Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱتَّبِعُوٓاْ
dan ikutilah
أَحۡسَنَ
sebaik-baiknya
مَآ
apa
أُنزِلَ
yang diturunkan
إِلَيۡكُم
kepadamu
مِّن
dari
رَّبِّكُم
Tuhan kalian
مِّن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتِيَكُمُ
akan datang kepadamu
ٱلۡعَذَابُ
azab
بَغۡتَةٗ
tiba-tiba
وَأَنتُمۡ
dan kalian
لَا
tidak
تَشۡعُرُونَ
kamu menyadari
وَٱتَّبِعُوٓاْ
dan ikutilah
أَحۡسَنَ
sebaik-baiknya
مَآ
apa
أُنزِلَ
yang diturunkan
إِلَيۡكُم
kepadamu
مِّن
dari
رَّبِّكُم
Tuhan kalian
مِّن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتِيَكُمُ
akan datang kepadamu
ٱلۡعَذَابُ
azab
بَغۡتَةٗ
tiba-tiba
وَأَنتُمۡ
dan kalian
لَا
tidak
تَشۡعُرُونَ
kamu menyadari
Terjemahan
Ikutilah sebaik-baik apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu (Al-Qur’an) sebelum azab datang kepadamu secara mendadak, sedangkan kamu tidak menyadarinya.
Tafsir
(Dan ikutilah sebaik-baik apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian) yaitu Al-Qur'an (sebelum datang azab kepada kalian dengan tiba-tiba, sedang kalian tidak menyadari) akan kedatangannya.
Tafsir Surat Az-Zumar: 53-59
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya, supaya jangan ada orang yang mengatakan, 'Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedangkan aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).' Atau supaya jangan ada yang berkata, 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.
'Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, 'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik.' (Bukan demikian) sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu, lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir. Ayat-ayat ini merupakan seruan kepada segenap para pendurhaka dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lainnya agar bertobat dan kembali kepada-Nya.
Juga sebagai pemberitahuan bahwa Allah ﷻ mengampuni semua dosa bagi orang yang mau bertobat kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya, betapapun banyaknya dosa yang telah dilakukannya dan sekalipun banyaknya seperti buih laut. Tidak benar menakwilkan ayat ini untuk pengertian selain tobat, karena dosa syirik tidak mendapatkan ampunan selama pelakunya tidak bertobat dari kemusyrikannya. [:68] []: Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, bahwa Ibnu Juraij pernah menceritakan kepada mereka bahwa Ya'la pernah mengatakan, "Sesungguhnya Sa'id ibnu Jubair pernah bercerita kepadanya dari Ibnu Abbas r.a., bahwa pernah ada segolongan orang dari kalangan kaum musyrik yang banyak membunuh dan banyak berbuat zina, lalu mereka mendatangi Nabi ﷺ dan berkata, 'Sesungguhnya yang engkau katakan (maksudnya Al-Qur'an) dan yang engkau serukan itu benar-benar baik, sekiranya engkau menceritakan kepada kami bahwa apa yang telah kami perbuat ada kifaratnya (penghapus dosanya)." Maka turunlah firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqan: 68) Lalu turun pula firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (Az-Zumar: 53) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai melalui hadis Ibnu Juraij, dari Ya'la ibnu Muslim Al-Makki, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. Makna yang dimaksud oleh ayat pertama dijelaskan oleh firman-Nya: kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. (Al-Furqan: 70), hingga akhir ayat.
-: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Qabil yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Muzani mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sauban maula Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Aku tidak suka bila diberikan kepadaku dunia dan seisinya sebagai ganti dari ayat ini, yaitu: "Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, 'hingga akhir ayat. Lalu ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan orang yang musyrik?" Rasulullah ﷺ diam, lalu bersabda, "Ingatlah, dan juga terhadap orang yang musyrik," sebanyak tiga kali.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (tunggal). ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Asy'as ibnu Jabir Al-Haddani, dari Mak-hul, dari Amr ibnu Anbasah r.a. yang telah menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki tua datang menghadap kepada Nabi ﷺ dengan bertelekan pada tongkatnya, lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku pernah melakukan banyak perbuatan khianat dan durhaka, maka apakah diriku ini masih dapat diampuni?" Nabi ﷺ balik bertanya, "Bukankah engkau telah bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah?" Lelaki itu menjawab, "Benar, dan aku bersaksi pula bahwa engkau adalah utusan Allah." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Semua perbuatan khianat dan durhakamu telah diampuni. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.
[:46] Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid radiyallahu anha mengatakan bahwa aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: Sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. (Hud: 46). Dan aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. (Az-Zumar: 53) tanpa peduli betapa pun banyaknya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53) Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Sabit dengan sanad yang sama.
