Ayat

Terjemahan Per Kata
هُوَ
Dia
ٱلَّذِي
yang
يُرِيكُمۡ
memperlihatkan kepadamu
ءَايَٰتِهِۦ
tanda-tanda-Nya
وَيُنَزِّلُ
dan Dia menurunkan
لَكُم
bagi kalian
مِّنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
رِزۡقٗاۚ
rezeki
وَمَا
dan tidak
يَتَذَكَّرُ
mendapat pelajaran
إِلَّا
kecuali
مَن
orang yang
يُنِيبُ
kembali
هُوَ
Dia
ٱلَّذِي
yang
يُرِيكُمۡ
memperlihatkan kepadamu
ءَايَٰتِهِۦ
tanda-tanda-Nya
وَيُنَزِّلُ
dan Dia menurunkan
لَكُم
bagi kalian
مِّنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
رِزۡقٗاۚ
rezeki
وَمَا
dan tidak
يَتَذَكَّرُ
mendapat pelajaran
إِلَّا
kecuali
مَن
orang yang
يُنِيبُ
kembali
Terjemahan

Dialah yang memperlihatkan tanda-tanda (kekuasaan)-Nya kepadamu dan menurunkan rezeki dari langit untukmu. Yang mendapat pelajaran tidak lain, kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).
Tafsir

(Dialah yang memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda-Nya) yang menunjukkan akan keesaan-Nya (dan menurunkan untuk kalian rezeki dari langit) berupa hujan. (Dan tiadalah mendapat pelajaran) yakni mengambil nasihat (kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah) dari kemusyrikan.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 10-14
Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat), "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman, namun kamu kafir. Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.
Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezeki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya). Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal orang-orang kafir, bahwa kelak di hari kiamat mereka diseru, sedangkan mereka berada di dalam pembakaran api neraka yang membakar tubuh mereka. Saat itu mereka mulai merasakan azab Allah yang tidak terperikan. Maka pada saat itu mereka membenci dirinya sendiri dengan kebencian yang sangat karena perbuatan-perbuatan dosa yang dahulu mereka kerjakan semasa di dunia yang menyebabkan diri mereka dimasukkan ke dalam neraka.
Lalu para malaikat memberitahukan kepada mereka saat itu, dengan pemberitahuan suara yang keras, bahwa kebencian Allah ﷻ terhadap mereka sewaktu di dunia saat ditawarkan kepada mereka iman, lalu mereka kafir, jauh lebih hebat daripada kebencian kalian kepada diri sendiri, hai orang-orang yang sedang di azab, pada hari ini dan dalam keadaan seperti sekarang. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya kebencian Allah kepadamu lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman, namun kamu kafir. (Al-Mumin: 10) Yakni sesungguhnya kebencian Allah kepada orang-orang yang sesat saat mereka diseru untuk beriman di dunia, namun mereka berpaling dari iman dan tidak mau menerimanya, adalah lebih besar daripada kebencian mereka kepada diri mereka sendiri ketika menyaksikan azab Allah di hari kiamat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, Mujahid, As-Saddi, Zar ibnu Ubaidillah Al-Hamdani, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan Ibnu Jarir At-Tabari. Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada mereka semua. Firman Allah ﷻ: Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula)." (Al-Mumin: 11) Ats-Tsauri mengatakan dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya: Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu di kembalikan? (Al-Baqarah: 28) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Abu Malik; ini adalah pendapat yang benar dan tidak diragukan atau dibimbangkan lagi kebenarannya.
Qatadah mengatakan bahwa mereka dimatikan di dunia, kemudian dihidupkan kembali dalam kubur mereka untuk menjalani pertanyaan (kuburan). Kemudian mereka dimatikan dan dihidupkan kembali pada hari kiamat. Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka dihidupkan ketika diambil perjanjian dari mereka saat mereka masih berada di dalam sulbi Adam a.s. Kemudian mereka diciptakan di dalam rahim, lalu dimatikan, kemudian dihidupkan kembali pada hari kiamat.
