Ayat
Terjemahan Per Kata
أَوَلَمۡ
dan apakah
يَسِيرُواْ
mereka berjalan
فِي
di muka
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
فَيَنظُرُواْ
lalu mereka memperhatikan
كَيۡفَ
bagaimana
كَانَ
adalah
عَٰقِبَةُ
akibat
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَانُواْ
adalah mereka
مِن
dari
قَبۡلِهِمۡۚ
sebelum mereka
كَانُواْ
adalah mereka
هُمۡ
mereka
أَشَدَّ
sangat/lebih
مِنۡهُمۡ
dari mereka
قُوَّةٗ
kekuatan
وَءَاثَارٗا
dan bekas-bekas mereka
فِي
di muka
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
فَأَخَذَهُمُ
maka mengambil/mengazab mereka
ٱللَّهُ
Allah
بِذُنُوبِهِمۡ
dengan dosa-dosa mereka
وَمَا
dan tidak
كَانَ
adalah
لَهُم
bagi mereka
مِّنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
مِن
dari
وَاقٖ
seorang pelindung
أَوَلَمۡ
dan apakah
يَسِيرُواْ
mereka berjalan
فِي
di muka
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
فَيَنظُرُواْ
lalu mereka memperhatikan
كَيۡفَ
bagaimana
كَانَ
adalah
عَٰقِبَةُ
akibat
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَانُواْ
adalah mereka
مِن
dari
قَبۡلِهِمۡۚ
sebelum mereka
كَانُواْ
adalah mereka
هُمۡ
mereka
أَشَدَّ
sangat/lebih
مِنۡهُمۡ
dari mereka
قُوَّةٗ
kekuatan
وَءَاثَارٗا
dan bekas-bekas mereka
فِي
di muka
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
فَأَخَذَهُمُ
maka mengambil/mengazab mereka
ٱللَّهُ
Allah
بِذُنُوبِهِمۡ
dengan dosa-dosa mereka
وَمَا
dan tidak
كَانَ
adalah
لَهُم
bagi mereka
مِّنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
مِن
dari
وَاقٖ
seorang pelindung
Terjemahan
Apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) peninggalan (peradaban)-nya di bumi. Akan tetapi, Allah mengazab mereka karena dosa-dosanya. Tidak ada suatu pun yang melindungi mereka dari (azab) Allah.
Tafsir
(Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat daripada mereka) menurut suatu qiraat lafal Minhum dibaca Minkum, artinya lebih hebat daripada kalian (kekuatannya dan lebih banyak bekas-bekas mereka di muka bumi) seperti bangunan-bangunan dan gedung-gedungnya (maka Allah mengazab mereka) membinasakan mereka (disebabkan dosa-dosa mereka. Dan sekali-kali mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah) dari siksaan-Nya.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 21-22
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, namun mereka kafir; maka Allah mengazab mereka.
Sesungguhnya Dia Mahakuat lagi Mahakeras hukuman-Nya. Firman Allah ﷻ: Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan. (Al-Mumin: 21) Yaitu mereka yang mendustakan kerasulanmu, hai Muhammad. di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. (Al-Mumin: 21) Yakni umat-umat terdahulu yang telah mendustakan para nabi, mereka telah tertimpa azab dan pembalasan Allah karena perbuatannya, padahal keadaan mereka jauh lebih kuat daripada mereka yang mendustakan Rasul ﷺ dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi. (Al-Mumin: 21) Mereka telah meninggalkan banyak bangunan, peninggalan-peninggalan, dan rumah-rumah yang tidak mampu dibuat oleh mereka yang mendustakan Nabi ﷺ, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu. (Al-Ahqaf: 26) Dan firman Allah ﷻ: dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. (Ar-Rum: 9) Sekalipun dengan kekuatan yang besar dan kekuasaan yang sangat kuat, Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka, yaitu keingkaran mereka terhadap rasul-rasul mereka.
Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. (Al-Mumin: 21) Yakni tiada seorang pun yang dapat melindungi mereka dari azab Allah dan tiada yang dapat menolak azab Allah dari mereka. Kemudian Allah ﷻ menyebutkan penyebab Dia mengazab mereka, yaitu karena dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Dijelaskan oleh firman-Nya: Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. (Al-Mumin: 22) Yaitu dalil-dalil yang jelas dan bukti-bukti yang pasti. lalu mereka kafir. (Al-Mumin: 22) Maksudnya, sekalipun dengan adanya keterangan dan bukti-bukti itu, mereka tetap kafir dan ingkar.
maka Allah mengazab mereka. (Al-Mumin: 22) Yakni Allah ﷻ membinasakan dan menghancurkan mereka, juga bagi orang-orang kafir yang seperti mereka akan mendapat azab yang semisal. Sesungguhnya Dia Mahakuat lagi Mahakeras hukuman-Nya (Al-Mumin: 22) Allah memiliki kekuatan Yang Mahabesar dan azab yang amat keras. lagi Mahakeras hukuman-Nya. (Al-Mumin: 22) Yaitu siksaan-Nya amat menyakitkan, amat keras, lagi amat pedih. Semoga Allah ﷻ melindungi kita dari siksaan itu.