Semua hadis di atas menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah bahwa Allah mengampuni semua dosa tersebut bila disertai dengan tobat. Dan seorang hamba tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya, karena sesungguhnya pintu rahmat dan pintu tobat itu luas. Allah ﷻ telah berfirman: Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya. (At-Taubah: 104) Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110) Dan Allah ﷻ berfirman berkenaan dengan orang-orang munafik: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.
Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan. (An-Nisa: 145-146) Dan firman Allah ﷻ: Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwa Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73) Kemudian Allah ﷻ berfirman: Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah: 74) Dan Allah ﷻ berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat. (Al-Buruj: 10) Al-Hasan Al-Basri rahimahullah telah mengatakan bahwa perhatikanlah kemuliaan dan kedermawanan ini, mereka telah membunuh kekasih-kekasih-Nya, tetapi Dia menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun kepada-Nya; ayat-ayat yang semakna cukup banyak.
Di dalam kitab Sahihain dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah ﷺ disebutkan sebuah hadis yang mengisahkan tentang seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Lalu ia menyesali perbuatannya dan bertanya kepada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil, "Apakah masih ada pintu tobat bagiku?" Si ahli ibadah itu menjawab, "Tidak ada," maka si ahli ibadah itu dibunuhnya hingga genaplah jumlah orang yang dibunuhnya menjadi seratus orang. Kemudian orang tersebut bertanya kepada seorang ulama di antara ulama mereka yang terkenal, bahwa apakah masih ada tobat baginya.
Ulama itu balik bertanya, "Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu dan tobat?" Kemudian ulama itu memerintahkannya untuk pergi ke kota lain untuk beribadah kepada Allah di dalamnya, lalu lelaki itu pergi menuju ke kota yang dimaksud, tetapi di tengah jalan maut merenggut nyawanya. Maka bertengkarlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang lelaki itu (siapakah di antara keduanya yang berhak mengambilnya).
Maka Allah memerintahkan kepada mereka agar mengukur jarak di antara kedua kota tersebut (kota tempat si lelaki dan kota yang ditujunya). Mana yang lebih dekat kepada jenazah si lelaki itu, maka dialah yang lebih berhak untuk mengambilnya. Setelah diukur, ternyata mereka menjumpainya lebih dekat ke kota yang ditujunya, tempat ia akan berhijrah, bedanya hanya satu jengkal. Lalu roh lelaki itu diambil oleh malaikat rahmat.
Disebutkan bahwa lelaki itu pada saat matinya menggulirkan tubuhnya menjauh (dari negeri yang baik), maka Allah memerintahkan kepada negeri yang baik agar mendekat dan memerintahkan kepada negeri yang jahat (tempat asal lelaki itu) agar menjauh. Demikianlah kesimpulan dari makna hadis, dan kami telah menulisnya di tempat lain dengan lengkap. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. (Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat. Sesungguhnya Allah ﷻ telah menyerukan untuk memohon ampunan dari-Nya terhadap mereka yang mengira bahwa Al-Masih adalah tuhan, juga orang yang menduga bahwa Al-Masih adalah anak Allah, orang yang mengira bahwa Uzair anak Allah, orang yang mengira bahwa Allah fakir, orang yang mengira bahwa tangan Allah terbelenggu (kikir), dan orang yang mengira bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga. Terhadap mereka Allah ﷻ berfirman: Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah: 74) Kemudian Allah menyerukan untuk bertobat terhadap orang yang ucapannya jauh lebih berat dosanya ketimbang mereka, yaitu orang yang mengatakan, "Aku adalah Tuhan kalian yang tertinggi," yaitu ucapan yang disitir oleh firman-Nya: aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. (Al-Qasas: 38) Kemudian Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa barang siapa di antara hamba Allah yang berputus asa dari tobat sesudah kesemuanya itu, berarti dia telah mengingkari Kitabullah.
Tetapi seseorang hamba tidaklah mampu bertobat sebelum Allah menerima tobatnya. Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui jalur Asy-Sya'bi, dari Sunaid ibnu Syakl; ia pernah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa sesungguhnya ayat dari Kitabullah yang paling agung ialah firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255) Sesungguhnya ayat yang paling banyak memuat kebaikan dan keburukan di dalam Al-Qur'an adalah firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90) Sesungguhnya ayat Al-Qur'an yang paling menggembirakan adalah firman Allah ﷻ di dalam surat Az-Zumar, yaitu: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (Az-Zumar: 53) Dan sesungguhnya ayat yang paling menonjolkan masalah berserah diri adalah firman-Nya: Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (At-Talaq: 2-3) Maka Masruq berkata kepadanya, "Engkau benar." Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Sa'id, dari Abul Kanud yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. berjalan melewati seorang tukang dongeng yang sedang bercerita kepada orang-orang.
