadapi sebagian besar dari kaumnya yang mendustakannya, seraya menyampaikan berita gembira kepadanya bahwa kesudahan yang baik dan kemenangan akan diperolehnya di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Allah ﷻ kepada Musa a.s. Sesungguhnya Allah ﷻ telah mengutusnya dengan membawa ayat-ayat yang terang dan dalil-dalil yang jelas. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata. (Al-Mumin: 23) Yang dimaksud dengan sulthan ialah hujah dan bukti. kepada Firaun, Haman, dan Qarun. (Al-Mumin: 24) Fir'aun adalah raja bangsa Egypt di negeri Mesir, Haman adalah patihnya, sedangkan Qarun adalah orang yang terkaya di zamannya. maka mereka berkata, "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta. (Al-Mumin: 24) Yakni mereka mendustakan Musa dan menuduhnya sebagai seorang penyihir, gila, kesurupan, lagi pendusta dalam pengakuannya yang mendakwakan dirinya sebagai utusan Allah.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. (Az-Dzariyat: 52-53) Adapun firman Allah ﷻ: Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami. (Al-Mumin: 25) Yaitu dengan membawa bukti yang akurat yang menunjukkan bahwa Allah ﷻ telah mengutusnya kepada mereka.
mereka berkata, "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka. (Al-Mumin: 25) Ini merupakan perintah Fir'aun yang kedua yang menginstruksikan untuk membunuh anak-anak lelaki kaum Bani Israil. Perintah yang pertama bertujuan untuk pencegahan agar Musa tidak dilahirkan, atau untuk menghina kaum Bani Israil dan memperkecil bilangan mereka, atau karena kedua tujuan tersebut. Adapun perintah yang kedua karena alasan yang lain, juga untuk menghinakan bangsa Bani Israil agar mereka merasa sial dengan keberadaan Musa.
Karena itulah mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab, Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu. (Al-A'raf: 129) Qatadah mengatakan bahwa ini merupakan perintah sesudah perintah. Dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan tipu daya orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah sia-sia (belaka). (Al-Mumin: 25) Yakni tiada lain tipu daya dan tujuan mereka untuk mengurangi bilangan kaum Bani Israil agar kaum Bani Israil tidak mempunyai kekuatan melawan mereka, melainkan sia-sia dan tidak membawa hasil apa pun.
Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya), "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya." (Al-Mumin: 26) Ini tekad Fir'aun la'natullah untuk membunuh Musa a.s. Yakni Fir'aun berkata kepada kaumnya, "Biarkan aku membunuh Musa demi kalian." dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya. (Al-Mumin: 26) agar diselamatkan dariku, aku tidak peduli dengan-Nya. Ini merupakan ungkapan yang menunjukkan sangarnya keingkaran Fir'aun dan kekerasan hatinya serta kekurangajarannya terhadap Tuhan. Perkataan Fir'aun lanatullah yang disitir oleh firman-Nya: karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mumin: 26) Yang dimaksud oleh Fir'aun adalah Musa.
Fir'aun merasa khawatir bila Musa mengubah pendirian manusia dan mengganti tradisi dan adat istiadat mereka yang selama itu telah dibina oleh dia. Dalam sikapnya ini Fir'aun berpura-pura sebagai seorang yang mengharapkan kebaikan bagi manusia. Dia memperingatkan manusia dari Musa a.s., padahal kenyataannya dia adalah 'maling teriak maling.' Pada umumnya ulama membaca ayat ini dengan bacaan berikut: dia akan menukar agamamu dan menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mumin: 26) dengan memakai huruf wawu.
