Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱللَّهُ
Allah
نَزَّلَ
Dia menurunkan
أَحۡسَنَ
paling baik
ٱلۡحَدِيثِ
pembicaraan/perkataan
كِتَٰبٗا
Kitab
مُّتَشَٰبِهٗا
serupa
مَّثَانِيَ
berulang-ulang
تَقۡشَعِرُّ
gemetar
مِنۡهُ
dari padanya/karenanya
جُلُودُ
kulit-kulit
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَخۡشَوۡنَ
(mereka) takut
رَبَّهُمۡ
Tuhan mereka
ثُمَّ
kemudian
تَلِينُ
menjadi lembut/tenang
جُلُودُهُمۡ
kulit-kulit mereka
وَقُلُوبُهُمۡ
dan hati mereka
إِلَىٰ
kepada
ذِكۡرِ
mengingat
ٱللَّهِۚ
Allah
ذَٰلِكَ
demikianlah
هُدَى
petunjuk
ٱللَّهِ
Allah
يَهۡدِي
Dia memberi petunjuk
بِهِۦ
dengannya
مَن
siapa
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
وَمَن
dan barang siapa
يُضۡلِلِ
menyesatkan
ٱللَّهُ
Allah
فَمَا
maka tidak
لَهُۥ
baginya
مِنۡ
dari
هَادٍ
seorang petunjuk/pemimpin
ٱللَّهُ
Allah
نَزَّلَ
Dia menurunkan
أَحۡسَنَ
paling baik
ٱلۡحَدِيثِ
pembicaraan/perkataan
كِتَٰبٗا
Kitab
مُّتَشَٰبِهٗا
serupa
مَّثَانِيَ
berulang-ulang
تَقۡشَعِرُّ
gemetar
مِنۡهُ
dari padanya/karenanya
جُلُودُ
kulit-kulit
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَخۡشَوۡنَ
(mereka) takut
رَبَّهُمۡ
Tuhan mereka
ثُمَّ
kemudian
تَلِينُ
menjadi lembut/tenang
جُلُودُهُمۡ
kulit-kulit mereka
وَقُلُوبُهُمۡ
dan hati mereka
إِلَىٰ
kepada
ذِكۡرِ
mengingat
ٱللَّهِۚ
Allah
ذَٰلِكَ
demikianlah
هُدَى
petunjuk
ٱللَّهِ
Allah
يَهۡدِي
Dia memberi petunjuk
بِهِۦ
dengannya
مَن
siapa
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
وَمَن
dan barang siapa
يُضۡلِلِ
menyesatkan
ٱللَّهُ
Allah
فَمَا
maka tidak
لَهُۥ
baginya
مِنۡ
dari
هَادٍ
seorang petunjuk/pemimpin
Terjemahan
Allah telah menurunkan perkataan yang terbaik, (yaitu) Kitab (Al-Qur’an) yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. Oleh karena itu, kulit orang yang takut kepada Tuhannya gemetar. Kemudian, kulit dan hati mereka menjadi lunak ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah tidak ada yang dapat memberi petunjuk.
Tafsir
(Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Kitab) Al-Qur'an; lafal Kitaaban menjadi Badal lafal Ahsanal Hadiitsi (yang serupa) satu sama lainnya sama dalam hal Nuzhum dan hal-hal lainnya (lagi berulang-ulang) diulang-ulang di dalamnya janji dan ancaman serta hal-hal lainnya (gemetarlah karenanya) yakni gemetar karena takut di kala disebutkan ancaman-Nya (kulit orang-orang yang takut) yang merasa takut (kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan kalbu mereka di waktu mengingat Allah) sewaktu ingat akan janji-Nya. (Itulah) kitab Al-Qur'an itu (petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.).
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. Ini merupakan pujian dari Allah ﷻ yang ditujukan kepada kitab-Nya, yaitu Al-Qur'an yang Dia turunkan kepada rasul-Nya yang mulia. Allah ﷻ berfirman: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar: 23) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kitab Al-Qur'an, semuanya serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang.
Qatadah mengatakan suatu ayat serupa dengan ayat lain, dan suatu huruf sama dengan huruf lainnya. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masani ialah mengulang-ulang bacaannya agar mereka memahami apa yang diturunkan dari Tuhannya. Ikrimah dan Al-Hasan mengatakan bahwa Allah menyebut qada secara berulang-ulang di dalam Al-Qur'an. Al-Hasan menambahkan bahwa di dalam surat terdapat suatu ayat, dan di surat yang lain terdapat ayat yang semisal dengan ayat tersebut.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa masani ialah diulang-ulang; kisah mengenai Musa, Saleh, Hud, dan para nabi lainnya disebutkan secara berulang-ulang di dalam Al-Qur'an di berbagai tempat yang cukup banyak. Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa masani ialah sebagian dari Al-Qur'an serupa dengan sebagian yang lainnya dan satu sama lainnya saling memperkuat.