Maka Ibnu Mas'ud berkata kepadanya, "Hai tukang cerita, mengapa engkau membuat manusia berputus asa dari rahmat Allah?" kemudian Ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (Az-Zumar: 53) Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Berikut ini hadis-hadis yang menyebutkan tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Abdul Mu'min ibnu Ubaidillah As-Saddi, telah menceritakan kepadaku Hasan As-Sadusi yang mengatakan bahwa ia masuk mengunjungi Anas ibnu Malik r.a., lalu Anas berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya, sekiranya kalian berbuat kesalahan sehingga kesalahan kalian memenuhi antara langit dan bumi, kemudian kalian mohon ampun kepada Allah ﷻ, niscaya Dia memberi ampun bagi kalian.
Dan demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sekiranya kalian tidak berbuat kesalahan (dosa), tentulah Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat kesalahan, kemudian mereka mohon ampun kepada Allah, maka Allah memberi ampun bagi mereka. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Qais tukang dongengnya Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, dari Abu Sirmah, dari Abu Ayyub Al-Ansari r.a. yang mengatakan ketika sakit yang membawa kepada kematiannya, bahwa ia telah menyembunyikan sesuatu yang pernah ia dengar dari Rasulullah ﷺ, yaitu Rasulullah ﷺ telah bersabda: Seandainya kalian tidak berdosa, tentulah Allah ﷻ akan menciptakan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia memberi ampun bagi mereka.
Demikianlah menurut Imam Ahmad; Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan hal yang sama, dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula; semuanya meriwayatkannya melalui Qutaibah dari Al-Lais ibnu Sa'd dengan sanad yang sama. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan lafaz yang sama dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Sirmah Al-Ansari r.a., dari Abu Ayyub r.a. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Amr ibnu Malik Al-Bakri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kifarat (penghapus) dosa ialah penyesalan.
Rasulullah ﷺ telah bersabda pula: Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia memberi ampun bagi mereka. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal. ". Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdul A'la ibnu Hammad Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Maslamah ibnu Abdullah Ar-Razi, dari Abu Amr Al-Bajali, dari Abdul Malik ibnu Sufyan As-Saqafi, dari Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Ali, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah, dari ayahnya (yaitu Ali ibnu AbuTalib r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang teperdaya oleh dosa lagi suka bertobat.
Mereka tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit dan Humaid, dari Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair yang mengatakan bahwa iblis la'natullah berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengusirku dari surga karena Adam, dan sesungguhnya aku tidak dapat mengalahkannya kecuali dengan kekuasaan dari-Mu." Allah ﷻ berfirman, "Kalau begitu, engkau mendapat kekuasaan itu." Iblis berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Tidak sekali-kali dilahirkan bagi Adam seorang anak, melainkan dilahirkan pula seorang anak bagimu." Iblis berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Aku jadikan dada mereka sebagai sarang kamu, dan kamu dapat merasuki mereka melalui aliran darahnya." Iblis berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Aku datangkan terhadap mereka dengan pasukan kuda dan pasukan jalan kakimu, dan bersekutulah dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak, dan umbarkanlah janjimu kepada mereka.
Dan tiadalah yang dijanjikan oleh setan kepada mereka, melainkan hanya tipuan belaka." Maka Adam a.s. berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah memberi kekuasaan kepada Iblis untuk dapat menggodaku, dan sesungguhnya aku tidak mampu menahannya kecuali dengan pertolongan-Mu." Allah ﷻ berfirman, "Tidak sekali-kali dilahirkan seorang anak bagimu, melainkan Aku perintahkan kepada malaikat untuk menjaganya dari qarin-nya (teman setannya) yang jahat." Adam a.s. berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah ﷻ berfirman, "Satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan lagi kelipatannya, dan satu keburukan ditulis satu atau Aku hapuskan." Adam berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah ﷻ berfirman, "Pintu tobat tetap terbuka selama roh berada di dalam tubuh." Adam berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Maka Allah ﷻ berfirman: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53) Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Nafi' telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar, dari Umar r.a. tentang pendapatnya yang mengatakan, "Dahulu kami mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah menerima amal sunnah, amal wajib, dan tobat seseorang yang teperdaya melakukan dosa. Mereka telah mengenal Allah, tetapi berbalik ingkar kepada (nikmat)-Nya, sungguh itu merupakan petaka yang menimpa mereka." Dan pada mulanya para sahabat pun mempunyai pendapat yang sama. Ketika Rasulullah ﷺ tiba di Madinah, maka Allah menurunkan firman-Nya sebagai jawaban terhadap pendapatku dan juga pendapat mereka yang demikian itu, yaitu firman-Nya: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya. (Az-Zumar: 53-55) Umar r.a. mengatakan bahwa lalu ia menulisnya pada suatu lembaran dan ia kirimkan kepada Hisyam ibnul As r.a. Maka ketika Hisyam menerima surat itu, ia membacanya di Zi Tuwa dengan terlebih dahulu mendaki ke puncaknya, lalu membacanya dengan bersuara, tetapi masih belum mengerti.
