Ayat
Terjemahan Per Kata
وَسِيقَ
dan dihalau/digiring
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱتَّقَوۡاْ
(mereka) bertakwa
رَبَّهُمۡ
Tuhan mereka
إِلَى
ke
ٱلۡجَنَّةِ
sorga
زُمَرًاۖ
berbondong-bondong
حَتَّىٰٓ
sehingga
إِذَا
apabila
جَآءُوهَا
mereka sampai kepadanya
وَفُتِحَتۡ
dan dibuka
أَبۡوَٰبُهَا
pintu-pintunya
وَقَالَ
dan berkata
لَهُمۡ
kepada mereka
خَزَنَتُهَا
penjaga-penjaganya
سَلَٰمٌ
kesejahteraan
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
طِبۡتُمۡ
baiklah/bahagialah kamu
فَٱدۡخُلُوهَا
maka masukilah ia/sorga itu
خَٰلِدِينَ
dalam keadaan kekal
وَسِيقَ
dan dihalau/digiring
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱتَّقَوۡاْ
(mereka) bertakwa
رَبَّهُمۡ
Tuhan mereka
إِلَى
ke
ٱلۡجَنَّةِ
sorga
زُمَرًاۖ
berbondong-bondong
حَتَّىٰٓ
sehingga
إِذَا
apabila
جَآءُوهَا
mereka sampai kepadanya
وَفُتِحَتۡ
dan dibuka
أَبۡوَٰبُهَا
pintu-pintunya
وَقَالَ
dan berkata
لَهُمۡ
kepada mereka
خَزَنَتُهَا
penjaga-penjaganya
سَلَٰمٌ
kesejahteraan
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
طِبۡتُمۡ
baiklah/bahagialah kamu
فَٱدۡخُلُوهَا
maka masukilah ia/sorga itu
خَٰلِدِينَ
dalam keadaan kekal
Terjemahan
Orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan sehingga apabila mereka telah sampai di sana dan pintu-pintunya telah dibuka, para penjaganya berkata kepada mereka, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu), berbahagialah kamu. Maka, masuklah ke dalamnya (untuk tinggal) selama-lamanya!”
Tafsir
(Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa) dengan lemah lembut (ke dalam surga berombong-rombongan pula, sehingga apabila mereka sampai ke surga itu pintu-pintunya telah dibuka) huruf Wau dalam ayat ini menunjukkan makna Hal dengan diperkirakan adanya lafal Qad sesudahnya (dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan atas kalian, berbahagialah kalian) lafal Thibtum menjadi Hal (maka masukilah surga ini, sedangkan kalian kekal di dalamnya") telah ditetapkan untuk menjadi penghuni yang abadi di dalamnya. Jawab lafal Idzaa diperkirakan keberadaannya, yakni lalu mereka memasukinya. Dan dibawanya orang-orang yang bertakwa ke dalam surga serta dibukakannya pintu-pintu surga sebelum mereka datang, hal ini sebagai penghormatan buat mereka. Sedangkan digiringnya orang-orang kafir serta dibukakannya pintu-pintu neraka Jahanam sewaktu mereka datang dimaksud sebagai hinaan buat mereka agar panas neraka Jahanam itu dapat dirasakan oleh mereka sebelum memasukinya.
Tafsir Surat Az-Zumar: 73-74
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. Dan mereka mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini, sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja kami kehendaki." Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.
Ini menceritakan, keadaan orang-orang yang bahagia, yaitu orang-orang yang mukmin, pada saat mereka digiring dengan berkendaraan sebagai perutusan yang terhormat untuk dimasukkan ke dalam surga secara berombong-rombongan, yakni gelombang demi gelombang. Golongan yang pertama masuk adalah kaum Muqarribin, lalu kaum Abrar, kemudian orang-orang sesudah mereka, lalu menyusul golongan sesudah mereka lagi. Masing-masing rombongan digabungkan bersama orang-orang yang setara kedudukannya, yaitu para nabi dengan para nabi, kaum siddiqin bersama orang-orang yang setara dengan mereka, para syuhada bersama orang yang sejenis dengan mereka, dan para ulama bersama teman-temannya; setiap golongan bersama gelpngan yang setingkat satu sama lainnya.
Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu. (Az-Zumar: 73) Yakni sampai ke pintu-pintunya sesudah melampaui sirat, lalu mereka diberhentikan di sebuah jembatan yang memisahkan antara surga dan neraka, kemudian dilakukanlah hukum qisas yang terjadi di antara mereka ketika di dunia. Setelah diri mereka telah dibersihkan dan diri mereka telah suci dari dosa-dosa, barulah mereka diizinkan untuk memasuki surga. Di dalam hadis yang menceritakan as-sur (sangkakala) disebutkan bahwa apabila orang-orang mukmin telah sampai di depan pintu-pintu surga, mereka bermusyawarah untuk mencari seseorang yang akan meminta izin masuk ke dalam surga bagi mereka.
Kemudian mereka menuju kepada Adam, lalu Nuh, lalu Ibrahim, lalu Musa, lalu Isa, dan akhirnya Nabi Muhammad ﷺ Perihalnya sama dengan apa yang telah mereka lakukan saat mereka berada di padang mahsyar ketika meminta syafaat kepada Allah ﷻ agar Allah cepat datang guna memutuskan peradilan (di antara mereka). Hal ini untuk menonjolkan kemuliaan dan keutamaan Nabi Muhammad ﷺ atas semua manusia pada semua tempat dan kondisi. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui sahabat Anas r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku adalah orang yang mula-mula memberi syafaat di surga. Dan menurut lafaz lainnya yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan: Aku adalah orang yang mula-mula mengetuk pintu surga. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku mengetuknya, maka penjaga surga bertanya, "Siapakah engkau? Maka kujawab, "Muhammad.
Penjaga surga berkata, "Karena engkaulah aku diperintahkan bahwa aku tidak boleh membuka (pintu surga) buat siapa pun sebelum engkau. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Amr ibnu Muhammad An-Naqid dan Zuhair ibnu Harb, keduanya dari Abun Nadr Hasyim ibnul Qasim, dari Sulaiman alias Ibnul Mugirah Al-Qaisi, dari Sabit, dari Anas r.a. dengan sanad yang sama. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka-seperti bulan di malam purnama; mereka tidak pernah meludah di dalam surga dan tidak pernah berdahak serta tidak pernah buang air.
Wadah-wadahan mereka dan sisir mereka dari emas dan perak; pedupaan mereka adalah getah kayu uluwwah, dan keringat mereka berbau minyak kesturi. Masing-masing dari mereka mempunyai dua orang istri yang karena cantiknya sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya. Tidak ada perselisihan di antara mereka dan tidak ada saling membenci (di antara mereka), hati mereka sama dengan hati seseorang; mereka selalu bertasbih menyucikan Allah setiap pagi dan petang.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Muqatil, dari Ibnul Mubarak. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi', dari Abdur Razzaq; keduanya (yakni Ibnul Mubarak dan Abdur Razzaq) dari Ma'mar berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah ﷺ Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka seperti bulan di malam purnama. Dan orang-orang yang sesudah mereka rupanya seperti bintang yang cahayanya paling terang di langit.
Mereka tidak pernah buang air kecil, tidak pernah buang air besar, tidak pernah meludah, dan tidak pernah berdahak. Sisir mereka dari emas, keringat mereka berbau minyak kesturi, dan pedupaan mereka adalah uluwwah, istri mereka dari bidadari, dan akhlak mereka adalah akhlak satu orang, dan bentuk mereka seperti bentuk bapak moyang mereka yaitu Adam tingginya enam puluh hasta menjulang ke langit.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini melalui Jarir. ". ". ". Az-Zuhri telah meriwayatkan dari Sa'id, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Kelak akan masuk surga dari kalangan umatku suatu rombongan (tanpa hisab) yang berjumlah tujuh puluh ribu orang, wajah mereka bersinar terang bagaikan rembulan di malam purnama. Maka berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan r.a., lalu berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk salah seorang dari mereka." Maka Rasulullah ﷺ berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia termasuk dari golongan mereka.