Sedangkan ulama lainnya membacanya seperti berikut: dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mumin: 26) dengan memakai au. Sebagian ulama membacanya dengan men-dammah-kan lafaz al-fas'ad menjadi al-fas'adu, yang artinya menjadi "atau timbul kerusakan di muka bumi." Dan Musa berkata, "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab. (Al-Mumin: 27) Yakni setelah perkataan (ancaman) Fir'aun berikut terdengar oleh Musa a.s., yaitu: Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya (Al-Mumin: 26) Maka Musa a.s.
memohon perlindungan kepada Allah ﷻ, "Aku berlindung kepada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya dari kejahatan Fir'aun dan orang-orang yang semisal dengannya." Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu. (Al-Mumin: 27) hai orang-orang yang diajak bicara. dari setiap orang yang menyombongkan diri. (Al-Mumin: 27) Yakni sombong tidak mau mengikuti perkara hak lagi jahat. yang tidak beriman kepada hari berhisab. (Al-Mumin: 27) Karena itulah disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa r.a., bahwa Rasulullah ﷺ apabila merasa takut terhadap kejahatan suatu kaum mengucapkan doa berikut: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan mereka dan menjadikan Engkau berada pada leher mereka."
Maka ketika dia, Nabi Musa, datang kepada mereka, yakni kepada Fir'aun, Haman, dan Qarun, membawa kebenaran dari Kami, mereka berkata, 'Bunuhlah anak-anak laki-laki dari orang-orang yang beriman bersama dia dan juga Musa, dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka untuk dijadikan budak. ' Begitulah para pendurhaka mengatur tipu daya, namun tipu daya orang-orang kafir itu pasti akan sia-sia belaka. 26. Dan Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesarnya, 'Biar aku sen-diri yang membunuh Musa, dan sebelum itu suruh dia memohon kepada Tuhannya untuk mendapatkan perlindungan. Apabila Musa tidak dibunuh, sesungguhnya aku sangat khawatir dia akan menukar agamamu, wahai penduduk Mesir, dengan agama yang dia bawa, atau dia pasti akan menimbulkan kerusakan di bumi sehingga bisa mengganggu kehidupan kita. '.
Nabi Musa menjelaskan kepada Fir'aun, Haman, dan Karun tentang Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan kewajiban manusia untuk beriman dan berbuat baik, serta tentang kerasulan-Nya. Akan tetapi, mereka marah sekali. Mereka tidak mau menerima apa yang disampaikan Nabi Musa karena bertentangan dengan kepercayaan yang sudah ditanamkan kepada penduduk Mesir bahwa Tuhan itu adalah Fir'aun. Juga karena ajaran yang dibawa Nabi Musa bisa membahayakan kekuasaan dan kedudukan mereka. Lalu mereka memerintahkan agar anak-anak laki-laki Bani Israil dibunuh dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Perintah membunuh anak-anak laki-laki Bani Israil itu adalah perintah kedua. Perintah pertama dikeluarkan Fir'aun atas nasihat ahli-ahli nujumnya yang menakwil mimpinya bahwa dari kalangan Bani Israil akan lahir seorang anak laki-laki yang akan menggulingkannya dan meruntuhkan kerajaannya. Maksud pembunuhan itu adalah untuk melemahkan Bani Israil, karena kaum laki-laki mereka akan habis, sedangkan kaum perempuan mereka akan dapat dikuasai. Juga bertujuan untuk memusnahkan etnis Bani Israil dari bumi Mesir karena mereka bisa mengalahkan penduduk asli Mesir sendiri. Akan tetapi, Allah mempunyai rencana lain. Dengan rencana-Nya, Allah justru membuat Musa yang masih bayi diasuh dan dibesarkan di istana Fir'aun sendiri sebagai anaknya. Setelah dewasa, Musa harus keluar dari Mesir karena jiwanya terancam akibat membunuh seorang Mesir.
Perintah kedua pembunuhan setiap bayi laki-laki Bani Israil ini dikeluarkan Fir'aun setelah Nabi Musa kembali ke Mesir sebagai nabi yang diperintahkan Allah untuk menyadarkan Fir'aun dan mengajaknya untuk beriman. Menurut Ibnu Katsir, tujuan Fir'aun hendak membunuh anak laki-laki Bani Israil itu adalah untuk menanamkan rasa tidak puas di kalangan para pengikut Nabi Musa sendiri terhadapnya. Sebab dengan ancaman pembunuhan kedua kali itu, berarti Nabi Musa telah mengakibatkan dua kali kesulitan bagi mereka, pertama ketika Nabi Musa belum lahir dan kedua setelah beliau menjadi nabi yang menyeru Fir'aun. Dalam pikiran Fir'aun, bila Bani Israil tidak puas kepadanya, maka Nabi Musa akan dikalahkan oleh bangsanya sendiri. Kemungkinan itu dikisahkan dalam Al-Qur'an:
Mereka (kaum Musa) berkata,"Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum engkau datang kepada kami dan setelah engkau datang." (Musa) menjawab, "Mudah-mudahan Tuhanmu membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi; maka Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu." (al-A.'raf/7: 129).
