Ayat
Terjemahan Per Kata
وَأَنذِرۡهُمۡ
dan berilah mereka peringatan
يَوۡمَ
hari
ٱلۡأٓزِفَةِ
yang dekat
إِذِ
ketika
ٱلۡقُلُوبُ
hati
لَدَى
sampai pada
ٱلۡحَنَاجِرِ
kerongkongan
كَٰظِمِينَۚ
menahan kesedihan
مَا
tidaklah
لِلظَّـٰلِمِينَ
bagi orang-orang yang zalim
مِنۡ
dari
حَمِيمٖ
kawan dekat
وَلَا
dan tidak
شَفِيعٖ
penolong
يُطَاعُ
dipatuhi
وَأَنذِرۡهُمۡ
dan berilah mereka peringatan
يَوۡمَ
hari
ٱلۡأٓزِفَةِ
yang dekat
إِذِ
ketika
ٱلۡقُلُوبُ
hati
لَدَى
sampai pada
ٱلۡحَنَاجِرِ
kerongkongan
كَٰظِمِينَۚ
menahan kesedihan
مَا
tidaklah
لِلظَّـٰلِمِينَ
bagi orang-orang yang zalim
مِنۡ
dari
حَمِيمٖ
kawan dekat
وَلَا
dan tidak
شَفِيعٖ
penolong
يُطَاعُ
dipatuhi
Terjemahan
Berilah mereka peringatan akan hari yang makin dekat (hari Kiamat, yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan karena menahan (kesedihan). Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang yang zalim dan tidak ada baginya seorang penolong yang diterima (pertolongannya).
Tafsir
(Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat) yakni hari kiamat. Berasal dari kata Azifar Rahiilu, artinya, Waktu berangkat telah dekat (yaitu ketika kalbu) menyesak karena dicekam rasa takut (sampai) artinya hingga sesaknya terasa sampai (di kerongkongan dengan menahan kedukaan) penuh dengan kesedihan. Lafal Kaazhimiina ini adalah Hal atau kata keterangan keadaan bagi lafal Al-Quluubu, kemudian dianggap sebagai jamak dengan memakai huruf Ya dan Nun karena diibaratkan kepada para pemiliknya. (Tiada teman-teman yang setia bagi orang-orang yang zalim) maksudnya tiada teman sejawat dan dekat (dan tidak pula mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya) yang dapat diterima syafaatnya; lafal Yuthaa'u sebagai sifat, tidak mengandung pengertian apa-apa, karena pada asalnya tiada syafaat bagi mereka, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firman-Nya yang lain, yaitu, "Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun." (Q.S. Asy-Syu'ara, 100). Tetapi kalau lafal Syafii'in, memang mengandung makna, karena ditinjau dari segi dugaan mereka yaitu, bahwasanya mereka memiliki pemberi-pemberi syafaat. Maksudnya, seandainya mereka memberi syafaat, niscaya syafaat mereka tidak akan diterima.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 18-20
Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan suatu apa pun. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Yaumul Azifah adalah istilah lain dari hari kiamat. Dinamakan demikian karena masanya sudah dekat, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah ﷻ: Telah dekat terjadinya hari kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (An-Najm: 57-58) Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: l) Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka. (Al-Anbiya: l) Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta disegerakan (datang)nya. (An-Nahl: 1) Dan firman Allah ﷻ: Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. (Al-Mulk: 27), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah ﷻ: ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. (Al-Mumin: 18)" Qatadah mengatakan bahwa hati menyesak sampai di tenggorokan karena takut yang amat sangat, dan hati tidak dapat keluar dan tidak dapat pula kembali ke tempatnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Makna kadhimina ialah semuanya diam, tidak ada seorang pun yang dapat bicara kecuali dengan izin Allah ﷻ seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Pada hari, ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba: 38) Ibnu Juraij mengatakan bahwa kadhimina artinya mereka menangis.
Firman Allah ﷻ: Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. (Al-Mumin: 18) Yakni tiadalah bagi orang-orang yang zalim karena mempersekutukan Allah seorang kerabat pun dari kalangan mereka yang dapat memberi manfaat bagi mereka, tiada pula pemberi syafaat pun yang dapat diterima syafaatnya, bahkan semua penyebab kebaikan telah terputus dari mereka. Firman Allah ﷻ: Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mumin: 19) Allah ﷻ menceritakan tentang Pengetahuan-Nya Yang sempurna lagi meliputi segala sesuatu, yang besar, yang kecil, yang agung, yang hina, yang lembut dan yang paling kecil.