Kemudian berdiri pula seorang lelaki dari kalangan Ansar, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah ﷻ semoga Dia menjadikan diriku termasuk golongan mereka." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Ukasyah telah lebih dahulu darimu mendapatkannya. Hadis ini diriwayatkan pula dengan teks yang menyebutkan 'tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa dihisab', diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas, Jabir ibnu Abdullah, Imrah ibnu Husain, Ibnu Mas'ud, Rifa'ah ibnu Arrabah Al-Juhani, dan Uramu Qais binti Mihsan; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka. Menurut Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan pula melalui Abu Hazim, dari Sahi ibnu Sa'd r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: -: ".
Sesungguhnya akan masuk surga dari kalangan umatku sebanyak tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang; sebagian dari mereka memegang sebagian yang lain, hingga orang yang pertama dan orang yang terakhir dari mereka masuk surga (bersama-sama); wajah mereka indah bercahaya seperti rembulan di malam purnama. Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ziad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah Al-Bahili r.a. mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Tuhanku telah menjanjikan kepadaku bahwa Dia akan memasukkan ke dalam surga sebagian dari umatku berjumlah tujuh puluh ribu orang, masing-masing dari tiap seribu orang membawa tujuh puluh ribu orang, tiada hisab atas mereka dan tiada azab, juga dimasukkan pula sejumlah tiga raupan dari raupan tangan Tuhanku.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Hakim ibnu Amir, dari Abul Yaman alias Amir ibnu Abdullah ibnu Yahya, dari Abu Umamah. Imam Tabrani meriwayatkannya dari Uyaynah ibnu Abdus Salma dengan teks: Kemudian setiap seribu orang membawa tujuh puluh ribu orang. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Sauban dan Abu Sa'id Al-Anmari, yang mempunyai banyak syahid yang menguatkannya diriwayatkan melalui jalur-jalur yang cukup banyak.
Firman Allah ﷻ: Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73) Jawaban mereka tidak disebutkan dalam ayat ini. Bentuk lengkapnya ialah bahwa sehingga manakala mereka telah sampai ke surga, dan hal-hal yang disajikan terhadap mereka seperti dibukakannya semua pintu surga bagi mereka merupakan suatu penghormatan dan pengagungan bagi mereka; dan para malaikat penjaga surga menyambut kedatangan mereka dengan berita gembira, salam, dan pujian.
Sebagaimana Malaikat Zabaniyah (malaikat juru siksa) menyambut kedatangan orang-orang kafir dengan caci maki dan kecaman. Maka apabila hal itu terjadi, ahli surga merasa berbahagia, senang, gembira, dan riang; masing-masing merasakannya sesuai dengan kenikmatan yang telah disediakan baginya di dalam surga. Apabila jawab (istilah Nahwu, pent.) tidak disebutkan dalam ayat ini, maka hati pembaca akan dipenuhi dengan rasa harap dan angan-angan (untuk mengetahui kelanjutannya). Dan orang yang menduga bahwa huruf wawu yang terdapat di dalam firman-Nya: sedangkan pintu-pintunya telah terbuka. (Az-Zumar: 73) adalah wawu samaniyah, lalu ia menyimpulkan dari ayat ini bahwa semua pintu surga itu berjumlah delapan.
Maka sesungguhnya ia jauh dari kebenaran dalam kesimpulannya, dan berarti telah meruwetkan permasalahan. Karena sesungguhnya pengertian jumlah semua pintu surga ada delapan buah itu hanyalah disimpulkan dari hadis-hadis sahih yang membicarakannya, bukan dari ayat ini. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang membelanjakan sejodoh hartanya (ternaknya) di jalan Allah ﷻ, maka ia akan diseru dari semua pintu surga. Dan surga itu mempunyai banyak pintu masuk.
Maka barang siapa yang ahli salat, ia diseru dari pintu salat. Barang siapa ahli sedekah, ia diseru dari pintu sedekah. Barang siapa ahli jihad, ia diseru dari pintu jihad. Dan barang siapa ahli puasa, ia diseru dari pintu Ar-Rayyan. Maka sahabat Abu Bakar bertanya, "Wahai Rasulullah, tidak menjadi masalah bagi seseorang bila ia diseru dari pintu mana pun, tetapi apakah ada seseorang yang diseru dari semua pintu surga?" Rasulullah ﷺ menjawab: Ya, ada.
Dan aku berharap semoga engkau termasuk di antara mereka. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Az-Zuhri dengan lafaz yang semisal. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Hazim alias Salamah ibnu Dinar, dari Sahi ibnu Sa'd r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat delapan buah pintu; salah satunya dinamakan Ar-Rayyan, tiada seorang pun yang masuk darinya kecuali hanya orang-orang yang puasa.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Umar ibnul Khattab r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: -: Tidak sekali-kali seseorang dari kamu berwudu dengan sangat atau dengan sempurna, kemudian mengucapkan doa, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, melainkan dibukakan baginya semua pintu surga yang delapan, dia dapat memasukinya dari pintu mana pun yang disukainya. Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isamil ibnu Iyasy, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Mu'az r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kunci surga ialah (kalimat) "Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Hadits-Hadits Tentang Pintu Surga Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a. tentang hadis syafaat yang cukup panjang, yang antara lain seperti berikut: .
". Maka Allah ﷻ berfirman, "Hai Muhammad, masukkanlah orang yang tidak ada hisab baginya dari kalangan umatmu dari pintu sebelah kanan, dan pintu lainnya dipersekutukan oleh semua orang. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu dari salah satu pintu surga yaitu lebar dari kedua daun pintu (gerbang)nya benar-benar sama dengan jarak antara Mekah ke Hajar atau antara Hajar ke Mekah. Dan menurut riwayat lain disebutkan: antara Mekah dan Basra.
Di dalam Sahih Muslim disebutkan dari Atabah ibnu Gazwan, bahwa ia pernah berkhotbah kepada mereka sekali khotbah, antara lain ia mengatakan: bahwa telah diceritakan kepada kami bahwa jarak di antara kedua sisi pintu dari suatu pintu-pintu surga sama dengan perjalanan empat puluh tahun. Dan sesungguhnya akan datang padanya suatu hari, sedangkan pintu itu akan penuh sesak karena banyaknya orang yang masuk.
Di dalam kitab Al-Musnad disebutkan dari Hakim ibnu Mu'awiyah, dari ayahnya, dari Rasulullah ﷺ hal yang semisal. Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu surga sama dengan jarak perjalanan empat puluh tahun. Adapun firman Allah ﷻ: dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu!" (Az-Zumar: 73) Yakni alangkah baiknya amal perbuatan dan ucapan kalian, alangkah baiknya usaha kalian, dan alangkah baiknya balasan pahala kalian.
Seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ agar diserukan di kalangan kaum muslim dalam suatu peperangan: "". Sesungguhnya surga itu tidak dapat dimasuki kecuali oleh jiwa yang muslim atau mukmin. Adapun firman Allah ﷻ: Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73) Yakni tinggallah kalian di dalamnya untuk selama-lamanya, kalian tidak akan mau pindah darinya. Dan mereka mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami. (Az-Zumar: 74) Maksudnya, orang-orang mukmin itu apabila telah menyaksikan pahala mereka yang berlimpah di dalam surga dan pemberian yang besar, nikmat yang abadi, dan kerajaan yang besar, maka pada saat itu mereka mengatakan: Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami. (Az-Zumar: 74) Yaitu apa yang telah dijanjikan-Nya melalui lisan rasul-rasul-Nya yang mulia, sebagaimana mereka pun mengatakannya dalam doa mereka semasa di dunia: Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau.
Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. (Ali Imran: 194) Dan mereka mengatakan pula dalam doanya: dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami ke (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran" (Al-A'raf: 43) Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.
Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu."(Fatir: 34-35) Dan ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya: dan telah memberi kepada kami tempat ini, sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang telah kami kehendaki. Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (Az-Zumar: 74) Abul Aliyah, Abu Saleh, Qatadah, As-Saddi, serta Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tanah dalam ayat ini ialah surga.