Akan tetapi, maksud itu tidak tercapai. Rencana kedua kalinya untuk membunuhi anak-anak laki-laki Bani Israil gagal total, karena Allah menurunkan berbagai musibah sebagai azab-Nya, seperti datangnya topan dahsyat, munculnya serangan belalang, kutu, katak, dan air yang berubah menjadi darah (lihat al-A.'raf/7: 133). Maksud untuk menghalang-halangi manusia dari beriman kepada Nabi Musa dan ajaran yang disampaikannya juga tidak berhasil, karena kebenaran tidak mungkin ditampik dan kehendak Allah pasti terjadi sebagaimana difirmankan-Nya:
Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-Mujadilah/58: 21)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KATAK DI BAWAH TEMPURUNG
Ayat 21
“Dan apakah mereka tidak mengembara di muka bumi supaya mereka tinjau betapa jadinya akibat dari orang-orang yang berada sebelum mereka."
Sebab pertama daripada turunnya ayat ini tentu saja musyrikin Quraisy. Janganlah mereka hidup seperti katak di bawah tempurung menyangka bahwa tempurungyang mengurungnya itulah yang langit, sehingga pandangan mereka sangat sempit dan terbatas. Mengembaralah, merantaulah, dan lihAllah negeri orang. Tengok bekas dari umat-umat dan kaum yang terdahulu sebelum mereka. “Adalah mereka itu lebih hebat kekuatannya dan bekasnya di bumi dari mereka." Yang dimaksud di sini ialah di negeri Mesir. Bangsa Arab yang tinggal di negeri Hejaz, terutama di Mekah dan Thaif kadang kalanya ada juga merantau sampai ke sana. Niscaya akan mereka lihat bekas daripada manusia zaman purbakala di negeri Mesir itu. Sedangkan pada zaman kita abad keempat belas Hijriyah ini masih disaati kebesaran dan kekuatan dan bekas dari bangsa Mesir purbakala itu, apalah lagi bagi orang yang hidup empat belas abad lampau. Bekas itu belum sebanyak sekarang yang rusak. Masih saat dilihat bekas kekuatan mereka mendirikan bangunan, piramid, abui houl, sphinx, iuxor, abi simbel, dan lain-lain. Semuanya itu menunjukkan betapa hebat dahsyat bangsa-bangsa purbakala itu. “Maka Allah telah mengadzabkan mereka dengan sebab dosa-dosa mereka." Mereka itu semuanya telah hancur binasa. Begitu kuat teguh kebudayaan, tinggi filsafat, kuat kuasa raja-raja, sampai ada kepandaian menyimpan jenazah orang mati sampai beribu-ribu tahun. Tetapi mana mereka sekarang? Tidak lain hanyalah jadi penghias museum. Digali dan diselidiki oleh manusia yang datang di belakang, diangkut dan diangkat ke seluruh dunia penghias musium negeri orang. Mengapa sampai jadi demikian? Karena ada satu bangsa yang sampai menanamkan keyakinan bahwa raja itu ialah tuhan yang Mahakuasa.
“Dan tidak ada seorang pun yang melindungi mereka dari Allah."
Karena memang tidak ada sesuatu pun di antara makhluk yang saat menghambat atau mencegah kekuasaan Allah karena semua yang ada adalah makhluk ciptaan Allah belaka. Mana segala berhala-berhala, segala lukisan dan ukiran, segala jimat dan tangkal yang mereka pasang, tidak ada satu pun yang saat dipergunakan buat melawan Allah.
Ayat 22
“Yang demikian itu ialah karena telah datang kepada mereka itu rasul-rasul mereka dengan berbagai keterangan."