Kedua pendapat yang dikatakan oleh As-Saddi dan Ibnu Zaid ini lemah, karena yang tersimpulkan darinya hanyalah tiga kali kehidupan dan tiga kali kematian. Pendapat yang benar adalah yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas serta orang-orang yang mengikuti pendapat keduanya. Makna yang dimaksud ialah bahwa orang-orang kafir meminta untuk dikembalikan ke dunia saat mereka berdiri di hadapan Allah ﷻ di padang mahsyar, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.(As-Sajdah: 12) Maka mereka tidak diperkenankan, kemudian bilamana mereka melihat neraka dengan mata kepala mereka sendiri berada di hadapannya dan menyaksikan azab dan pembalasan Allah yang ada di dalamnya, maka mereka kembali meminta dengan permintaan yang sangat untuk dapat dikembalikan ke dunia, tetapi tidak diperkenankan.
Allah ﷻ berfirman: Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, " (tentulah kami melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 27-28) Apabila mereka telah masuk neraka dan merasakan sentuhan api neraka, luapan apinya, palu-palu godamnya, dan belenggu-belenggunya, maka permintaan mereka untuk dapat dikembalikan ke dunia jauh lebih memelas dan lebih kuat lagi daripada yang sebelumnya.
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (Fatir: 37) Dan firman Allah ﷻ: .
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia). Maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. Allah berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. (Al-Muminun: 107-108) Dan dalam surat Al-Mumin ini disebutkan ungkapan permohonan belas kasihan mereka yang mendahului perkataan mereka yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, yaitu ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya: Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali. (Al-Mumin: 11) Yakni Kekuasaan-Mu Mahabesar, karena sesungguhnya Engkau telah menghidupkan kami sesudah kami mati, kemudian Engkau matikan lagi kami, kemudian Engkau hidupkan kembali kami.
Maka Engkau Mahakuasa atas apa yang Engkau kehendaki. Kami telah mengakui dosa-dosa kami, dan sesungguhnya kami telah berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri semasa di dunia. Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? (Al-Mumin: 11) Yaitu apakah Engkau perkenankan kami untuk dapat kembali ke dunia, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa untuk memberlakukan hal tersebut, agar kami dapat mengerjakan selain dari apa yang pernah kami kerjakan dahulu. Jika ternyata kami masih kembali kepada perbuatan semula, maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang aniaya.
Lalu mereka dijawab, "Tiada jalan untuk kembali ke dunia bagi kalian." Kemudian Allah menyebutkan alasan tertolaknya permintaan mereka, "Watak kalian itu tidak mau menerima kebenaran dan kebenaran tidak cocok bagi watak kalian, bahkan watak kalian selalu menentang dan membangkang terhadapnya." Karena itu, disebutkan dalam firman berikutnya: Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah.
Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. (Al-Mumin: 12) Yakni demikianlah yang akan kamu lakukan bila kamu dikembalikan ke dunia, seperti juga yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang telah dilarang mereka mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28) Adapun firman Allah ﷻ: Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Mumin: 12) Artinya, Dialah Yang memutuskan perkara makhluk-Nya.
Dia Mahaadil dan tidak zalim, maka Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya; merahmati siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya; tidak ada Tuhan selain Allah. Firman Allah ﷻ: Dialah Yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. (Al-Mumin: 13) Yaitu menampakkan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan pada makhluk lainnya yang ada di atas dan yang ada di bawah, padanya terdapat tanda-tanda yang besar yang menunjukkan akan kesempurnaan Penciptanya yang telah mengadakan dan yang telah menjadikannya.
dan menurunkan untukmu rezeki dari langit. (Al-Mumin: 13) Yakni hujan yang menjadi penyebab tumbuhnya tetumbuhan dan buah-buahan seperti yang terlihat oleh mata, beraneka ragam warna, rasa, bau, dan bentuknya, padahal asal kejadiannya dari air yang sama. Maka berkat kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, Dia menjadikan masing-masing dari semuanya itu berbeda-beda. Dan tiadalah mendapat pelajaran. (Al-Mumin: 13) Maksudnya, tiada yang dapat mengambil pelajaran dan memikirkan segala sesuatu itu dan mengambil kesimpulan darinya akan Kebesaran Penciptanya.
kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). (Al-Mumin: 13) Yaitu orang yang mempunyai pandangan hati lagi selalu taat kepada Allah. Firman Allah ﷻ: Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya). (Al-Mumin: 14) Artinya, murnikanlah penyembahan dan berdoa itu hanya kepada Allah semata, dan berbedalah dengan orang-orang musyrik dalam sepak terjang dan pendapat mereka. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Hisyam (yakni Urwah ibnuz Zubair), dari Abuz Zubair alias Muhammad ibnu Muslim seorang guru di Mekah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnuz Zubair selalu mengucapkan doa berikut seusai dalam salatnya, yaitu: Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagiNya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya, milik-Nyalah semua nikmat, karunia, dan pujian yang baik. Tidak ada Tuhan selain Allah, (kami nyatakan ini dengan) memurnikan penyembahan hanya kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya). Lalu Ibnuz Zubair mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ selalu mengucapkan doa tersebut setiap usai salatnya. Imam Muslim dan Imam Abu Daud serta Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Hisyam ibnu Urwah dan Hajjaj ibnu Abu Usman serta Musa ibnu Uqbah; ketiganya dari Abuz Zubair, dari Abdullah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ setiap usai salatnya mengucapkan doa berikut: Tidak ada Tuhan melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, hingga akhir hadis.
Di dalam kitab sahih disebutkan dari Ibnuz Zubair r.a., bahwa Rasulullah ﷺ setiap usai mengerjakan salat fardunya mengucapkan doa berikut: Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan adalah Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain hanya kepada-Nya. Bagi-Nya semua nikmat, karunia, dan pujian yang baik.
Tidak ada Tuhan selain Allah (dengan) memurnikan ketaatan kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi', telah menceritakan kepada kami Al-Khasib ibnu Nasih, telah menceritakan kepada kami Saleh (yakni Al-Murri), dari Hisyam ibnu Hassan, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Berdoalah kepada Allah ﷻ, sedangkan kalian merasa yakin akan diperkenankan. Dan ketahuilah bahwa Allah ﷻ tidak memperkenankan doa dari orang yang hatinya lalai lagi tidak khusyuk."
Pada ayat-ayat yang lalu digambarkan bagaimana orang-orang kafir menyesal dan memohon untuk dikembalikan ke kehidupan dunia agar dapat memperbaiki diri. Untuk itu, guna menghindari timbulnya penyesalan yang sama, ayat-ayat berikut memperingatkan umat manusia agar peduli terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah. Dialah Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepa-damu, dan menurunkan rezeki yang berlimpah dari langit untukmu. Dan sungguh tidak lain, yang mendapat pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah itu hanyalah orang-orang yang kembali kepada-Nya. 14. Maka oleh sebab itu, sembahlah Allah, dan dengan tulus ikhlas-lah beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai sikap keberagamaan kalian itu.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti adanya angin, awan, guruh, kilat, petir, matahari, bulan, bintang, dan lain sebagainya. Dia pula yang menurunkan hujan dari langit, maka tumbuhlah pepohonan yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam macam warna, rasa, bentuk, dan kejadiannya. Semua itu menunjukkan kekuasaan Allah. Hanya orang yang kembali kepada Allah dan taat kepada-Nya yang dapat mengambil iktibar dari tanda-tanda tersebut di atas, dan memahami bahwa semua itu adalah tanda-tanda dan bukti-bukti kekuasaan dan keesaan Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MENGHADAPI HARI KIAMAT
Ayat 13
“Dialah yang memperlihatkan ayat-ayat-Nya kepadamu dan menurunkan rezeki kepadamu dari langit."