Ayat ini semakna dengan firman-Nya: Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz, bahwa bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Al-Anbiya: 105) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja kami kehendaki. (Az-Zumar: 74) Yakni di bagian mana pun kami ingin menempatinya diperkenankan, maka sebaik-baik pahala adalah yang telah kami terima sebagai balasan dari amal perbuatan kami. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Az-Zuhri, dari Anas r.a. tentang kisah Mi'raj, bahwa Nabi ﷺ bersabda: Aku dibawa masuk ke dalam surga, tiba-tiba di dalamnya terdapat bukit-bukit dari mutiara dan tanahnya adalah minyak kesturi.
"" Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah bertanya kepada Ibnu Sa'id tentang tanah surga, maka Ibnu Sa'id menjawab, "Tanahnya putih, baunya sangat harum seperti minyak kesturi yang murni." Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Benar." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadis Abu Salamah, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a. [] Imam Muslim telah meriwayatkan pula dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Abu Usamah, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a. yang menceritakan bahwa sesungguhnya Ibnu Sa'id pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang tanah surga, maka beliau ﷺ menjawab: Pasir putih terdiri dari minyak kesturi yang murni. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Asim Ibnu Damrah, dari Ali ibnu AbuTalib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). (Az-Zumar: 73) Mereka digiring hingga sampai di pintu surga, mereka menemukan padanya sebuah pohon yang dari bagian bawah pohon itu memancar dua mata air.
Lalu mereka pergi ke salah satu mata air itu dan bersucilah mereka dari airnya. Maka memancarlah dari tubuh mereka sinar kebahagiaan, dan kulit mereka tidak berubah lagi sesudahnya untuk selama-lamanya; dan rambut mereka tidak awut-awutan lagi selama-lamanya sesudah itu, seakan-akan rambut mereka diminyaki. Kemudian mereka pergi ke mata air yang lainnya seakan-akan mereka mendapat perintah, lalu minumlah mereka dari airnya.
Maka lenyaplah semua kotoran dan penyakit yang ada pada perut mereka sebelumnya. Para malaikat menyambut kedatangan mereka di depan pintu surga: Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73) Semua pelayan surga menyambut kedatangan tuannya masing-masing seraya mengelilinginya sebagaimana menyambut kedatangan tuannya yang lama pergi dari pengembaraannya seraya berkata, "Bergembiralah, Allah telah menyediakan anu dan anu sebagai penghormatan buatmu." Kemudian salah seorang dari pelayannya pergi menemui istri-istrinya dari kalangan bidadari, lalu mengatakan kepada mereka, "Si anu telah datang," seraya menyebut namanya saat di dunia.
Maka mereka bertanya, "Apakah kamu benar-benar melihat kedatangannya?" Pelayan itu menjawab, "Ya." Maka kegembiraan mereka meledak sehingga tidak sabar lagi mereka keluar menuju pintu. Lalu datanglah suami mereka, tiba-tiba menjumpai tempatnya telah dilengkapi dengan bantal-bantal yang bersusun, gelas-gelas yang terletak di dalamnya, dan permadani-permadani yang terhampar. Kemudian ia melihat ke arah fondasi bangunan gedungnya; ternyata ia menjumpainya dibangun di atas fondasi mutiara, ada yang merah, ada yang hijau, ada yang kuning, ada yang putih, dan semua warna lainnya.
Kemudian ia arahkan pandangannya ke bagian atas gedung; seandainya Allah ﷻ tidak memberinya kekuasaan, niscayalah matanya akan buta karena bagian atasnya berkilauan seperti kilat. Kemudian ia memandang ke arah istri-istrinya dari kalangan bidadari, setelah itu ia bersandar pada dipan dipan pelaminannya seraya berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. (Al-A'raf: 43) Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan: -: -: -: ". -: -: -: -: .
[:14]- -: ". telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Malik ibnu Ismail An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu Ja'far Al-Bajali yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Mu'az Al-Basri mengatakan bahwa sesungguhnya Ali r.a. di suatu hari berada di rumah Nabi ﷺ, lalu Nabi ﷺ bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya mereka apabila dibangkitkan dari kuburnya, maka didatangkanlah kepada mereka (ahli surga) unta kendaraan yang bersayap yang berpelanakan emas, tali terompah mereka dari cahaya yang berkilauan; setiap langkah dari unta kendaraan itu dapat mencapai jarak sejauh mata memandang.
Perjalanan mereka sampai di sebuah pohon yang dari akarnya menyumber dua buah mata air. Lalu dari salah satunya mereka minum, maka tercuci bersihlah semua kotoran yang ada di dalam perut mereka. Dan mereka mandi dari mata air yang lainnya, maka kulit mereka tidak lagi keriput dan rambut mereka tidak awut-awutan lagi untuk selama-lamanya sesudah itu, dan dari penampilan mereka terpancarkan kehidupan yang menyenangkan.
Hingga sampailah mereka di depan pintu surga, dan mereka menjumpai lingkaran pegangan pintunya terbuat dari yaqut merah yang dihiasi dengan lempengan emas. Lalu mereka memukulkan lingkaran itu pada lempengan emas, maka terdengarlah suara dentingan yang kedengarannya seperti suara, 'Hai Ali,' sehingga sampailah suara itu ke telinga para bidadari calon istri-istrinya, dan mereka mengerti bahwa suami mereka telah tiba.
Lalu istri-istrinya mengutus dayangnya untuk menyambut kedatangan suaminya itu. Manakala si suami melihat kedatangan dayang itu, maka ia menyungkur kepadanya Maslamah mengatakan bahwa menurut hematku Ali bermaksud mengatakan menyungkur bersujud kepadanya. Maka si dayang itu berkata kepadanya, 'Angkatlah kepalamu, sesungguhnya aku ini hanyalah dayangmu, aku disuruh untuk menyambut kedatanganmu.' Lalu ia mengikutinya. Para istrinya sudah tidak sabar lagi menyambut kedatangannya, mereka keluar dari kemah berlian dan yaqutnya, lalu langsung memeluk suaminya seraya berkata, "Engkau adalah kekasihku dan aku adalah kekasihmu, akulah istrimu yang kekal yang tidak akan mati, akulah istri yang selalu senang dan tidak pernah sengsara, akulah istri yang selalu rela dan tidak pernah marah, akulah istri yang setia yang selalu berada di tempat dan tidak pernah pergi." Lalu ia memasuki sebuah gedung yang tingginya dari fondasinya adalah seribu hasta, dibangun di atas fondasi mutiara yang beraneka ragam warnanya, kuning, hijau, merah; tiada suatu batu mutiara pun dari fondasi itu yang sewarna dengan lainnya.
Di dalam gedung itu terdapat tujuh puluh pelaminan, setiap palaminan mempunyai tujuh puluh buah kasur, dan pada setiap kasur terdapat tujuh puluh orang istri; setiap istri mengenakan tujuh puluh macam perhiasan dan pakaian, sumsum betisnya dapat kelihatan dari balik pakaian yang dikenakannya; dan untuk menyetubuhinya diperlukan waktu semalam suntuk seperti malam kalian ini. Sungai-sungai mengalir di bawah mereka (penduduk surga).
Ada sungai air yang tawar, bersih tidak ada kotoran padanya; ada sungai susu yang tidak berubah rasanya, yakni bukan seperti yang dikeluarkan dari tetek hewan perahan; dan ada sungai khamr yang lezat rasanya bagi para peminumnya, bukan seperti khamr yang diperas dengan kaki manusia; ada pula sungai madu yang disaring, bukan seperti madu yang dihasilkan dari perut lebah.