Maka runtuhan purbakala, bekas umat yang dahulu itu bukan saja tersaat di Mesir, melainkan tersaat juga di tanah Arab sendiri, baik di sebelah utara ataupun selatan, atau di tengah-tengah tanah Arab. Bertemu runtuhan lama, bekas kaum, bekas kaum Tsamud, bekas negeri Sadum, bekas negeri Madyan, bekas yang lain pun. Bertemulah jejak bahwa kepada mereka pernah diutus Allah rasul-rasul membawa keterangan dan alasan, bukti dan ayat-ayat, “Lalu mereka kafir," mereka tidak mau percaya. “Maka Allah pun mengadzab mereka." Kecelakaan yang menimpa diri mereka adalah dari salah mereka sendiri. Allah menunjukkan jalan yang benar, lempang dan terang bersinar. Lalu pilih jalan yang gelap, berbelok-belok dan serba salah; mereka pun hancur.
“Sesungguhnya Dia adalah Mahakuat dan sangat keras siksa-Nya."
Ini diperingatkan kepada umat yang datang kemudian, yang dilakukan dakwah kepada mereka oleh Nabi Muhammad ﷺ, agar mereka jangan meniru teladan yang buruk dari umat yang telah terdahulu itu. Supaya insaf pula bahwa sangAllah jauh kelemahan mereka jika dibandingkan dengan kekuatan umat yang dahulu. Tidak ada sejarah besar yang akan mereka banggakan, seperti yang dibanggakan oleh kaum-kaum yang terdahulu itu.
Setelah menguraikan secara umum akibat dari kaum yang kafir menentang kebenaran sampai Allah menjatuhkan adzab siksa-Nya kepada mereka maka selanjutnya Allah pun mengambil suatu perbandingan yang nyata, yaitu perjuangan Nabi Musa menegakkan kebenaran berhadapan dengan kezaliman Fir'aun.
Ayat 23
“Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata.
Ayat 24
“Kepada Fir'aun dan Haman dan Qarun."
Di sini Allah mengisahkan perjuangan nabi Bani Israil yang terbesar, yang gagah perkasa, yang keras hati, yaitu Musa. Dia menghadapi Fir'aun. Adapun Fir'aun adalah gelar raja Mesir di zaman purbakala yang di dalam loghat orang Yunani disebut Pharao. Arabnya menyebutnya Fir'aun. Telah menjadi susunan kerajaan zaman purbakala, termasuk kerajaan Fir'aun itu sendiri, bahwa raja dianggap sebagai tuhan. Kekuasaan raja dianggap teramat tinggi tidak terjangkau oleh manusia. Darahnya berlainan dari darah manusia. Raja dikelilingi oleh para pendeta, ketua agama yang akan memperkuat kedudukan itu dengan berbagai macam mantra atau mimpi. Fir'aun zaman Musa mem-punyai seorang menteri besar yang diberi hak berkuasa penuh. Dialah yang menguasai serba pembangunan, sehingga pernah Fir'aun memerintahkan kepada menteri besarnya, Hamaan itu, agar membuat suatu bangunan tinggi yang terdiri dan batu bata (tembok) disusun, yang dari sana Fir'aun bermaksud hendak memanah “Tuhan si Musa" itu. (surah al-Qashash ayat 38)
Dan Qarun adalah salah seorang anggota keluarga Bani Israil juga, kaum Nabi Musa juga. Tetapi karena hendak mencari keuntungan bagi diri sendiri, dia mendekati Fir'aun dan mengkhianati kaumnya sendiri. Lantaran itu dia bisa jadi orang kaya raya. Dan dia pun turut dengan Fir'aun menentang Musa dan mencemoohkan ajaran Musa. (Surah al-Qashash ayat 76-83)
Musa menyampaikan dakwahnya kepada ketiga orang penting itu. Pertama jadi penting karena kekuasaan jadi raja, yang kedua jadi orang penting karena dia kepercayaan raja, yang ketiga menjadi orang penting karena kekayaan dan karena mengkhianati kaumnya sendiri. Ketiganya menolak Musa dan membantahnya dan menyatakan kafir atas seruannya.