Untuk memperoleh bukti-bukti yang lebih akurat betapa Allah Maha Mengetahui, maka ayat-ayat berikut menganjurkan untuk mengembara di muka bumi menemukan bukti-bukti tersebut. Dan apakah me-reka orang-orang musyrik Mekah itu, tidak mengadakan pengembaraan atau perjalanan di bumi, lalu memperhatikan dengan saksama bagaimana kesudahan buruk yang dialami oleh orang-orang yang durhaka sebelum mereka' Orang-orang sebelum mereka itu malah lebih hebat kekuatannya daripada mereka, dan lebih banyak peninggalan-peninggalan peradaban-nya di muka bumi, tetapi Allah tetap mengazab mereka karena dosa-dosa-nya. Dan kalau Allah sudah menjatuhkan azab, tidak akan ada sesuatu pun yang melindungi mereka dari azab Allah itu. 22. Yang demikian itu, yakni azab yang mereka terima adalah karena se-sungguhnya rasul-rasul telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, berupa mukjizat dan hukum-hukum dari Allah, lalu mereka ingkar kepada para rasul itu; maka Allah mengazab mereka. Sungguh, Dia Mahakuat, lagi Mahakeras hukuman-Nya.
Dalam ayat ini, kaum kafir Mekah yang mengingkari kebenaran risalah Nabi Muhammad diminta untuk mendatangi puing-puing peninggalan sejarah umat-umat terdahulu yang telah dimusnahkan Allah. Mereka dapat menyaksikannya setiap kali melewati tempat tersebut dalam perjalanan dagang ke utara atau selatan. Mereka adalah bangsa-bangsa yang lebih kuat fisiknya daripada kaum kafir Mekah, misalnya kaum 'Ad, kaum Samud, dan lain-lain. Di samping lebih kuat secara fisik, mereka juga dikaruniai Allah kemakmuran, penduduk yang banyak, keunggulan dalam membangun, keahlian dalam pertanian, dan sebagainya sehingga mereka maju dan berkebudayaan tinggi. Akan tetapi, kemajuan dan kebudayaan tinggi yang mereka miliki itu membuat mereka sombong dan lupa daratan lalu mendustai para rasul yang diutus kepada mereka, bahkan di antara para rasul itu ada yang mereka lukai bahkan dibunuh. Karena dosa dan perlakuan di luar batas itulah, Allah menjatuhkan hukuman kepada mereka. Pertanian mereka dihancurkan, bangunan-bangunan megah diluluhlantakkan, dan harta benda dimusnahkan, sehingga mereka menderita dan sengsara. Tidak ada yang dapat menghentikan kehancuran yang mereka alami, dan tidak ada yang dapat menolong mereka dari penderitaan. Hal itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum kafir Mekah, dan siapa saja yang datang sesudah mereka, bahwa manusia yang ingkar pastilah dihukum Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KATAK DI BAWAH TEMPURUNG
Ayat 21
“Dan apakah mereka tidak mengembara di muka bumi supaya mereka tinjau betapa jadinya akibat dari orang-orang yang berada sebelum mereka."
Sebab pertama daripada turunnya ayat ini tentu saja musyrikin Quraisy. Janganlah mereka hidup seperti katak di bawah tempurung menyangka bahwa tempurungyang mengurungnya itulah yang langit, sehingga pandangan mereka sangat sempit dan terbatas. Mengembaralah, merantaulah, dan lihAllah negeri orang. Tengok bekas dari umat-umat dan kaum yang terdahulu sebelum mereka. “Adalah mereka itu lebih hebat kekuatannya dan bekasnya di bumi dari mereka." Yang dimaksud di sini ialah di negeri Mesir. Bangsa Arab yang tinggal di negeri Hejaz, terutama di Mekah dan Thaif kadang kalanya ada juga merantau sampai ke sana. Niscaya akan mereka lihat bekas daripada manusia zaman purbakala di negeri Mesir itu. Sedangkan pada zaman kita abad keempat belas Hijriyah ini masih disaati kebesaran dan kekuatan dan bekas dari bangsa Mesir purbakala itu, apalah lagi bagi orang yang hidup empat belas abad lampau. Bekas itu belum sebanyak sekarang yang rusak. Masih saat dilihat bekas kekuatan mereka mendirikan bangunan, piramid, abui houl, sphinx, iuxor, abi simbel, dan lain-lain. Semuanya itu menunjukkan betapa hebat dahsyat bangsa-bangsa purbakala itu. “Maka Allah telah mengadzabkan mereka dengan sebab dosa-dosa mereka." Mereka itu semuanya telah hancur binasa. Begitu kuat teguh kebudayaan, tinggi filsafat, kuat kuasa raja-raja, sampai ada kepandaian menyimpan jenazah orang mati sampai beribu-ribu tahun. Tetapi mana mereka sekarang? Tidak lain hanyalah jadi penghias museum. Digali dan diselidiki oleh manusia yang datang di belakang, diangkut dan diangkat ke seluruh dunia penghias musium negeri orang. Mengapa sampai jadi demikian? Karena ada satu bangsa yang sampai menanamkan keyakinan bahwa raja itu ialah tuhan yang Mahakuasa.