Ia dapat memetik buah pepohonan surga sekehendak hatinya, baik dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun bersandar. Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Maka bila ia menginginkan makanan, datanglah kepadanya burung putih dan adakalanya burung hijau, lalu burung itu mengangkat sayapnya, maka ia dapat makan dari lambung burung itu segala macam makanan yang disukainya. Setelah itu burung tersebut terbang pergi, dan masuklah kepadanya malaikat yang mengatakan kepadanya, "Kesejahteraan di limpahkan atas kalian, itulah surga yang diwariskan (diberikan) kepadamu sebagai balasan dari apa yang telah kalian kerjakan (selama di dunia)." Seandainya sebilah rambut bidadari dijatuhkan ke bumi, niscaya cahayanya dapat menerangi bagian gelap yang tidak terjangkau oleh sinar matahari.
Hadis ini berpredikat garib, seakan-akan hadis ini mursal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Dan pada waktu yang bersamaan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dan beramal saleh, diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka telah sampai kepadanya yakni ke pintu surga dan kemudian pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, 'Kesejahteraan senantiasa dilimpahkan atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah dengan suka cita, dan kamu kekal menetap di dalamnya untuk selama-lamanya. '74. Mereka dipersilakan masuk dengan penuh suka cita, dan mereka pun lalu berkata, 'Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memenuhi janji-Nya melalui para rasul kepada kami, dan telah memberikan tempat, yakni surga, ini kepada kami, sedang kami diperkenankan menempati surga di mana saja yang kami kehendaki. ' Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal kebajikan di dunia.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang mukmin yang bertakwa dengan penuh penghormatan dituntun menuju surga Jannatun Na'im. Mereka mendapati pintunya telah terbuka lebar dan di sana telah menunggu para penjaga pintu itu dengan penuh hormat dan hikmat sambil mengucapkan kepada mereka 'Assalamu 'alaikum". Itu adalah ucapan selamat datang bagi mereka dan memohonkan doa kepada Allah semoga tetap berbahagia dengan karunia dan nikmat yang disediakan untuk mereka di dalam surga ini. Kemudian mereka dipersilakan dengan hormat agar segera masuk ke dalam surga dan dikatakan kepada mereka, "Kamu kekal di dalamnya buat selama-lamanya."
Para Mukminin itu datang berombongan. Rombongan pertama ialah orang-orang yang paling dekat kepada Allah dan paling tinggi derajatnya di sisi-Nya sesuai dengan iman, takwa, dan amal saleh mereka di dunia. Rombongan yang kedua adalah orang-orang yang lebih rendah derajatnya dari rombongan yang pertama. Demikianlah seterusnya sampai semua kaum Muslimin masuk ke dalamnya. Pintu surga terbuka bagi mereka sebagaimana disebutkan pula pada ayat lain:
Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) tempat kembali yang terbaik, (yaitu) surga 'Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka. (shad/38: 49-50)
Dalam surga itu mereka memperoleh berbagai macam kenikmatan dan kesenangan yang belum pernah terpikirkan oleh siapa pun di dunia ini. Nikmat dan karunia yang demikian itu dapat dicapai dengan berbagai macam amal dan ibadah yang dikerjakan oleh manusia selama hidupnya di dunia.
Diterangkan oleh hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khaththab bahwa Rasulullah pernah bersabda
Siapa di antara kamu yang berwudu dengan sempurna kemudian dia mengucapkan, "Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, niscaya akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang banyaknya delapan buah dan dia dibolehkan masuk dari pintu mana saja yang ia sukai. (Riwayat Muslim dan selainnya)
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Rombongan pertama yang masuk surga mukanya laksana bulan purnama (di malam keempat belas). Rombongan berikutnya mukanya cemerlang seperti bintang yang paling cemerlang di cakrawala (bintang kejora). (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad bahwa Rasulullah bersabda:
Di dalam surga itu ada delapan buah pintu, salah satu pintu itu bernama ar-Rayyan. Pintu itu hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEMBALILAH KEPADA ALLAH!
Ayat 60 ini masihlah ada sambungannya dengan ayat-ayat yang sebelumnya yang berangkai sejak ayat 53, yang melukiskan betapa kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya yang ingin memohonkan ampun dan bertobat, lalu kembali kepada jalan yang benar. Selama nyawa masih dikandung badan pintu tobat masih tetap terbuka. Tetapi orang yang masih berkeras saja di dalam kufur, maka di akhirat kelak tidak ada waktunya lagi buat bertobat. Sebab di sana keadilan akan ditegakkan. Maka di dalam ayat 60 ini ditegaskanlah kembali nasib buruk orang yang kufur, tidak mau percaya itu.
Ayat 60
“Dan pada hani Kiamat akan engkau lihat orang-orang yang berbuat dusta atas Allah, mukanya akan dihitamkan."
Ungkapan kata “muka dihitamkan" ini banyak juga terpakai dalam kata-kata sehari-hari. Orang yang dikuras, dibuka rahasianya di muka hakim, disimbabkan dan dijemur di muka umum kesalahan yang telah diperbuatnya, meskipun dia telah mencoba mengemukakan berbagai dalih untuk mengelak, dengan jawab yang berbelit-belit, hitamlah mukanya karena telah terbongkar rahasianya dan terbuka kehinaannya.
Orang yang tadinya dihormati orang, disegani, disangka seorangyang jujur, pada suatu hari tertangkap basah karena berbuat sesuatu yang curang, hitamlah mukanya dan tidaklah sanggup dia lagi melihat wajah orang banyak. Betul-betul dia kehilangan muka. Sebab muka adalah gambaran dari perasaan hati. Orang yang biasa jujur, kelihatan jernih mukanya. Seorang penjahat kelihatan hitam mukanya. Raut muka halus sekali buat membayangkan isi batin seseorang. Sebab itu maka tersebut dalam sebuah hadits Nabi ﷺ dari Abu Sa'id Al-Khudri,
“Awaslah kamu akan firasat orang yang beriman karena sesungguhnya dia memandang dengan nur (cahaya) Allah." (HR Tirmidzi)
Maka akan hitamlah wajah orang-orang yang di masa hidupnya telah berdusta terhadap Allah itu, karena diri mereka telah dihinakan. Kedudukan yang mentereng masa di dunia fana tidak ada harga lagi, walaupun sebesar zarrah. Kemudian di ujung ayat datanglah kepastian dari Allah, tetapi berupa pertanyaan,
“Bukankah di dalam neraka Jahannam tempat tetap bagi orang-orang yang menyombongkan dini?"
Di mana lagi, kalau bukan di sana?
Kembali kepada muka yang dihitamkan. Sesungguhnya muka yang dihitamkan, adalah sebagai imbalan dan sikap sombong di waktu hidup di dunia dahulu. Orang-orang yang sombong itu pun selalu terbayang kesombongannya pada raut mukanya. Maka muka yang dihitamkan ialah timbalan dari muka yang memperlihatkan kesombongan di kala hidup di dunia.
Ayat 61
“Dan Allah akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka."
Di ayat ini jelaslah bahwasanya seseorang yang mencapai martabat takwa ialah sesudah menempuh jihad yang hebat dan dahsyat, terutama jihad dengan hawa nafsunya sendiri. Tidaklah ada dalam perjalanan hidup hendak menegakkan takwa yang akan bertemu dengan jalan datar bertabur kembang semata, bahkan sebaliknya. Duri dan onak, akar dan rotan bersilang siur di tengah jalan. Tidak ada iman yang tidak kena ujian. Setapak demi setapak perjalanan pasti bertemu rintangan. Apabila manusia sudah saat melepaskan dirinya karena imannya dari rintangan itu, naiklah martabat takwanya. Artinya dia telah menang. Kemenangan-kemenangannya itulah yang menyebabkan keselamatan mereka dari adzab, “Tidaklah mereka akan disentuh oleh yang buruk" lagi. Sebab berbagai kepahitan telah mereka alami di dunia,
“Dan tidaklah mereka akan berduka cita."
Yang akan menyebabkan seseorang berduka cita tidak akan disaatinya lagi. Tidak disenang dan digembirakan. Dia ditinggi dan dimuliakan sehingga penyesalan seperti yang dilukiskan Allah pada ayat 56, 57, dan 58 di atas tadi tidaklah akan timbul dari mereka yang diselamatkan oleh Allah itu.
Ayat 62
“Allah-lah pencipta segala sesuatu."