Akhirnya ia berkata, "Ya Allah, berilah aku pemahaman terhadap ayat-ayat ini." Maka Allah ﷻ memberikan pemahaman ke dalam hatiku, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami dan pendapat kami terhadap diri kami, dan dikatakan berkenaan dengan sikap kami. Maka aku turun menuju ke untaku, lalu kukendarai dan langsung bergabung dengan Rasulullah ﷺ di Madinah. Kemudian Allah ﷻ menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk segera bergegas bertobat. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya. (Az-Zumar: 54), hingga akhir ayat. Maksudnya, kembalilah kamu ke jalan Allah dan berserah dirilah sepenuhnya kepada-Nya. sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi. (Az-Zumar: 54) Yakni segeralah bertobat dan mengerjakan amal saleh, sebelum azab menimpamu. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Az-Zumar: 55) Yaitu Al-Qur'an, yang merupakan Kitabullah yang terbaik dari kitab-kitab Allah lainnya yang pernah Dia turunkan kepada manusia.
sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya. (Az-Zumar: 55) Yakni dari arah yang tidak kamu ketahui dan tidak kamu sadari kedatangannya. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan: supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah. (Az-Zumar: 56) Artinya, kelak di hari kiamat orang yang berdosa merasa menyesal karena kelalaiannya hingga belum sempat bertobat dan kembali ke jalan Allah, sehingga saat itu ia menginginkan seandainya saja dirinya termasuk orang-orang yang berbuat baik, ikhlas, lagi taat kepada Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: sedangkan aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). (Az-Zumar: 56) Yakni sesungguhnya yang kulakukan selama di dunia hanyalah perbuatan memperolok-olok dan menghina agama Allah, bukan meyakininya dan bukan pula membenarkannya.
Atau supaya jangan ada yang berkata, "Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, "Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik. (Az-Zumar: 57-58) Dia menginginkan seandainya dikembalikan hidup di dunia, tentulah dia akan berbuat kebaikan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Allah memberitakan tentang apa yang bakal dilakukan oleh hamba-hamba-Nya sebelum mereka melakukannya, dan memberitakan tentang apa yang akan mereka katakan sebelum mereka mengatakannya.
Allah ﷻ telah berfirman: dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (Fatir: 14) Dan firman Allah ﷻ: supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedangkan aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah), atau supaya jangan ada yang berkata, "Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, "Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik. (Az-Zumar: 56-58) Maka Allah ﷻ memberitahukan bahwa sekiranya mereka dikembalikan lagi ke dunia, niscaya mereka tidak akan mampu mendapat hidayah.
Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28) ". ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Semua penghuni neraka dapat melihat kedudukannya di surga (sekiranya dia beriman); dia mengatakan, "Sekiranya saja Allah memberiku petunjuk, maka hal itu menjadi penyesalan yang berat baginya. Dan semua penduduk surga dapat melihat tampatnya di neraka (sekiranya dia kafir); ia mengatakan, "Seandainya Allah tidak memberiku petunjuk, maka hal itu menjadi rasa syukur baginya. Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Bakar ibnu Iyasy dengan sanad yang sama.
Setelah orang-orang yang berdosa menginginkan agar dapat dikembalikan ke dunia dan mereka menyesal karena tidak membenarkan ayat-ayat Allah dan tidak mengikuti rasul-rasul-Nya, maka Allah ﷻ berfirman: (Bukan demikian) sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu, lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 59) Yakni telah datang kepadamu hai hamba yang menyesali apa yang telah dilakukannya ayat-ayat-Ku ketika kamu di dunia, dan semua alasan-Ku telah ditegakkan terhadap dirimu, tetapi kamu mendustakannya dan bersikap sombong tidak mau mengikutinya, bahkan kamu menjadi seorang yang kafir dan ingkar kepadanya."
Dan katakanlah kepada mereka, 'Ikutilah dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan kepadamu, yakni Al-Qur'an, dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak apabila kamu tidak mau mengikuti petunjuk yang terdapat di dalamnya, sedang kamu tidak menyadarinya sehingga kamu tidak bersiap diri menghadapinya. '56-58. Setelah pada ayat yang lalu dijelaskan agar jangan berputus asa dari rahmat Allah dan seruan agar Nabi Muhammad memberi peringatan agar mengikuti ajaran Al-Qur'an, pada ayat-ayat berikut dijelaskan tujuan peringatan itu disampaikan. Tujuannya adalah agar jangan ada orang yang mengatakan ketika siksaan tersebut datang, 'Alangkah besar penyesalanku atas kelalaian dan kelengahan-ku dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan agama Allah,' Atau agar jangan ada lagi yang akan berkata dengan penuh penyesalan, 'Sekiranya Allah memberi aku petunjuk dan kepadaku dibentangkan jalan yang lurus, tentulah aku termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang bertakwa,' Atau agar jangan ada lagi orang yang mengalami penyesalan yang sama sehingga dia berkata ketika melihat azab di hari kemudian, 'Sekiranya aku dapat kembali ke dunia, tentu aku akan termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berbuat baik. '.
