Ayat
Terjemahan Per Kata
ضَرَبَ
membuat
ٱللَّهُ
Allah
مَثَلٗا
perumpamaan
رَّجُلٗا
seorang laki-laki
فِيهِ
didalamnya/padanya
شُرَكَآءُ
berserikat
مُتَشَٰكِسُونَ
dalam perselisihan
وَرَجُلٗا
dan seorang laki-laki
سَلَمٗا
selamat (penuh)
لِّرَجُلٍ
kepunyaan seorang laki-laki
هَلۡ
apakah
يَسۡتَوِيَانِ
keduanya sama
مَثَلًاۚ
perumpamaan
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
لِلَّهِۚ
bagi Allah
بَلۡ
bahkan/tetapi
أَكۡثَرُهُمۡ
kebanyakan mereka
لَا
tidak
يَعۡلَمُونَ
mereka mengetahui
ضَرَبَ
membuat
ٱللَّهُ
Allah
مَثَلٗا
perumpamaan
رَّجُلٗا
seorang laki-laki
فِيهِ
didalamnya/padanya
شُرَكَآءُ
berserikat
مُتَشَٰكِسُونَ
dalam perselisihan
وَرَجُلٗا
dan seorang laki-laki
سَلَمٗا
selamat (penuh)
لِّرَجُلٍ
kepunyaan seorang laki-laki
هَلۡ
apakah
يَسۡتَوِيَانِ
keduanya sama
مَثَلًاۚ
perumpamaan
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
لِلَّهِۚ
bagi Allah
بَلۡ
bahkan/tetapi
أَكۡثَرُهُمۡ
kebanyakan mereka
لَا
tidak
يَعۡلَمُونَ
mereka mengetahui
Terjemahan
Allah membuat perumpamaan, (yaitu) seorang laki-laki (hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat, (tetapi) dalam perselisihan dan seorang (hamba sahaya) yang menjadi milik penuh seorang (saja). Apakah keduanya sama keadaannya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(-nya).
Tafsir
(Allah telah membuat) bagi orang yang musyrik dan orang yang bertauhid (perumpamaan yaitu seorang laki-laki) lafal Rajulan ini menjadi Badal dari lafal Matsalan (yang menjadi budak milik beberapa orang yang berserikat dalam perselisihan) yaitu mereka terlihat di dalam persengketaan dan akhlak mereka sangat buruk (dan seorang budak laki-laki yang menjadi milik penuh) milik sepenuhnya (dari seorang laki-laki saja; adakah kedua budak itu sama halnya?) lafal Matsalan berkedudukan menjadi Tamyiz maksudnya, tentu saja tidak sama antara seorang budak yang menjadi milik suatu kelompok dengan seorang budak yang menjadi milik penuh seorang saja. Sesungguhnya, budak yang pertama tadi apabila disuruh oleh masing-masing dari pemilik dirinya secara sekaligus; ia bingung, siapakah yang harus ia layani di antara mereka. Ini adalah perumpamaan orang yang musyrik sedangkan budak yang kedua adalah perumpamaan bagi orang yang bertauhid. (Segala puji bagi Allah) semata (tetapi kebanyakan mereka) penduduk Mekah (tidak mengetahui) azab apakah yang akan menimpa mereka akibat kemusyrikannya, oleh karena itu mereka berbuat kemusyrikan.
Tafsir Surat Az-Zumar: 27-31
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur'an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa. Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu.
Allah ﷻ telah berfirman: Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur'an ini setiap macam perumpamaan. (Az-Zumar: 27) Yakni Kami telah jelaskan bagi manusia di dalamnya melalui banyak perumpamaan. supaya mereka dapat pelajaran. (Az-Zumar: 27) Karena sesungguhnya perumpamaan itu lebih mendekatkan pengertian ke dalam hati dan lebih meresap di dalamnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. (Ar-Rum: 28) Yaitu yang kamu ketahui dan pahami dari diri kalian sendiri. Dan firman Allah ﷻ yang lainnya, yaitu: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43) Adapun firman Allah ﷻ: (Ialah) Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (padanya). (Az-Zumar: 28) Yakni ialah Al-Qur'an dengan bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan, tidak ada penyimpangan dan tidak ada kekeliruan di dalamnya; bahkan Al-Qur'an itu bahasanya jelas, gamblang, dan terbukti kebenarannya.