Kalau tidaklah disebutkan tiap-tiap sesuatu, bukan saja yang besar, bahkan yang sekecil-kecilnya pun.
“Dan Dia atas tiap-tiap sesuatu itu adalah melindungi"
Cara Allah melindungi itu kadang-kadang memang sangat menakjubkan kita. Kadang-kadang pelindungan itu Dia berikan dalam bentuk keseimbangan. Misalnya tentang melindungi kesuburan pohon kayu, Allah menjadikan daun-daun kayu yang telah tua gugur dari tampuknya. Dia amat berguna untuk memelihara kesuburan bumi yang ada di keliling pohon itu. Dan naungan dahan-dahan yang masih berdaun muda lebat sangat besar faedahnya bagi menyegarkan udara.
Kadang-kadang kita perhatikan betapa sangat besar pelindungan dari burung-burung untuk memakan ulat-ulat. Sebenarnya ulat-ulat itu perlu. Tetapi bila dia telah berlebih dari kadarnya, dia bisa merusakkan tanaman. Tiba-tiba datang burung-burung, dimakannya ulat-ulat itu sehingga hidupnya tanaman dilindungi dari kehancuran.
Orang-orang penganut agama Mormon yang yakin menganut agamanya dan pindah membuat negeri di Salt Lake City di Amerika Serikat di tempat perpindahannya yang baru itu telah menanam gandum untuk persediaan makanan mereka. Setelah datang musim menyabit kelihatan gandum itu sangat subur, buahnya sangat lebat dan mereka telah berbesar hati. Tiba-tiba kelihatan menghitam di udara sebangsa kumbang (wereng, pianggang hitam) yang akan hinggap menghisap sari buah gandum itu, beribu-ribu banyaknya. Kalau kumbang itu hingga akan musnahlah harapan setahun. Tiba-tiba di saat kumbang itu mulai hinggap satu demi satu muncullah serombongan burung putih sebesar merpati, beratus-ratus pula banyaknya. Mereka serang ku mbang-kumbang pemakan gandum itu, sehingga dalam beberapa jam saja musnah semua.
Ketika almarhum Profesor Sarjito masih hidup, beliau menyatakan keajaiban Allah melindungi nyamuk dari kemusnahan. Meskipun sudah nyata bahwa nyamuk adalah tempat bersarangnya basil penyakit malaria atau penyakit kura, tetapi Allah tidak mau rupanya kalau makhluk kecilnya itu musnah sama sekali. Sebab itu ketika manusia mensaat racun pembasmi nyamuk (DDT), hanya pada permulaannya saja racun itu bisa memusnahkan nyamuk. Beberapa waktu kemudian sudah ada nyamuk yang kebal kena racun nyamuk tersebut.
Cuma manusia jualah yang kadang-kadang tidak mengetahui hikmah Ilahi lebih mendalam, sehingga mereka membuat kerusakan di atas bumi sesudah diatur oleh Allah begitu indah, begitu serasi dan seimbang. Di zaman kita sekarang ini timbullah keluhan tentang kekotoran udara (polusi) karena asap minyak, asap bensin, asap pabrik, asap batu bara dan alat pembakar lainnya. Kemudian telah datang keluhan lagi karena lautan pun sudah mulai kena kekeruhan aliran air yang bercampur racun dari selokan pabrik, atau dari kapal tangki yang tenggelam atau pecah sehingga beribu ton minyak tumpah ke laut dan berjuta ikan mati. Di tahun 1975 orang tercengang melihat beribu-ribu ekor ikan, besar dan kecil terdampar mati ke tepi pantai di Selat Teberau di antara Pulau Singapura dengan Pantai Johor. Pada sungAl-sungai penting di Eropa telah pernah pula terjadi hal yang demikian, beribu-ribu bahkan berjuta ikan mati terdampar. Ini semuanya adalah dari kesalahan buatan tangan manusia, yang kian lama kian dirasakan di zaman sekarang. Sebab itu maka akhir-akhir ini manusia pun membuat gerakan keinsafan agar bersama memelihara alam anugerah Allah. Misalnya agar rimba jangan dibiarkan terbakar, erosi hendaklah dijaga jangan sampai terjadi, jangan sembarangan menebang kayu.
Ayat 63
“Kepunyaan-Nyalah kendati semua langit dan bumi."
Di tangan Allah terpegang kedali atau kemudi segala yang di langit dan segala di bumi. Dia yang menentukan ke mana akan dibawanya dan bagaimana akan akhirnya. Semua berjalan bergerak beredar ataupun menetap menurut peraturan yang telah Dia tentukan dengan sempurna, bukan dengan kacau. Bertambah diselidiki alam ini secara saksama dan secara ilmiah bertambah pula timbul keyakinan bahwa semuanya dikendalikan dengan sempurna dan teratur sekali. Tidak ada masuk walaupun sebagian paling kecil aturan yang lain dari aturan Allah.
“Dan orang-orang yang tidak mau percaya kepada ayat-ayat Allah, itulah orang-orang yang rugi."
Dia menjadi sangat rugi, karena dia tidak mensaat rahasia dan nikmat, dia tidak mengetahui inti sari dari ilmu. Sebab itu dia tidak mensaat makrifat, sehingga hidupnya sendiri tidak bernilai.
Ayat 64
“Katakanlah!"
Hai Rasul-Ku kepada orang-orang yang telah menempuh jalan yang sesat,
“Apakah kepada yang selain Allah kamu suiuh aku menyembah, wahai orang-orang yang bodoh?"
Apakah kelebihannya yang lain itu maka-nya kamu suruh pula aku menyembahnya? Apakah kelebihan dari berhala yang terbuat dari kayu atau dari batu, yang kamu buat dengan tangan kamu sendiri, kamu bentuk menurut angan-angan dan khayat kamu? Yang sudah nyata tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudharat. Itu yang kamu suruh aku menyembahnya?
Ayat 65
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada engkau."
Di hadapan Allah kepada Rasul-Nya, Muhammad ﷺ “Dan kepada mereka yang sebelum engkau." Yaitu kepada sekalian nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad ﷺ, baik yang membawa syari'at untuk disampaikan kepada manusia, ataupun yang semata-mata menerima wahyu saja untuk menegakkan syari'at Nabi yang mendahuluinya."(Yaitu), ‘Sesungguhnya jika kamu mempersekutukan,'" mempersekutukan yang lain dengan Allah, memandang ada lagi yang berkuasa dalam alam ini selain Allah, atau memandang ada lagi yang patut disembah atau dipuja selain Allah."Niscaya akan gugurlah amalmu." Segala amalan dan perbuatanmu di atas dunia ini dengan sendirinya sudah gugur tidak ada harganya lagi, tidak diterima lagi oleh Allah, karena persembahan kamu tidak bulat satu lagi kepada Allah, melainkan telah bercabang kepada yang lain.
“Dan sesungguhnya akan termasuklah kamu dalam golongan orang-orang yang rugi"
Dalam ayat ini jelas dan tegas bahwa disiplin yang keras tentang tauhid itu dimulai terlebih dahulu pada diri nabi-nabi sendiri. Tidak ada seorang Nabi pun yang mengajak orang menduakan Allah, mengadakan pula ada Tuhan lain selain Allah. Tidak ada seorang nabi pun yang mengatakan bahwa dirinya sendiri adalah Tuhan pula di samping Allah. Walaupun Nabi Isa al-Masih yang meng-anggapnya menjadi Tuhan atau anak Tuhan, atau Allah sendiri ialah Isa itu dan isa itulah yang Allah, sekali-kali tidak ada Isa al-Masih mengajarkan demikian.
Maka kalau ada misalnya seorang nabi mendakwakan dirinya Tuhan, atau menyeru manusia supaya menyembah Allah, maka segala amal usaha, perjuangannya dan dakwahnya kepada manusia gugur dan hancur sama sekali, tidak ada artinya lagi.
Ayat 66
“Bahkan, ‘Allah! Sembahlah Dia!'"