Ayat ini merupakan peringatan bagi manusia agar selalu merasa di bawah pengawasan Allah, sehingga mereka merasa malu dari Allah dengan malu yang sebenar-benarnya, dan bertakwa kepada-Nya dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan merasa berada dalam pengawasan-Nya dengan perasaan seseorang yang mengetahui bahwa Dia melihatnya. Karena sesungguhnya Allah ﷻ mengetahui pandangan mata yang khianat, sekalipun pada lahiriahnya menampakkan pandangan yang jujur. Dan Dia mengetahui apa yang tersembunyi di balik lubuk hati berupa detikan hati dan semua rahasia yang ada di dalamnya.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mumin: 19) Dia adalah seorang lelaki yang memasuki rumah suatu ahli bait yang di dalamnya ada seorang wanita yang cantik, atau wanita yang cantik itu berlalu di hadapannya; maka apabila keluarga si wanita itu lengah, ia melirikkan pandangannya ke wanita itu. Dan apabila mereka mengawasinya, maka ia menundukkan pandangan matanya dari wanita itu.
Bila mereka lengah, ia memandangnya; dan bila mereka mengawasinya, ia menunduk. Allah ﷻ mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati lelaki seperti itu, dia menginginkan seandainya saja ia dapat melihat farji wanita cantik itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (pandangan) mata yang khianat. (Al-Mumin: 19) Yakni lirikan mata. Seorang lelaki berkata, "Aku telah melihat," padahal dia tidak melihat. Atau, "Aku tidak melihat," padahal dia melihat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah ﷻ mengetahui pandangan mata saat melihat, apakah pandangan itu jujur ataukah khianat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mumin: 19) Dia mengetahui bahwa jika kamu mempunyai kemampuan untuk menguasainya (si wanita cantik yang dipandangmu), apakah kamu akan berbuat zina dengannya ataukah tidak. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mumin: 19) Yakni rasa waswas. Firman Allah ﷻ: Dan Allah menghukum dengan keadilan. (Al-Mumin: 20) Maksudnya, memutuskan hukum dengan adil. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Allah menghukum dengan keadilan. (Al-Mumin: 20) Yaitu berkuasa membalas satu kebaikan dengan satu kebaikan, dan satu keburukan dengan satu keburukan lagi.
Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mumin: 20) Inilah tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas r.a. tentang ayat ini, bahwa ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang baik. (An-Najm:31) Adapun firman Allah ﷻ: Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah. (Al-Mumin: 20) Yakni berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan tandingan-tandingan Allah yang mereka ada-adakan. tiada dapat menghukum dengan sesuatu pun. (Al-Mumin: 20) Maksudnya, tidak memiliki sesuatu pun dan tidak dapat menghukumi sesuatu pun.
Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mumin: 20) Yakni Maha Mendengar semua ucapan makhluk-Nya dan Maha Melihat kepada mereka, maka Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, Dialah Hakim Yang Mahaadil dalam semuanya itu."
Dan wahai Nabi Muhammad, berilah mereka para pendurhaka itu peringatan akan hari yang semakin lama semakin dekat yakni hari Kiamat, di hari ketika hati kaum musyrik itu menyesak sampai di kerongkongan karena menahan kesedihan. Tidak ada seorang pun teman setia atau karib kerabat maupun teman sejawat bagi orang yang zalim itu, dan tidak ada juga baginya seorang penolong yang diterima pertolongannya. '19. Dia, yakni Allah, mengetahui pandangan mata yang khianat, seperti kerlingan sekejap yang mengarah kepada perbuatan maksiat walau orang lain tidak melihat, dan apa yang tersembunyi dalam dada yang tidak diutarakan dengan kata-kata.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia memerintahkan Rasulullah supaya memperingatkan kaumnya yang musyrik akan datangnya hari Kiamat yang tidak lama lagi. Oleh karena itu, mereka diingatkan untuk berhenti melakukan perbuatan jahat yang dilarang oleh agama, dan memperbaiki akidah mereka yang sesat, yang menyebabkan mereka diazab nanti di akhirat dengan azab yang pedih. Pada hari itu, keadaan sangat mengerikan dan menakutkan, kesedihan tak terkirakan lagi sehingga jantung terasa sesak sampai ke kerongkongan, napas turun naik, nyawa keluar masuk sampai mereka menemui ajal. Tidak seorang pun yang dapat menolong orang-orang yang telah menganiaya diri mereka dengan mempersekutukan Allah, dan tidak ada pembela yang memintakan syafaat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MENGHADAPI HARI KIAMAT
Ayat 13
“Dialah yang memperlihatkan ayat-ayat-Nya kepadamu dan menurunkan rezeki kepadamu dari langit."
