Ayat
Terjemahan Per Kata
كَذَّبَ
telah mendustakan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
مِن
dari
قَبۡلِهِمۡ
sebelum mereka
فَأَتَىٰهُمُ
maka datang kepada mereka
ٱلۡعَذَابُ
azab
مِنۡ
dari
حَيۡثُ
tempat/arah
لَا
tidak
يَشۡعُرُونَ
mereka menyadari
كَذَّبَ
telah mendustakan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
مِن
dari
قَبۡلِهِمۡ
sebelum mereka
فَأَتَىٰهُمُ
maka datang kepada mereka
ٱلۡعَذَابُ
azab
مِنۡ
dari
حَيۡثُ
tempat/arah
لَا
tidak
يَشۡعُرُونَ
mereka menyadari
Terjemahan
Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), datanglah azab kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari.
Tafsir
(Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan) rasul-rasulnya yang mengatakan bahwa azab pasti datang (maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka) yang tidak mereka duga sedikit pun.
Tafsir Surat Az-Zumar: 24-26
Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: "Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan. Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka. Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui.
Firman Allah ﷻ: Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghidari azab yang buruk pada hari kiamat. (Az-Zumar: 24) Ini merupakan perbandingan yang ditujukan pada orang yang bernasib demikian dan orang lain yang semisal dengannya dari kalangan orang-orang yang zalim (musyrik): Rasakanlah olehmu balasan apa yang lelah kamu kerjakan. (Az-Zumar: 24) Apakah orang yang demikian keadaannya sama dengan orang yang datang pada hari kiamat dalam keadaan aman (dari azab Allah)? Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka apakah orang yang berjalan terjungkal dengan muka di bawah itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (Al-Mulk: 22) (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka dengan muka di bawah. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka. (Al-Qamar: 48) Dan firman Allah ﷻ: Maka apakah orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? (Fussilat: 40) Dalam ayat ini tidak disebutkan pembandingnya mengingat sudah dapat dimengerti dengan menyebut salah satunya, seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataan seorang penyair: ...
... Aku tidak mengetahui bila menuju ke suatu negeri, apakah ditakdirkan mendapatkan kebaikan (ataukah sebaliknya), yang manakah dari keduanya yang akan menyertaiku? Adapun firman Allah ﷻ: Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka. (Az-Zumar: 25) Yakni umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul telah dibinasakan oleh Allah karena dosa-dosa mereka, dan tidaklah mereka dapat perlindungan dari azab Allah. Firman Allah ﷻ: Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. (Az-Zumar: 26) Yaitu melalui azab dan pembalasan Allah yang ditimpakan kepada mereka, sehingga orang-orang mukmin merasa lega dan puas terhadap mereka.
Karena itu, waspadalah orang-orang yang diancam dengan peringatan ini. Karena sesungguhnya mereka telah mendustakan rasul yang paling mulia penutup para nabi, maka azab yang disediakan oleh Allah ﷻ bagi mereka di negeri akhirat akan jauh lebih keras daripada azab yang menimpa mereka dalam kehidupan di dunia ini. Untuk itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui. (Az-Zumar: 26)"
Tidakkah orang-orang musyrik Mekah itu mengambil pelajaran dari kehancuran umat-umat durhaka terdahulu' Orang-orang yang hi-dup sebelum mereka telah mendustakan rasul-rasulnya sebagaimana me-reka mendustakan Nabi Muhammad, maka saat mereka lengah datang-lah kepada mereka azab Allah secara tiba-tiba dari arah yang tidak mereka sangka. 26. Maka Allah menimpakan kepada mereka azab dan kehinaan pada kehidupan dunia serta menyiapkan bagi mereka azab yang pedih di akhirat. Dan sungguh, azab akhirat lebih besar daripada azab dunia. Kalau saja mereka mengetahui hal itu niscaya mereka akan beriman dan berbuat baik. Hanya kebodohan dan ketundukan pada hawa nafsu yang membuat mereka tersesat.
Pada ayat ini, Allah menerangkan azab yang pernah ditimpakan kepada orang-orang terdahulu yang mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka, seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Mekah kepada Rasulullah. Azab itu ditimpakan kepada mereka setelah berkali-kali diseru ke jalan yang benar oleh para rasul yang diutus kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan seruan itu.
Demikianlah mereka ditimpa azab di dunia dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh azab yang sangat. Azab dunia jauh lebih enteng dan ringan jika dibanding dengan azab akhirat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SEBAIK-BAIK KATA
Ayat 22
“Maka apakah orang yang dilapangkan Allah dadanya untuk menerima Islam, lalu dia beroleh cahaya dari Tuhannya?"
Ayat ini pun bersifat pertanyaan, tetapi pertanyaan yang berisi bantahan. Yaitu bahwasanya orang yang dibukakan Allah hatinya menerima Islam, sehingga dadanya jadi lapang, jiwanya jadi tenteram tidaklah serupa dengan orang yang kesat hati, tertutup seketika kebenaran akan masuk. “Maka celakalah bagi orang yang kesal hati mereka dari mengingat Allah." Orang semacam itu akan tetap dalam kegelapan pikiran, rongga hatinya tidak akan dimasuki petunjuk sedikit pun. “Orang-orang itu adalah dalam kesesatan yang nyata." (ujung ayat 22)
Ayat 23
“Allah telah menurunkan yang sebaik-baik kata."
