Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
يُقَٰتِلُونَ
mereka berperang
فِي
di
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِۖ
Allah
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
يُقَٰتِلُونَ
mereka berperang
فِي
di
سَبِيلِ
jalan
ٱلطَّـٰغُوتِ
Tagut
فَقَٰتِلُوٓاْ
maka perangilah
أَوۡلِيَآءَ
kawan-kawan
ٱلشَّيۡطَٰنِۖ
syaitan
إِنَّ
sesungguhnya
كَيۡدَ
tipu daya
ٱلشَّيۡطَٰنِ
syaitan
كَانَ
adalah
ضَعِيفًا
lemah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
يُقَٰتِلُونَ
mereka berperang
فِي
di
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِۖ
Allah
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
يُقَٰتِلُونَ
mereka berperang
فِي
di
سَبِيلِ
jalan
ٱلطَّـٰغُوتِ
Tagut
فَقَٰتِلُوٓاْ
maka perangilah
أَوۡلِيَآءَ
kawan-kawan
ٱلشَّيۡطَٰنِۖ
syaitan
إِنَّ
sesungguhnya
كَيۡدَ
tipu daya
ٱلشَّيۡطَٰنِ
syaitan
كَانَ
adalah
ضَعِيفًا
lemah
Terjemahan
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kufur berperang di jalan tagut. Perangilah kawan-kawan setan itu. Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.
Tafsir
(Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah sedangkan orang-orang kafir berperang di jalan tagut) setan. (Maka perangilah anak buah setan itu) maksudnya penyokong-penyokong agamanya niscaya kamu akan beroleh kemenangan karena kekuatanmu dengan Allah. (Sesungguhnya tipu daya setan) terhadap orang-orang beriman (adalah lemah) tidak akan dapat mengatasi siasat Allah terhadap orang-orang kafir itu.
Tafsir Surat An-Nisa': 75-76
Mengapa kalian tidak mau berperang di jalan Allah membela orang-orang yang lemah, baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!"
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut. Sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.
Ayat 75
Allah ﷻ menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk berjihad di jalan-Nya dan berupaya untuk menyelamatkan orang-orang lemah yang tinggal di Mekah dari kalangan kaum laki-laki, kaum wanita, dan anak-anak yang terpaksa tinggal di Mekah tanpa ada pilihan lain. Karena itulah Allah ﷻ menyebutkan dalam firman-Nya:
“Semuanya berdoa, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini." (An-Nisa: 75)
Yang dimaksud adalah kota Mekah. Seperti yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya: “Dan betapa banyak negeri-negeri yang (penduduknya) lebih kuat daripada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu.” (Muhammad: 13)
Selanjutnya Allah menyifati penduduk negeri tersebut melalui firman-Nya: “Yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.” (An-Nisa: 75)
Yakni berikanlah kepada kami pelindung dan penolong dari sisi Engkau.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaidillah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan: “Aku dan ibuku termasuk di antara orang-orang yang lemah itu.”
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Ibnu Abu Mulaikah, bahwa Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: “Kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak.” (An-Nisa: 98) Lalu ia mengatakan: “Aku dan ibuku termasuk orang-orang yang dimaafkan oleh Allah ﷻ”
Ayat 76
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan tagut.” (An-nisa: 76) Orang-orang mukmin berperang karena taat kepada Allah dan ingin memperoleh rida-Nya, sedangkan orang-orang kafir berperang karena taat kepada setan.
Kemudian Allah menggugah semangat orang-orang mukmin untuk memerangi musuh-musuh Allah melalui firman-Nya: “Sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (An-Nisa: 76)
Allah mengingatkan sekali lagi tentang nilai orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berperang di jalan Allah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thagut dengan tujuan menebarkan kejahatan dan berbuat kezaliman. Maka oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu agar kejahatan dan kezaliman tidak terus berkembang, karena sesungguhnya tipu daya setan dan juga kawan-kawan setan itu lemah dan rapuh.