“Dan tidak ada seorang pun yang melindungi mereka dari Allah."
Karena memang tidak ada sesuatu pun di antara makhluk yang saat menghambat atau mencegah kekuasaan Allah karena semua yang ada adalah makhluk ciptaan Allah belaka. Mana segala berhala-berhala, segala lukisan dan ukiran, segala jimat dan tangkal yang mereka pasang, tidak ada satu pun yang saat dipergunakan buat melawan Allah.
Ayat 22
“Yang demikian itu ialah karena telah datang kepada mereka itu rasul-rasul mereka dengan berbagai keterangan."
Maka runtuhan purbakala, bekas umat yang dahulu itu bukan saja tersaat di Mesir, melainkan tersaat juga di tanah Arab sendiri, baik di sebelah utara ataupun selatan, atau di tengah-tengah tanah Arab. Bertemu runtuhan lama, bekas kaum, bekas kaum Tsamud, bekas negeri Sadum, bekas negeri Madyan, bekas yang lain pun. Bertemulah jejak bahwa kepada mereka pernah diutus Allah rasul-rasul membawa keterangan dan alasan, bukti dan ayat-ayat, “Lalu mereka kafir," mereka tidak mau percaya. “Maka Allah pun mengadzab mereka." Kecelakaan yang menimpa diri mereka adalah dari salah mereka sendiri. Allah menunjukkan jalan yang benar, lempang dan terang bersinar. Lalu pilih jalan yang gelap, berbelok-belok dan serba salah; mereka pun hancur.
“Sesungguhnya Dia adalah Mahakuat dan sangat keras siksa-Nya."
Ini diperingatkan kepada umat yang datang kemudian, yang dilakukan dakwah kepada mereka oleh Nabi Muhammad ﷺ, agar mereka jangan meniru teladan yang buruk dari umat yang telah terdahulu itu. Supaya insaf pula bahwa sangAllah jauh kelemahan mereka jika dibandingkan dengan kekuatan umat yang dahulu. Tidak ada sejarah besar yang akan mereka banggakan, seperti yang dibanggakan oleh kaum-kaum yang terdahulu itu.
Setelah menguraikan secara umum akibat dari kaum yang kafir menentang kebenaran sampai Allah menjatuhkan adzab siksa-Nya kepada mereka maka selanjutnya Allah pun mengambil suatu perbandingan yang nyata, yaitu perjuangan Nabi Musa menegakkan kebenaran berhadapan dengan kezaliman Fir'aun.
Ayat 23
“Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata.
Ayat 24
“Kepada Fir'aun dan Haman dan Qarun."
Di sini Allah mengisahkan perjuangan nabi Bani Israil yang terbesar, yang gagah perkasa, yang keras hati, yaitu Musa. Dia menghadapi Fir'aun. Adapun Fir'aun adalah gelar raja Mesir di zaman purbakala yang di dalam loghat orang Yunani disebut Pharao. Arabnya menyebutnya Fir'aun. Telah menjadi susunan kerajaan zaman purbakala, termasuk kerajaan Fir'aun itu sendiri, bahwa raja dianggap sebagai tuhan. Kekuasaan raja dianggap teramat tinggi tidak terjangkau oleh manusia. Darahnya berlainan dari darah manusia. Raja dikelilingi oleh para pendeta, ketua agama yang akan memperkuat kedudukan itu dengan berbagai macam mantra atau mimpi. Fir'aun zaman Musa mem-punyai seorang menteri besar yang diberi hak berkuasa penuh. Dialah yang menguasai serba pembangunan, sehingga pernah Fir'aun memerintahkan kepada menteri besarnya, Hamaan itu, agar membuat suatu bangunan tinggi yang terdiri dan batu bata (tembok) disusun, yang dari sana Fir'aun bermaksud hendak memanah “Tuhan si Musa" itu. (surah al-Qashash ayat 38)
Dan Qarun adalah salah seorang anggota keluarga Bani Israil juga, kaum Nabi Musa juga. Tetapi karena hendak mencari keuntungan bagi diri sendiri, dia mendekati Fir'aun dan mengkhianati kaumnya sendiri. Lantaran itu dia bisa jadi orang kaya raya. Dan dia pun turut dengan Fir'aun menentang Musa dan mencemoohkan ajaran Musa. (Surah al-Qashash ayat 76-83)
Musa menyampaikan dakwahnya kepada ketiga orang penting itu. Pertama jadi penting karena kekuasaan jadi raja, yang kedua jadi orang penting karena dia kepercayaan raja, yang ketiga menjadi orang penting karena kekayaan dan karena mengkhianati kaumnya sendiri. Ketiganya menolak Musa dan membantahnya dan menyatakan kafir atas seruannya.