Dan sesungguhnya Allah menjadikan Al-Qur'an demikian, lalu menurunkannya. supaya mereka bertakwa. (Az-Zumar: 28) Maksudnya, merasa takut dengan peringatan yang terkandung di dalamnya dan tergerak untuk mengamalkan apa yang dijanjikan di dalamnya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan. (Az-Zumar: 29) Yaitu para pemiliknya bersengketa mengenai budak tersebut yang dimiliki oleh mereka secara perseroan di antara sesama mereka. dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja). (Az-Zumar: 29) Artinya, tiada seorang pun yang memilikinya selain pemiliknya.
Adakah kedua budak itu sama halnya? (Az-Zumar: 29) Sebagai jawabannya tentu tidak sama antara budak ini dan budak yang sebelumnya. Sebagaimana tidak sama antara orang musyrik yang menyembah tuhan-tuhan lain beserta Allah, dan antara seorang mukmin yang ikhlas yang tidak menyembah selain hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Maka mana mungkin bisa sama antara yang ini dan yang itu.
Ibnu Abbas r.a. Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa ayat ini mengandung perumpamaan perbandingan antara orang musyrik dan orang ahli tauhid. Setelah perumpamaan ini diutarakan dengan jelas dan gamblang, maka disebutkan dalam firman berikutnya: Segala puji bagi Allah. (Az-Zumar: 29) Yang telah menegakkan hujah (alasan) terhadap mereka (orang-orang musyrik). tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Az-Zumar: 29) karena itulah mereka mempersekutukan Allah. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya kamu akam mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (Az-Zumar: 30) Ayat ini merupakan salah satu ayat yang dijadikan pegangan dalil oleh Abu Bakar As-Siddiq r.a. di saat Rasulullah ﷺ wafat, hingga manusia sadar bahwa beliau ﷺ benar-benar telah wafat. Ayat lainnya ialah firman Allah ﷻ: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali-Imran: 144) Makna ayat ini (Az-Zumar, ayat 30) ialah kelak kalian akan pindah dari dunia ini sebagai suatu kepastian yang tidak dapat dihindari, lalu kalian dihimpunkan di hadapan Allah di negeri akhirat.
Kemudian kalian akan berbantah-bantah sehubungan dengan apa yang telah kalian kerjakan selama di dunia menyangkut masalah tauhid dan syirik di hadapan Allah ﷻ nanti. Lalu Allah akan memutuskan perkara di antara kalian, dan memenangkan perkara yang hak, Dia adalah Yang Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui. Selanjutnya Allah akan menyelamatkan orang-orang mukmin yang mukhlis lagi selalu mengesakan Allah, dan mengazab orang-orang kafir yang ingkar, musyrik, lagi mendustakan kebenaran. Kemudian perlu diketahui bahwa sekalipun konteks ayat ini mengenai orang-orang mukmin dan orang-orang kafir serta perihal perdebatan di antara mereka di negeri akhirat, sesungguhnya makna ayat ini pun mencakup setiap dua belah pihak yang bersengketa di dunia.
Maka sesungguhnya persengketaan ini akan diulangi lagi di negeri akhirat nanti, lalu dilakukan peradilan oleh Allah ﷻ Yang Maha Pemberi Keputusan. "". Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kebenaran kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Hatib alias Yahya ibnu Abdur Rahman, dari Ibnuz Zubair r.a. yang mengatakan, bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Az-Zubair r.a. (ayah perawi) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah perdebatan akan diulangi lagi bagi kita nanti?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya." Az-Zubair berkata, "Kalau begitu, perkaranya sangatlah keras." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sufyan, yang dalam riwayat ini ada tambahannya.