Allah saja yang Tuhan, tidak ada Tuhan yang lain. Dan Pencipta, sebab itu Dia yang berhak buat disembah. Inilah hakikat agama! Inilah penyerahan diri yang timbul dari kesadaran. Penyerahan diri dengan kesadaran kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa itulah yang bernama Islam!
“Dan termasuklah engkau dalam golongan orang-orang yang bersyukur."
Karena dengan timbulnya keyakinan, iman dan takwa yang patut disembah itu hanya satu, tidak berbilang, menjadi jelaslah pula kepada kesyukuran itu akan engkau sampaikan. Yaitu kepada Allah Yang Esa itu, tidak kepada yang lain.
MANUSIA TIDAK INSAF TERHADAP ALLAH
Ayat 67
“Dan tidaklah mereka memuliakan Allah dengan setepat-tepat kemuliaan."
Yang dituju dengan pangkal ayat ini ialah orang-orang yang mengaku percaya kepada adanya Allah tetapi menggambarkan kemuliaan dan ketinggian Allah menurut khayatnya yang tidak tepat itu. Ada yang menyukai kekuasaan Allah, tetapi disembahnya berhala dan dimintanya kepada berhala itu supaya menyampaikan permohonannya kepada Allah. Usahkan memuliakan, bahkah dia telah me-nurunkan martabat Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa Tuhan itu beranak dan anak-Nya itu perempuan belaka. Malaikat itu adalah anak-Nya semua. Sebab itu maka malaikat itu menurut taksiran mereka adalah perempuan semua. Ada pula yang mengatakan bahwa manusia ini telah berdosa, yaitu dosa yang diterima manusia sebagai warisan dari Nabi Adam dan Hawa yang telah melanggar larangan Allah memakan buah khuldi. Tetapi oleh karena belas kasihan-Nya kepada manusia, lalu Allah itu mengirim putra-Nya yang tunggal ke dunia untuk menebus dosa manusia itu dengan mati di atas kayu salib. Putra-Nya itu ialah Isa at-Masih. Tetapi Isa al-Masih itu adalah Allah juga sebenarnya, cuma dia menjelma jadi anak-Nya. Maka dalam diri Isa al-Masih (Yesus Kristus) itu terkandunglah tiga oknum, yaitu Allah sebagai bapak, Allah sebagai putra, yaitu Isa al-Masih dan Ruhul Qudus. Maka yang Ruhul Qudus itu ialah Allah dan yang Allah itu ialah Isa al-Masih dan Isa al-Masih itu ialah Ruhul Qudus.
Semuanya ini tidaklah memuliakan Allah dengan setepat-tepat kemuliaan. Karena bertambah didalami bertambah kacau. Sehabis semuanya ini adalah jalan pikiran mereka sendiri, yang diputuskan di dalam suatu musyawarah yang mereka namai konsili. Sedang di dalam kitab Injil sendiri tidak ada satu ayat pun mengatakan demikian."Padahal bumi seluruhnya dalam genggamam-Nya pada hari Kiamat" tidak ada kekuasaan lain yang mencampuri-Nya, baik yang lain itu malaikat atau yang lain itu manusia dan tidaklah tepat satu kekuasaah di saat yang sangat genting dan menentukan jika terpegang pada banyak tangan."Dan semua langit tergulung di dalam tangan kanan-Nya."
Tiap-tiap cerita semacam ini, baik di dalam Al-Qur'an ataupun dalam hadits maksudnya yang utama ialah mendekatkan pahamnya kepada kita. Namun hakikat yang sebenarnya lebih dari itu, karena dia adalah bersangkut-paut dengan hakikat kudrat Iiahiyah yang mutlak, yang tidak terikat oleh sesuatu bentuk dan tidak terbatas.
“Mahasuci Dia dan Mahatinggi, dari apa yang mereka pensekutukan itu."
Yang diambil kesimpulan bahwasanya kekuasaan Allah yang qadim, awal tidak ber-permulaan dan baaqiy, akhir yang tidak ada kesudahan, adalah Mahasuci dan Mahatinggi daripada cara memuliakan yang tidak tepat itu, yang sampai mengatakan Dia bersekutu dengan yang lain atau Dia beranak perempuan dan anak perempuan itu malaikat semua. Atau Dia mengutus anak ke dunia penebus dosa manusia dengan mati disalib, tetapi anak itu Dia sendiri; amat sucilah Allah dan Mahatinggilah Dia dari segala kepercayaan yang salah taksiran itu.
Ayat 68
“Dan ditiuplah serumu sangkakala."
Serunai sangkakala diberi nama dalam kitab-kitab bahasa Melayu lama terhadap serunai yang akan diembuskan di hari Kiamat itu. Di dalam hadits disebutkan bahwa malaikat yang ditentukan busa menipu itu bernama Israfil.
“Maka tersungkurlah barangsiapa yang di semua langit dan di bumi." Yaitu tersungkur mati. Bunyi tiupan serunai sangkakala itu membuat mati segala yang masih hidup; “Kecuali barangsiapa yang dikehendaki Allah."
Tentang mereka yang dikecualikan oleh Allah ini macam-macam pula ditafsirkan orang. Ada satu riwayat yang dibawakan dari Ibnu Abbas bahwa yang dikecualikan itu ialah -malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail (Malaikat Maut). Setelah tinggal yang berempat itu dimatikan Allah lebih dahulu Mikail dan Israfil. Kemudian itu Malaikat Maut (Izrail) dan akhir sekali matilah Malaikat Jibril.
Ada pula riwayat bahwa yang dikecuali-kan itu ialah Nabi Musa. Dan ada pula lain riwayat dari Abu Hurairah, bahwa yang dikecualikan itu ialah orang-orang yang mati syahid. Sebab berkali-kali Allah menjelaskan bahwa orangorang yang mati syahid tidak mati, melainkan hidup terus. Tetapi Qatadah menerangkan dengan jelas bahwa tidak kita ketahui siapa yang dikecualikan itu, hanya Allah yang tahu.
Tetapi kita pun saat juga agaknya berpikir bahwa semua yang masih hidup, baik di langit ataupun di bumi dimatikan Allah setelah serunai pertama Itu berbunyi. Tapi orang yang telah meninggal lebih dahulu tidak akan mati lagi, sebab mereka telah mati sejak jutaan tahun sebelumnya. Maka serunai sangkakala yang pertama itu ialah panggilan Allah supaya mati, kepada siapa yang masih hidup. Ada yang dikecualikan oleh Allah. Maka kita ikuti pensaat Qatadah, bahwa tidak kita ketahui siapa yang dikecualikan itu.
“Kemudian itu ditiup pula sekali lagi." Berapa jarak di antara tiupan pertama yang menyebabkan segala yang hidup mesti mati dengan tiupan kedua yang menghidupkan kembali, tidaklah kita diberitahu. Abu Hurairah mendengar dari Nabi bahwa jarak itu empat puluh. Tetapi tidak terang 40 harikah, 40 bulan, 40 tahun, 40 ribu tahunkah? Hal itu tidaklah diberitahu kepada kita. Itu adalah semata-mata ilmu Allah.
“Tiba-tiba mereka pun tegaklah semuanya dalam keadaan menunggu."
Yaitu bangun dari mautnya, hidup kembali dalam kehidupan yang baru, yang bernama hidup akhirat. Kehidupan kembali itulah yang bernama Qiyamah.
Makhluk semuanya yang telah dihidupkan kembali itu menunggu, apakah gerangan sikap yang akan diambil oleh Allah. Karena pada waktu itu ingatan akan tajam kembali mengingatkan masa-masa yang lampau. Berapa lama pula masa menunggu itu tidaklah pula saat diketahui.
Ayat 69
“Maka bersinar-sinarilah bumi dengan cahaya Tuhan-Nya."