Yang dimaksud ialah ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ itu. Dikatakan sebaik-baik kata, karena susun bahasanya yang mengatasi segala susunan bahasa yang pernah ada, baik di zaman dia diturunkan atau untuk selanjutnya."Kitab yang serupa dan berulang." Namun serupa-serupa dan berulang, tidak pernah membosankan, bahkan bertambah dibaca bertambah menarik hati. “Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka," yaitu apabila mereka mendengar atau membaca ayat-ayat yang menerangkan bagaimana hebat dahysat dan ngeri adzab neraka bagi barangsiapa yang tidak mau melaksanakan perintah Allah.
"Kemudian lembutlah kulit mereka dan hati mereka kepada mengingat Allah." Artinya ialah bahwa orang yang beriman bertambahlah imannya dari sebab mendengar atau membaca ayat-ayat yang serupa-serupa atau berulang itu. Akan terus demikianlah orang yang beriman. Walaupun misalnya belum mereka paham makna dan isinya, baru mendengar bunyinya ketika dibaca saja, kalau bacaannya itu dilakukan dengan khusyu, yang mendengarkan bertambah khusyu pula. “Itulah dia petunjuk Allah yang ditunjuki-Nya dengan dia barangsiapa yang Dia kehendaki." Orang-orang itulah yang dibukakan hatinya menerima kebenaran, condong hatinya kepada jalan yang lurus, merdu didengarnya suara Al-Qur'an dan masuk ke dalam jiwanya,
“Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya yang akan menunjuki."
Sehingga muntahlah telinga mendengarkan suara Al-Qur'an, benci mendengar suara adzan, dan lebih condong telinga mendengarkan nyanyian cinta di radio dan televisi, mencemooh terhadap segala seruan kebenaran.
Ayat 24
“Maka apakah orang yang memelihara mukanya dari keburukan adzab di hari Kiamat?"
Yaitu bahwasanya tidaklah sama nasib terakhir dari orang yang memelihara wajahnya dari lembaian api neraka di hari Kiamat kelak dengan orang yang dalam hidup hanya berbuat maksiat, tidak peduli halal haram, tidak mengacuhkan batas-batas aturan yang ditentukan oleh Allah.
“Dan dikatakan kepada orang-orang yang Zalim, ‘Rasakanlah olehmu balasan dari apa yang telah kamu usahakan.'"
Begitulah nasib dari orang-orang yang tidak memelihara wajahnya dari lembaran api neraka itu.
Ayat 25
“Telah mendustakan orang-orang yang sebelum mereka."
Ayat ini adalah peringatan yang disuruh sampaikan oleh Allah kepada musyrikin yang menolak dan menyangkal seruan Rasul, Muhammad ﷺ di waktu itu.
“Maka datanglah adzab kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari."
Ada yang ditenggelamkan oleh topan, ada yang disapu bersih oleh angin lembubu yang sangat dahsyat, ada yang negerinya ditunggangbalikkan dengan gempa, ada yang dimusnahkan oleh penyakit dan ada yang dihancurkan dengan bunyi sorak yang sangat keras.
Ayat 26
“Maka Allah rasakan kepada mereka kehinaan di dalam hidup di dunia."
Segala adzab yang mereka derita itu, sebagai gempa bumi, negeri ditunggang-balikkan, angin ribut menghancurkan negeri dan sebagainya itu masihlah termasuk adzab di dunia. Mereka menjadi hina, rumah tangga hancur, kampung halaman musnah, negeri laksana dialahkan garuda, tinggal sebagai padang tekukur yang habis musnah manusianya. Semuanya itu masih kecil jika dibandingkan dengan adzab yang akan mereka derita di akhirat. “Dan adzab di akhirat adalah lebih besar, kalau adalah mereka mengetahui." (ujung ayat 26)
Ayat 27
“Dan sesungguhnya telah Kami perbuat bagi manusia di dalam Al-Qur'an ini dan berbagai-bagai perumpamaan."
Memang banyaklah Allah membuat perumpamaan di dalam Al-Qur'an. Bahkan sebagaimana tersebut di dalam surah al-Baqarah bahwa Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan dengan kutu yang kecil.
“Supaya mereka semuanya beringat-ingat."
Arti beringat-ingat ialah bahwa dengan perumpamaan-perumpamaan itu apa yang diperumpamakan itu lekas saat dipahamkan dan saat diingat, bagi mencerdaskan pikiran. Karena memang banyak sekali hal yang patut diumpamakan. Ini pun termasuk dalam rangka pertama dalam cara berdakwah, yaitu bil hikmati; dengan memakai hikmat kebijaksanaan.
Ayat 28
“Yaitu Al-Qur'an berbahasa Arab yang tidak ada kebengkokan."