Sesudah itu begitu keras ancaman Allah kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, maka di sini Allah melunakkan kembali peringatannya dengan menimbulkan kesadaran dalam diri manusia bagaimana besar karunia Allah kepadanya, sehingga tidaklah patut jika manusia mempersekutukan Tuhannya dengan yang lain. Adalah dua nikmat terpenting pengisi hidup manusia. Pertama nikmat buat kesadaran jiwa. Maka Allah pun memperlihatkan kepada mereka bagaimana banyak tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya. Di samping itu Allah pun menurunkan rezeki kepada mereka dari langit. Artinya dari kemuliaan Allah yang tinggi diturunkan rezeki kepada makhluk. Maka adalah peringatan tentang ayat-ayat kebesaran Allah mengenai kesadaran jiwa; itulah agama. Dan rezeki untuk kesehatan badan. Ayat-ayat Allah untuk hidup ruhaniah, rezeki untuk hidup badariah. Kalau rezeki saja yang diberi, sedang agama tidak ada, samalah hidupnya dengan kehidupan binatang, cuma memikirkan makan dan minum belaka. Sebaliknya ajaran agama pun tidak akan saat dijalankan dengan lancar kalau rezeki tidak terjamin.
“Dan tidaklah menyadari akan yang demikian itu kecuali orang yang kembali."
Ar-Razi menafsirkan tentang kembali ini ialah bahwa merenungkan dan memerhatikan bukti-bukti tentang keesaan Allah adalah seakan-akan terpusat pada akal manusia. Tetapi apabila orang telah mempersekutukan Allah dengan beribadah kepada yang selain Allah jadilah perbuatannya itu sebagai penghambat akan sampainya cahaya tajalli itu ke dalam diri. Tetapi apabila seseorang telah membuang jauh persembahan kepada yang lain itu, lalu pikirannya sadar dan kembali kepada Allah, niscaya hilanglah segala penghambat tadi dan mulailah jelas kebenaran itu.
Di situlah baru dia merasakan bahagia!
Ayat 14
“Maka serulah Allah dalam keadaanmemurnikan agama kepada-Nya."
Inilah pula yang diperingatkan di akhir ayat 2 dan pangkal ayat 3 dari surah az-Zumar. Segala gerak keagamaan hendaklah murni, bersih, tidak ada cacatnya barang sedikit jua pun, hanya tertuju kepada Allah saja. Aqidah (kepercayaan), ibadah (perhambaan dan persembahan), syariah (peraturan dan tata cara) yang dilakukan hendaklah murni, ikhlas kepada Allah. Dengan kalimat mukhlishima yang berarti orang-orang yang berhati jujur, murni, maka berjumpaiah kata ikhlash. Kalimat ikhlash sama artinya dengan tauhid, yang berarti menyatukan pikiran, menyatukan tujuan kepada Allah saja. Surah
“Katakanlah! Allah itu adalah satu," bernama surah al-Ikhlaash.
“Walaupun tidak merasa senang orang-orang yang kafir."
Tadi pada ayat 12 sudah dinyatakan sikap orang-orang kafir itu. Kalau yang diseru itu Allah saja dalam keesaan-Nya, mereka tidak mau terima, mereka kafir. Tetapi kalau dipersekutukan yang lain dengan Allah, mereka mau beriman. Sekarang dalam ayat ini Nabi Muhammad ﷺ dan orang-orang yang beriman disuruh tetap pada pendirian, yaitu bahwa agama semata-mata murni untuk Allah sahaja. Biar si kafir itu benci, biar si kafir itu tidak senang.