Ayat-ayat yang lalu menggambarkan dua motivasi perang dan dua kelompok pada masing-masing motivasi itu. Ayat-ayat berikut menggambarkan fenomena yang ada di sebagian kelompok orang beriman yang enggan diajak berperang. Tidakkah engkau memperhatikan, wahai kaum beriman, orang-orang yang dikatakan kepada mereka, yakni orangorang yang menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang' Dikatakan kepada mereka, Tahanlah tanganmu dari berperang karena belum waktunya, laksanakanlah salat guna membangun hubungan dengan Allah, dan tunaikanlah zakat untuk membangun hubungan dengan sesama! Ketika situasi telah menuntut untuk melakukan perang karena kaum muslim bertambah teraniaya, maka mereka pun diwajibkan untuk berperang, tiba-tiba sebagian mereka golongan munafik yang telah hidup nyaman pada waktu turunnya ayat ini, takut kepada manusia sebagai musuh yakni orang-orang kafir seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dahsyat lagi takut dari itu. Dalam kondisi dihantui oleh rasa takut menghadapi musuh dan takut kehilangan kesenangan yang sudah diperoleh, mereka berkata, Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami, padahal kami belum terlepas dari kesulitan hidup' Mengapa tidak Engkau tunda kewajiban berperang itu kepada kami beberapa waktu lagi, agar kami dapat merasakan kesenangan ini lebih lama lagi' Katakanlah, Berapa lama pun kesenangan yang kalian dapatkan di dunia ini tidak ada artinya, karena kesenangan dunia itu hanya sedikit, dan kesenangan akhirat itu lebih baik karena banyak dan beraneka ragam, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa mendapat pahala turut berperang dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun baik di dunia maupun di akhirat.
Orang mukmin berperang untuk menegakkan keadilan dan membela diri, sedang orang musyrik berperang karena mengikuti hawa nafsu yang dikendalikan oleh setan dan mengembangkan angkara murka di dunia, sehingga kalau orang mukmin meninggalkan atau mengabaikan tugas berperang di jalan Allah, niscaya kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai perbuatan hawa nafsu akan merajalela.
Oleh karena tujuan berperang dalam Islam demikian suci dan murninya, yaitu untuk mempertahankan diri dan membasmi kezaliman dan angkara murka, maka hendaklah kaum Muslimin menyerang musuh-musuh Islam yang menjadi kawan-kawan setan itu, dan hendaklah diyakini, bahwa tipu daya setan itu lemah, tidak akan mampu mengalahkan orang-orang yang benar-benar beriman.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERANG DAN TUJUANNYA
Sebab itu orang-orang yang beriman janganlah sampai beriba hati melihat sikap orang-orang yang telah terbelakang jiwanya. Orang yang beriman hendaklah jalan terus.
Ayat 74
“Lantaran itu, berperanglah pada jalan Allah orang yang menjual hidup dunia dengan akhinat."
Yang berani menghadapi peperangan menegakkan jalan Allah, hanyalah orang yang telah menjual dirinya kepada Allah, telah membuat kontak dengan Allah, kehidupan dunia dengan segala macam tipu dayanya telah dijualnya kepada Allah. Diri seluruhnya telah terjual, pembelinya ialah Allah, dibeli-Nya dengan surga dan nikmat-Nya di akhirat. Maka diri yang telah dibeli Allah itu tidak dapat ditawar orang lagi. Di sana telah terpasang tiket “telah terjual". Sebab itu tidak ada penjualan dua kali! Itulah jiwa yang selalu maju, bukan jiwa yang
terbelakang. Jiwa yang terbelakang ialah karena masih terikat dengan dunia.
“Dan barangsiapa yang berpenang pada jalan Allah, lalu dia terbunuh atau menang, maka akan Kami berikan untuknya ganjaran yang besar."
Kalau diri sudah dijual habis kepada Allah, mati baik menang pun baik. Jika dia mati, karena kematiannya itulah, agama Allah hidup. Dia menjadi saksi dari kebenaran Allah dan citanya akan terus hidup. Mungkin se-bentar, karena tekanan keras dari luar, membenam dia ke bawah tanah laksana air! Nanti apabila orang menggali sumur mencari “air yang jernih, sayak yang landai", dia akan bertemu kembali, jika dia menang, merasailah dia sementara waktu hasil kemenangan itu, namun dia akan kembali juga kepada Allah buat menerima pahala ganjarannya. Terbunuh ataupun menang, tidaklah ada korban yang sia-sia di sisi Allah. Tempat sudah tersedia, yaitu tempat yang mulia.
Kemudian dengan secara susunan pertanyaan, Allah membangkitkan hati kaum yang beriman buat berperang.