Yaitu ketika ayat berikut diturunkan: kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia). (At-Takasur: 8) Az-Zubair r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, nikmat apakah yang akan dipertanyakan kepada kita tentangnya, padahal sesungguhnya makanan kita hanyalah buah kurma dan air (zam-zam)." Rasulullah ﷺ menjawab: ". Ingatlah, sesungguhnya pertanyaan itu pasti akan terjadi. Tambahan ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah melalui hadis Sufyan dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa ayat ini hasan. ". Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Yahya ibnu Abdur Rahman ibnu Akhtab, dari Abdullah ibnuz Zubair, dari Az Zubair ibnul Awwam r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah ﷺ ayat berikut yaitu firman-Nya: Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).
Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 30-31) Az-Zubair r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah akan diulang terhadap kita apa yang terjadi di antara sesama kita ketika di dunia disertai dengan dosa-dosa yang khususnya?" Rasulullah ﷺ menjawab: Benar, sungguh akan diulang terhadap kalian (persengketaan itu) hingga Allah menunaikan kepada orang yang berhak akan haknya. Az-Zubair r.a. berkata, "Demi Allah, sesungguhnya urusannya benar-benar sangat keras." Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui hadis Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama. Dan ia mengatakan bahwa hadis ini sahih. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abu Iyasy. dari Uqbah ibnu Amir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Mula-mula orang yang berbantah-bantahan kelak di hari kiamat adalah dua orang yang bertetangga. Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal. Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasan-Nya, sesungguhnya benar-benar akan terjadi bantah-bantahan sehingga dua ekor domba yang pernah saling menanduk.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal). Di dalam kitab musnad (Imam Ahmad) disebutkan melalui Abu Zar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ melihat dua ekor domba yang saling menanduk, lalu beliau ﷺ bersabda: "Hai Abu Zar, tahukah kamu mengapa keduanya saling beradu tanduk?" Aku menjawab, "Tidak. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tetapi Allah mengetahui dan kelak Dia akan memutuskan perkara di antara keduanya." ". Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahi ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hayyan ibnu Aglab, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Didatangkan seorang pemimpin yang melampaui batas lagi curang di hari kiamat nanti, lalu rakyatnya mengadukan perkaranya (kehadapan Allah), dan akhirnya mereka menang atasnya. Lalu dikatakan kepada pemimpin itu, Ambillah salah satu tempat di antara tempat-tempat yang ada di neraka Jahanam!" Kemudian Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa Al-Aglab ibnu Tamim orangnya tidak hafiz. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang berkata jujur menuntut orang yang berkata dusta, orang yang teraniaya menuntut orang yang berbuat aniaya terhadap dirinya, orang yang mendapat petunjuk menuntut orang yang sesat, dan orang yang lemah menuntut orang yang kuat.
Ibnu Mundah di dalam Kitabur Ruh telah meriwayatkan melalui Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa kelak di hari kiamat semua manusia berbantah-bantahan, sehingga roh berbantahan dengan jasadnya. Roh berkata kepada jasad, "Engkaulah pelakunya." Dan jasad berkata kepadanya, "Engkaulah yang memerintahkan dan engkau pulalah yang mendorongku untuk melakukannya." Kemudian Allah mengirimkan malaikat untuk memutuskan perkara di antara keduanya. Malaikat berkata kepada keduanya, "Sesungguhnya perumpamaan kamu berdua sama dengan seorang yang lumpuh, tetapi melihat; dan seorang lagi yang tuna netra, tetapi berjalan.