Sesudah itu begitu keras ancaman Allah kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, maka di sini Allah melunakkan kembali peringatannya dengan menimbulkan kesadaran dalam diri manusia bagaimana besar karunia Allah kepadanya, sehingga tidaklah patut jika manusia mempersekutukan Tuhannya dengan yang lain. Adalah dua nikmat terpenting pengisi hidup manusia. Pertama nikmat buat kesadaran jiwa. Maka Allah pun memperlihatkan kepada mereka bagaimana banyak tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya. Di samping itu Allah pun menurunkan rezeki kepada mereka dari langit. Artinya dari kemuliaan Allah yang tinggi diturunkan rezeki kepada makhluk. Maka adalah peringatan tentang ayat-ayat kebesaran Allah mengenai kesadaran jiwa; itulah agama. Dan rezeki untuk kesehatan badan. Ayat-ayat Allah untuk hidup ruhaniah, rezeki untuk hidup badariah. Kalau rezeki saja yang diberi, sedang agama tidak ada, samalah hidupnya dengan kehidupan binatang, cuma memikirkan makan dan minum belaka. Sebaliknya ajaran agama pun tidak akan saat dijalankan dengan lancar kalau rezeki tidak terjamin.
“Dan tidaklah menyadari akan yang demikian itu kecuali orang yang kembali."
Ar-Razi menafsirkan tentang kembali ini ialah bahwa merenungkan dan memerhatikan bukti-bukti tentang keesaan Allah adalah seakan-akan terpusat pada akal manusia. Tetapi apabila orang telah mempersekutukan Allah dengan beribadah kepada yang selain Allah jadilah perbuatannya itu sebagai penghambat akan sampainya cahaya tajalli itu ke dalam diri. Tetapi apabila seseorang telah membuang jauh persembahan kepada yang lain itu, lalu pikirannya sadar dan kembali kepada Allah, niscaya hilanglah segala penghambat tadi dan mulailah jelas kebenaran itu.
Di situlah baru dia merasakan bahagia!
Ayat 14
“Maka serulah Allah dalam keadaanmemurnikan agama kepada-Nya."
Inilah pula yang diperingatkan di akhir ayat 2 dan pangkal ayat 3 dari surah az-Zumar. Segala gerak keagamaan hendaklah murni, bersih, tidak ada cacatnya barang sedikit jua pun, hanya tertuju kepada Allah saja. Aqidah (kepercayaan), ibadah (perhambaan dan persembahan), syariah (peraturan dan tata cara) yang dilakukan hendaklah murni, ikhlas kepada Allah. Dengan kalimat mukhlishima yang berarti orang-orang yang berhati jujur, murni, maka berjumpaiah kata ikhlash. Kalimat ikhlash sama artinya dengan tauhid, yang berarti menyatukan pikiran, menyatukan tujuan kepada Allah saja. Surah
“Katakanlah! Allah itu adalah satu," bernama surah al-Ikhlaash.
“Walaupun tidak merasa senang orang-orang yang kafir."
Tadi pada ayat 12 sudah dinyatakan sikap orang-orang kafir itu. Kalau yang diseru itu Allah saja dalam keesaan-Nya, mereka tidak mau terima, mereka kafir. Tetapi kalau dipersekutukan yang lain dengan Allah, mereka mau beriman. Sekarang dalam ayat ini Nabi Muhammad ﷺ dan orang-orang yang beriman disuruh tetap pada pendirian, yaitu bahwa agama semata-mata murni untuk Allah sahaja. Biar si kafir itu benci, biar si kafir itu tidak senang.
Pendirian itu adaiah pertahanan jiwa sebagai Muslim. Dengan itu kita hidup dan dengan itu kita mati, bahkan dengan itu pula kita akan bangkit kembali. Kalau Rasulullah saw, diwajibkan memegang pendirian setegas itu menghadapi musyrikin Quraisy dahulu kala maka pengikut Muhammad sampai di akhir zaman wajib pula mempertahankan pendirian itu. Agamanya murni untuk Allah saja. Kadang-kadang mereka bertemu dengan penyembah-penyembah berhala model lain; berhala tanah air, berhala diktator, berhala mendewa-dewa-kan pemimpin, berhala kultus individu, bahkan berhala menyembah dan memuja kubur-kubur, sampai menjadi mata pencarian. Maka hendaklah seorang Mukmin Muslim dengan tegas menegakkan keyakinannya bahwa agama adalah murni untuk Allah semata-mata; walaupun untuk itu dia akan dibenci orang. Walaupun yang membencinya itu mengaku Islam juga! Karena mereka telah mengotori tauhid, ikhlas, dan Muslim (menyerah bulat kepada Allah) dengan memberhalakan kubur-kubur.