Bagi orang-orang yang menerima seruan ini dengan bertobat kepada Allah dan percaya dengan sepenuh hatinya kepada keluasan rahmat dan ampunan-Nya, Allah memerintahkan agar dia benar-benar kembali kepada jalan yang lurus yang telah dibentangkan-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bernaung di bawah lindungan-Nya. Di sisi Allah tersedia berbagai macam karunia dan nikmat yang akan dilimpahkan kepadanya, apabila ia telah insaf dan kembali menjadi hamba yang dimuliakan-Nya. Setiap orang berdosa hendaklah mengambil kesempatan baik ini dengan segera sebelum datang hari Kiamat di mana tobat dan penyesalan tidak akan diterima lagi. Janganlah kesempatan yang baik ini dibiarkan berlalu begitu saja karena yang akan rugi ialah orang yang tidak mengindahkannya. Dalam ayat lain, Allah berfirman:
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik. (al-hadid/57: 16)
Peluang emas yang dikaruniakan Allah hendaklah dimanfaatkan sebaik-baiknya sebelum tiba saat yang menentukan di mana pintu tobat telah tertutup rapat, yaitu pada saat ajal telah tiba atau pada saat hari Kiamat telah datang. Pada saat itu, tidak seorang yang durhaka pun yang dapat melepaskan diri dari siksaan Allah dan tak ada suatu makhluk pun yang dapat membela dan menghindarkannya dari azab itu. Hendaklah dia benar-benar mengikuti dan mematuhi semua ajaran yang telah dijelaskan Allah dalam Al-Qur'an al-Karim untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Janganlah seseorang menunggu sampai besok untuk bertobat karena dia tidak mengetahui apakah ia akan hidup sampai besok. Mungkin seseorang berjanji kepada dirinya bahwa dia akan bertobat esok sore harinya, tetapi siapa tahu, belum lagi waktu sore datang dia sudah meninggal dan hilanglah kesempatan yang sangat berharga itu.
berulang-ulang mengucapkan kata-kata penyesalan dengan berbagai macam cara.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
JANGAN PUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH!
Ayat 53
“Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas atas diri mereka."
Artinya, yang telah keterlaluan berbuat dosa, sehingga seluruh kehidupan itu laksana sudah sebagai kelam tidak lulus jarum lagi layaknya, apalah lagi dosa-dosa yang besar-besar. “Janganlah kamu berputus asa dari Rahmat Allah." janganlah kamu menyangka oleh karena sudah terlalu banyak dosa itu bahwa Allah tidak akan memberi ampun lagi. “Sesungguhnya Allah akan memberi ampun dosa sekaliannya." Yaitu asal saja kamu mengakui bahwa kamu memang berdosa, lalu kamu mohonkan kepada Allah agar diberi ampun, lalu kamu tobat. Arti tobat ialah kembali ke jalan Allah, dosa itu akan diampuni, meskipun bagaimana besarnya dosa itu dan meskipun bagaimana banyaknya.
“Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun Maha Penyayang."
Di ayat inilah kita bertemu bagaimana luasnya rahmat Ilahi, sehingga bagaimanapun besarnya dosa dan maksiat, dia adalah laksana sebutir pasir saja yang habis diembus oleh maghfirah Allah.
Ayat ini adalah panggilan buat pulang. Panggilan buat orang yang telah terlunta-lunta dalam perjalanan yang sudah kehilangan arah, tak tahu lagi entah akan di mana sampainya. Sudah tersesat di dalam rimba belukar. Tambah lama tambah kelam, sehingga tidak tahu lagi jalan mana yang akan ditempuh, sampai runut jalan pun telah hapus. Tiba-tiba kedengaranlah bunyi panggilan, yaitu panggilan yang berisi harapan, cita-cita dan kembalinya kepercayaan kepada diri sendiri karena terasa kembali kasih Allah dan ainpun-Nya. Inilah kasih yang tidak berbatas dari Allah kepada hamba. Karena sebelum langkah itu terlanjur, Allah pun telah tahu akan kelemahan hamba-Nya. Ada beberapa kekuatan di luar dirinya yang kadang-kadang tidak sanggup dia menangkisnya, sehingga dia hanyut atau mendorong dari dalam badannya sama mengalir dengan darahnya di sebatang tubuhnya. Yang dari luar ialah kekuatan setan, kekuatan banjir masyarakat yang tidak tertangkis. Yang dari dalam ialah hawa nafsu sendiri.