Keduanya memasuki sebuah kebun, maka si lumpuh berkata kepada si buta, 'Sesungguhnya di sini aku melihat banyak buah-buahan, tetapi aku tidak dapat mencapainya.' Lalu si buta berkata kepada si lumpuh, 'Marilah kugendong dan ambillah buah itu.' Kemudian si lumpuh digendong oleh si buta dan memetik buah tersebut. Maka manakah di antara keduanya yang melanggar? Roh dan jasad menjawab, "Keduanya melakukan pelanggaran." Maka malaikat itu berkata kepada keduanya, "Dengan demikian, berarti kamu berdua telah memutuskan perkara terhadap diri kalian sendiri." Yakni jasad bagi roh seperti tunggangan, sedangkan penunggangnya adalah roh.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Ahmad ibnu Ausajah, telah menceritakan kepada kami Darrar, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Al-Qummi (yakni Ya'qub ibnu Abdullah), dari Ja'far ibnul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa ayat berikut telah diturunkan, tetapi kami tidak mengetahui latar belakangnya, yaitu firman-Nya: Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Kami bertanya-tanya, "Dengan siapakah kami berbantah-bantahan, sedangkan di antara kami dan Ahli Kitab tidak ada bantah-bantahan, lalu siapakah lawannya?" Hingga meletuslah fitnah (perang saudara), maka berkatalah Umar r.a, "Inilah yang telah dijanjikan oleh Tuhan kita dan bantah-bantahan yang akan kita alami nanti karenanya." Imam Nasai meriwayatkan asar ini melalui Muhammad ibnu Amir, dari Mansur ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Abu Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Abul Aliyah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah di antara sesama ahli kiblat. Ibnu Zaid mengatakan antara ahli Islam dan ahli kafir, yakni orang-orang muslim dan orang-orang kafir. Dalam keterangan di atas telah kami sebutkan bahwa makna yang benar sehubungan dengan makna ayat ini ialah yang mengandung pengertian umum; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. [Berakhirlah Juz 23]"
Allah membuat perumpamaan dalam Al-Qur'an tentang orang-orang yang menyekutukan Allah dan yang mengesakan-Nya. Perumpamaan itu berupa seorang budak laki-laki dewasa dan kuat yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat, yang diperebutkan dalam perselisihan, membuat budak itu bingung menentukan siapa yang harus ia ikuti, dan perumpamaan satunya berupa seorang hamba sahaya lain yang menjadi milik penuh dari seorang saja sehingga ia tahu pasti siapa tuannya. Adakah kedua hamba sahaya itu sama keadaannya' Tentu tidak sama. Segala puji bagi Allah yang telah membuat perumpamaan yang jelas itu sebagai pelajaran, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui pelajaran yang dipaparkan sehingga mereka tersesat. 30-31. Wahai Nabi Muhammad, sesungguhnya engkau akan mati dan kembali ke hadirat Tuahnmu, dan mereka yang ingkar itu pun akan mati pula. Kemudian, sesungguhnya kamu semua pada hari Kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu, kemudian Dia akan memberi keputusan secara adil; orang beriman akan mendapatkan surga dan orang kafir akan mendapatkan siksa neraka. [].
Allah membuat suatu perumpamaan untuk menjelaskan perbedaan antara syirik dengan tauhid. Untuk itu Allah mengumpamakan dua orang budak. Budak yang satu dimiliki oleh beberapa orang tuan, mereka berserikat dalam kepemilikannya. Sedang budak yang lain hanya dimiliki oleh seorang tuan saja, tidak ada orang lain yang memilikinya. Pada suatu saat budak pertama mendapat perintah dari tuan-tuannya itu dengan perintah yang berbeda-beda, seperti tuan pertama memerintahkan membersihkan pekarangan rumahnya, tuan yang kedua menyuruh mencangkul kebunnya, tuan yang ketiga menyuruh membersihkan rumahnya dan sebagainya. Perintah ini diberikan pada saat yang sama. Perintah tuan yang manakah yang harus dikerjakan oleh budak tersebut? Tidak mungkin budak itu melaksanakan tiap-tiap perintah dari tuan-tuannya itu dalam waktu yang sama. Demikianlah seterusnya sehingga budak itu selalu kebingungan dalam menaati perintah-perintah dari masing-masing tuannya.
Adapun budak yang kedua yang hanya dimiliki oleh seorang tuan, ia dapat melaksanakan perintah tuannya dengan baik, ia tidak akan bingung dalam melaksanakan perintah itu, dan tuannya pun berlega hati karena budaknya itu dapat melaksanakan perintahnya dengan baik. Samakah keadaan kedua budak tersebut dan sama pulakah keadaan tuan dari masing-masing budak itu?