Pendirian itu adaiah pertahanan jiwa sebagai Muslim. Dengan itu kita hidup dan dengan itu kita mati, bahkan dengan itu pula kita akan bangkit kembali. Kalau Rasulullah saw, diwajibkan memegang pendirian setegas itu menghadapi musyrikin Quraisy dahulu kala maka pengikut Muhammad sampai di akhir zaman wajib pula mempertahankan pendirian itu. Agamanya murni untuk Allah saja. Kadang-kadang mereka bertemu dengan penyembah-penyembah berhala model lain; berhala tanah air, berhala diktator, berhala mendewa-dewa-kan pemimpin, berhala kultus individu, bahkan berhala menyembah dan memuja kubur-kubur, sampai menjadi mata pencarian. Maka hendaklah seorang Mukmin Muslim dengan tegas menegakkan keyakinannya bahwa agama adalah murni untuk Allah semata-mata; walaupun untuk itu dia akan dibenci orang. Walaupun yang membencinya itu mengaku Islam juga! Karena mereka telah mengotori tauhid, ikhlas, dan Muslim (menyerah bulat kepada Allah) dengan memberhalakan kubur-kubur.
Dalam ayat yang selanjutnya dijelaskan tentang Allah itu, tempat kaum yang beriman memusatkan perhatiannya dan membulatkan tujuannya.
Ayat 15
“Mahaluhur derajat-Nya, Yang Empunya."
Dia sendirinya saja yang paling luhur, paling tinggi, berdiri sendiri-Nya, bersinggasana mahligai di Arsy tertinggi, untuk menjelaskan kekuasaan-Nya yang tidak tercapai oleh siapa pun dan oleh apa pun, usahkan teratasi. “Dia turunkan ruh dari sebab perintah-Nya kepada barangsiapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya." Dari maqam-Nya yang Mahamulia itu, Allah Yang Mahaluhur, Mahatinggi, dan Mahaagung menurunkan ruh kepada barangsiapa di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Itulah rasul-rasul yang telah Dia pilih (mushthafaa) di antara manusia. Yang terakhirnya sekali ialah Nabi kita Muhammad ﷺ.
Di sini ingatlah dipahamkan bahwasanya seseorang belumlah berarti hidupnya, samalah keadaannya dengan mati kalau jiwanya itu belum diberi ruh dengan wahyu Ilahi yang disampaikan oleh Rasul.
Maka dalam ayat 15 surah al-Mu'min yang tengah kita tafsirkan ini ingatlah kita pahamkan bahwa Allah menurunkan ruh yang berisi perintah-Nya kepada barangsiapa menolong pada waktu itu hanya satu saja, yaitu kalau mereka ada mempunyainya. Yang satu itu ialah amal saleh yang timbul dari iman.
Ayat 17
“Pada hari ini akan dibatasi tiap-tiap diri dengan apa yang mereka usahakan."
Dengan pangkal ayat ini dijelaskan bahwa hukum yang akan dijatuhkan kepada tiap-tiap diri adalah menurut nilai usaha seseorang, tidak berlebih dan tidak berkurang. “Sekali-kali tidak ada penganiayaan hari ini." Karena Allah Mahaluhur, Mahatinggi, dan Mahabesar tidaklah berkepentingan dengan melakukan aniaya kepada seseorang. Aniaya adalah berlawanan dengan sifat-Nya yang kasih, sayang, santun dan melindungi.
“Sesungguhnya Allah adalah amat cepat perhitungannya."
Perhitungan Allah cepat sekali, karena Dia Mengetahui semua. Menahan lama-lama suatu perkara dan baru di belakang dihitung, bukanlah sifat dari yang Mahaperkasa dan Mahateliti.
Malahan ayat-ayat yang lain pun menunjukkan bahwa suatu kesalahan hanya dihukum dengan memberikan satu ganjaran pula. Sedang kalau berbuat satu kebajikan, sepuluh ganda pahalanya. Bahkan kadang-kadang tidak ada perhitungan lagi, diboroskan saja dengan penuh kasih.
Ayat 18
“Beri peringatanlah mereka tentang hari yang telah dekat itu."