Allah melihat betapa payah hamba-Nya menghadapi perjuangan ini sejak Adam menginjakkan kaki ke atas permukaan bumi. Di setiap simpang jalan iblis berdiri. Di tiap-tiap liku lekok iblis merayu. Kadang-kadang musuh besar itu menyerang, menyerbu dengan tentaranya yang berkuda kencang dan kadang-kadang dengan tentara berjalan kaki. Dan kerjanya itu sungguh-sungguh tidak mau berhenti sebelum musuhnya jatuh. Dan dia pun tahu di mana rahasia kelemahan-kelemahan si manusia ini. Kakinya lemah dan dia akan tergelincir jatuh kalau tidak kukuh tanah tempatnya berpijak. Badannya lunglai, persendiannya akan goyang sehingga kalau terlepas tangannya dari tali teguh tempat dia berpegang, dia akan terpelanting handam karam. Dia mempunyai dua syahwat untuk penjaga hidupnya, yaitu syahwat perutnya untuk makan dan syahwat farajnya untuk mengekalkan keturunan. Kalau dia tidak mempunyai keseimbangan hidup lagi, kedua syahwat itu akan menjatuhkan martabat insani yang ada padanya ke bawah derajat hewani.
Lantaran itulah maka Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Penyantun tidak membiarkan manusia itu berjalan terlunta-lunta sendirian. Sebab itu maka mereka diberi berbagai alat untuk keselamatan hidup. Pertama diberi akal, kedua diberi alat petunjuk agama yang dibawakan nabi-nabi dan rasul. Dan Allah mengenal, sangat mengenal kelemahan itu. Sebab itu jika mereka terperanyak jatuh, masihlah Allah memberi kesempatan kepadanya buat tegak kembali. Kalau dia tersesat, mari diberi kesempatan surut ke pangkal jalan. Jika dia terlangkah keluar garis, masih diberi kesempatan buat kembali. Jika mereka terlanjur, masih terbuka jalan tobat.
Maka tersebutlah di dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh al-Imam Ahmad dari seorang sahabat Rasulullah, bernama Amer bin Anbasah bahwa pernahlah seorang tua datang menghadapi Rasulullah ﷺ, berjalan tertatih-tatih bertelekan atas tongkatnya, lalu bertanya,
“Banyaklah pelanggaran telah aku lakukan, banyaklah kedurhakaan telah aku perbuat, masihkah aku akan diampuni?"
Maka berkata Rasulullah ﷺ, “Bukankah engkau telah mengucapkan bahwa tidak ada Allah selain Allah?"
Orang tua itu menjawab, “Memang telah aku lakukan bahkan aku ikuti dengan pengakuan bahwa engkau adalah utusan Allah."
Maka bersabdalah Rasululah ﷺ, “Sungguh telah diampuni Allah bagi engkau pelanggaran dan kedurhakaan engkau itu."
Dan tersebut pulalah dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh al-Imam Ahmad dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Yang saat menebusi dosa ialah penyesalan."
Selanjutnya Allah berfirman,
Ayat 54
“Dan kembalilah kepada Tuhan kamu dan menyerahkan dirilah kepadaNya."
Al-Inaabah, berarti kembali ke dalam jalan Allah, hentikan menuruti jalan-jalan yang lain. Sebab jalan-jalan yang lain sendiri akan menyebabkan engkau tersisih dari jalan yang ramai ditempuh oleh orang banyak. Engkau tidak akan kuat dan tidak akan sanggup berjalan sendiri di dalam dunia ini. Wa aslimuu lahu. Dan sinilah pecahan kata dan kalimat Islam, yaitu menyerahkan diri dengan penuh kesadaran kepada Allah. Karena kalau tidak sejak semula kamu menyerahkan diri kepada Allah, hidupmu akan centang-perenang. Kembalilah kepada Allah dan menyerah ingatlah kepada-Nya sejak semula, “Dan sebelum datang kepada kamu adzab,"yaitu di hari Kiamat. Kalau keputusan Allah telah jatuh dan tempatmu telah ditentukan ke dalam neraka,
“Kemudian itu tidaklah kamu akan ditolong."