Demikianlah halnya dengan orang yang beragama tauhid dan orang yang beragama syirik. Orang yang beragama tauhid tidak pernah bingung dalam melaksanakan perintah dan larangan dari Tuhannya, karena perintah dan larangan itu bersumber dari Yang Maha Esa. Seorang yang beragama syirik selalu dalam keadaan bingung, perintah tuhannya yang manakah yang akan diikutinya. Sebaliknya orang yang beragama tauhid hanya menyembah Tuhan Yang Esa, sedang orang yang beragama syirik selalu bingung, tuhan yang manakah yang lebih patut disembah dari tuhan-tuhan yang lain.
Setelah menerangkan kesesatan syirik, Allah menegaskan bahwa segala puji hanyalah untuk-Nya, tidak untuk yang lain. Hanya Dia sajalah yang berhak disembah, tetapi kebanyakan manusia tidak mau mengetahuinya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SEBAIK-BAIK KATA
Ayat 22
“Maka apakah orang yang dilapangkan Allah dadanya untuk menerima Islam, lalu dia beroleh cahaya dari Tuhannya?"
Ayat ini pun bersifat pertanyaan, tetapi pertanyaan yang berisi bantahan. Yaitu bahwasanya orang yang dibukakan Allah hatinya menerima Islam, sehingga dadanya jadi lapang, jiwanya jadi tenteram tidaklah serupa dengan orang yang kesat hati, tertutup seketika kebenaran akan masuk. “Maka celakalah bagi orang yang kesal hati mereka dari mengingat Allah." Orang semacam itu akan tetap dalam kegelapan pikiran, rongga hatinya tidak akan dimasuki petunjuk sedikit pun. “Orang-orang itu adalah dalam kesesatan yang nyata." (ujung ayat 22)
Ayat 23
“Allah telah menurunkan yang sebaik-baik kata."
Yang dimaksud ialah ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ itu. Dikatakan sebaik-baik kata, karena susun bahasanya yang mengatasi segala susunan bahasa yang pernah ada, baik di zaman dia diturunkan atau untuk selanjutnya."Kitab yang serupa dan berulang." Namun serupa-serupa dan berulang, tidak pernah membosankan, bahkan bertambah dibaca bertambah menarik hati. “Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka," yaitu apabila mereka mendengar atau membaca ayat-ayat yang menerangkan bagaimana hebat dahysat dan ngeri adzab neraka bagi barangsiapa yang tidak mau melaksanakan perintah Allah.
"Kemudian lembutlah kulit mereka dan hati mereka kepada mengingat Allah." Artinya ialah bahwa orang yang beriman bertambahlah imannya dari sebab mendengar atau membaca ayat-ayat yang serupa-serupa atau berulang itu. Akan terus demikianlah orang yang beriman. Walaupun misalnya belum mereka paham makna dan isinya, baru mendengar bunyinya ketika dibaca saja, kalau bacaannya itu dilakukan dengan khusyu, yang mendengarkan bertambah khusyu pula. “Itulah dia petunjuk Allah yang ditunjuki-Nya dengan dia barangsiapa yang Dia kehendaki." Orang-orang itulah yang dibukakan hatinya menerima kebenaran, condong hatinya kepada jalan yang lurus, merdu didengarnya suara Al-Qur'an dan masuk ke dalam jiwanya,
“Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya yang akan menunjuki."
Sehingga muntahlah telinga mendengarkan suara Al-Qur'an, benci mendengar suara adzan, dan lebih condong telinga mendengarkan nyanyian cinta di radio dan televisi, mencemooh terhadap segala seruan kebenaran.
Ayat 24
“Maka apakah orang yang memelihara mukanya dari keburukan adzab di hari Kiamat?"