Bumi yang dimaksudkan itu tentu bukan bumi yang sekarang lagi. Bumi itu semuanya menjadi sinar-seminar bercahaya gemilang. Bukan dari sebab cahaya matahari, melainkan dari cahaya Allah sendiri yang meliputi alam lahir dan batin, benda dan nyawa. Semuanya diliputi oleh kebesaran Ilahi dan kekuasaan-Nya. Orang yang berbuat baik diliputi oleh sinar Allah sebagai Yang Pengasih, Yang Penyayang dan Yang Penuh Rahmat. Yang merasa bersalah diliputi oleh sinar keadilan, tidak ada penyesalan kepada Ilahi melainkan ketundukan dan pengakuan."Dan dikembangkanlah kitab." Yaitu kitab catatan tentang amal dan usaha hamba-hamba Allah di kala hidupnya yang lampau, karena dari sana akan diambil ketentuan ke mana mereka akan diantarkan."Dan didatangkanlah nabi-nabi dan saksi-saksi." Beliau-beliau itu, Nabi-nabi didatangkan, demikian juga saksi-saksi (syuhada), orang-orang yang meninggal dalam kemuliaan karena menegakkan jalan Allah. Menurut setengah ahli tafsir, saksi-saksi di sini ialah orang-orang yang mati syahid. Karena derajat mereka ditinggikan sehingga turut dihadirkan bersama-sama nabi-nabi menyaksikan hari yang mulia dan penuh sinar itu, hari Allah akan menentukan keputusan tentang nasib manusia. Setelah ahli tafsir mengatakan bahwa syuhada yang turut didatangkan bersama nabi-nabi itu ialah Malaikat Hafazhah yang mencatat dan menyimpan catatan amalan manusia. Mereka didatangkan untuk turut menjadi saksi."Dan diputuskanlah di antara mereka dengan benar." Tidak ada yang teraniaya dan tidak pula ada yang menerima ganjaran mulia karena berbuat salah. Semuanya tepat, benar, dan adil.
“Kemudian itu tidaklah mereka dianiaya."
Karena tidaklah Allah berkepentingan untuk keuntungan diri sendiri dengan berbuat aniaya.
Ayat 70
“Dan disempurnakannya bagi tiap-tiap diri apa yang mereka amalkan."
Disempurnakan sama juga arti dengan dibayar penuh, tidak ada yang kurang. Kalau seseorang berbuat kebajikan walaupun kecil dan walaupun dia telah lupa, namun Allah tidaklah lupa.
“Dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan itu."
Sehingga kadang-kadang tercenganglah orang yang berbuat baik karena tiba-tiba dia mensaat pahala besar atas perbuatan baik yang dianggapnya kecil saja. Atau seseorang yang menyangka perbuatan yang dikerjakan karena riya, semata ingin pujian manusia, tiba-tiba di akhirat rahasianya itu dibuka Allah, karena Allah lebih tahu.
Ayat 71
“Maka diiringkanlah orang-orang kafir ke dalam neraka berombong-rombongan."
Ramai-ramai, sekelompok-sekelompok. Yang mengiringkan itu tentulah malaikat-ma-laikat yang ditugaskan buat mengiringkan, laksana tentara-tentara pengawalyangbermuka kejam. Sedang rombongan-rombongan yang diiringkan itu tidak saat bertindak lagi menurut kemauannya sendiri. Mereka telah menekur dengan hina sambil berjalan menuju tempat untuk menerima siksaan, “Sehingga bilamana mereka telah datang kepadanya," yaitu kepada neraka Jahannam itu sebagai orang-orang yang hina rendah, “Dibukakanlah pintu-pintunya," oleh malaikat-malaikat yang menjaganya, “Dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, ‘Apakah tidak datang kepada kamu rasul-rasul dari kalangan kamu sendiri,"artinya bukan orang yang datang dari tempat lain, melainkan diutus Allah dalam kalangan keluarga mereka sendiri, sebagaimana datangnya Hud dalam kalangan kaum ‘Ad, Shalih dalam kalangan kaum Tsamud, Syu'aib dalam kalangan keluarganya sendiri orang Madyan, dan demikian pula kedatangan Muhammad ﷺ dalam kalangan kaum Quraisy, “Membacakan kepada kamu ayat-ayat Tuhan kamu," tuntunan aqidah dan syari'at, berisi suruhan dan larangan, untuk kebahagiaan kamu belaka."Dan memberi peringatan keras kepada kamu tentang pertemuan di harimu ini?" Bahwa dari jauh hari rasul-rasul itu telah memperingatkan bagaimana hebatnya hari yang kamu hadapi sekarang ini.
“Mereka menjawab, ‘Benar!'" Mereka mengakui terus terang bahwa benar rasul-rasul itu telah datang dari kalangan mereka sendiri dan ayat-ayat Allah itu telah disampaikan selengkapnya. Tidak ada rasul itu yang tidak memenuhi tugasnya dengan lengkap dan sempurna.
‘Tetapi telah pasti berlaku kalimat adzab atas orang-orang yang kafir."
Segala titah perintah Allah telah disampaikan oleh rasul-rasul itu kepada kami. Tetapi kami tidak mau percaya, kami kafir dan menolak. Maka kalau hari ini kami mensaat adzab siksaan begini hebatnya, adalah semuanya sudah semestinya karena kesalahan kami.
Ayat 72
“Dikatakan!"
Artinya bahwa datanglah perintah dari Allah kepada malaikat penjaga-penjaga neraka Jahannam itu agar disampaikan kepada orang-orang yang akan kena siksaan itu."Masuklah kamu sekalian ke dalam pintu-pintu Jahannam, kekallah kamu di dalamnya," karena itulah tempat yang layak sesuai dengan kesalahan dan kedurhakaan kamu.
“Maka amat buruklah tempat bagi orang-orang yang sombong."
Kesombongan, tidak mau mendengarkan anjuran yang baik karena merasa diri lebih pintar atau lebih berkedudukan tinggi yang pantang ditegur, dari sinilah pangkal utama dari nasib yang malang ini.
Di dalara tiap-tiap perjuangan membuat perubahan kepada yang lebih baik, biasanya yang bertahan pada yang lama itu mempertahankan pendiriannya dengan sikap sombong dan permusuhan. Kesombongan adalah salah satu alat penting mereka untuk mendindingdiri dari dimasuki perubahan. Padahal kesombongan tidaklah saat bertahan di hadapan kebenaran.
Ayat 73
“Dan diiringkan pulalah orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka ke dalam surga berombong-rombongan."
Di pangkal ayat 71 dan pangkal ayat 73 sama-sama disaati kata “Wa siiqa", yang kita artikan diiringkan. Boleh juga diartikan diantarkan. Boleh juga diartikan diarak. Ketiga arti ini terpakai dalam bahasa Indonesia (Melayu). Sama saja terpakai untuk orang jahat yang diiringkan ke neraka dengan untuk orang bertakwa yang diiringkan ke surga. Perubahannya ialah pada cara mengiringkan dan siapa yang mengiringkan. Kalau orang berbuat dosa diiringkan ke dalam neraka, maka meng-iringkannya itu tentulah malaikat yang bertindak sebagai polisi pengawal untuk menjaga jangan sampai orang yang diiringkan itu lari dari pengawalan. Adapun orang yang bertakwa yang diiringkan ke dalam surga diiringkan oleh pengawal kehormatan. Keduanya sama-sama berombong-rombongan. Tetapi yang pertama berombongan sebagai orang hukuman dan yang kedua berombong-rombongan sebagai orang-orang yang dihormati dan dimuliakan, “Sehingga apabila mereka telah datang kepada-nya." Yaitu datang kepada surga yang disediakan buat tempat tinggal mereka itu.
“Dan dibukakan pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, ‘Selamat sejahteralah bagi kamu! Berbahagialah kamu! Maka masuklah ke dalamnya dalam keadaan kekal.'"