Sebagian ulama mengatakan, juga menurut apa yang diriwayatkan dari Sufyan ibnu Uyaynah disebutkan bahwa makna firman-Nya: yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar: 23) Sesungguhnya konteks-konteks Al-Qur'an itu adakalanya berkaitan dengan satu pengertian, maka yang ini dinamakan ayat-ayat yang mutasyabih. Adakalanya disebutkan sesuatu dan lawan katanya, seperti penyebutan tentang orang-orang mukmin dan disusul dengan sebutan tentang orang-orang kafir, sebutan tentang gambaran surga dan gambaran neraka, dan subjek-subjek lainnya, maka yang ini dinamakan masani, seperti yang terdapat pada firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. (Al-Infitar: 13-14) Dan firman Allah ﷻ: Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. (Al-Mutaffifin: 7) sampai dengan firman-Nya: sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam Illiyyin. (Al-Mutaffifin: 18) Juga firman Allah ﷻ: Ini adalah kehormatan (bagi mereka) dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik. (Shad: 49) sampai dengan firman-Nya: Beginilah (keadaan mereka).
Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk. (Shad: 55) Dan konteks-konteks semacam ini termasuk ke dalam pengertian masani yakni mengandung dua makna. Adapun jika konteksnya mengandung pengertian yang sama, sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, maka disebut dengan istilah mutasyabih, tetapi bukan mutasyabih yang disebutkan di dalam firmanNya: Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (Ali Imran: 7) Yang ini mengandung pengertian yang lain.
Firman Allah ﷻ: gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) Yakni demikianlah sifat orang-orang yang banyak berbakti di saat mendengar Kalamullah Yang Mahakuasa, Mahaperkasa lagi Maha Pengampun, disebabkan apa yang mereka pahami darinya menyangkut janji, kecaman, dan ancaman yang membuat gemetar kulit tubuh mereka (merinding) karena takut kepada Allah ﷻ kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) karena hati mereka penuh harap terhadap limpahan rahmat-Nya dan kasih sayang-Nya; sikap mereka berbeda jauh dengan orang lain yang pendurhaka ditinjau dari berbagai seginya.
Pertama. Bila mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an, maka mereka mendengarkannya sebagai Al-Qur'an yang dibacakan, sedangkan selain mereka mendengarnya bagaikan mendengar nyanyian dan kemerduan suaranya saja. Kedua. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Tuhan Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur bersujud seraya menangis dengan penuh etika dan rasa takut, rasa harap dan rasa cinta, serta penuh dengan pemahaman dan pengertian.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal: 2-4) Dan firman-Nya: Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Yakni apabila mereka mendengar Kalamullah dibacakan, maka mereka tidak sibuk dengan yang lainnya, bahkan mnedengarkannya dengan penuh ketaatan dan memahami semua makna yang terkandung di dalamnya, lalu meresapkannya ke dalam kalbu mereka.
Karena itulah maka mereka mengamalkannya dan bersujud padanya dengan penuh pengetahuan dan pengertian, bukan karena tidak mengerti atau membebek kepada orang lain. Ketiga. Mereka selalu menjaga etika dan sopan santun saat mendengarkannya, sebagaimana yangtelah dilakukan oleh para sahabat saat mereka mendengar Kalamullah yang dibacakan oleh Rasulullah ﷺ Kulit tubuh mereka bergetar, kemudian hati mereka menjadi lunak di waktu mengingat Allah. Mereka tidak ribut dan tidak pula memaksakan diri dengan apa yang bukan pembawaan diri mereka, bahkan mereka memiliki keteguhan, ketenangan, etika, dan rasa takut kepada Allah yang tidak ada seorang pun setara dengan mereka dalam hal ini.
Karena itulah mereka beruntung mendapat pujian dari Tuhan Yang Mahatinggi di dunia ini dan di akhirat nanti. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar yang mengatakan bahwa Qatadah rahimahullah membaca firman-Nya: gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) Qatadah mengatakan bahwa inilah sifat kekasih-kekasih Allah.