Dalam ayat yang selanjutnya dijelaskan tentang Allah itu, tempat kaum yang beriman memusatkan perhatiannya dan membulatkan tujuannya.
Ayat 15
“Mahaluhur derajat-Nya, Yang Empunya."
Dia sendirinya saja yang paling luhur, paling tinggi, berdiri sendiri-Nya, bersinggasana mahligai di Arsy tertinggi, untuk menjelaskan kekuasaan-Nya yang tidak tercapai oleh siapa pun dan oleh apa pun, usahkan teratasi. “Dia turunkan ruh dari sebab perintah-Nya kepada barangsiapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya." Dari maqam-Nya yang Mahamulia itu, Allah Yang Mahaluhur, Mahatinggi, dan Mahaagung menurunkan ruh kepada barangsiapa di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Itulah rasul-rasul yang telah Dia pilih (mushthafaa) di antara manusia. Yang terakhirnya sekali ialah Nabi kita Muhammad ﷺ.
Di sini ingatlah dipahamkan bahwasanya seseorang belumlah berarti hidupnya, samalah keadaannya dengan mati kalau jiwanya itu belum diberi ruh dengan wahyu Ilahi yang disampaikan oleh Rasul.
Maka dalam ayat 15 surah al-Mu'min yang tengah kita tafsirkan ini ingatlah kita pahamkan bahwa Allah menurunkan ruh yang berisi perintah-Nya kepada barangsiapa menolong pada waktu itu hanya satu saja, yaitu kalau mereka ada mempunyainya. Yang satu itu ialah amal saleh yang timbul dari iman.
Ayat 17
“Pada hari ini akan dibatasi tiap-tiap diri dengan apa yang mereka usahakan."
Dengan pangkal ayat ini dijelaskan bahwa hukum yang akan dijatuhkan kepada tiap-tiap diri adalah menurut nilai usaha seseorang, tidak berlebih dan tidak berkurang. “Sekali-kali tidak ada penganiayaan hari ini." Karena Allah Mahaluhur, Mahatinggi, dan Mahabesar tidaklah berkepentingan dengan melakukan aniaya kepada seseorang. Aniaya adalah berlawanan dengan sifat-Nya yang kasih, sayang, santun dan melindungi.
“Sesungguhnya Allah adalah amat cepat perhitungannya."
Perhitungan Allah cepat sekali, karena Dia Mengetahui semua. Menahan lama-lama suatu perkara dan baru di belakang dihitung, bukanlah sifat dari yang Mahaperkasa dan Mahateliti.
Malahan ayat-ayat yang lain pun menunjukkan bahwa suatu kesalahan hanya dihukum dengan memberikan satu ganjaran pula. Sedang kalau berbuat satu kebajikan, sepuluh ganda pahalanya. Bahkan kadang-kadang tidak ada perhitungan lagi, diboroskan saja dengan penuh kasih.
Ayat 18
“Beri peringatanlah mereka tentang hari yang telah dekat itu."