Yaitu bahwasanya tidaklah sama nasib terakhir dari orang yang memelihara wajahnya dari lembaian api neraka di hari Kiamat kelak dengan orang yang dalam hidup hanya berbuat maksiat, tidak peduli halal haram, tidak mengacuhkan batas-batas aturan yang ditentukan oleh Allah.
“Dan dikatakan kepada orang-orang yang Zalim, ‘Rasakanlah olehmu balasan dari apa yang telah kamu usahakan.'"
Begitulah nasib dari orang-orang yang tidak memelihara wajahnya dari lembaran api neraka itu.
Ayat 25
“Telah mendustakan orang-orang yang sebelum mereka."
Ayat ini adalah peringatan yang disuruh sampaikan oleh Allah kepada musyrikin yang menolak dan menyangkal seruan Rasul, Muhammad ﷺ di waktu itu.
“Maka datanglah adzab kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari."
Ada yang ditenggelamkan oleh topan, ada yang disapu bersih oleh angin lembubu yang sangat dahsyat, ada yang negerinya ditunggangbalikkan dengan gempa, ada yang dimusnahkan oleh penyakit dan ada yang dihancurkan dengan bunyi sorak yang sangat keras.
Ayat 26
“Maka Allah rasakan kepada mereka kehinaan di dalam hidup di dunia."
Segala adzab yang mereka derita itu, sebagai gempa bumi, negeri ditunggang-balikkan, angin ribut menghancurkan negeri dan sebagainya itu masihlah termasuk adzab di dunia. Mereka menjadi hina, rumah tangga hancur, kampung halaman musnah, negeri laksana dialahkan garuda, tinggal sebagai padang tekukur yang habis musnah manusianya. Semuanya itu masih kecil jika dibandingkan dengan adzab yang akan mereka derita di akhirat. “Dan adzab di akhirat adalah lebih besar, kalau adalah mereka mengetahui." (ujung ayat 26)
Ayat 27
“Dan sesungguhnya telah Kami perbuat bagi manusia di dalam Al-Qur'an ini dan berbagai-bagai perumpamaan."
Memang banyaklah Allah membuat perumpamaan di dalam Al-Qur'an. Bahkan sebagaimana tersebut di dalam surah al-Baqarah bahwa Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan dengan kutu yang kecil.
“Supaya mereka semuanya beringat-ingat."
Arti beringat-ingat ialah bahwa dengan perumpamaan-perumpamaan itu apa yang diperumpamakan itu lekas saat dipahamkan dan saat diingat, bagi mencerdaskan pikiran. Karena memang banyak sekali hal yang patut diumpamakan. Ini pun termasuk dalam rangka pertama dalam cara berdakwah, yaitu bil hikmati; dengan memakai hikmat kebijaksanaan.
Ayat 28
“Yaitu Al-Qur'an berbahasa Arab yang tidak ada kebengkokan."
Yang dituju dengan menyebutkan bahasa Arabnya itu ialah supaya jelas bagi bangsa yang mula menerimanya bahwa Al-Qur'an itu tidaklah susah dipahamkan, karena dia diturunkan dalam bahasa mereka sendiri. Dan tidak banyak kebengkokan, artinya tidak banyak berbelat-belit. Bahkan sungguh pun dia diturunkan dalam bahasa Arab, didorong oleh rasa iman dan ingin mendalami Islam maka seluruh bangsa yang telah memeluk islam di atas dunia ini pun dengan kesungguhan hati mempelajari bahasa Arab itu. Bangsa Persia (Iran), Mongol, Turki, Bukhara, bangsa Indonesia dan berpuluh lagi bangsa lain telah memeluk Islam dan telah mempelajari bahasa Arab yang tidak berbelat belit itu. Ulama-ulama Islam bukan saja terdiri dari orang Arab, bahkan belum setengah abad setelah Rasulullah wafat, yang memegang teguh dan memperkembangkan ilmu-ilmu agama Islam, sebagian besar bukanlah bangsa Arab. Seumpama Imam Bu-khari ahli hadits, Imam Abu Hanifah ahli fiqih yang besar yang bergelar al-lmam al-A'zham, keduanya bukanlah orang Arab. Atha ulama tabi'in yang masyhur di Mekah adalah orang Habsyi. Sibawaihi, ahli ilmu nahwu yang terkenal, adalah orang Persia. Demikianlah seterusnya dalam segala bangsa di permukaan bumi ini. Malahan tanah kita bumi Melayu ini pun menimbulkan beberapa ulama yang mengarang ilmu agama Islam dalam bahasa Arab, bukanlah mereka orang Arab. Seumpama Syekh Ahmad Arsyad Banjar, Syekh Nawawi Banten, Syekh Ahmad Khathib Minangkabau, Syekh Ahmad Khathib Sambas, Syekh Daud Fathani, semuanya bukanlah orang Arab. Maka ujung ayat tepat sekali, yaitu
“Supaya mereka itu bertakwa."