Allah menyifati mereka bahwa kulit mereka bergetar, mata mereka menangis, serta hati mereka lunak di waktu mengingat Allah. Allah tidak menyifati mereka hilang akal dan pingsan, karena sesungguhnya hal ini merupakan ciri khas ahli bid'ah, dan perbuatan ini berasal dari setan. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) Yakni ingat akan janji Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar: 23) Yaitu demikianlah sifat orang yang diberi petunjuk oleh Allah; dan orang yang mempunyai sifat yang berbeda dengan itu, maka dia termasuk orang yang disesatkan oleh Allah ﷻ: Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. (Az-Zumar: 23).
Allah telah menurunkan perkataan yang memiliki susunan kata dan kandungan paling baik, yaitu Al-Qur'an yang serupa keindahan susunan antara ayat-ayatnya lagi disebut berulang-ulang baik redaksi, hukum, pelajaran, maupun kisahnya agar membawa pengaruh kuat pada diri pembacanya. Allah menurunkan Al-Qur'an yang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya ketika mendengar per-ingatan dan ancaman di dalamnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah dan mendengar berita serta janji yang menggembirakan. Itulah petunjuk Allah bagi orang-orang yang mau mendengarkan; dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat dari jalan kebenaran oleh Allah lantaran lebih memilih jalan kesesatan dan berpaling dari kebenaran daripada mengikuti tuntunan Rasulullah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi-nya petunjuk dan menuntunnya menuju jalan kebenaran. 24. Maka, apakah orang-orang yang tangannya terbelenggu lalu berusaha melindungi diri dengan wajahnya untuk menghindari azab yang buruk pada hari Kiamat sama dengan orang mukmin yang selamat dari azab dan berhasil masuk surga' Tentu tidak sama. Dan dikatakan kepada orang-orang yang berbuat zalim dan syirik, 'Rasakanlah olehmu balasan atas apa yang telah kamu kerjakan berupa kekafiran dan kemusyrikan di dunia. '.
Allah menerangkan bahwa Dia menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Qur'an yang mulia, sebahagian ayat-ayatnya mempunyai kemiripan baik dalam menjelaskan hukum-hukum, kebenaran, pelajaran, mengemukakan hujah, hikmah-hikmah, dan sebagainya, sebagaimana beberapa bagian air menyerupai beberapa bagian udara, beberapa bagian suatu negeri menyerupai beberapa bagian negeri yang lain. Karena ada suatu kisah diulang-ulang menyebutnya di beberapa tempat, demikian pula perintah-perintah, larangan-larangan, dan sebagainya. Orang-orang yang beriman, bila mereka mendengar bacaan Al-Qur'an meremang bulu romanya, dan bergoncang hatinya karena takut kepada Allah. Hal itu mendorong hati mereka mengikuti semua perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Jiwa mereka menjadi hidup, semangat mereka bertambah untuk melaksanakan amal-amal yang saleh dan berjihad di jalan-Nya.
Dengan Al-Qur'an, Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, membimbing orang-orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus serta mempertebal iman di dalam hatinya. Tetapi orang yang disesatkan hatinya, mereka hampa dan kosong, mereka tidak akan memperoleh manfaat sedikit pun dari Al-Qur'an itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SEBAIK-BAIK KATA
Ayat 22
“Maka apakah orang yang dilapangkan Allah dadanya untuk menerima Islam, lalu dia beroleh cahaya dari Tuhannya?"
Ayat ini pun bersifat pertanyaan, tetapi pertanyaan yang berisi bantahan. Yaitu bahwasanya orang yang dibukakan Allah hatinya menerima Islam, sehingga dadanya jadi lapang, jiwanya jadi tenteram tidaklah serupa dengan orang yang kesat hati, tertutup seketika kebenaran akan masuk. “Maka celakalah bagi orang yang kesal hati mereka dari mengingat Allah." Orang semacam itu akan tetap dalam kegelapan pikiran, rongga hatinya tidak akan dimasuki petunjuk sedikit pun. “Orang-orang itu adalah dalam kesesatan yang nyata." (ujung ayat 22)
Ayat 23
“Allah telah menurunkan yang sebaik-baik kata."
Yang dimaksud ialah ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ itu. Dikatakan sebaik-baik kata, karena susun bahasanya yang mengatasi segala susunan bahasa yang pernah ada, baik di zaman dia diturunkan atau untuk selanjutnya."Kitab yang serupa dan berulang." Namun serupa-serupa dan berulang, tidak pernah membosankan, bahkan bertambah dibaca bertambah menarik hati. “Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka," yaitu apabila mereka mendengar atau membaca ayat-ayat yang menerangkan bagaimana hebat dahysat dan ngeri adzab neraka bagi barangsiapa yang tidak mau melaksanakan perintah Allah.