Hari yang telah dekat itu, yang dalam ayat disebut Al-Aazifah, ialah salah satu dari nama hari Kiamat. Hari Kiamat itu telah dekat sekali, terutama bagi masing-masing kita. Bagi masing-masing kita bila maut telah datang, mulailah kita menghadapi Kiamat. Artinya ditutuplah masa kita di dunia dan tidak akan terulang iagi. Setelah nyawa cerai dari badan kita diistirahatkan di alam barzakh berapa lama masanya, yang kita tidak tahu dan ukurannya bukan lagi ukuran perjalanan matahari dua puluh empat jam siang dan malam. Di dalam surah al-Baqarah ayat 259 ada diqiyaskan Allah tentang seorang yang ditidurkan Allah sampai seratus tahun. Setelah dia dibangunkan kembali dia merasa dia tidur hanya satu hari atau setengah hari. Camkanlah ayat ini dan ayat isyarat yang lain. Setelah kita meninggal dunia maka jarak di antara Kiamat dengan maut itu mungkin kita rasakan hanya setengah hari atau sehari saja."Seketika semua hati itu akan mendesak ke kerongkongan dari menahan perasaan" Menahan perasaan entah karena menyesal, entah karena berduka cita, entah karena bersedih hati memikirkan kesalahan yang telah diperbuat. Bertambah dekat masa pemeriksaan bertambah teringatlah tiap-tiap orang akan kesalahan yang telah diperbuatnya dan bertambah menyesal pada waktu yang penyesalan itu tidak ada gunanya lagi.
“Tidak ada bagi orang yang zalim
seorang teman setia dan tidak pula
seorang pemberi syafaat yang akan
dituruti kehendaknya."
Orang-orang yang telah berlaku zalim, artinya orang yang telah menempuh jalan yang salah di kala hidupnya, menempuh jalan gelap yang bukan dituntunkan oleh Rasul, melainkan menuruti jalan gelap yang ditunjukkan oleh setan, pada hari perhitungan di akhirat itu kelak tidaklah saat dibela walaupun oleh temannya yang paling setia dan paling karib dan tidak pula akan ada seorang pun yang saat membela mempertahankan di hadapan Allah, agar hukuman diringankan. Allah tidaklah saat dibujuk-bujuk supaya mengubah sikapnya di hari itu. Allah tetap bersifat kasih dan sayang, yaitu kepada yang menaati perintah-Nya. Tetapi Allah pun bersifat sangat murka kepada siapa yang melanggar ketentuan-Nya. Dan Allah pun bersifat adil dalam menjatuhkan keputusan hukuman-Nya.
Ayat 19
“Dia mengetahui kedipan khianat mata dan apa yang tersimpan dalam dada."
Di pangkal ayat diisyaratkan tentang apa yang dinamai kedipan khianat dari mata. Mata adalah membayangkan paling halus dari isi hati seseorang. Orang yang halus perasaannya saat mengetahui bila seseorang bercakap dusta dengan memerhatikan kedipan matanya. Urat-urat saraf yang halus pada diri manusia mempertalikan perasaan dengan kedipan matanya. Bila seseorang bercakap jujur kedipan dan pandangan matanya pun memperlihatkan ketenangan. Tetapi kalau mulutnya bertukar percakapan dengan hatinya, kedipan matanyalah yang akan jadi saksi dari kebohongannya. Ahli-ahli di zaman modern ini pun telah mensaat alat perkakas halus yang dipasang di bagian tubuh seorang yang sedang ditanyai, untuk mengetahui benar atau tidaknya apa yang dikatakannya. Demikian juga apa yang tersimpan dalam dada seorang, walaupun dia tidak bercakap, namun gerak geriknya me-nunjukkan bagaimana perasaannya,
Ayat 20
“Dan Allah akan memutuskan dengan benar."
Atau dengan adil. Karena di antara benar dan adil adalah mengandung satu maksud. Dia adil sebab dia benar dan dia benar sebab dia adil. “Dan yang kamu seru selain Dia itu tidaklah mereka akan memutuskan sesuatu pun" Mereka tidak akan saat membuat keputusan seperti Allah atau bersama Allah, bahkan kalau mereka itu manusia, mereka pun akan kena hukum. Apalah lagi kalau yang diseru itu batu, kayu, beringin, puncak gunung, dan se-bagainya. Semua adalah alam ciptaan Allah; bagaimana mereka akan saat turut memutuskan."Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar," segala bunyi, segala suara, jauh dan dekat, nyaring dan badak, merdu dan parau.
“Maha Melihat"