Ayat 75
“Mengapa kamu tidak akan mau benpenang pada jalan Allah dan (membela) orang-orang yang telah tertindas, dari laki-laki dan perempuan dan kanak-kanak?"
Berapa banyaknya manusia yang tidak berani membuka mulut menyebut yang benar tidak berani mengerjakan ibadah dengan terang-terang karena yang berkuasa ialah orang yang zalim? Dipenuhi selalu oleh rasa takut dan cemas.
“Yang telah berkata mereka, ‘Ya Tuhan kami. Keluarkanlah kiranya kami dari negeni ini, yang penduduknya begini zalim, dan jadikanlah untuk kami, dari sisi Engkau seorang pembela.'"
Inilah keluhan teman-temanmu seagama, sepaham dan setujuan, yang tengah menderita di negeri Mekah. Ketika kamu berhijrah ke Madinah, mereka tidak sanggup turut karena lemahnya keadaan mereka. Ada laki-laki, ada perempuan, dan ada anak-anak. Selain daripada mengharapkan surga, bangkitkanlah perasaan belas kasihan kepada kawan-kawanmu itu, bebaskanlah mereka dari penindasan dengan menempuh peperangan-peperangan ini. Jadikanlah dirimu menjadi Hizbullah ‘alat-alat tentara Allah'. Buat melaksanakan kehendak Allah untuk membebaskan mereka dan mengabulkan doa dan munajat mereka yang tengah menderita. Mereka memohonkan kepada Allah agar dikirimi seorang pemimpin ataupun seorang pembela.
Pemimpin mereka ke dalam alam kemerdekaan ruhani, pembela mereka dari tindasan musuh. Dalam hati sanubari mereka selalu terbayang harapan, bilakah masanya Nabi Muhammad, pemimpin dan pembela, bersama tentara orang beriman, datang membebaskan mereka dari kezaliman.
Ayat ini adalah inti sari dari tujuan perang Islam. Baik di zaman pembangunannya yang pertama sebagai permulaan ayat ini turun maupun untuk selanjutnya. Di dalam surah al-Hajj ayat 40 sudah diterangkan garis politik perang Islam, yaitu kalau tidak ada per tahanan -yang kuat, niscaya akan diruntuh orang tempat-tempat beribadah, baik Sina-gog tempat orang Yahudi sembahyang atau Gereja dan Biara tempat orang Nasrani memuja, apatah lagi Masjid tempat orang Islam berjamaah. Dengan ayat ini ditegaskan lagi, yaitu untuk membela orang-orang yang tertindas. Semangat ini berjalan terus, sampai di kala tentara Islam menaklukkan Palestina, penduduk asli Palestina yang beragama Kristen merasa benar-benar bahwa kedatangan Islam ialah membebaskan mereka dari tindasan penguasa Romawi, walaupun mereka satu agama dengan penduduk yang mereka jajah sehingga Patrik dan Uskup Palestina memohon Khalifah Umar bin Khaththab yang datang menerima penyerahan mereka atas kota itu.
Ayat selanjutnya menegaskan lagi tentang tujuan perang orang Mukmin dan perbedaannya dengan tujuan perang orang kafir.
Ayat 76
“Orang-orang yang beriman, berperanglah mereka pada jalan Allah, tetapi orang-orang yang kafir berperanglah mereka pada jalan thagut."
Tentang arti thagut telah banyak kita uraikan sebelum ini, dari rumpun kata thughyan, yaitu kesewenang-wenangan, nafsu angkara murka, ambisi, gila kekuasaan, sehingga kadang-kadang telah mengambil hak Allah. Maka peperangan orang kafir adalah dari dorongan nafsu thagut. Sebab itu diperintahkanlah orang yang beriman memerangi thagut. Sebab sumber ilham thagut, bukan dari Allah, melainkan dari setan.
“Maka perangilah olehmu pengikut-pengikut setan itu. Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah."
Berperang mempertahankan sabilillah adalah berdasar iman, sedang peperangan pengikut setan berdasar kepada hawa nafsu angkara murka. Auliaur rahman berhadap-hadapan dengan Auliaussetan. Tetapi tipu daya setan tidaklah akan lama sebab dasarnya amat lemah. Setanlah yang selalu membisikkan dan memberi advis kepada pengikut-pengikutnya itu memujikan kezaliman dan kejahatan. Setanlah yang senang sekali kalau negeri kacau, bangunan hancur, dan manusia musnah. “Tidak apa," kata setan—sebab dendam hatinya akan lepas. Tetapi dasarnya lemah, sebab itu tidak juga akan menang.