"Kemudian lembutlah kulit mereka dan hati mereka kepada mengingat Allah." Artinya ialah bahwa orang yang beriman bertambahlah imannya dari sebab mendengar atau membaca ayat-ayat yang serupa-serupa atau berulang itu. Akan terus demikianlah orang yang beriman. Walaupun misalnya belum mereka paham makna dan isinya, baru mendengar bunyinya ketika dibaca saja, kalau bacaannya itu dilakukan dengan khusyu, yang mendengarkan bertambah khusyu pula. “Itulah dia petunjuk Allah yang ditunjuki-Nya dengan dia barangsiapa yang Dia kehendaki." Orang-orang itulah yang dibukakan hatinya menerima kebenaran, condong hatinya kepada jalan yang lurus, merdu didengarnya suara Al-Qur'an dan masuk ke dalam jiwanya,
“Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya yang akan menunjuki."
Sehingga muntahlah telinga mendengarkan suara Al-Qur'an, benci mendengar suara adzan, dan lebih condong telinga mendengarkan nyanyian cinta di radio dan televisi, mencemooh terhadap segala seruan kebenaran.
Ayat 24
“Maka apakah orang yang memelihara mukanya dari keburukan adzab di hari Kiamat?"
Yaitu bahwasanya tidaklah sama nasib terakhir dari orang yang memelihara wajahnya dari lembaian api neraka di hari Kiamat kelak dengan orang yang dalam hidup hanya berbuat maksiat, tidak peduli halal haram, tidak mengacuhkan batas-batas aturan yang ditentukan oleh Allah.
“Dan dikatakan kepada orang-orang yang Zalim, ‘Rasakanlah olehmu balasan dari apa yang telah kamu usahakan.'"
Begitulah nasib dari orang-orang yang tidak memelihara wajahnya dari lembaran api neraka itu.
Ayat 25
“Telah mendustakan orang-orang yang sebelum mereka."
Ayat ini adalah peringatan yang disuruh sampaikan oleh Allah kepada musyrikin yang menolak dan menyangkal seruan Rasul, Muhammad ﷺ di waktu itu.
“Maka datanglah adzab kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari."
Ada yang ditenggelamkan oleh topan, ada yang disapu bersih oleh angin lembubu yang sangat dahsyat, ada yang negerinya ditunggangbalikkan dengan gempa, ada yang dimusnahkan oleh penyakit dan ada yang dihancurkan dengan bunyi sorak yang sangat keras.
Ayat 26
“Maka Allah rasakan kepada mereka kehinaan di dalam hidup di dunia."
Segala adzab yang mereka derita itu, sebagai gempa bumi, negeri ditunggang-balikkan, angin ribut menghancurkan negeri dan sebagainya itu masihlah termasuk adzab di dunia. Mereka menjadi hina, rumah tangga hancur, kampung halaman musnah, negeri laksana dialahkan garuda, tinggal sebagai padang tekukur yang habis musnah manusianya. Semuanya itu masih kecil jika dibandingkan dengan adzab yang akan mereka derita di akhirat. “Dan adzab di akhirat adalah lebih besar, kalau adalah mereka mengetahui." (ujung ayat 26)
Ayat 27
“Dan sesungguhnya telah Kami perbuat bagi manusia di dalam Al-Qur'an ini dan berbagai-bagai perumpamaan."
Memang banyaklah Allah membuat perumpamaan di dalam Al-Qur'an. Bahkan sebagaimana tersebut di dalam surah al-Baqarah bahwa Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan dengan kutu yang kecil.
“Supaya mereka semuanya beringat-ingat."
Arti beringat-ingat ialah bahwa dengan perumpamaan-perumpamaan itu apa yang diperumpamakan itu lekas saat dipahamkan dan saat diingat, bagi mencerdaskan pikiran. Karena memang banyak sekali hal yang patut diumpamakan. Ini pun termasuk dalam rangka pertama dalam cara berdakwah, yaitu bil hikmati; dengan memakai hikmat kebijaksanaan.
Ayat 28
“Yaitu Al-Qur'an berbahasa Arab yang tidak ada kebengkokan."