Hari yang telah dekat itu, yang dalam ayat disebut Al-Aazifah, ialah salah satu dari nama hari Kiamat. Hari Kiamat itu telah dekat sekali, terutama bagi masing-masing kita. Bagi masing-masing kita bila maut telah datang, mulailah kita menghadapi Kiamat. Artinya ditutuplah masa kita di dunia dan tidak akan terulang iagi. Setelah nyawa cerai dari badan kita diistirahatkan di alam barzakh berapa lama masanya, yang kita tidak tahu dan ukurannya bukan lagi ukuran perjalanan matahari dua puluh empat jam siang dan malam. Di dalam surah al-Baqarah ayat 259 ada diqiyaskan Allah tentang seorang yang ditidurkan Allah sampai seratus tahun. Setelah dia dibangunkan kembali dia merasa dia tidur hanya satu hari atau setengah hari. Camkanlah ayat ini dan ayat isyarat yang lain. Setelah kita meninggal dunia maka jarak di antara Kiamat dengan maut itu mungkin kita rasakan hanya setengah hari atau sehari saja."Seketika semua hati itu akan mendesak ke kerongkongan dari menahan perasaan" Menahan perasaan entah karena menyesal, entah karena berduka cita, entah karena bersedih hati memikirkan kesalahan yang telah diperbuat. Bertambah dekat masa pemeriksaan bertambah teringatlah tiap-tiap orang akan kesalahan yang telah diperbuatnya dan bertambah menyesal pada waktu yang penyesalan itu tidak ada gunanya lagi.
“Tidak ada bagi orang yang zalim
seorang teman setia dan tidak pula
seorang pemberi syafaat yang akan
dituruti kehendaknya."
Orang-orang yang telah berlaku zalim, artinya orang yang telah menempuh jalan yang salah di kala hidupnya, menempuh jalan gelap yang bukan dituntunkan oleh Rasul, melainkan menuruti jalan gelap yang ditunjukkan oleh setan, pada hari perhitungan di akhirat itu kelak tidaklah saat dibela walaupun oleh temannya yang paling setia dan paling karib dan tidak pula akan ada seorang pun yang saat membela mempertahankan di hadapan Allah, agar hukuman diringankan. Allah tidaklah saat dibujuk-bujuk supaya mengubah sikapnya di hari itu. Allah tetap bersifat kasih dan sayang, yaitu kepada yang menaati perintah-Nya. Tetapi Allah pun bersifat sangat murka kepada siapa yang melanggar ketentuan-Nya. Dan Allah pun bersifat adil dalam menjatuhkan keputusan hukuman-Nya.
Ayat 19
“Dia mengetahui kedipan khianat mata dan apa yang tersimpan dalam dada."
Di pangkal ayat diisyaratkan tentang apa yang dinamai kedipan khianat dari mata. Mata adalah membayangkan paling halus dari isi hati seseorang. Orang yang halus perasaannya saat mengetahui bila seseorang bercakap dusta dengan memerhatikan kedipan matanya. Urat-urat saraf yang halus pada diri manusia mempertalikan perasaan dengan kedipan matanya. Bila seseorang bercakap jujur kedipan dan pandangan matanya pun memperlihatkan ketenangan. Tetapi kalau mulutnya bertukar percakapan dengan hatinya, kedipan matanyalah yang akan jadi saksi dari kebohongannya. Ahli-ahli di zaman modern ini pun telah mensaat alat perkakas halus yang dipasang di bagian tubuh seorang yang sedang ditanyai, untuk mengetahui benar atau tidaknya apa yang dikatakannya. Demikian juga apa yang tersimpan dalam dada seorang, walaupun dia tidak bercakap, namun gerak geriknya me-nunjukkan bagaimana perasaannya,
Ayat 20
“Dan Allah akan memutuskan dengan benar."
Atau dengan adil. Karena di antara benar dan adil adalah mengandung satu maksud. Dia adil sebab dia benar dan dia benar sebab dia adil. “Dan yang kamu seru selain Dia itu tidaklah mereka akan memutuskan sesuatu pun" Mereka tidak akan saat membuat keputusan seperti Allah atau bersama Allah, bahkan kalau mereka itu manusia, mereka pun akan kena hukum. Apalah lagi kalau yang diseru itu batu, kayu, beringin, puncak gunung, dan se-bagainya. Semua adalah alam ciptaan Allah; bagaimana mereka akan saat turut memutuskan."Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar," segala bunyi, segala suara, jauh dan dekat, nyaring dan badak, merdu dan parau.
“Maha Melihat"