Sudah menjadi sunnatullah di alam ini, yang benar selalu bertentangan dengan yang salah, yang hak dengan yang batil. Namun
yang hak tetap di atas dan yang batil runtuh ke bawah. Dalam pergumulan pendirian benar dan pendirian yang salah, yang lebih kekal ialah yang lebih sesuai dengan irama hidup manusia. Batil bisa menang sebentar, namun dia akan sirna sebagaimana sirnanya embun pagi apabila matahari telah naik. Orang yang berperang pada jalan Allah ialah menuntut masyarakat yang lebih sempurna, yang adil dan makmur yang semua manusia bebas me-muja Tuhannya, dan hilang penindasan manusia atas manusia.
Kalau ini belum tercapai, mereka belum berhenti dan mana yang telah tercapai mereka pertahankan. Tetapi kaum kafir bila berperang—karena penasihatnya ialah setan— maksud mereka yang utama ialah balas dendam, berkuasa meskipun tidak atas kebenaran, memperbudak dan menindas sesama manusia untuk kepentingan syahwat dan nafsu angkara sehingga si lemah selalu berlinang air mata, bahkan air mata darah.
Maka di antara hak dan batil selalulah berperang. Yang batil akan selalu timbul kalau yang hak tertidur dan terlengah. Pembela yang hak sekali-kali tidak boleh lemah hati dan tidak boleh putus asa. Karena keteguhan hati sebab sucinya cita-cita adalah sumber kekuatan yang hakiki. Sumber ilham akan menghadapi segala kesulitan.
Perang seperti inilah yang boleh dikatakan jihad fii sabilillah, yakni perang karena mempertahankan agama. Maka perang Kerajaan Turki Osmani dengan Kerajaan Iran Shafawi di abad-abad kedelapan belas bukanlah jihad fii sabilillah. Penaklukan raja-raja Osmani ke tanah-tanah Islam sendiri di abad-abad keenam belas sehingga tidak dapat lagi kekuatan kerajaan-kerajaan Islam dipergunakan untuk membela nasib berjuta-juta kaum Muslimin di Andalusia (Spanyol) sampai akhirnya terusir habis, bukanlah jihad fii sabilillah. Tetapi peperangan Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Tengku Tjhik
Di Tiro, dan umumnya peperangan-pepe-rangan negeri-negeri Islam mengusir penjajahan kafir, asal niat sejak semula tegak, termasuklah perang/// sabilillah. Dan tidaklah menjadi jihad fii sabilillah ketika Pemerintah Turki telah kepayahan pada Perang Dunia Pertama (1914—1918) telah sangat terdesak lalu menyebut-nyebut sabilillah padahal dari beberapa tahun sebelum perang itu pecah, Pemimpin Partai lttihad wat Tarraqqi telah lebih mementingkan kebangsaan Turki Tau-rani dari kesatuan aqidah islamiyah sehingga rakyat mereka yang Islam mereka tindas, sehingga bangsa Arab dapat dibujuk oleh Inggris dan Perancis, memberontak kepada Turki. Padahal setelah mereka lepas dari Turki, bertahun-tahun lamanya mereka ditindas oleh bangsa-bangsa yang menipu mereka itu sehingga akhirnya Palestina diserahkan oleh Inggris kepada Yahudi.
Semoga timbullah kembali pengertian kita umat yang memeluk Islam apa arti dan apa syarat hukum dan rukun Jihad fii Sabilillah atau “Perang Sabil" bagi menegakkan agar kalimat Allah di atas dan kalimat orang yang kafir runtuh ke bawah.
Oleh sebab itu, semuanya, hati-hatilah kita memakai kata-kata jihad fi sabilillah ini. Karena kata-kata thagut yang berarti setan kadang-kadang terpecah menjadi thaghiyah, yaitu pemimpin-pemimpin atau kepala-kepala pemerintahan yang sangat besar hawa nafsunya berkuasa, tamak dan loba hendak melakukan penyerbuan ke negeri lain untuk melebarkan kuasa. Lalu mereka perkuda ulama-ulama penjual iman untuk mengeluarkan fatwa bahwa perang “beliau" adalah sabilillah. Padahal Sabilith Thagut.