“Maka mereka berkata, ‘Ahli sihir pembohong.'"
Mereka tidak saat menangkis kebenaran yang dibawa Musa karena kebenaran itu hanya satu. Kalau kebenaran ada di pihak Musa, niscaya yang di pihak mereka adalah salah. Sebab itu buat menentang Musa tidaklah mereka sanggup dengan kebenaran, melainkan dengan memaki-maki dan menuduh yang tidak-tidak. Mereka tidak mempunyai isi otak buat dikeluarkan. Sebab itu yang keluar hanya menuduh bahwa Musa tukang sihir dan Musa pembohong.
Ayat 25
“Maka tatkala dia telah datang dengan kebenaran dari sisi Kami, mereka itu berkata, ‘Bunuhilah anak-anak laki-laki orang-orang yang beriman sertanya dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka.'"
Inilah salah satu keputusan kejam yang diputuskan Fir'aun untuk membunuh agama yang diajarkan Musa kepada kaumnya. Yaitu supaya agama itu jangan sampai berkembang biak. Kalau anak laki-laki yang akan jadi penerus sudah punah tentu agama itu akan terhenti sendirinya pada generasi pertama. Dan kalau perempuan-perempuan dibiarkan tinggal hidup, sedang Bani Israil telah kekurangan laki-laki sebab di masa kecil sudah dibunuh, tentu mereka saat dipergundik oleh kaum Fir'aun. Kejam!
“Dan tipu daya orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah sesat belaka."
Artinya segala rencana jahat itu tidaklah berhasil karena tidak sesuai dengan rencana yang telah ditentukan Allah. Mereka gagal total!
Ayat 26
“Dan berkata Fir'aun, ‘Biarkan daku membunuh Musa dan biarkan dia mendoa kepada Tuhannya.'"
Bukan saja direncanakan membunuh kanak-kanak, bahkan Musa sendiri pun hendak dibunuh. Fir'aun yakin maksudnya hendak membunuh itu mesti tercapai, sebab dia ‘Tuhan". Meskipun Musa berdoa kepada Tuhannya, doanya akan gagal. Maksudnya membunuh itu ialah sebagai pengakuannya sendiri."Karena sesungguhnya aku takut dia akan menukar agama kamu." Yaitu agama menuhankan raja.
“Atau dia akan menimbulkan kekacauan di muka bumi."
Dengan alasan demi keamanan, Fir'aun mengatakan Musa mesti dibunuh, sebab dia akan mengacau. Pemerintahan di tangan orang seorang seperti Fir'aun itu senantiasa takut timbulnya pikiran baru yang akan mengguncangkan kekuasaannya. Singkirkan pengacau itu, kalau perlu dengan menyingkirkannya dari muka bumi sendiri, sehingga beliau memerintah dengan aman dan rakyat patuh.
Ayat 27
“Dan berkata Musa, ‘Aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kamu dari tiap-tiap orang yang sombong yang tidak percaya kepada hari perhitungan.'"
Dalam suasana yang demikian tidak ada jalan lain bagi Musa dan kaumnya kecuali hanya berlindung kepada Allah Yang Mahakuasa, Yang Mengatasi segala yang merasa dirinya kuat di dunia ini. Musa yakin bahwa dia pasti menang, sebab yang dia perjuangkan ialah apa yang diperintahkan oleh Allah. Allah pasti menolongnya. Apalah lagi Fir'aun hanya percaya kepada kekuatannya sendiri, dia tidak mempunyai sandaran, tidak mempunyai latar belakang kepada Yang Mahakuasa. Bahkan dia sombong karena merasa dirinyalah yang Mahakuasa. Dia tidak percaya bahwa sesudah hidup yang sekarang akan ada lagi hidup. Sebab itu jika dia berbuat keji, zalim, sesuka hati, membunuh orangyang dibenci, menyingkirkan, dia yakin tidak akan ada tempat dia bertanggung jawab. Sebab dialah “Tuhan" paling tinggi. Di sinilah beradu di antara kesombongan insan yang kosong jiwa dengan kekuatan batin karena kepercayaan kepada Allah.