Di sini kita pun melihat perbedaan cara penyambutan. Bagi rombongan yang ditentukan masuk neraka Jahannam, baru saja mereka datang pintu terbuka, yang mula-mula mereka terima ialah cercaan dan penyesalan malaikat penjaga neraka. Mengapa sampat terlempar kemari. Tidakkah rasul Allah telah datang tempo dulu dan rasul itu bukan orang lain, melainkan keluarga kamu sendiri. Mereka memang mengakui bahwa mereka bersalah, tetapi nasib buruk tidak saat dielakkan lagi. Maka dibukalah pintu-pintu Jahannam dan disuruh kekal menderita di dalam. Adapun kepada rombongan-rombongan yang ditentukan ke dalam surga, baru saja sampai ke pekarangan surga itu, langsunglah pintu dibukakan oleh malaikat penjaga dan kepada mereka diucapkan salam selamat datang, selamat berbahagia, dan dipersilakan masuk untuk menikmati anugerah dan balasan jasa langsung dari Ilahi, yang kekal untuk selamanya. Dan mereka pun dengan bersyukur menerima nikmat itu.
Ayat 74
“Dan mereka berkata, ‘Alhamdulillah, (segala puji bagi Allah) yang telah memenuhi kepada kami akan janji-Nya.'"
Sebab telah berkali-kali Allah menyampaikan janji-Nya dengan perantaraan rasul-rasul-Nya bahwasanya barangsiapa yang beriman dan beramal saleh, akan ditempatkanlah mereka di dalam tempat yang mulia di dalam surga yang penuh nikmat. Dan sekarang janji itu telah terbukti dan telah kami terima."Dan telah diwariskan bumi kepada kamiyaitu bumi dalam suasana yang lain sebagai ganti dari bumi yang sekarang, lebih mulia dan lebih indah."Kami tempati di dalam surga di mana kami sukai." Janji ini dan persediaan tempat di mana disukai ini tertera pula dengan jelas di dalam surah ash-Shaff ayat 11 dan 12, yaitu bahwa untuk orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, disertai kesukaan berjuang berjihad menegakkan sabilillah (jalan Allah) dengan harta-benda dan jiwa raga akan diberikan berbagai keuntungan. Pertama, segala dosa akan diampuni. Kedua, akan dimasukkan ke dalam surga-surga (bukan satu surga saja) dan disediakan pula rumah-rumah tempat tinggal, bukan satu rumah, dan di samping itu disesuaikan pula yang lain-lain, apa saja yang diingini. Sebab itu maka indah sekali firman Allah di ujung ayat,
“Sebaik-baik ganjaranlah bagi orang-orang yang beramal."
Sebagai imbalan dari seburuk-buruk tempAllah yang disediakan bagi orang yang durhaka dan kafir tidak mau menerima ajakan rasul menuju jalan yang selamat.
Sesudah datanglah ayat penutup surah, yang menggambarkan bagaimana Allah mem-perlihatkan kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Ayat 75
“Dan akan engkau lihat malaikat-malaikat melingkar-lingkar keliling Arsy."
Setelah di ayat sebelumnya dijelaskan pembagian manusia, di antara yang hidup durhaka lalu diantarkan berombong-rombongan ke pintu neraka dan di antara yang taat, lalu diantarkan pula dengan serba penghormatan ke dalam surga yang pintunya selalu terbuka karena yang akan masuk tidak ada lain, melainkan orang-orang yang diberi kemuliaan oleh Allah, maka datanglah ayat terakhir ini mengisahkan pula keadaan malaikat. Kepada Nabi Muhammad ﷺ dikatakan bahwa beliau akan melihat kelak malaikat-malaikat itu terbang, berkeliling melingkari Arsy. “Mereka mengucapkan tasbih dengan memuji Tuhan mereka." Karena nikmat Allah itu selalu berlipat ganda dan rahmat-Nya tiada pernah putus, meliputi alam semesta, maka merasa kagumlah malaikat dengan kebesaran Allah lalu mengucapkan tasbih dan tahmid, puji-pujian sepanjang masa. “Dan telah diputuskan di antara mereka dengan benar."
Artinya ialah karena bahwa segala perkara telah putus dan keputusan yang diberikan Allah adalah adil dan benar. Baik terhadap manusia ataupun terhadap malaikat, ataupun terhadap makhluk yang lain seperti setan dan Iblis; mereka pun telah mensaat hukumnya yang setimpal, keadilan telah berdiri. Kebenaran tegak. Sebab itu semuanya tidak lain,
“Dan dikatakanlah, ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan Sarwa Sekalian Alam.'"
Ibnu Katsir menguraikan tentang rombongan demi rombongan, beriring berarak menuju surga diiringkan oleh malaikat-malaikat yang mulia.
“Itukah perkabaran tentang orang-orang yang berbahagia karena mereka orang yang beriman dalam satu arak-arakan yang mulia menuju surga, berombong-rombongan, jamaah demi jamaah. Mula-mula sekali ialah orang-orang muqarrabuun (yang terdekat derajatnya di sisi Allah). Sesudah itu orang-orang al-Abraar (yang hidup dalam kebajikan), berturut-turut kedudukan masing-masing. Semua menurut golongannya; nabi-nabi sesama nabi, orang-orang shiddiq bersama shiddiqiin, syuhada bersama syuhada, ulama bersama ulama pula, tiap-tiapnya serombongan dengan sehaluan (corps), “Maka apabila mereka telah sampai kepadanya," yaitu sampai ke pintu-pintu surga sesudah melalui shiraath (titian) terhentilah terganahlah mereka di satu penyeberangan antara surga dan neraka. Di sana diselesaikan terlebih dahulu kekusutan yang timbul antara mereka sesama mereka ketika sama-sama di dunia. Maka apabila telah saat diselesaikan dan dibersihkan, barulah mereka diizinkan meneruskan perjalanan ke surga.
Seterusnya Ibnu Katsir menguraikan dan menghubungkannya dengan hadits tentang tiupan serunai sangkakala, bahwa sesampai di luar surga bermusyawarahlah mereka sesamanya, tentang kepada siapa akan dimintakan tolong memohonkan kepada Allah agar mereka diizinkan masuk ke dalam surga. Mulanya mereka datang kepada Nabi Adam, tetapi beliau tidak sanggup memulainya. Lalu mereka datang kepada Nabi Nuh, sesudah itu kepada Nabi Ibrahim, sesudah itu kepada Nabi Musa, sesudah itu kepada Nabi Isa, dan paling akhir kepada Nabi Muhammad ﷺ Maka pada diri beliaulah baru terkabul keinginan itu, untuk menunjukkan bagaimana kemuliaan Muhammad di atas sekalian nabi-nabi dan manusia di mana pun jua. Dan telah berjumpa di dalam sebuah hadits shahih dirawikan oleh Muslim dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
Aku adalah yang mula-mula memberikan syafaat di surga kelak." (HR Muslim)
Dan pada lafaz hadits yang lain, riwayat Muslim juga,
Akulah orang yang mula-mula mengetuk pintu surga." (HR Muslim)
Dan satu hadits lagi yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, berkata Rasulullah ﷺ,
Aku datang ke pintu surga di hari Kiamat lalu aku minta bukakan pintu. Maka berkatalah juru kunci, ‘Siapa engkau?'" Aku jawab, ‘Muhammad'.' Lalu berkata juru kunci itu, ‘Lantaran engkau aku diperintah, jangan dibukakan pintu untuk siapa pun sebelum engkau!'"
Dari Umar bin Khaththab r.a., ia berkata,
Nabi ﷺ bersabda,
“Tidak ada di antara kamu seorang yang berwudhu lalu disempurnakannya wudhunya itu, kemudian dibacanya, Aku naik saksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, melainkan akan dibuka untuknya pintu-pintu surga yang delapan dan dia akan masuk dari pintu yang mana dia kehendaki." (HR Muslim)
Dan sebuah lagi hadits yang dirawikan dari Mu'az bin Jabal, bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda,
“Anak kunci surga ialah La llaha haiallah." (HR Imam Ahmad)
Semoga dari segala uraian ini, termasuklah kita jadi umat Muhammad yang sejati dan diberi kita kesempatan buat bersama berdiri di sisi Nabi ﷺ ketika menyaksikan malaikat-malaikat melingkar-lingkari keliling Arsy Ilahi, mengucapkan tasbih dan tahmid; dan turut bersama seluruh alam mengucapkan, “Segala puji Allah Sarwa Sekalian Alam." Amin.
Selesai tafsir surah az-Zumar.