Jelaslah bahwa tujuan menurunkan Al-Qur'an ialah mengajak manusia agar mendekatkan hubungannya dengan Allah. Bukan semata-mata untuk enak dibaca saja, padahal isinya tidak dipahamkan. Dia bukan semata-mata bacaan, melainkan lebih dari itu, yaitu tuntunan hidup bagi keselamatan dunia dan akhirat.
Ayat 29
“Allah membuat suatu perumpamaan."
Allah suka sekali membuat perumpamaan untuk mendekatkan persoalan ke dalam pikiran orang yang berakal. Sekarang Allah pun membuat perumpamaan pula, “Seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh orang berserikat yang dalam keadaan berselisih dan seorang laki-laki lagi yang jadi milik penuh dari seseorang."Laki-laki yang dimiliki oleh orang berserikat yang dalam keadaan berselisih dan seorang laki-laki yang dipunyai menjadi milik penuh oleh seseorang itu, keduanya laki-laki yang diambil perumpamaan ialah budak. Di zaman purbakala perbudakan masih ada. Perbudakan baru habis dari dunia ini belum mencapai 150 tahun sampai sekarang. Sebab itu ingatlah kita maklumi kalau di dalam Al-Qur'an perbudakan diambil jadi perumpamaan, karena di zaman Al-Qur'an turun perbudakan masih ada. Di sini dibandingkan di antara dua orang budak; yang pertama budak kepunyaan orang berkongsi dua tiga orang. Yang kedua budak yang dimiliki oleh satu orang saja. “Adakah kedua perumpamaan itu sama?" Tentu dengan sendirinya akan timbul penjawaban dari orang yang berpikir dan berakal bahwa di antara kedua budakyang jadi perumpamaan itu tidaklah sama kedudukannya. Budak pertama karena ia kepunyaan satu perkongsian maka perkhidmatannya kepada yang dipertuannya pasti terpecah. Kalau kedua atau ketiga yang dipertuan sekali memanggil niscaya dia ragu mana yang akan didahu lukan. Didahulukan tuan A niscaya tuan B marah dan tuan C mengomel. Tetapi kalau si budak, si hamba sahaya kepunyaan satu tuan, perkhidmatannya pun tidak akan terpecah dan tidak akan ragu-ragu. Bila panggilan datang akan segera disahutinya dan dilaksanakannya apa yang diperintahkan.
Maka perumpamaan seorang budak kepunyaan orang berkongsi yang selalu berselisih karenamasing-masinghendaklebih menguasai itu ialah orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, dengan berhala, dengan thagut dan sebagainya. Dan perumpamaan budak dengan yang dimiliki oleh seorang tuan itu ialah orang yang bertauhid. Kalau ini ditanyakan dan disuruh pikirkan, niscaya mereka akan menjawab bahwa budak yang tuannya hanya satu orang itulah yang tidak tergoncang jiwanya. Adapun yang banyak tuan akan selalu bimbang; mana yang akan didahulukan. “Segala puji bagi Allah!" Karena ingatlah penjawaban mereka, karena mereka memakai akalnya.
“Namun kebanyakan mereka tidaklah mengetahui."