Yang dituju dengan menyebutkan bahasa Arabnya itu ialah supaya jelas bagi bangsa yang mula menerimanya bahwa Al-Qur'an itu tidaklah susah dipahamkan, karena dia diturunkan dalam bahasa mereka sendiri. Dan tidak banyak kebengkokan, artinya tidak banyak berbelat-belit. Bahkan sungguh pun dia diturunkan dalam bahasa Arab, didorong oleh rasa iman dan ingin mendalami Islam maka seluruh bangsa yang telah memeluk islam di atas dunia ini pun dengan kesungguhan hati mempelajari bahasa Arab itu. Bangsa Persia (Iran), Mongol, Turki, Bukhara, bangsa Indonesia dan berpuluh lagi bangsa lain telah memeluk Islam dan telah mempelajari bahasa Arab yang tidak berbelat belit itu. Ulama-ulama Islam bukan saja terdiri dari orang Arab, bahkan belum setengah abad setelah Rasulullah wafat, yang memegang teguh dan memperkembangkan ilmu-ilmu agama Islam, sebagian besar bukanlah bangsa Arab. Seumpama Imam Bu-khari ahli hadits, Imam Abu Hanifah ahli fiqih yang besar yang bergelar al-lmam al-A'zham, keduanya bukanlah orang Arab. Atha ulama tabi'in yang masyhur di Mekah adalah orang Habsyi. Sibawaihi, ahli ilmu nahwu yang terkenal, adalah orang Persia. Demikianlah seterusnya dalam segala bangsa di permukaan bumi ini. Malahan tanah kita bumi Melayu ini pun menimbulkan beberapa ulama yang mengarang ilmu agama Islam dalam bahasa Arab, bukanlah mereka orang Arab. Seumpama Syekh Ahmad Arsyad Banjar, Syekh Nawawi Banten, Syekh Ahmad Khathib Minangkabau, Syekh Ahmad Khathib Sambas, Syekh Daud Fathani, semuanya bukanlah orang Arab. Maka ujung ayat tepat sekali, yaitu
“Supaya mereka itu bertakwa."
Jelaslah bahwa tujuan menurunkan Al-Qur'an ialah mengajak manusia agar mendekatkan hubungannya dengan Allah. Bukan semata-mata untuk enak dibaca saja, padahal isinya tidak dipahamkan. Dia bukan semata-mata bacaan, melainkan lebih dari itu, yaitu tuntunan hidup bagi keselamatan dunia dan akhirat.
Ayat 29
“Allah membuat suatu perumpamaan."
Allah suka sekali membuat perumpamaan untuk mendekatkan persoalan ke dalam pikiran orang yang berakal. Sekarang Allah pun membuat perumpamaan pula, “Seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh orang berserikat yang dalam keadaan berselisih dan seorang laki-laki lagi yang jadi milik penuh dari seseorang."Laki-laki yang dimiliki oleh orang berserikat yang dalam keadaan berselisih dan seorang laki-laki yang dipunyai menjadi milik penuh oleh seseorang itu, keduanya laki-laki yang diambil perumpamaan ialah budak. Di zaman purbakala perbudakan masih ada. Perbudakan baru habis dari dunia ini belum mencapai 150 tahun sampai sekarang. Sebab itu ingatlah kita maklumi kalau di dalam Al-Qur'an perbudakan diambil jadi perumpamaan, karena di zaman Al-Qur'an turun perbudakan masih ada. Di sini dibandingkan di antara dua orang budak; yang pertama budak kepunyaan orang berkongsi dua tiga orang. Yang kedua budak yang dimiliki oleh satu orang saja. “Adakah kedua perumpamaan itu sama?" Tentu dengan sendirinya akan timbul penjawaban dari orang yang berpikir dan berakal bahwa di antara kedua budakyang jadi perumpamaan itu tidaklah sama kedudukannya. Budak pertama karena ia kepunyaan satu perkongsian maka perkhidmatannya kepada yang dipertuannya pasti terpecah. Kalau kedua atau ketiga yang dipertuan sekali memanggil niscaya dia ragu mana yang akan didahu lukan. Didahulukan tuan A niscaya tuan B marah dan tuan C mengomel. Tetapi kalau si budak, si hamba sahaya kepunyaan satu tuan, perkhidmatannya pun tidak akan terpecah dan tidak akan ragu-ragu. Bila panggilan datang akan segera disahutinya dan dilaksanakannya apa yang diperintahkan.
Maka perumpamaan seorang budak kepunyaan orang berkongsi yang selalu berselisih karenamasing-masinghendaklebih menguasai itu ialah orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, dengan berhala, dengan thagut dan sebagainya. Dan perumpamaan budak dengan yang dimiliki oleh seorang tuan itu ialah orang yang bertauhid. Kalau ini ditanyakan dan disuruh pikirkan, niscaya mereka akan menjawab bahwa budak yang tuannya hanya satu orang itulah yang tidak tergoncang jiwanya. Adapun yang banyak tuan akan selalu bimbang; mana yang akan didahulukan. “Segala puji bagi Allah!" Karena ingatlah penjawaban mereka, karena mereka memakai akalnya.
“Namun kebanyakan mereka tidaklah mengetahui."