Tegasnya, kalau adzab dan siksaan telah ditentukan di akhirat kelak maka setelah hukum itu jatuh, kamu tidak saat ditolong lagi. Oleh sebab itu, lebih baiklah dari sekarang, di waktu masih hidup di dunia ini lekas tobat, lekas inaabah (kembali) dan lekas menyerahkan diri kepada Allah. Bagaimanapun besar dosa, Allah tetap bersedia memberikan ampun. Langsunglah memohon kepada Allah, bukakan hati, akui dosa dalam duduk sama sendiri, tidak usah dengan memakai orang perantaraan, tidak usah dengan memakai rabitbah (penghubung), tidak usah diadu kening dengan guru atau dipercikkan air diberi berkat oleh kiai. Sebab perhitungan ini adalah perhitungan langsung di antara si hamba dengan Tuhannya. Allah tahu kesalahan hamba-Nya sampai kepada yang berkecil-kecil dan si hamba pun mengakui pula kesalahan itu. Mana yang telah terlanjur pulanglah. Mana yang telah tersesat di ujung jalan kembalilah ke pangkal jalan. Lekaslah kembali sedang pintu lagi terbuka lebar!
Ayat 55
“Dan ikutilah yang sebaik-baik apa yang diturunkan kepada kamu dari Tuhan kamu."
Sebab yang sebaik-baik yang diturunkan itu adalah jalan, terang dan tidak ada yang meragukan. Sesungguhnya segala yang diturunkan Allah adalah yang sebaik-baiknya belaka, tidak ada yang kurang baik. Oleh sebab itu mutlak dikerjakan menurut kesanggupan dan tenaga. Ada yang wajib tak saat tidak dan ada yang jadi anjuran. Kalau saat kerjakan jugalah yang jadi anjuran. Kalau tidak sanggup kerjakanlah mana yang wajib tak saat tidak. Maka maksud dari yang sebaik-baik yang diturunkan Allah itu ialah apa yang diwajibkan. Janganlah lalai dalam melaksanakan kewajiban itu.
“Dan sebelum datang kepada kamu adzab dengan tiba-tiba, padahal kamu tidak menyadarinya."
Maka ingatlah diambil kesimpulan ayat bahwa sementara nyawa masih dikandung badan lekas-lekas melaksanakan segala apa yang diperintahkan oleh Allah, terutama yang sebaik-baik perintah, artinya yang saatdipikul menurut keadaan tenaga badan. Misalnya berusahalah pergi mengerjakan haji apabila telah ada kesanggupan mengerjakannya dan ada keamanan. Bila haji itu telah dilaksanakan satu kali, alhamdulillah telah lepas kewajiban yang sangat perlu. Nanti kalau Allah memberi rezeki dan badan sehat, agak lima tahun di belakang itu coba jugalah naik haji sekali lagi. Kalau tidak sanggup tidak mengapa karena yang wajib sudah pernah dilaksanakan.
Demikian juga halnya kewajiban-kewajiban yang lain, laksanakanlah sebelum datang adzab dengan tiba-tiba. Adzab paling besar di akhir hayat ialah bila maut datang sebelum saat mengerjakan amal yang saleh ketika hidup adzab pertama ialah penyesalan yang tidak saat diperbaiki lagi karena hidup tidak saat diulang dan dengan cerainya nyawa dengan badan, dimulailah hidup di akhirat. Menurut yang diajarkan Rasulullah, pintu pertanyaan yang pertama ialah di alam kubur.
Di ujung ayat diberi peringatan bahwa adzab akan datang dengan tidak disadari. Bahkan dalam manusia menghitung umurnya, mereka menyangka umurnya bertambah, padahal berkurang.
Ayat 56
“Bahwa akan berkata suatu diri, ‘Wahai menyesalnya aku atas kesia-siaanku di samping Allah.'"
Itulah keluhan dan rintihan dan penyesalan karena umur yang telah terbuang sia-sia, waktu yang habis dalam kelenaan hidup yang kosong tidak terisi. Tiba-tiba maut datang. Yang akan diperagakan di hadapan Allah tidak ada. Dalam ayat disebut, “Di samping Allah". Karena kita manusia hidup di dunia ini tidaklah jauh dari tilikan Allah ada di samping kita selalu memerhatikan kita, tetapi kita lupa dan tidak ingat bahwa Allah berada di samping kita itu.
“Sedang aku sesungguhnya adalah termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan."
Di ujung ayat sampai digambarkan penyesalan mereka yang ketika hidup hanya memandang seruan Allah yang disampaikan Rasul sebagai olok-olok saja. Tidak ada yang diperhatikan secara sungguh-sungguh.
Ayat 57
“Atau dia berkata, ‘Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, niscaya aku telah termasuk orang yang bertakwa.'"