“Maka mereka berkata, ‘Ahli sihir pembohong.'"
Mereka tidak saat menangkis kebenaran yang dibawa Musa karena kebenaran itu hanya satu. Kalau kebenaran ada di pihak Musa, niscaya yang di pihak mereka adalah salah. Sebab itu buat menentang Musa tidaklah mereka sanggup dengan kebenaran, melainkan dengan memaki-maki dan menuduh yang tidak-tidak. Mereka tidak mempunyai isi otak buat dikeluarkan. Sebab itu yang keluar hanya menuduh bahwa Musa tukang sihir dan Musa pembohong.
Ayat 25
“Maka tatkala dia telah datang dengan kebenaran dari sisi Kami, mereka itu berkata, ‘Bunuhilah anak-anak laki-laki orang-orang yang beriman sertanya dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka.'"
Inilah salah satu keputusan kejam yang diputuskan Fir'aun untuk membunuh agama yang diajarkan Musa kepada kaumnya. Yaitu supaya agama itu jangan sampai berkembang biak. Kalau anak laki-laki yang akan jadi penerus sudah punah tentu agama itu akan terhenti sendirinya pada generasi pertama. Dan kalau perempuan-perempuan dibiarkan tinggal hidup, sedang Bani Israil telah kekurangan laki-laki sebab di masa kecil sudah dibunuh, tentu mereka saat dipergundik oleh kaum Fir'aun. Kejam!
“Dan tipu daya orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah sesat belaka."
Artinya segala rencana jahat itu tidaklah berhasil karena tidak sesuai dengan rencana yang telah ditentukan Allah. Mereka gagal total!
Ayat 26
“Dan berkata Fir'aun, ‘Biarkan daku membunuh Musa dan biarkan dia mendoa kepada Tuhannya.'"
Bukan saja direncanakan membunuh kanak-kanak, bahkan Musa sendiri pun hendak dibunuh. Fir'aun yakin maksudnya hendak membunuh itu mesti tercapai, sebab dia ‘Tuhan". Meskipun Musa berdoa kepada Tuhannya, doanya akan gagal. Maksudnya membunuh itu ialah sebagai pengakuannya sendiri."Karena sesungguhnya aku takut dia akan menukar agama kamu." Yaitu agama menuhankan raja.
“Atau dia akan menimbulkan kekacauan di muka bumi."
Dengan alasan demi keamanan, Fir'aun mengatakan Musa mesti dibunuh, sebab dia akan mengacau. Pemerintahan di tangan orang seorang seperti Fir'aun itu senantiasa takut timbulnya pikiran baru yang akan mengguncangkan kekuasaannya. Singkirkan pengacau itu, kalau perlu dengan menyingkirkannya dari muka bumi sendiri, sehingga beliau memerintah dengan aman dan rakyat patuh.
Ayat 27
“Dan berkata Musa, ‘Aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kamu dari tiap-tiap orang yang sombong yang tidak percaya kepada hari perhitungan.'"
Dalam suasana yang demikian tidak ada jalan lain bagi Musa dan kaumnya kecuali hanya berlindung kepada Allah Yang Mahakuasa, Yang Mengatasi segala yang merasa dirinya kuat di dunia ini. Musa yakin bahwa dia pasti menang, sebab yang dia perjuangkan ialah apa yang diperintahkan oleh Allah. Allah pasti menolongnya. Apalah lagi Fir'aun hanya percaya kepada kekuatannya sendiri, dia tidak mempunyai sandaran, tidak mempunyai latar belakang kepada Yang Mahakuasa. Bahkan dia sombong karena merasa dirinyalah yang Mahakuasa. Dia tidak percaya bahwa sesudah hidup yang sekarang akan ada lagi hidup. Sebab itu jika dia berbuat keji, zalim, sesuka hati, membunuh orangyang dibenci, menyingkirkan, dia yakin tidak akan ada tempat dia bertanggung jawab. Sebab dialah “Tuhan" paling tinggi. Di sinilah beradu di antara kesombongan insan yang kosong jiwa dengan kekuatan batin karena kepercayaan kepada Allah.