Yang dituju dengan menyebutkan bahasa Arabnya itu ialah supaya jelas bagi bangsa yang mula menerimanya bahwa Al-Qur'an itu tidaklah susah dipahamkan, karena dia diturunkan dalam bahasa mereka sendiri. Dan tidak banyak kebengkokan, artinya tidak banyak berbelat-belit. Bahkan sungguh pun dia diturunkan dalam bahasa Arab, didorong oleh rasa iman dan ingin mendalami Islam maka seluruh bangsa yang telah memeluk islam di atas dunia ini pun dengan kesungguhan hati mempelajari bahasa Arab itu. Bangsa Persia (Iran), Mongol, Turki, Bukhara, bangsa Indonesia dan berpuluh lagi bangsa lain telah memeluk Islam dan telah mempelajari bahasa Arab yang tidak berbelat belit itu. Ulama-ulama Islam bukan saja terdiri dari orang Arab, bahkan belum setengah abad setelah Rasulullah wafat, yang memegang teguh dan memperkembangkan ilmu-ilmu agama Islam, sebagian besar bukanlah bangsa Arab. Seumpama Imam Bu-khari ahli hadits, Imam Abu Hanifah ahli fiqih yang besar yang bergelar al-lmam al-A'zham, keduanya bukanlah orang Arab. Atha ulama tabi'in yang masyhur di Mekah adalah orang Habsyi. Sibawaihi, ahli ilmu nahwu yang terkenal, adalah orang Persia. Demikianlah seterusnya dalam segala bangsa di permukaan bumi ini. Malahan tanah kita bumi Melayu ini pun menimbulkan beberapa ulama yang mengarang ilmu agama Islam dalam bahasa Arab, bukanlah mereka orang Arab. Seumpama Syekh Ahmad Arsyad Banjar, Syekh Nawawi Banten, Syekh Ahmad Khathib Minangkabau, Syekh Ahmad Khathib Sambas, Syekh Daud Fathani, semuanya bukanlah orang Arab. Maka ujung ayat tepat sekali, yaitu
“Supaya mereka itu bertakwa."
Jelaslah bahwa tujuan menurunkan Al-Qur'an ialah mengajak manusia agar mendekatkan hubungannya dengan Allah. Bukan semata-mata untuk enak dibaca saja, padahal isinya tidak dipahamkan. Dia bukan semata-mata bacaan, melainkan lebih dari itu, yaitu tuntunan hidup bagi keselamatan dunia dan akhirat.
Ayat 29
“Allah membuat suatu perumpamaan."
Allah suka sekali membuat perumpamaan untuk mendekatkan persoalan ke dalam pikiran orang yang berakal. Sekarang Allah pun membuat perumpamaan pula, “Seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh orang berserikat yang dalam keadaan berselisih dan seorang laki-laki lagi yang jadi milik penuh dari seseorang."Laki-laki yang dimiliki oleh orang berserikat yang dalam keadaan berselisih dan seorang laki-laki yang dipunyai menjadi milik penuh oleh seseorang itu, keduanya laki-laki yang diambil perumpamaan ialah budak. Di zaman purbakala perbudakan masih ada. Perbudakan baru habis dari dunia ini belum mencapai 150 tahun sampai sekarang. Sebab itu ingatlah kita maklumi kalau di dalam Al-Qur'an perbudakan diambil jadi perumpamaan, karena di zaman Al-Qur'an turun perbudakan masih ada. Di sini dibandingkan di antara dua orang budak; yang pertama budak kepunyaan orang berkongsi dua tiga orang. Yang kedua budak yang dimiliki oleh satu orang saja. “Adakah kedua perumpamaan itu sama?" Tentu dengan sendirinya akan timbul penjawaban dari orang yang berpikir dan berakal bahwa di antara kedua budakyang jadi perumpamaan itu tidaklah sama kedudukannya. Budak pertama karena ia kepunyaan satu perkongsian maka perkhidmatannya kepada yang dipertuannya pasti terpecah. Kalau kedua atau ketiga yang dipertuan sekali memanggil niscaya dia ragu mana yang akan didahu lukan. Didahulukan tuan A niscaya tuan B marah dan tuan C mengomel. Tetapi kalau si budak, si hamba sahaya kepunyaan satu tuan, perkhidmatannya pun tidak akan terpecah dan tidak akan ragu-ragu. Bila panggilan datang akan segera disahutinya dan dilaksanakannya apa yang diperintahkan.
Maka perumpamaan seorang budak kepunyaan orang berkongsi yang selalu berselisih karenamasing-masinghendaklebih menguasai itu ialah orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, dengan berhala, dengan thagut dan sebagainya. Dan perumpamaan budak dengan yang dimiliki oleh seorang tuan itu ialah orang yang bertauhid. Kalau ini ditanyakan dan disuruh pikirkan, niscaya mereka akan menjawab bahwa budak yang tuannya hanya satu orang itulah yang tidak tergoncang jiwanya. Adapun yang banyak tuan akan selalu bimbang; mana yang akan didahulukan. “Segala puji bagi Allah!" Karena ingatlah penjawaban mereka, karena mereka memakai akalnya.
“Namun kebanyakan mereka tidaklah mengetahui."