Ayat ini masih sangat erat hubungan dengan ayat-ayat sebelumnya, terutama ayat 53 di atas tadi. Yaitu seruan Allah kepada hamba-hamba-Nya, agar selama masih hidup di dunia ini juga lekaslah memohonkan ampun kepada Allah, betapa pun banyaknya dosa, Allah sedia mengampuni. Janganlah berputus asa, rahmat Allah meliputi seluruh alam. Lekaslah pulang, lekaslah kembali. Turutilah apa yang sebaik-baiknya dari apa yang diturunkan Allah. Semuanya ini semasa masih hidup, nyawa masih dikandung badan. Namun kalau nyawa telah cerai dengan badan, sesal tidak berguna lagi. Pintu buat tobat pada hari perhitungan tidak dibukakan lagi. Seumpama orang yang sudah nyata bersalah akan dihadapkan ke muka hakim. Tidaklah akan diterima permohonan ampunnya kalau setelah persidangan dibuka dan hakim ketua telah mengetukkan palu dia tampil ke muka meminta ampun. Itu namanya main-main. Padahal sudah sejak dari semula diberitahukan agar jalan yang salah jangan ditempuh.
Maka perkataan suatu diri, “Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, niscaya aku menjadi orang yang bertakwa," adalah perkataan yang sudah tidak ada harganya lagi buat dijadikan penyesalan. Itu hanyalah penyesalan kepada diri sendiri. Karena Allah cukup memberikan petunjuk. Kalau petunjuk itu diikuti sejak semula, tentu mereka telah jadi orang bertakwa, tentu mereka tidak akan mensaat adzab siksaan yang pahit itu.
Ayat 58
“Atau dia berkata setelah dia melihat adzab, ‘Kalau kiranya aku saat kesempatan kembali.'"
Itulah keluhan dan penyesalan yang paling hebat dan sudah nyata tidak ada gunanya, percuma, karena tidak mungkin. Yaitu kalau kiranya diberi kesempatan kembali ke dunia.
“Maka akan ada aku termasuk orang-orang yang berbuat kebajikan."
Itulah peringatan-peringatan yang disampaikan Allah, yaitu bahwa kelak akan ada penyesalan diri yang seperti demikian itu bunyinya, menyesali kesia-siaan, bahkan ada yang menyesali Allah karena tidak diberi petunjuk sehingga tidak jadi orang takwa. Kalau kembali ke dunia berjanji hendak jadi orang baik-baik dan sebagainya. Semuanya ini adalah kejadian kelak, yaitu penyesalan yang tidak ada gunanya lagi, karena sunnatullah telah menentukan bahwa manusia yang telah menempuh alam akhirat tidak lagi akan kembali ke dalam alam dunia, sebagaimana manusia yang telah lahir ke dunia tidaklah akan kembali lagi ke dalam perut ibunya. Maka sebelum mengeluarkan penyesalan yang percuma itu kelak, lebih baik terimalah kasih sayang Allah sementara hidup ini. Walaupun dosa telah bertumpuk banyak, Allah tetap bersedia memberi ampun.
Maka teringatlah kita akan sebuah Hadits Qudsi dari Anas bin Malik r.a„ ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
“Berkata Allah Ta'aala, ‘Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau selama engkau masih mendoa kepadaku dan berharap, akan Aku ampuni dosamu yang ada padamu dan tidaklah aku merasa keberatan. Wahai anak Adam! Walaupun sampai dosa-dosa engkau itu ke lawang langit lalu engkau mohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni dan Aku tidak keberatan. Wahai anak Adam' Meskipun engkau datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi kesalahan, kemudian engkau menemui Aku dengan tidak mempersekutukan sesuatu dengan Daku maka Aku pun akan membawakan pula kepada engkau sepenuh bumi pengampunan.'" (HR Tir-rnidzi. Dia berkata hadits Hasan)
Demikianlah dalam ayat 53 dan ayat-ayat lain dan demikian pula dalam Hadits Qudsi ini. Manusia dipanggil supaya bertobat dari sekarang, bukan buat mengeluh dan menyesal di hari nanti. Adapun untuk keluhan di hari nanti itu. Allah telah menyambut,
Ayat 59
“Bukan begitu! Sesungguhnya memang telah datang kepada engkau."
Hari orang-orang yang menyesal di hari yang tidak berguna lagi penyesalan; telah datang kepada engkau."Ayat-ayat-Ku lalu engkau dustakan dan engkau pun membesarkan diri." Ayat-ayat Allah didustakan,
Nabi dicemoohkan sambil membesarkan diri, merasa diri sangat kuat, kebenaran tidak diacuhkan.
“Dan adalah engkau termasuk orang-orang yang kafir."
Maka segala penderitaan yang kamu derita sekarang ini, adzab siksaan yang menimpa dirimu, tidak lain daripada hasil perbuatanmu sendiri. Sekali-kali, tidaklah Allah berlaku zalim kepada hamba-Nya.
Semuanya ini untuk kita renungkan dan masa hidup inilah lebih baik kita menempuh jalan yang diridhai Allah.